Anda di halaman 1dari 21

PELAKSANAAN BK DI SEKOLAH DAN MADRASAH

(Perencanaan dan Program)

Disusun oleh:

KELOMPOK V

Agus B : 20200119074
Lutfiah Ramadhani : 20200121051

Muhammad Ikhsan Sabir : 20200121065


Nurul Anifah : 20200121058
Yuslifah Nur Amini : 20200121049

Dosen Pengampu:
Dr. Besse Marjani Alwi, M.Ag.

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah

Bimbingan dan Konseling, dengan judul “Pelaksanaan BK di Sekolah dan

Madrasah (perencanaan dan program)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari

bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik

sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih jauh

dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang

penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta

masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis

berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Gowa, 22 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1

C. Tujuan Pembahasan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

A. Prinsip-Prinsip Perencanaan dan Program BK........................................ 3

B. Perencanaan Program BK ...................................................................... 5

C. Penyusunan Program BK ....................................................................... 8

D. Jenis-Jenis Program BK ......................................................................... 13

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 16

A. Kesimpulan ........................................................................................... 16

B. Saran ..................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program bimbingan dan konseling merupakan rencana keseluruhan

bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan di sekolah dan menjadi bagian

terpadu dari keseluruhan program pendidikan di sekolah. Sebagai bagian yang

terpadu dari program pendidikan di sekolah, program bimbingan dan konseling

diarahkan pada upaya yang memfasilitasi pesetra didik untuk mengenal dan

menerima dirinya sendiri serta lingkungannya secara positif dan dinamis, mampu

mengambil keputusan yang bertanggungjawab, dan menembangkan serta

mewujudkan diri secara efektif dan produktif sesuia dengan peranan yang

diinginkan di masa depan.

Program bimbingan dan konseling juga berkaitan dengan upaya

memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya secara

optimal. Agar pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah dapat

terlaksana secara efektif dan efesien maka harus disusun programnya secara

terencana dan sistematis sehingga manfaatnya bisa dirasakaan oleh berbagai pihak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis menarik beberapa

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja prinsip-prinsip perencanaan dan program BK?

2. Bagaimana perencanaan program BK?

3. Bagaimana penyusunan program BK?

4. Apa saja jenis-jenis program BK?

1
2

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip perencanaan dan program BK.

2. Untuk mengetahui perencanaan program BK.

3. Untuk mengetahui penyusunan program BK.

4. Untuk mengetahui jenis-jenis program BK.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip dan Perencanaan Program BK

Prinsip yang berasal dari asal kata “PRINSIPRA” yang artinya permulaan

dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya tergantung

dari pemula itu, prinsip ini merupakan hasil perpaduan antara kajian teoritik dan

teori lapangan yang terarah yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan

yang dimaksudkan. Jadi, dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip-
prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil-hasil teori dan praktek

yang dirumuskan dan dijadikan pedoman sekaligus dasar bagi penyelenggaraan

pelayanan.1

Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah perlu

diperhatikan prinsip-prinsip pokok yang akan mendasari program yang akan

disusun. Dalam layanan bimbingan dan konseling, prinsip-prinsip yang digunakan

bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis

tersebut berkenaan dengan hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia

dalam konteks sosial budayanya serta dalam proses penyelenggaraan bimbingan

dan konseling.

Menurut Van Hoose, menyebutkan terdapat lima prinsip yang berkaitan

dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling, yaitu:

1. Bimbingan berdasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri individu

terkandung kebaikan-kebaikan, setiap pribadi mempunyai potensi dan

pendidikan hendaklah membantu mengembangkan potensinya itu.

1
Erisa Kurniati, “Bimbingan dan Konseling di Sekolah; Prinsip dan Asas”, Ristekdik 3, no.
2 (Juli-Desember 2018): h. 55.

3
4

2. Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik yang berbeda

dengan yang lain.

3. Bimbingan merupakan bantuan kepada anak-anak dan pemuda dalam

pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang

sehat.

4. Bimbingan adalah pelayanan unik yang dilaksanakan oleh ahli yang telah

mengikuti latihan khusus, dan untuk melaksanakan layanan bimbingan

diperlukan minat pribadi khusus pula.

