Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ORGANISASI PROFESI BK DAN KOMPETENSI KONSELOR MTS/MA

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Layanan Konseling MTS/MA

Dosen Pengampu: Ali Pernantian Pane, S.Pd, M.Psi

Disusun Oleh:

Kelompok 11

1. Nurhayati Harahap : 0303213085


2. Syahvira Rachman : 0303213142
3. Zachra Aulia Br Barus : 0303213102

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA MEDAN

2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya,
sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Organisasi
Profesi BK dan Kompetensi Konselor MTS/MA”. Dan juga pemakalah tidak
lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Layanan Konseling
MTS/MA, bapak Ali Pernantian Pane, S.Pd, M.Psi yang telah memberikan tugas
ini sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

Pemakalah menyadari bahwa masih banyak kesalahan, kekurangan, dan


kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik tetap
diharapkan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita. Terima kasih.

Wassalamu’alikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan, November 2023

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

A. Organisasi Profesi BK MTS/MA ......................................................... 2


B. Kompetensi Konselor MTS/MA .......................................................... 4

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11

A. Kesimpulan .......................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling memiliki organisasi profesi, partisipasi dalam
organisasi profesi bimbingan dan konseling yang dapat diikuti melalui organisasi
profesi ini adalah sebagai sarana komunikasi dalam rangka menggabungkan dan
meningkatkan kualitas pelayanan terhadap siswa. Organisasi profesi BK menjadi
relevan dalam konteks ini karena memainkan peran kunci dalam membantu siswa
mengembangkan potensi akademis, kepribadian, dan moral sesuai dengan nilai-
nilai Islam. Melalui kehadiran organisasi profesi BK, konselor dapat memperluas
wawasan dan keterampilan mereka, terlibat dalam pertukaran informasi dan praktik
terbaik, serta meningkatkan efektivitas layanan bimbingan dan konseling.
Konselor adalah tenaga pendidik yang berkualifikasi strata satu (S-1) program
studi Bimbingan dan Konseling dan menyelesaikan Pendidikan Profesi Konselor.
Konselor adalah tenaga pendidik/ guru yang bertugas memberikan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah. Kinerja konselor merupakan perwujudan dari
kompetensi konselor yang mencakup empat kompetensi pokok yakni kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Pemahaman yang mendalam tentang kompetensi konselor di MTs/MA
perlu memiliki pengetahuan mendalam tentang ajaran agama Islam dan dapat
mengintegrasikannya dalam proses konseling.

B. Rumusan Masalah
1. Bagimana organisasi profesi BK MTS/MA?
2. Bagaimana kompetensi konselor MTS/MA?

C. Tujuan
1. Mengetahui organisasi profesi BK MTS/MA.
2. Mengetahui kompetensi konselor MTS/MA.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Organisasi Profesi BK MTS/MA


