Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERANCANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING


Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas
Mata Kuliah: Konseling Pendidikan
Dosen Pengampu: Idah Paridah M.Pd.I

Disusun oleh:
Iswari (2020110018)
Rian Rinaldi (2020110041)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) YAPATA AL-JAWAMI
2022

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok. Dan juga kami ucapkan terimakasih kepada ibu Idah Paridah
M.Pd.I Sebagai dosen pengampu mata kuliah Konseling Pendidikan yang telah memberikan
tugas ini kepada kami dengan judul “Perancangan Program Bimbingan & Konseling”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama proses
penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Sehingga kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Bandung, 23 April 2022


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Konsep dan Langkah-Langkah Analisis Kebutuhan BK.....................................................................3
B. Pengertian, Konsep dan Mafaat Prorgram BK.................................................................................6
C. Ciri-Ciri Program BK.........................................................................................................................8
D. Jenis Jenis Program BK.....................................................................................................................9
E. Perumusan dan Pengembangan Bimbingan Konseling..................................................................10
F. Perumusan Kegiatan Layanan dan kegiatan..................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari sistem pendidikan
disekolah memiliki peranan penting berkaitan dengan pemenuhan fungsi dan tujuan
pendidikan serta peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Bimbingan dan konseling
sebagai rangkaian upaya pemberian bantuan pada pesertadidik untuk mencapai
perkembangan oprtimal. Bimbingan dan Konseling diposisikan oleh negara sebagai
profesi yang terintegrasikan sepenuhnya dalam bidang pendidikan, yaitu
ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa konselor adalah pendidik profesional, sebagaimana juga
guru, dosen dan pendidik lainnya. Dengan kedudukan demikian itu, konselor sebagai
pemegang profesi bimbingan dan konseling dituntut untuk sepenuhnya
menyukseskan upaya pendidikan dalam berbagai jalur, jenjang, dan jenisnya. Makna
tersebut di atas amatlah luas dan mendasar, yang memberikan arahan dan
sekaligus menyimpulkan peran pelayanan bimbingan dan konseling (BK) yang
berkembang di Indonesia sejak tahun 1960-an sampai kondisinya sekarang ini.
Berkenaan dengan implementasi kurikulum 2013, khusus untuk kegiatan bimbingan
dan konseling ditegaskan adanya daerah garapan yang disebut peminatan peserta
didik. Bidang peminatan ini menjadi substansi pokok pekerjaan guru bimbingan dan
konseling atau konselor di sekolah/madrasah. Meskipun demikian, pelayanan
bimbingan dan konseling tentulah tidak hanya sekedar menangani program atau
wilayah peminatan saja. Tugas konselor jauh lebih luas daripada bidang
peminatan itu sendiri, yaitu menyangkut pengembangan pribadi peserta didik ke
arah kemandirian diri yang juga mampu mengendalikan diri. Hal ini menjadi sangat
penting ketika kenyataan selama ini, kita masih menyaksikan peserta didik yang
kurang disiplin, nakal, suka tawuran, dan sebagainya.