Prinsip yang berkaitan dengan pengembangan program bimbingan

dikemukakan oleh Gysbers dan Haderson (2006) bahwa ada tujuh prinsip

pengembangan program bimbingan dan konseling, yaitu:

1. Program bimbingan membantu perkembangan peserta didik dan

memperhatikan perbedaan individualnya.

2. Program bimbingan membantu peserta didik agar dapat hidup bekerja sama

dalam suatu kelompok.

3. Program bimbingan memberikan layanan kepada semua peserta didik di

semua jenjang pendidikan.

4. Program bimbingan membantu semua peserta didik dalam mengembangkan

pribadi, sosial, karier, dan pendidikan.

5. Program bimbingan menyediakan layanan konsultasi dan koordinasi bagi

para guru, orang tua peserta didik, dan staf administrasi.

6. Program bimbingan mengembangkan layanan preventif dan remedial bagi

peserta didik.

7. Program bimbingan ada dua macam, yaitu sebagai komponen integral dan

komponen independent dari keseluruhan program pendidikan di sekolah.


5

Dari rumusan prinsip-prinsip pengembangan program bimbingan dan

konseling oleh Gysbers dan Haderson di atas, maka dalam rangka penyusunan dan

pengembangan program bimbingan dan konseling sekolah yang komprehensif perlu

diperhatikan dua Langkah besar yang menjadi dasar kerja, yaitu: a) pemetaan

kebutuhan, masalah, dan konteks layanan; dan b) desain program yang sesuai

dengan kebutuhan, masalah, dan konteks layanan. 2

B. Perencanaan Program BK

Perencanaan program bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah


dimulai dari;

1. Analisis kebutuhan konseling

Dalam rangka merencanakan program yang dimaksud perlu dilakukan

analisis kebutuhan (need assessment), untuk mendapatkan informasi-

informasi yang akurat mengenai kebutuhan program. Kegiatan analisis

kebutuhan dalam bimbingan dan konseling mencakup informasi-informasi

mengenai kebutuhan peserta didik, lingkungan peserta didik, dan layanan

bimbingan dan konseling.

Pelaksanaan analisis kebutuhan dalam program bimbingan dan

konseling merupakan kegiatan mengelompokkan masalah yang berkaitan atau

yang ada pada peserta didik. Kebutuhan atau masalah peserta didik dapat

diidentifikasi melalui mengenali: (1) Karakteristik siswa, seperti aspek-aspek

fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan

kebiasaan belajar, temperamen (periang, pendiam, pemurung, atau mudah

tersinggung), dan karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung

jawab); (2) Harapan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dapat dianalisis

2
M. Fatchurahman, Konsep Dasar Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling (Cet. I;
Malang: CV IRDH, 2019), h. 19-22.
6

dari tugas-tugas perkembangan yang dijabarkan dalam rumusan kompetensi

dan materi pengembangan kompetensi yang ada.

Pada prinsipnya apapun pendekatan yang digunakan, pengukuran

kebutuhan bertujuan untuk menentukan prioritas kebutuhan yang akan

diprogramkan dalam layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, perlu

diperhatikan kriteria yang digunakan untuk menganalisis dan mengkonversi

data yang menjadi prioritas. misalnya dengan menggunakan standar

Kompetensi Kemandirian Peserta Didik (SKKPD), atau bidang bimbingan


(pribadi, sosial, belajar, dan karier).

Kegiatan pengumpulan data tentang program akan memberikan

informasi kualitatif tentang program, dan detail yang menujukkan isi dari

stuktur program bimbingan yang sedang berlaku.

2. Penyusunan program bimbingan dan konseling

Pencapaian tujuan program BK secara efektif dan efisien memerlukan

penyusunan program yang memadai. Penyusunan program tersebut terdiri atas

asesmen kebutuhan konseli dan lingkungannya. Asesmen kebutuhan konseli

berkaitan dengan identifikasi karakteristik konseli dan harapannya terhadap

program layanan BK. Asesmen lingkungan konseli berkaitan dengan

identifikasi visi dan misi serta tujuan sekolah, harapan sekolah dan orang tua

konseli, kondisi dan kualifikasi guru dan konselor, sarana dan prasarana

pendukung program BK, dan kebijakan pimpinan sekolah. Kemudian,

perumusan tujuan BK dapat merujuk SKKPD, dan yang terakhir perancangan

program layanan BK, Berdasarkan hasil asesmen kebutuhan konseli dan

lingkungannya serta pencermatan tujuan program BK maka dilakukan

perancangan program bimbingan dan konseling dengan menetapkan elemen


7

dan komponen program bimbingan dan konseling.