Organisasi profesi merupakan organisasi kemasyarakatan yang mewadahi
seluruh spesifikasi yang ada dalam profesi dimaksud. Organisasi profesi adalah
himpunan orang-orang yang mempunyai profesi yang sama. Perekat utama
organisasi profesi itu adalah sebutan profesi itu sendiri, yang didalamnya
dikembangkan sejenis himpunan/ikatan/kumpulan yang berorientasi pada
spesifikasi profesi itu. Sesuai dengan dasar pembentukan dan sifat organisasi itu
sendiri, yaitu profesi dan profesional, maka tujuan organisasi profesi menyangkut
hal-hal yang berkaitan dengan keilmuannya. Organisasi profesi tidak berorientasi
kepada keuntungan ekonomi maupun pada penggalangan kekuatan politik, ataupun
keuntungan-keuntungan yang bersifat material lainnya. Prayitno menyatakan
bahwa tujuan organisasi profesi dapat dirumuskan ke dalam "Tridharma Organisasi
Profesi", yaitu: (1) pengembangan ilmu, (2) pengembangan pelayanan dan (3)
penegakkan kode etik profesional. Lebih lanjut Prayitno menjelaskan bahwa
dengan kemampuan para anggotanya yang semua bergerak dalam profesi yang
sama, organisasi profesi berkehendak untuk ikut mengembangkan ilmu itu menjadi
isi keprofesionalannya.
Organisasi profesi bimbingan dan konseling dikehendaki dapat menjalankan
ketiga darmanya itu sebagaimana diharapkan. Keikutsertaan dalam program
akreditasi lembaga pendidikan konselor, sertifikasi dan pemberian lisensi tidak lain
adalah wujud dari pelaksanaan ketiga darma itu. Demikian juga perumusan untuk
kerja dan pembinaan serta pengembangan melalui pendidikan konselor dan tidak
terlepas dari upaya pengembangan profesi menjadi sisi organisasi profesi
bimbingan dan konseling.
Di Indonesia, organisasi profesi bimbingan dan konseling didirikan di Malang
pada tanggal 17 Desember 1975 dan diberi nama Ikatan Bimbingan dan Konseling
Indonesia (IPBI), dan selanjutnya pada tanggal 15-17 Desember 2001 dalam
Kongres IPBI ke IX di Lampung berubah nama Asosiasi Bimbingan dan Konseling

2
Indonesia (ABKIN). Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ABKIN
(2014) dinyatakan bahwa tujuan ABKIN ialah (1) aktif program dalam upaya
menyukseskan pembangunan nasional, khususnya di bidang pendidikan dengan
jalan memberikan sumbangan pemikiran dan menunjang pelaksanaan program
yang menjadi garis kebijakan pemerintah; (2) mengembangkan serta memajukan
bimbingan dan konseling sebagai ilmu dan profesi yang bermartabat dalam rangka
mempersipakan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi: (3) mempertinggi
kesadaran, sikap dan kemampuan profesional konselor agar berhasil guna dan
berdaya guna dalam menjalankan tugasnya. ABKIN bersifat keilmuan, profesional,
dan mandiri. Fungsi ABKIN yaitu: (1) sebagai wadah persatuan, pembinaan dan
pengembangan anggota dalam upaya mencapai tujuan organisasi; (2) sebagai
wadah peran serta profesional bimbingan dan konseling dalam usaha mensukseskan
pembangunan nasional; (3) sebagai sarana penyalur aspirasi anggota serta sarana
komunikasi sosial timbal balik antar organisasi kemasyarakatan dan pemerintah.
Untuk melaksanakan fungsinya, organisasi profesi ABKIN melakukan kegiatan-
kegiatan yang meliputi: (a) penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi dalam
bidang bimbingan dan konseling. (b) peningkatan mutu layanan bimbingan dan
konseling. (c) penegakkan kode etik bimbingan dan konseling Indonesia, (d)
pendidikan dan latihan profesional, (e) pengembangan dan pembinaan organisasi.
(1) pertemuan organisasi dan pertemuan-pertemuan ilmiah, (g) publikasi dan
pengabdian kepada masyarakat, dan (h) advokasi layanan profesi (Wibowo, 2018).
Fungsi organisasi merupakan sebagai media menyatuhkan persepsi dan tujuan
bersama yang hendak dicapai, sebagaimana biasanya ditentukan visi dan misi
organisasi, kehadiran organisasi profesi, khususnya di bidang bimbingan dan
konseling di lingkungan lembaga pendidikan, menjadi sangat penting. Personil
pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling adalah segenap unsur yang terkait di
dalam organisasi pelayanan bimbingan dan konseling dengan koordinator dan
konselor sebagai pelaksana utamanya, mencakup, kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, guru pembimbing, guru mata pelajaran, guru praktik dan wali kelas
(Luddin, 2009).