1
Tugas bimbingan dan konseling yang memandirikan dan membina
kemampuan pengendalian diri itu sejalan dan bahkan dalam tugasnya
terintegrasikan dengan tugas guru yang menjadikan peserta didik benar-benar
menguasai materi pelajaran yang diajarkan. Pendidikan karakter yang materinya sangat
penting dikuasai dan dilaksanakan oleh peserta didik terintegrasikan sepenuhnya di
dalam tugas utama guru dan konselor. Dalam Kurikulum 2013 kegiatan bimbingan
dan konseling, program bimbingan dan konseling, disamping disisi dengan berbagai
kegiatan yang selama ini telah dilaksanakan, juga diisi dengan pelayanan peminatan
yangmembesarkan kemandirian peserta didik sesuai dengan potensi, bakat, danminat
mereka masing-masing. Dengan demikian, pelayanan peminatan peserta didik di
satu sisi harus dilakukan, dan di sisi lain layanan peminatan itu tidak boleh
melemahkan pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh. Jabaran
program pelayanan peminatan peserta didik tersebut tertuang dalam program
bimbingan dan konseling secara menyeluruh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep dan Langkah analisis Kebutuhan BK?
2. Apa saja Konsep dan manfaat Program BK?
3. Apa saja yang perlu di Rumuskan dan dikembangkan dalam materi BK?
4. Apa saja kegiatan layanan dan kegiatan Lainnya dalam BK?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan program BK yang muatan pelayanan peminatan peserta didik
2. Menyusun program BK yang memuat pelayanan peminatan peserta didik
3. Mendeskripsikan implementasi program BK yang memuat pelayanan peminatan
peserta didik
4. Mendeskripsikan implementasi program pelayanan peminatan peserta didik.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep dan Langkah-Langkah Analisis Kebutuhan BK
1. Analisis Kebutuhan Konseling
Pengembangan program yang akuntabel dan relevan dimulai dengan
asesmen populasi target. Program bimbingan dan konseling yang baik pada
lembaga pendidikan merupakan buah dari perencanaan yang dilakukan dengan
baik. Dalam rangka merencanakan program yang dimaksud perlu dilakukan
analisis kebutuhan (need assessment), untuk mendapatkan informasi- informasi
yang akurat mengenai kebutuhan program. Kegiatan analisis kebutuhan dalam
bimbingan dan konseling mencakup informasi-informasi mengenai kebutuhan
peserta didik, lingkungan peserta didik, dan layanan bimbingan dan konseling.
Misalnya dalam jenjang pendidikan yang sama dan kelas yang juga sama, namun
yang satu sekolah ada di tengah kota dan yang lain di pinggiran kota, maka
kebutuhan dan harapan peserta didik dan orangtuanya pasti berbeda.
Analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses mengenali kebutuhan
sekaligus menentukan prioritas. Analisis kebutuhan adalah suatu cara atau metode
untuk mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya atau
diharapkan dengan kondisi yang ada. Kondisi yang diinginkan seringkali disebut
dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali disebut dengan
kondisi riil atau kondisi nyata. Analisis kebutuhan sebagai suatu proses formal
untuk menentukan jarak atau

kesenjangan antara keluaran dan dampak yang nyata dengan keluaran dan
dampak yang diinginkan, kemudian menempatkan deretan kesenjangan ini dalam
skala prioritas lalu memilih hal yang paling penting untuk diselesaikan
masalahnya. Dengan kata lain, analisis kebutuhan adalah kegiatan
mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat (kesenjangan) proses
pelayanan untuk menetapkan materi, media yang tepat dan relevan dalam
3
mencapai tujuan pelayanan yang mengarah pada pencapaian tugas
perkembangan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis kebutuhan
dalam bimbingan dan konseling adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengidentifikasi kebutuhan (paradigma lama: permasalahan) diri peserta didik,
lingkungan peserta didik dan layanan bimbingan dan konseling dalam rangka
pencapaian tugas-tugas perkembangan secara optimal.
Pelaksanaan analisis kebutuhan dalam program bimbingan dan konseling
merupakan kegiatan mengelompokkan masalah yang berkaitan atau yang ada
pada peserta didik. Kebutuhan atau masalah peserta didik dapat diidentifikasi
melalui mengenali: (1) Karakteristik siswa, seperti aspek-aspek fisik (kesehatan
dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar,
temperamen (periang, pendiam, pemurung, atau mudah tersinggung), dan
karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab); (2) Harapan
peserta didik, sekolah, dan masyarakat dapat dianalisis dari tugas-tugas
perkembangan yang dijabarkan dalam rumusan kompetensi dan materi
pengembangan kompetensi yang ada.
Mengenali kebutuhan peserta didik dan lingkungan dapat dilakukan
dengan memberikan angket kebutuhan, mengamati, dan mewawancarai subjek.
Pada prinsipnya apapun pendekatan yang digunakan, pengukuran kebutuhan
bertujuan untuk menentukan prioritas kebutuhan yang akan diprogramkan dalam
layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, perlu diperhatikan kriteria
yang digunakan untuk menganalisis dan mengkonversi data yang menjadi
prioritas. Misalnya dengan menggunakan Standar Kompetensi Kemandirian
Peserta Didik (SKKPD), atau bidang bimbingan (pribadi, sosial, belajar, dan
karier).
Kegiatan pengumpulan data tentang program akan memberikan informasi
kualitatif tentang program, dan detail yang menujukkan isi dari stuktur program
bimbingan yang sedang berlaku (Gysbers, 2006). Dengan demikian dapat pula
diketahui