3. Pengembangan rencana pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling

(RPLBK)

Sebagaimana yang dilakukan oleh guru bidang studi, maka guru

bimbingan dan konseling/konselor juga membuat perencanaan pelayanan

dalam bentuk program dan RPLBK. RPLBK dijabarkan dari kalender kegiatan

BK, sebagai upaya mengarahkan proses pelayanan BK bagi konseli dalam

rangka mencapai kompetensi dasar. Di dalam RPLBK, setidaknya memuat

identitas RPLBK, rumusan kompetensi dan tujuan pelayanan, materi

bimbingan, rincian kegiatan pelayanan, metode, sumber dan penilaian proses

dan hasil.

4. Perencanaan sarana penyelenggaraan program bimbingan dan konseling

Sarana dan prasarana yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi

setempat, namun untuk keperluan ini perlu diprogramkan sebelum tahun ajaran

baru, agar pelayanan bimbingan dapat berjalan lancar. Dalam hal

memprogramkan pengadaan 11 sarana dan prasarana, konselor


mengkonsultasikannya dengan kepala sekolah, guru, wali kelas, dan komite

sekolah. Berikut ini sarana dan prasarana yang perlu disediakan untuk

pelayanan. Pertama yaitu Ruang bimbingan dan konseling, merupakan salah

satu sarana penting yang turut mempengaruhi keberhasilan pelayanan

bimbingan dan konseling di sekolah. Letak atau lokasi ruang bimbingan dan

konseling di suatu sekolah dipilih lokasi yang mudah diakses (strategis) oleh

siswa tetapi tidak terlalu terbuka. Jumlah ruang bimbingan dan konseling

disesuaikan dengan kebutuhan jenis layanan dan jumlah ruangan. Sebaiknya

antar ruangan tidak tembus pandang. Jenis ruangan yang diperlukan meliputi:

(1) ruang kerja, (2), ruang administrasi/data, (3) ruang konseling individual, (4)
8

ruang bimbingan dan konseling kelompok, (5) ruang biblioterapi, (6) ruang

relaksasi/desensitisasi, dan (7) ruang tamu. Adapun besaran ukuran ruangan

disesuaikan dengan jumlah konseli dan jumlah konselor yang ada di suatu

sekolah.

Fasilitas ruangan yang diharapkan tersedia ialah ruangan tempat

bimbingan yang khusus dan teratur, serta perlengkapan lain yang

memungkinkan tercapainya proses pelayanan bimbingan dan konseling yang

bermutu dan membuat konseli yang datang ke ruang konseling nyaman. Di

dalam ruangan hendaknya juga dapat disimpan segenap perangkat instrumen

bimbingan dan konseling, himpunan data siswa, dan berbagai data serta

informasi lainnya. Ruangan tersebut hendaknya juga mampu memuat berbagai

penampilan, seperti penampilan informasi pendidikan dan jabatan.

5. Perencanaan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling

Perencanaan anggaran merupakan komponen penting dari manajemen

bimbingan dan konseling. Perlu dirancang dengan cermat berapa anggaran yang

diperlukan untuk mendukung implementasi program. Anggaran ini harus


masuk ke dalam Anggaran dan Belanja Sekolah.3

C. Penyusunan Program BK

Melalui pemahaman dan penguasaan yang mendalam tentang asumsi pokok

program BK yang bersifat komprehensif dan penjabaran dalam komponen‐

komponen program, maka konselor diharapkan dapat menyusun dan

mengembangkan rencana aksi layanan BK dengan tujuan dan target terukur serta

berdasarkan skala prioritas layanan yang sesuai dengan kebutuhan peserta

didik. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa seorang konselor harus

Gysbers, N dan Henderson, P, Developing and Managing Your School Guidance


3

andCounseling Program. (Alexandria; VA: American Counseling Association, 2006), h. 47-50.


9

menyadari sepenuhnya bahwa tujuan‐tujuan yang akan ditetapkan dalam

perencanaan program BK harus menjadi bagian integral dari tujuan pendidikan

nasional pada umumnya dan visi/misi yang ada di sekolah secara khusus.