3
Maliki menegaskan bahwasanya personil yang akan menjalanan keorganisasian
BK di MTS/MA adalah sebagai berikut:
1. Kepala sekolah, berperan sebagai koordinator untuk seluruh kegiatan
pendidikan yang ada di sekolah termasuk didalamnya pelayanan bimbingan
dan konseling.
2. Wakil kepala sekolah, bertanggung jawab membantu kepala sekolah dalam
bidang-bidang khusus, seperti layanan bimbingan dan konseling, layanan
kesehatan dan lain-lain.
3. Koordinator BK, bertanggung jawab dalam beberapa hal :
a. para guru BK dalam memasyarakatkan pelayanan BK di sekolah kepada
segenap unsur-unsur di sekolah dan di luar sekolah
b. Menyusun Program BK
c. Mengkoordinasikan pelaksanaan program BK
d. Mengadministrasikan seluruh kegiatan BK
e. Menilai hasil program BK secara keseluruhan
f. Menganalisis hasil program BK untuk rencana tindak lanjut
g. Mengusulkan segala sesuatu yang yang dibutuhkan guru BK dalam
pelaksanaan kegiatan BK di sekolah
h. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan program BK harian
4. Guru BK, pelasana utama layanan BK di sekolah, seorang tenaga ahli dan
inti dalam program BK di sekolah.
5. Guru mata pelajaran dan guru praktik, membantu segala kegiatan layanan
BK agar dapat berjalan secara efektif.
6. Wali kelas, memberikan ruang dan waktu bagi para siswa untuk
mendapatkan pelayanan konseling saat proses KBM berlangsung (hal ini
dilakukan apabila sifatnya mendesak) (Maliki, 2016).

B. Kompetensi Konselor MTS/MA


Optimalisasi perkembangan dan potensi individu melalui pelayanan
bimbingan dan konseling memerlukan konselor yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi yang baik. Semakin kompleks masalah yang dihadapi, konselor

4
tentunya juga harus memiliki preferensi kemampuan yang tidak hanya menguasai
kerangka konseptual pelayanan bimbingan dan konseling namun juga yang mampu
mengaplikasikan konsep pelayanan dalam unjuk kerja nyata. Keberadaan konselor
dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi
pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyais-
wara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Setiap
peran pendidik memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja masing-
masing. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dikembangkan dan
dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan
ekspektasi kinerja konselor.
Kompetensi konselor bersifat personal dan kompleks dalam proses
pelayanan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau
dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Oleh karena itu, kualifikasi dan
profesionalitas merupakan contoh perwujudan kompetensi yang dimiliki seseorang.
Sosok utuh kompetensi konselor tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Konselor. Kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik
dan kompetensi profesional yang kemudian secara terintegrasi membangun
keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi
akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional
bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik merupakan landasan bagi
pengembangan kompetensi profesional, yang meliputi: (1) memahami secara
mendalam konseli yang dilayani, (2) menguasai landasan dan kerangka teoretis
bimbingan dan konseling, (3) menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan
konseling yang memandirikan dan (4) mengembangkan pribadi dan profe-
sionalitas konselor secara berkelanjutan.
Pembentukan kompetensi akademik konselor ditempuh melalui proses
pendidikan formal jenjang strata satu (S-1) bidang Bimbingan dan Konseling, yang
bermuara pada penganugerahan ijazah akademik Sarjana Pendidikan (S.Pd.) bidang