4
sejauhmana program yang ada telah memenuhi kebutuhan siswa. Dalam
fase perencanaan berikutnya adalah menjawab pertanyaan dasar tentang
bagaimana kebutuhan siswa dapat dipenuhi dengan lebih baik. Pertanyaan
tersebut menyiratkan agar konselor sebagai perencana program bimbingan
menyusun suatu program bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam
hal ini untuk menyusun suatu program bimbingan atau mengubah program yang
ada diperlukan beberapa prakondisi yang merupakan legitimasi bagi penyusun
program.
anggota kelas.
2. Langkah Langkah Analisis
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam analisis kebutuhan dirinci lebih
komprehensif oleh Kaufman:1986 sebagai berikut :
a. Mengambil keputusan mengenai penggunaan data pengukuran kebutuhan
untuk perencanaan
b. Memilih tingkat kebutuhan pengukuran
c. Mengidentifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengukuran kebutuhan
d. Mencapai kesepakatan dengan orang-orang yang terlibat dalam pengukuran
tentang partisipasi mereka
e. Mencapai kesepakatan tentang tingkat pengukuran kebutuhan dan
perencanaan
f. Mengumpulkan data
g. Membuat daftar kebutuhan yang telah diidentifikasi
h. Menyusun prioritas kebutuhan
i. Merekonsiliasi data yang bertentangan, dan
j. Mencapai kesepakatan dengan orang-orang yang terlibat dalam pengukuran
kebutuhan tentang kebtuhan-kebutuhan yang diprioritaskan.

5
B. Pengertian, Konsep dan Mafaat Prorgram BK

1. Pengertian Bimbingan Konseling


Program bimbingan dan konseling diartikan seperangkat kegiatan
bimbingan dan konseling yang dirancang secara terencana, terorganisasi,
terkoordinasi selama periode waktu tertentu dan dilakukan secara kait
mengait untuk mencapai tujuan.
Pengurus Besar IPBI (2001:2) mendefinisikan program bimbingan
dan konseling sebagai satuan rencana keseluruhan kegiatan bimbingan dan
konseling yang akan dilaksanakan pada periode waktu tertentu, seperti
periode bulanan, semester, tahunan. Sedangkan menurut Wahyu Sumidjo
(1999:9) yang dimaksud dengan program ialah rencana komprehensif yang
memuat penggunaan sumber-sumber dalam pola yang terintegrasi serta
urutan tindakan kegiatan yang dijadwalkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Program menggariskan apa, oleh siapa, bilamana dan dimana
tindakan akan dilakukan.
Tujuan penyusunan program tidak lain agar kegiatan BK di sekolah
dapat terlaksana dengan lancar, efektif dan efisien, serta hasil-hasilnya dapat
dinilai. Tersusun dan terlaksananya program BK dengan baik akan lebih
SMP/MTs menjamin pencapaian tujuan kegiatan pada khususnya, tujuan sekolah
padaumumnya, juga akan lebih menegakkan akuntabilitas BK di sekolah.
Menurut Juntika (2002:85) tujuan penyusunan program bimbingan dan
konseling adalah adanya kejelasan arah pelaksanaan program, adanya
kemudahanmengontrol dan mengevaluasi kegiatan, dan terlaksananya program
kegiatan secara lancar, efisien, dan efektif.