Dengan demikian, petugas bimbingan dan konseling mampu dengan tepat

menentukan bagaimana cara yang efektif untuk mencapai tujuan beserta sarana‐

sarana yang diperlukannya.

1. Bimbingan dan Konseling sebagai Sistem dan Subsistem

Berdasarkan asumsi dasar tentang sifat menyeluruh (komprehensif)

program BK, kegiatan BK merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling

bertalian, sambung‐menyambung, dan setiapbagianmemilikiikatankesatuan dengan

bagianyang lain yang berorientasi pada pencapaian tujuan tertentu. Dengan

demikian, kegiatan BK dapat dianggap sebagai subsistem dalam sistem pendidikan

yang menjadi induknya. Rangkaian kegiatan BK pada akhirnya memiliki

keterikatan yang sangat kuat dengan rangkaian kegiatan sekolah lainnya.

Sementarai itu, BK sebagai suatu sistem memiliki tiga aspek utama, yakni:

a) Tujuan yang hendak dicapai sebagai aspek utama yang harus ditentukan

terlebih dahulu. Penetapan tujuan akan memudahkan konselor

menentukan strategi yang akan dikembangkan dalam rangka mencapai

tujuan yang dimaksud.

b) Kegiatan pokok yang menunjang langsung tercapainya tujuan. Bagian‐

bagian pokok dari suatu sistem dan strategi yang dikembangkan

biasanya disebut sebagai penjabaran aktivitas dari suatu strategi yang

di dalamnya terdapat aktivitas utama yang hendak dilakukan. Dengan

kata lain, tercapainya tujuan hanya mungkin terjadi melalui implementasi

kegiatan‐kegiatan yang dimaksud. Kegiatan‐kegiatan yang dikembangkan


10

sebaiknya dirumuskan secara tepat sasaran dan dengan dampak yang

terukur.

c) Implementasi kegiatan (proses) atau berfungsinya isi dari suatu strategi

yang mengarah pada pencapaian tujuan. Kegiatan‐kegiatan yang telah

ditetapkan semaksimal mungkin harus diusahakan dapat terlaksana sebaik

mungkin.

Ketiga aspek dari program BK sebagai sistem tersebut saling berkaitan

dan satu kesatuan organis yang berproses menuju tujuan layanan ataupun program

yang hendak dicapai. Dalam rangka itu, modul materi ini bermuara pada fasilitasi

keterampilan praktis bagi konselor tentang prosedur penyusunan program BK

yang memperhatikan berbagai asumsi dasar dan komponen layanan yang telah

dijelaskan sebelumnya.4

2. Sistematika Penyusunan dan Pengembangan Program BK

Sistematika penyusunandan pengembangan program BK Sekolah yang

komprehensif pada dasarnya terdiri dari dua langkah besar, yaitu: a) pemetaan

kebutuhan, masalah, dan konteks layanan; dan b) desain program yang sesuai

dengan kebutuhan, masalah, dan konteks layanan. Adapun penjabaran dari tiap‐tiap

langkah besar sebagai berikut:

a. Pemetaan Kebutuhan, Masalah, dan Konteks Layanan

Penyusunan program BK di sekolah haruslah dimulai dari kegiatan

asesmen (pengukuran, penilaian)atau kegiatan mengidentifikasi aspek‐aspek yang

dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program/layanan (Depdiknas, 2007).

Kegiatan asesmen ini meliputi (1) asesmen konteks lingkungan program yang

4
Gunawan, Y. Pengantar Bimbingan dan Konseling; Buku Panduan Mahasiswa. (Jakarta; PT.
Prehallindo, 2001).
11

terkait dengan kegiatan mengidentifikasi harapan dan tujuan sekolah, orangtua,

masyarakat, dan stakeholder pendidikan terlibat, sarana dan prasarana

pendukung program bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor, serta kebijakan

pimpinan sekolah; (2) asesmen kebutuhan dan masalah peserta didik yang

menyangkut karakteristik peserta didik; seperti aspek fisik (kesehatan dan

keberfungsiannya), kecerdasan, motivasi, sikap dan kebiasaan belajar, minat,

masalah‐masalah yang dihadapi, kepribadian, tugas perkembangan psikologis.

