Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

TAHAP PENYUSUNAN TUJUAN PROGRAM BIMBINGAN DAN


KONSELING

Makalah ini Disusun Guna Menenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu : Ira Dwi Ananda M.pd.

Disusun Oleh:
1. Soviatun Nazila : (231350034)
2. Syifa Roona Adila : (231350035)
3. Viola Dea Cantica : (231350036)
4. Wayan Diki Armawan : (231350037)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP) PGRI METRO
TP. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya-lah maka kami bisa menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Berikut ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan
judul " Tahap Penyusunan Tujuan Program Bimbingan dan Konseling ", yang
menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita, baik kami sebagai
pemateri maupun teman-teman sekalian. Melalui kata pengantar ini penulis lebih
dahulu meminta maaf dan memohon dimaklumkan bila mana isi makalah ini ada
kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat. Dengan ini kami
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah
SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki
banyak kekurangan, baik dalam hasil maupun sistematika dan teknik
penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Makalah ini di buat bukan hanya untuk menyelesaikan dan melengkapi
tugas mata kuliah tapi juga di harapkan dapat memberi wawasan yang lebih luas
guna meningkatkan pengetahuan yang mendalam bagi para mahasiswa/i dalam
bidang pendidikan, sehingga kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang ada
dalam bidang pendidikan.
Akhir kata, Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya
bagi kami, sekian dan terima kasih.

Metro, Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Program Bimbingan dan Konseling............................ 3
1. Unsur dan Syarat Penyusunan Program Bimbingan dan
Konseling..................................................................................... 5
2. Tahap-tahap Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling... 5
3. Jenis Program.............................................................................. 6
4. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam program
bimbingan dan konseling............................................................. 6
B. Prinsip - Prinsip Pokok Program Bimbingan Dan
Konseling Sekolah.............................................................................. 8
C. Tahap - Tahap Penyusunan Program Bimbingan Dan Konseling...... 8
D. Model Penyusunan Program Bimbingan Konseling.......................... 11
1. Model Penyusunan Program Konvensional................................ 11
2. Model Penyusunan Program Bimbingan Dan Konseling
Berdasarkan Planning, Programming, Budgeting,
and System (PPBS)...................................................................... 11
3. Model Penyusunan Program bimbingan dan konseling
Komprehensif.............................................................................. 17
E. Analisi Kebutuhan.............................................................................. 18
F. Penyusunan Program Bimbingan Konseling...................................... 20
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN .................................................................................. 26
B. SARAN .............................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program bimbingan dan konseling diartikan seperangkat kegiatan
bimbingan dan konseling yang dirancang secara terencana, terorganisasi,
terkoordinasi selama periode waktu tertentu dan dilakukan secara kait
mengait untuk mencapai tujuan. Pengurus Besar IPBI mendefinisikan
program bimbingan dan konseling sebagai satuan rencana keseluruhan
kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada periode
waktu tertentu, seperti periode bulanan, semester, tahunan. Sedangkan
menurut Wahyu Sumidjo yang dimaksud dengan program ialah rencana
komprehensif yang memuat penggunaan sumber-sumber dalam pola yang
terintegrasi serta urutan tindakan kegiatan yang dijadwalkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Program menggariskan apa, oleh siapa,
bilamana dan dimana tindakan akan dilakukan.
Program Bimbingan dan Konseling merupakan rencana keseluruhan
kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan di sekolah dan
menjadi bagian terpadu dari keseluruhan program pendidikan di sekolah.
Sebagai bagian yang terpadu dari program pendidikan di sekolah, program
bimbingan dan konseling diarahkan pada upaya yang memfasilitasi peserta
didik untuk mengenal dan menerima dirinya sendiri serta lingkungannya
secara positif dan dinamis, mampu mengambil keputusan yang bertanggung
jawab, mengembangkan serta mewujudkan diri secara efektif dan produktif
sesuai dengan peranan yang diinginkan di masa depan. Program Bimbingan
dan Konseling juga berkaitan dengan upaya memfasilitasi peserta didik agar
mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal.
Program pelayanan Bimbingan dan Konseling pada masing-masing
satuan sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan
kesinambungan program antar kelas dan antar jenjang kelas, dan
mensinkronisasikan program pelayanan Bimbingan dan Konseling dengan