2. Manfaat Program Bimbingan dan Konseling


Program bimbingan dan konseling tersebut hendaknya dibuat secara
tertulis dan selanjutnya dikomunikasikan kepada sesama Guru

6
BK/Konselor, sejawat dan guru, staf sekolah lainnya, serta pimpinan
sekolah, untuk selanjutnya menjadi rambu-rambu bagi kerja sama antara Guru
BK/Konselor dengan semua personil-personil sekolah yang dimaksudkan itu.
Program bimbingan dan konseling disusun dan dikembangkan didasarkan
atas pertimbangan bahwa program yang disusun dengan baik akan
memberikan banyak keuntungan, baik bagi peserta didik yang mendapat
layanan bimbingan dan konseling maupun bagi petugas yang
menyelenggarakan. Di samping itu program bimbingan dan konseling yang
baik, memungkinkan keberhasilan suatu layanan bimbingan dan konseling.
Rochman Natawidjaja (1984) menjelaskan bahwa program bimbingan
yang direncanakan dengan baik dan terinci, akan memberikan
banyak keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut adalah (1)
memungkinkan para petugas bimbingan menghemat waktu, usaha,
biaya dengan menghindarkan kesalahan-kesalahan dan usaha coba-coba
yang tidak menguntungkan; (2) memungkinkan siswa untuk mendapatkan
pelayanan bimbingan secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam
kesempatan ataupun dalam jenis pelayanan bimbingan yang
diperlukan; (3) memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami
peranannya dan mengetahui bagaimana dan dimana mereka harus melakukan
upaya secara tepat; (4) memungkinkan para petugas untuk menghayati
pengalaman yang berguna untuk kemajuan sendiri dan untuk kepentingan
para siswa yang dibimbingnya.

7
C. Ciri-Ciri Program BK
Suatu program bimbingan yang baik ialah program yang dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien. Program yang baik menurut. Miller (dalam Dewa Ketut
Sukardi 2003:9) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Program bimbingan dan konseling itu hendaknya dikembangkan secara


bertahap dengan melibatkan semua unsur atau staf sekolah dalam
perencanaannya (guru, wali kelas, kepala sekolah/wakil kepala sekolah, dan
staf sekolah lainnya).
2. Program bimbingan dan konseling itu hendaknya memiliki tujuan yang ideal,
dan realitas dalam perencanaannya.
3. Program bimbingan dan konseling itu hendaknya mencerminkan komunikasi
yang kontinu antara semua unsur atau staf yang bersangkutan.
4. Program bimbingan dan konseling itu hendaknya menyediakan atau memiliki
fasilitas yang diperlukan.
5. Program bimbingan dan konseling hendaknya memberikan pelayanan kepada
semua siswa.
6. Program bimbingan dan konseling hendaknya menunjukkan peranan yang
signifikan dalam menghubungkan dan memadukan sekolah dengan
masyarakat.
7. Program bimbingan dan konseling hendaknya memberikan kesempatan untuk
melaksanakan penilaian terhadap diri sendiri.
8. Program bimbingan dan konseling hendaknya menjamin keseimbangan
pelayanan bimbingan dan konseling dalam hal: (a) pelayanan kelompok dan
perorangan, (b) pelayanan yang diberikan oleh berbagai jenis petugas
bimbingan dan konseling, (c) studi perorangan dan konseling perorangan, (d)
penggunaan instrumentasi atau tehnik teknik pengumpulan data yang objektif
dan subyektif, (e) pemberian jenis jenis bimbingan, (f) pemberian konseling
kelompok dan konseling perorangan, (g) pemberian bimbingan tentang
berbagai program sekolah, (h) penggunaan sumber sumber didalam maupun

8
diluar sekolah yang bersangkutan, (i) kebutuhan perorangan dan kebutuhan
masyarakat luas, (j) kesempatan untuk berfikir, merasakan dan berbuat. Untuk
memenuhi ciri-ciri yang dikemukakan di atas, bukanlah pekerjaan yang
mudah. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum menyusun
program. Tanpa mempertimbangkan faktor-faktor berikut, program yang
disusun tidak efektif dan efisien.