Melalui pemetaan ini diharapkan program dan layanan BK yang


dikembangkan oleh konselor benar‐benar dibutuhkan oleh seluruh segmen yang

terlibat dan sesuai dengan konteks lingkungan program. Dengankata lain,

program dan kegiatan yang tertuang dalam rencana per semester ataupun tahunan

bukan sekedar tuntutan administratif, melainkan tuntutan tanggung jawab yang

sungguh harus dilaksanakan secara professional. Berikut langkah‐langkah yang

dapat dilakukan oleh konselor dalam memetakan kebutuhan, masalah, dan konteks

layanan:

a) Menyusun instrume dan unit analisis penilaia kebutuhan. Eksplorasi peta

kebutuhan, masalah, dan konteks membutuhkan instrument asesmen

yang berfungsi sebagai alat bantu. Dalam instrumen ini, konselor

merumuskan aspek dan indicator beserta item pernyataan/pertanyaan

yang akan diukur dan jenis metode yang akan digunakan untuk

mengungkap aspek dimaksud. Metode yang dapat digunakan,seperti

observasi, wawancara, dokumentasi, dan sebagainya.

b) Implementasi penilaian kebutuhan. Pada tahap ini, konselor sesegera

mungkin mengumpulkan data dengan menggunakan instrument yang telah

dibuat sebelumnya dengan tujuan memperoleh gambaran kebutuhan dan


konteks lingkungan yang akan dirumuskan ke dalam program lebih lanjut.
12

c) Analisis hasil penilaian kebutuhan. Setelah data terkumpul, konselor

mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi hasil penilaian yang

diungkap dengan tujuan kebutuhan, masalah, dan konteks program dapat

teridentifikasi dengan tepat.

d) Pemetaan kebutuhan/permasalahan. Setelah hasil analisis dan identifikasi

masalah terungkap, petugas BK dan konselor membuat peta

kebutuhan/masalah yang dilengkapi dengan analisis faktor‐faktor

penyebab yang memunculkan kebutuhan/permasalahan.

b. Desain Program BK dan Rencana Aksi (Action Plan)

Berikut ini adalah penjabaran rencanaoperasional (action plan) yang

diperlukan Action plan yang akan disusun paling tidak memenuhi unsur

5W+1H. Dengan demikian, konselor dan petugas bimbingan perlu

melakukan hal‐hal berikut ini:

a) Identifikasikan dan rumuska berbagai kegiatan yang harus/perlu dilakukan.

Kegiatan ini diturunkan dari perilaku/tugas perkembangan/kompetensi


yang harus dikuasai peserta didik.

b) Pertimbangkan porsi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap

kegiatan di atas. Apakah kegiatan itu dilakukan dalam waktu tertentu

atau terus menerus. Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk

melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam setiap komponen

program perlu dirancang dengan cermat. Perencanaan waktu ini

didasarkan kepada isi program dan dukungan manajemen yang harus

dilakukan oleh konselor. Berikut dikemukakan tabel alokasi waktu, sekedar

perkiraan atau pedoman relatif dalam pengalokasian waktu untuk


13

konselor dalam pelaksanaan komponen pelayanan bimbingan dan

konseling di Sekolah/Madrasah.

c) Inventarisasi kebutuhan yang diperoleh dari needs assessment ke dalam

tabel kebutuhan yang akan menjadi rencana kegiatan. Rencana kegiatan

dimaksud dituangkan ke dalam rancangan jadwal kegiatan untuk selama

satu tahun. Rancangan ini bisa dalam bentuk matrik; Program Tahunan

dan Program semester.

d) Program bimbingan dan konseling Sekolah/Madrasah yang telah

dituangkan ke dalam rencana kegiatan perlu dijadwalkan ke dalam

bentuk kalender kegiatan. Kalender kegiatan mencakup kalender tahunan,

bulanan, dan mingguan.

e) Program bimbingan dan konseling perlu dilaksanakan dalam bentuk (1)

kontak langsung, dan (2) tanpa kontak langsung dengan peserta didik. Untuk

kegiatan kontak langsung yang dilakukan secara klasikal di kelas

(pelayanan dasar) perlu dialokasikan waktu terjadwal 2 (dua) jam pelajaran

per‐kelas per‐minggu. Adapun kegiatan bimbingan tanpa kontak


langsung dengan peserta didik dapat dilaksanakan melalui tulisan (seperti

e‐mail, buku‐buku, brosur, atau majalah dinding), kunjungan rumah

(home visit), konferensi kasus (case conference), dan alih tangan (referral).5

D. Jenis-Jenis Program BK

Program bimbingan dan konseling adalah kumpulan dari berbagai rencana

kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling yang disusun berdasarkan kebutuhan

peserta didik pada suatu periode tertentu. Ada beberapa jenis atau macam program

bimbingan dan konseling, yaitu:

5
Departemen Pendidikan Nasional. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan
Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal, (Bandung: Penerbit UPI,
2007).
14

1. Program Tahunan

Yaitu program bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan

pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu tahun untuk masing-masing kelas

di sekolah.