1
kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta
mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah/ madrasah.
Agar pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah
dapat terlaksana secara efektif dan efisien serta tujuanya dapat tercapai efektif
dan efisien pula maka harus disusun programnya secara terencana dan
sistematis dengan perkataan lain, pelayanan BK di sekolah dan madrasah
perlu direncanakan , dilaksanakan, dan dinilai secara sistematis sehingga di
rasakan manfaatnya oleh berbagai pihak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep dasar dalam penyusunan program Bimbingan dan
Konseling?
2. Apa saja prinsip pokok program Bimbingan dan Konseling di sekolah?
3. Bagaimana tahap dalam penyusunan program Bimbingan dan
Konseling?
4. Bagaimana model penyusunan program Bimbingan dan Konseling?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah:
1. Mengetahui konsep dasar dalam penyusunan program Bimbingan dan
Konseling.
2. Mengetahui prinsip pokok program Bimbingan dan Konseling di
sekolah.
3. Mengetahui tahap dalam penyusunan program Bimbingan dan
Konseling.
4. Mengetahui model penyusunan program Bimbingan dan Konseling.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Program Bimbingan dan Konseling


Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan konseling, guru bimbingan
konseling harus berpanduan pada program bimbingan konseling yang telah
disusun. Program bimbingan dan konseling merupakan serangkaian kegiatan
yang diselenggarakan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan
bimbingan dan konseling dalam periode tertentu.
Program bimbingan dan konseling adalah satuan rencana keseluruhan
kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada periode
tertentu, yakni periode bulanan, semester dan tahunan. Dapat disimpulkan
bahwa program bimbingan dan konseling adalah keseluruhan rencana
kegiatan yang disusun dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik yang
dilaksanakan pada periode tertentu. Dalam hal ini periode tertentu yakni
periode harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan periode tahunan.
Pelaksanaan program bimbingan konseling yang sesuai dengan periode-
periode tersebut akan membuat pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan
konseling berkesinambungan.
Program bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari suatu
sistem di sekolah dan mengandung makna bahwa program bimbingan
konseling bukan berarti program milik guru bimbingan dan konseling sekolah
sendiri tetapi lebih dari itu, program bimbingan dan konseling merupakan
milik semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan di sekolah. Program
tersebut mengandung unsur-unsur yang terdapat di dalam berbagai ketentuan
tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan berorientasikan pada
pencapaian tujuan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
Program bimbingan dan konseling disusun oleh guru bimbingan
konseling. Meskipun program bimbingan konseling disusun oleh guru
bimbingan konseling, namun dalam pelaksanaannya guru bimbingan
konseling harus dapat melibatkan seluruh warga sekolah. Maka bisa

3
dikatakan program bimbingan konseling bukanlah milik guru bimbingan
konseling saja, namun milik seluruh warga sekolah.
dalam melakukan perencanaan awal program bimbingan konseling
harus diarahkan untuk menjawab tiga pertanyaan dasar yaitu : (1) Apakah
kebutuhan-kebutuhan bimbingan untuk siswa? (2) Sejauh manakah
kebutuhan-kebutuhan itu dapat dipenuhi dengan kondisi yang ada sekarang?,
dan (3) Bagaimana sekolah dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut
dengan baik?.
Dengan demikian program bimbingan dan konseling adalah
seperangkat kegiatan bimbingan konseling yang saling terkait satu dengan
yang lain untuk mencapai tujuan bimbingan konseling yang telah ditentukan.
Tujuan penyusunan program tidak lain agar kegiatan BK disekolah dapat
terlaksana dengan lancar, efektif, dan efisien, serta hasil-hasilnya dapat
dinilai.
Adapun manfaat dalam penyusunan program BK menurut Prayitno
(2000) mengemukakan beberapa keuntungan disusunnya suatu program,
yaitu:
a) Memungkinkan Guru Pembimbing untuk menghemat waktu, usaha,
biaya, dengan menghindarkan kesalahan-kesalahan yang mungkin
terjadi, dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan.
b) Siswa asuh akan menerima pelayanan bimbingan dan konseling
secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan,
bidang bimbingan dan jenis-jenis layanan bimbingan yang
diperlukan.
c) Setiap Guru Pembimbing mengetahui peranannya masing-masing
dan mengetahui pula bilamana dan dimana harus bertindak, dalam
tahap itu Guru Pembimbing akan menghayati pengalaman yang
sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan
siswa-siswa asuhnya.