5
Bimbingan dan Konseling. Kompetensi profesional dikembangkan melalui
penguasaan kiat penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang memandirikan,
kemudian ditumbuhkan serta diasah melalui latihan menerapkan kompetensi
akademik yang telah diperoleh dalam konteks autentik Pendidikan Profesi Konselor
yang berorientasi pada pengalaman dan kemampuan praktik lapangan, dan
tamatannya memperoleh sertifikat profesi bimbingan dan konseling dengan gelar
profesi Konselor dan disingkat Kons.
Rumusan Standar Kompetensi Konselor telah dikembangkan dan
dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan
ekspektasi kinerja konselor. Namun bila ditata ke dalam empat kompetensi pendidik
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Pendidikan Nasional, maka rumusan kompetensi akademik dan profesional
konselor dapat dipetakan dan dirumuskan ke dalam kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional, sebagai berikut:
1. Kompetensi Pedagogik
Dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik yang optimal, dibutuhkan
konselor yang mampu menguasai teori dan praksis pendidikan serta
mengaplikasikan perkembangan fisik, psikologis, kepribadian, individualitas,
perbedaan siswa, keberbakatan dan kesehatan mental.
2. Kompetensi Kepribadian
Upaya untuk menjawab tantangan maraknya indikasi degradasi kepribadian
generasi muda, membutuhkan peran serta konselor yang efektif. Konselor perlu
menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, memiliki penghargaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih terutama dalam hal
mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai
makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi,
mengembangkan potensi positif individu, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sesuai dengan hak asasinya dan bersikap demokratis.
Tujuannya tentu adalah membentuk karakter bangsa yang memiliki integritas
secara personal dengan tetap menjunjung nilai-nilai kemanusiaan serta

6
memberikan kebebasan siswa untuk memilih masa depan mereka sesuai dengan
harapan dan cita-cita serta potensi yang dimiliki melalui fasilitasi
perkembangan dalam layanan bimbingan dan konseling secara khusus dan
layanan pendidikan serta pembelajaran secara umum. Untuk menghadapi
perubahan zaman yang dinamis dan cepat, konselor harus menampilkan kinerja
berkualitas secara cerdas, inovatif, produktif, dan disiplin. Selain itu, siswa
menjadi antusias, apabila konselor berpenampilan menarik dan menyenangkan
serta mampu berkomunikasi secara efektif.
3. Kompetensi Sosial
Dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif,
konselor memerlukan dukungan dan kerjasama berbagai pihak. Untuk itulah,
maka dibutuhkan konselor yang memiliki kemampuan kolaborasi dengan
berbagai pihak terutama dalam memahami dasar, tujuan, organisasi, dan peran
pihak-pihak lain (guru, wali kelas, pimpinan sekolah/madrasah, komite
sekolah/madrasah) di tempat bekerja, mengomunikasikan dasar, tujuan, dan
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling serta bekerja sama dengan pihak-
pihak terkait di dalam tempat bekerja (seperti guru, orang tua, tenaga
administrasi). Peran aktif konselor dalam organisasi dan kegiatan profesi
memberikan manfaat agar konselor terfasilisitasi untuk kegiatan pengembangan
diri dan profesi. Konselor yang mampu berkolaborasi dengan profesional dari
profesi lain sangatlah membantu untuk menyukseskan pelayanan bimbingan
dan konseling secara menyeluruh sesuai kebutuhan.
4. Kompetensi Profesional
Salah satu hal penting dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
adalah pemahaman tentang potensi siswa yang kemudian difasilitasi melalui
layanan bimbingan dan konseling maupun layanan pendidikan dan pembelajar-
an secara keseluruhan. Oleh karena itu, dibutuhkan konselor yang memiliki
penguasaan dalam konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi,
kebutuhan, dan masalah siswa terutama dalam hakikat asesmen, teknik
asesmen, menyusun dan mengembangkan instrumen asesmen, mengadministra-
sikan asesmen untuk mengungkapkan kondisi aktual siswa. Setelah konselor