2. Program Semesteran

Yaitu program bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan

pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu semester untuk masing-masing

kelas yang merupakan jabaran dari program tahunan. Periode tersebut bisa dalam

rentang tahunan.

3. Program Bulanan

Merupakan program bimbingan dan konseling yang meliputi seluruh

kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu bulan yang merupakan

jabaran program semesteran;

4. Program Mingguan

Yaitu program pelayanan bimbingan konseling yang meliputi seluruh

kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung selama satu minggu yang merupakan
jabaran dari program bulanan.

5. Program Harian

Yaitu program pelayanan bimbingan konseling yang dilaksanakan pada

hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari

program mingguan dalam bentuk rencana program pendukung (RPP).6

Dari kelima jenis program tersebut, maka guru bimbingan dan konseling

dapat mentukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan bimbingan

dan konseling secara terperincih sesuai dengan waktu periode yang telah

ditentukan.

6
Fitria Sumitri, dkk, “Pengelolaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Menengah Atas”, Laporan Hasil Peneltian (Bengkulu Selatan: Lemlit SMAN 8, 2017), h. 505-506.
15

Guru bimbingan dan konseling atau konselor juga dapat menyesuaikan

program bimbingan dan konseling yang telah disusun dengan program sekolah agar

dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya benturan. Semua

hal ini bertujuan agar kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang telah

tercantum deprogram bimbingan dan konseling dapat berjalan secara efektif dan

efesien. 7

7
M. Fachturahman, Konsep Dasar Evalusi Program Bimbingan dan Konseling (Cet. I;
Malang: CV IRDH), h. 18.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil-hasil

teori dan praktek yang dirumuskan dan dijadikan pedoman sekaligus dasar bagi

penyelenggaraan pelayanan.

Adapun perencanaan program BK disekolah dimulai dari:

1. Analisis kebitihan konseling

2. Penyusunan program bimbingan dan konseling


3. Pengembangan rencana pelaksanaan layann bimbingan dan konseling

(RPLBK)

4. Perencanaan sarana penyelenggaraan program bimbingan dan konseling

5. Perencanaa biaya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling

Konselor diharapkan dapat menyusun dan mengembangkan rencana aksi

layanan BK dengan tujuan dan target terukur serta berdasarkan skala prioritas

layananyang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Adapun jenis-jenis program BK:

1. Progtam tahunan

2. Program semesteran

3. Program bulanan
4. Program mingguan

5. Program harian.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, maka diharapkan dapat menjadi referensi dan

juga menambah pengetahuan tentang Pelaksanaan BK di Sekolah dan Madrasah

16
17

(Perencanaan dan Program), terkhusus kepada penulis sendiri. Makalah ini pula

belum memuat secara keseluruhan, oleh karenanya diharapkan untuk lebih banyak

membaca berbagai referensi lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan


Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal,
Bandung: UPI, 2007.

Erisa Kurniati, “Bimbingan dan Konseling di Sekolah; Prinsip dan Asas”,


Ristekdik, Juli-Desember 2018.

Fachturahman, M, Konsep Dasar Evalusi Program Bimbingan dan Konseling. Cet.


I; Malang: CV IRDH, 2019.

Gunawan, Y. Pengantar Bimbingan dan Konseling; Buku Panduan Mahasiswa.


Jakarta; PT. Prehallindo, 2001.

Henderson dan Gysbers, Developing and Managing Your School Guidance


and Counseling Program. Alexandria; VA: American Counseling
Association, 2006.

Sumitri, Fitria, dkk, “Pengelolaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Menengah Atas”, Laporan Hasil Peneltian. Bengkulu Selatan: Lemlit
SMAN 8, 2017.

18

Anda mungkin juga menyukai