D. Jenis Jenis Program BK


Program bimbingan dan konseling yang perlu dibuat guru pembimbing
guna merencanakan kegiatan bimbingan antara lain:

1. Program harian, yaitu program yang langsung diadakan pada harihari


tertentu dalam satu minggu
2. Program mingguan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara
penuh untuk kurun waktu satu minggu tertentu dalam satu bulan.
3. Program bulanan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh
untuk kurun waktu satu bulan tertentu dalam satu catur wulan.
4. Program semester, yaitu program yang akan dilaksanakan secara
penuh untuk kurun waktu satu semester tertentu dalam satu tahun
ajaran.
5. Program Tahunan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara
penuh untuk kurun waktu satu tahun tertentu dalam satu jenjang
sekolah.

Kelima jenis program tersebut satu sama lain saring terkait. Program
tahunan didalamnya meliputi program semester, program semester didalamnya
meliputi program bulanan, program bulanan didalam meliputi agenda mingguan,
dan agenda mingguan didalamnya meliputi agenda harian. Agenda harian ini
merupakan jabaran dari agenda mingguan guru pembimbing pada kelas yang
diasuhnya. Agenda ini dibuat secara tertulis pada buku agenda yang berupa satuan
layanan dan atau satuan pendukung.

9
E. Perumusan dan Pengembangan Bimbingan Konseling
Penyusunan program bimbingan dan konseling dimulai dengan melakukan
analisis kebutuhan atas apa yang dibutuhkan oleh konseli dalam rangka pemenuhan tugas
perkembangannya. Data yang dihasilkan dari hasil analisis kebutuhan akan menjadi
bahan acuan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling. Langkah selanjutnya
adalah:

1. Perumusan Tujuan Tujuan merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil yang


diharapkan, atau sesuatu yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan yang
diprogramkan. Tujuan bimbingan dan konseling merupakan pernyataan yang
menggambarkan kualitas perilaku atau pribadi siswa yang diharapkan berkembang
melalui berbagai strategi layanan kegiatan yang diprogramkan.
2. Pengembangan Materi Bimbingan dan Konseling Pengembangan materi bimbingan
dan konseling dilakukan setelah kita melakukan analisis kebutuhan materi bimbingan
dan konseling. Pengembangan materi bimbingan dan konseling dimaksudkan sebagai
acuan guru dalam memberikan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Pengembangan materi adalah segala bentuk pengembangan bahan yang


digunakan untuk membantu guru pembimbing dalam melaksanakan kegiatan layanan
bimbingan dan konseling. Bahan bimbingan dimaksud bisa berupa bahan bimbingan
tertulis maupun bahan bimbingan tidak tertulis. Bahan bimbingan yang dimaksud adalah
seperangkat materi bimbingan dan konseling yang disusun secara sistematis,
menampilkan sosok utuh dari bentuk kompetensi yang ada pada diri peserta didik
sehingga guru pembimbing dapat memberikan perlakuan lebih lanjut terhadap
kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik. Pengembangan materi
merupakan hal penting yang harus dilakukan guru pembimbing. Pengembangan materi
bertujuan untuk :
a. Memperkaya informasi yang diperlukan dalam menyusun materi layanan
bimbingan dan konseling.
10
b. Dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan layanan bimbingan dan
konseling.
c. Memudahkan bagi peserta didik untuk mempelajari suatu kompetensi tertentu

Agar pengembangan materi bermakna, maka guru pembimbing dituntut untuk


dapat secara kreatif mendesain suatu materi yang memungkinkan peserta didik dapat
secara langsung memanfaatkan bentuk pengembangan materi tersebut.