7
mendapatkan informasi yang akurat tentang kebutuhan siswa, maka konselor
harus mampu mengaplikasikan berbagai pelayanan bimbingan dan konseling
berdasarkan pendekatan/model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling. Seorang konselor harus mampu merancang program
bimbingan dan konseling yang sesuai dengan analisis kebutuhan siswa,
menyusun program bimbingan dan konseling yang berkelanjutan berdasar
kebu- tuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan
perkembangan dan memfasilitasi perkembangan akademik,karier, personal, dan
sosial siswa. Keefektifan pelayanan yang dilakukan konselor dapat terlihat
apabila konselor mampu melakukan evaluasi hasil, proses, dan program
bimbingan dan konseling sehingga dapat menindaklanjutinya. Keprofesionalan
konselor tidak hanya dilihat dari keberhasilannya memberikan pelayanan, tetapi
juga kemampuan konselor untuk menguasai konsep dan praksis penelitian serta
memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling untuk
pengembangan diri dan profesionalitasnya (Mulawarman, 2019).
Kompetensi seorang konselor juga membangkitkan kepercayaan konseli
dalam konseling. Semakin besar kepercayaan konseli terhadap konselor maka
semakin besar kemungkinan konselor dapat membantu konseli secara efektif. Di
samping itu, kompetensi konselor sangat penting untuk efisiensi penggunaan waktu
konseling. Semakin kompeten seorang konselor maka konseling semakin lebih
memiliki tujuan yang spesifik karena dapat menggunakan waktu dengan efisien.
Seorang konselor yang senantiasa berusaha menjadi lebih kompeten
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Secara berkelanjutan senantiasa berusaha meningkatkan pengetahuan tentang
perilaku dan konseling/antara lain melalui bacaan, menghadiri konferensi atau
seminar, mengikuti pelatihan, maupun berdiskusi dengan rekan sejawat.
2) Senantiasa mencari pengalaman-pengalaman hidup baru yang dapat
membantunya meningkatkan kompetensi dan mempertajam keteram- pilannya.
3) Senantiasa mencoba berbagai gagasan dan pendekatan dalam konseling.
4) Senantiasa melakukan penilaian dalam setiap langkah konseling untuk
mencapai keefektifan konseling (Rasimin, 2018).

8
Konselor sekolah/madrasah adalah seorang tenaga profesional yang
memperoleh pendidikan khusus diperguruan tinggi dan mencurahkan seluruh
waktunya pada pelayanan bimbingan (Wingkel, 1997). Konselor sekolah/madrasah
harus memiliki kemampuan dan kompetensi yang profesional seperti yang
dikemukakan Belferik Manullang, kompetensi meliputi tujuh hal yaitu 1)
menguasai ilmu pengetahuan pada Bidang yang ditekuni, 2) menguasai teknologi
pada bidang yang ditekuni, 3) mampu berpikir logis, 4) mampu berpikir analitik, 5)
mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan, 6) mampu bekerja mandiri dan 7)
bekerja dalam tim kerja (Manullang, 2004).
Konselor islami yang menjalankan tugasnya membantu orang lain
mempunyai kedudukan yang mulia. Konselor membantu klien (konseli) yang
bermasalah untuk memberikan solusi dalam menyelesaikan masalahnya, sehingga
perbuatan tersebut adalah perbuatan mulia. Berkaitan dengan hal ini Rasulullah
saw. Bersabda :
َّ ‫ي‬
‫ّللا‬ َ ‫سال ًما أ َ ْخبَ َره أ َ َّن‬
َّ َ‫ع ْبد‬
َ ‫ّللا بْنَ ع َم َر َرض‬ َ ‫ع ْن ابْن ش َهاب أ َ َّن‬َ ‫ع ْن عقَيْل‬ َ ‫َحدَّثَنَا يَحْ يَى بْن ب َكيْر َحدَّثَنَا اللَّيْث‬
‫ظلمه َو َل يسْلمه َو َم ْن َكانَ في‬ ْ ‫سلَّ َم قَا َل ْالمسْلم أَخو ْالمسْلم َل َي‬ َ ‫علَيْه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫ّللا‬َّ ‫ع ْنه َما أ َ ْخ َب َره أ َ َّن َرسو َل‬
َ
‫ع ْنه ك ْر َبةً م ْن كر َبات َي ْوم ْالق َيا َمة َو َم ْن‬ َّ ‫ع ْن مسْلم ك ْر َبةً فَ َّر َج‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫ّللا في َحا َجته َو َم ْن فَ َّر َج‬ َّ َ‫َحا َجة أَخيه َكان‬
‫ّللا يَ ْو َم ْالقيَا َمة‬
َّ ‫ست ََره‬
َ ‫ست ََر مسْل ًما‬
َ
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami
Al Laits dari ‘Uqail dari Ibnu Syihab bahwa Salim mengabarkannya bahwa
‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma mengabarkannya bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang muslim adalah saudara bagi
muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti.
Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu
kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka
Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari
qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup
aibnya pada hari qiyamat” (HR. Bukhari).
Berdasarkan hadis di atas disebutkan bahwa orang yang membantu
oranglain maka Allah swt. akan membantunya, begitu juga bagi orang yang