F. Perumusan Kegiatan Layanan dan kegiatan


Setelah materi bimbingan dan konseling tersusun maka langkah selanjunya adalah
menentukan kegiatan layanan dan pendukung apa yang akan digunakan dalam pemberian
layanan materi bimbingan dan konseling tersebut. Kegiatan layanan dan pendukung yang
dapat diberikan adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling


Layanan bimbingan dan konseling dilakukan melalui kontak langsung
dengan siswa, dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan ataupun
kebutuhan tertentu yang dirasakan siswa. Kegiatan layanan itu difokuskan
kepada salah satu atau beberapa kompetensi yang hendaknya dicapai/dikuasai
siswa. Layanan-layanan tersebut adalah :
1. Layanan Orientasi, merupakan layanan yang memungkinkan siswa
memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-
obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar
berperannya siswa di lingkungan yang baru itu.
2. Layanan Informasi, merupakan layanan yang memungkinkan siswa
menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi
belajar, pergaulan, jabatan, pendidikan lanjutan).
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran, merupakan layanan yang
memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran yang
tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok
11
belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan
ko/ekstra kurikuler).
4. Layanan Penguasaan Konten, merupakan layanan yang
memungkinkan siswa mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar
yang baik dalam menguasai materi belajar yang cocok dengan
kecepatan dan kemampuan dirinya, serta berbagai aspek tujuan dan
kegiatan belajar lainnya.
5. Layanan Konseling Perorangan, merupakan layanan yang memungkin-
kan siswa mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara
perorangan) maupun bisa juga melalui tatap muka seperti melalui
internet (e-counseling) untuk mengentaskan permasalahan yang
dideritanya.
6. Layanan Bimbingan Kelompok, merupakan layanan yang memungkin-
kan sejumlah siswa secara bersama-sama melalui dinamika kelompok
memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu
untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial,
serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui
dinamika kelompok.
7. Layanan Konseling Kelompok, merupakan layanan yang
memungkinkan siswa (masing-masing anggota kelompok)
memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok.
8. Layanan Konsultasi, merupakan layanan yang memungkinkan
seseorang memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang
perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau permasalahan
orang lain yang menjadi kepeduliannya.
9. Layanan Mediasi, merupakan layanan yang memungkinkan fihakfihak
yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan

12
(bertikai) menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan
mereka.
b. Kegiatan Pendukung
Kegiatan layanan tersebut di atas akan dipermudah dan ditingkatkan
kelancaran dan keberhasilannya oleh kegiatan pendukung. Kegiatan ini pada
umumnya dapat dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan siswa. Kegiatan
pendukung yang perlu dilakukan adalah :
1. Aplikasi Instrumentasi, merupakan kegiatan untuk mengumpulkan
data dan keterangan tentang siswa, keterangan tentang lingkungan
siswa dan lingkungan lainnya. Pengumpulan data ini dapat
dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.
2. Himpunan Data, merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh
data dan keterangan yang relevan dengan keperluan
pengembangan siswa. Himpunan data diselenggarakan secara
berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan sifatnya
tertutup.
3. Konferensi Kasus, merupakan kegiatan untuk membahas
permasalahan siswa dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh
pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan
komitmen bagi terentaskannya permasalahan siswa itu. Pertemuan
konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.
4. Kunjungan Rumah, merupakan kegiatan untuk memperoleh data,
keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan siswa melalui kunjungan ke rumahnya. Kunjungan
rumah ini merupakan salah satu bentuk kerja sama dengan orang
tua.
5. Alih Tangan Kasus, merupakan kegiatan pendukung untuk
mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah
yang dialami siswa dengan memindahkan penanganan kasus ke

13
pihak lain yang lebih berwenang, misalnya kepada guru mata
pelajaran, psikolog, sesuai dengan permasalahan siswa.
6. Tampilan Kepustakaan, merupakan kegiatan pendukung untuk
mendapatkan solusi dari permasalahan yang dihadapi peserta didik
melalui kajian pustaka yang dilakukan secara mandiri oleh peserta
didik. Kegiatan layanan dan pendukung bimbingan dan konseling
tersebut kesemuanya saling terkait dan saling menunjang baik
langsung maupun tidak langsung. Guru pembimbing wajib
menyelenggarakan jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling
tersebut dengan penyesuaian sepenuhnya terhadap karakteristik
siswa yang dilayani. Penyelenggaraan jenis-jenis layanan itu
dibantu oleh kegiatan pendukung. Perlu diingatkan bahwa kegiatan
pendukung hanyalah sekedar pendukung, yang
ketidakterlaksanaannya tidak boleh mengurangi pelaksanaan jenis-
jenis layanan yang sifatnya lebih utama itu.

14
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari dapat disimpulkan bahwa pengertian perencanaan BK adalah langkah
penting untuk merumuskan mengenai apa yang diharapkan dan apa yang harus
dilakuakan. Perencanaan ini harus dilakukan secara matang dan sistematis hingga
evaluasi programnya. Atau juga dapat diartikan bahwa perencanaan BK adalah penentuan
serangkaian tindakan atau usaha yang dilakukan lembaga pendidik (konselor) kepada
siswa (Klien) agar menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan dimana
mereka hidup agar tercapai tujuan yang diinginkan oleh konselor dan klien.

Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari sistem pendidikan


disekolah memiliki peranan penting berkaitan dengan pemenuhan fungsi dan tujuan
pendidikan serta peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Bimbingan dan konseling
sebagai rangkaian upaya pemberian bantuan pada pesertadidik untuk mencapai
perkembangan oprtimal. Bimbingan dan Konseling diposisikan oleh negara sebagai
profesi yang terintegrasikan sepenuhnya dalam bidang pendidikan, yaitu
ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa konselor adalah pendidik profesional, sebagaimana juga
guru, dosen dan pendidik lainnya. Dengan kedudukan demikian itu, konselor sebagai
pemegang profesi bimbingan dan konseling dituntut untuk sepenuhnya
menyukseskan upaya pendidikan dalam berbagai jalur, jenjang, dan jenisnya. Makna
tersebut di atas amatlah luas dan mendasar, yang memberikan arahan dan
sekaligus menyimpulkan peran pelayanan bimbingan dan konseling (BK) yang
berkembang di Indonesia sejak tahun 1960-an sampai kondisinya sekarang ini.

Adapun manfaat dan kegunaan dilakukannya perencanaan program secara matang


yaitu: adanya kejelasan arah pelaksaan program bimbingan dan konseling, adanya

15
kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan bimbingan dan konseling dilakukan
dan untuk terlaksanyanya program kegiatan dan bimbingan konseling secara lancar,
efektif dan efisien.

Menurut eddy M ( Haryati,2003:13) tujuan penyusunan program bimbingan dan


Konseling agar guru pembimbing memiliki pedoman, sehingga kegiatan bimbingan dan
konseling disekolah dapat terlaksana dengan lancar, efektif, dan efisien, serta dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Sejalan dengan itu pengurus besar ABKIN
(Surur,2004:38) menyatakan bahwa tujuan penyusunan program bimbingan dan
konseling ialah agar guru pembimbing memiliki pedoman yang pasti jelas dan jelas,
sehingga kegiatan bimbingan dan konseling disekolah dapat terlaksana dengan lancar,
efektif dan efisien, serta hasil-hasilnya dapat dinilai.

B. Saran
Kami sebagai penyusun menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penyusun akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai
pembahasan makalah di atas.

16
DAFTAR PUSTAKA
https://blogmanajemenbk.blogspot.com/2018/12/konsep-dasar-perencanaan-bk.html
Konjo Ian. 2012. Makalah : Pengelolaan Kelas. Diunduh dari
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5538/3/T1_132010079_BAB%20II.pdf
https://www.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/f1l3/PLPG2017/Download/materi/bk/BAB-VI-
Pengambangan-Program-Bimbingan-dan-Konseling.pdf
https://123dok.com/document/qmww119z-modul-implementasi-program-bk-dalam-
kurikulum.html

17

Anda mungkin juga menyukai