9
menghilangkan kesusahan, atau membantu menyelesaikan masalah orang lain
maka Allah swt. akan membantu menghilangkan masalah yang dihadapinya. Ini
menunjukkan bahwa posisi orang yang menegakkan prinsip bimbingan konseling
islami dengan seharusnya akan memiliki posisi yang mulia di hadapan Allah swt.
begitu juga di hadapan manusia.
Konselor sekolah adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan
kehidupan bangsa anak didik.Konselor sekolah mempunyai kekuasaan untuk
membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna
bagi agama, nusa dan bangsa. Dalam pasal 10 ayat (2) dijelaskan juga bahwa
“Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling pada SMP/MTs atau yang sederajat,
SMA/MA atau yang sederajat, dan SMK/MAK atau yang sederajat dilakukan oleh
Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dengan rasio satu Konselor atau
Guru Bimbingan dan Konseling melayani 150 konseli atau peserta didik”
(Syarwaqi, 2017).

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Organisasi profesi bimbingan dan konseling didirikan di Malang pada
tanggal 17 Desember 1975 dan diberi nama Ikatan Bimbingan dan Konseling
Indonesia (IPBI), dan selanjutnya pada tanggal 15-17 Desember 2001 dalam
Kongres IPBI ke IX di Lampung berubah nama Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (ABKIN). Bahwasanya personil yang akan menjalanan keorganisasian
BK di MTS/MA adalah sebagai berikut mencakup, kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, guru pembimbing, guru mata pelajaran, guru praktik dan wali kelas.
Kompetensi akademik dan profesional konselor dapat dipetakan dan
dirumuskan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Konselor sekolah/madrasah harus memiliki kemampuan dan kompetensi yang
profesional seperti yang dikemukakan Belferik Manullang, kompetensi meliputi
tujuh hal yaitu 1) menguasai ilmu pengetahuan pada Bidang yang ditekuni, 2)
menguasai teknologi pada bidang yang ditekuni, 3) mampu berpikir logis, 4)
mampu berpikir analitik, 5) mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan, 6)
mampu bekerja mandiri dan 7) bekerja dalam tim kerja.

B. Saran
Di dalam penyusunan makalah ini, pemakalah menyadari masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, pemakalah sangat mengharapkan pembaca
lebih banyak membaca buku-buku atau jurnal-jurnal terkait, sehingga lebih banyak
menambah ilmu dan wawasan tentang materi tersebut. Kritik dan saran juga kami
harapkan dari pembaca, untuk membuat makalah berikutnya agar lebih baik lagi
kedepannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Luddin, A. B. (2009). Kinerja Kepala Sekolah dalam Kegiatan Bimbingan.


Bandung: Citapustaka Media Printis.
Maliki. (2016). Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
Manullang, B. (2004). Pembelajaran yang Mendidik Education Touch. Jakarta:
Rineka Cipta.
Mulawarman, d. (2019). Psikologi Konseling: Sebuah Pengantar Bagi Konselor
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Rasimin, d. (2018). Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Syarwaqi, A. D. (2017). Bimbingan dan Konseling : dalam Perspektif Alquran dan
Sains. Medan: Perdana Publishing.
Wibowo, M. E. (2018). Profesi Konseling Abad 21. Semarang: Unnes Press.
Wingkel, W. S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:
PT Gramedia.

12

Anda mungkin juga menyukai