4
1. Unsur dan Syarat Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno (1997) unsur-unsur yang harus diperhatikan dan
menjadi isi program bimbingan dan konseling meliputi: kebutuhan siswa,
jumlah siswa yang dibimbing, kegiatan di dalam dan di luar jam belajar
sekolah, jenis bidang bimbingan dan jenis layanan, volume kegiatan BK,
dan frekuensi layanan terhadap siswa.
Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan
program bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan kebutuhan.
b. Lengkap dan menyeluruh.
c. Sistrematik.
d. Terbuka dan luwes.
e. Memungkinkan kerjasama dengan pihak terkait.
f. Memungkinkan diselenggaranya penilaian dan tindak lanjut.

2. Tahap-tahap Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling


Harold J. Burbach & Larry E. Decker (1977: 198) mengemukakan
langlah-langkah dalam suatu perencanaan sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan yang akan dicapai.
b. Menganalisis tentang sumber-sumber dan kendala yaitu yang
berhubungan dengan personil, sikap, biaya, peraturan-peraturan,
fasilitas, dan waktu.
c. Menganalisis tentang kebutuhan-kebutuhan.
d. Menentukan tujuan-tujuan yang lebih spesifik dan dapat diukur.
e. Menentukan prioritas.
f. Menentukan strategi-strategi dan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan tujuan-tujuan yang spesifik.
g. Mengadakan evaluasi terhadap perencanaan yang mencakup: (a)
untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dicapai, dan
(b) untuk melihat sejauh mana kegiatan-kegiatan yang telah
direncanakan itu dilaksanakan.

5
h. Mengadakan beberapa perubahan yang perlu untuk perbaikan
program.

3. Jenis Program
Program bimbingan dan konseling adalah kumpulan rencana
kegiatan pelayanan bimbingan konseling yang disusun berdasarkan pada
kebutuhan peserta didik pada suatu periode tertentu. Periode tersebut bisa
dalam rentang tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan harian. Dalam
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Penjas dan BK (2009), jenis-jenis program bimbingan dan
konseling itu sendiri dibagi menjadi lima yaitu :
a. Program harian, yaitu program yang langsung diadakan pada
hari-hari tertentu dalam satu minggu.
b. Program mingguan, yaitu program yang akan dilaksanakan
secara penuh untuk kurun waktu satu minggu tertentu dalam
satu bulan.
c. Program bulanan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara
penuh untuk kurun waktu satu bulan tertentu dalam satu
caturwulan.
d. Program semesteran, yaitu program yang akan dilaksanakan
secara penuh untuk kurun waktu satu semester tertentu dalam
satu tahun ajaran.
e. Program tahunan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara
penuh untuk kurun waktu satu tahun tertentu dalam satu jenjang
sekolah.

4. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam program bimbingan dan


konseling
Tidak hanya memperhatikan struktur program bimbingan dan
konseling, guru bimbingan konseling selaku pelaksana program juga
memperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam pembuatan program.

6
Program bimbingan dan konseling untuk setiap periode disusun dengan
memperhatikan unsur-unsur:
a. Kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat atau lingkungan
yang diperoleh melalui assesment peserta didik dan assesment
lingkungan.
b. Jumlah siswa asuh yang wajib dibimbing.
c. Guru Pembimbing 150 orang (minimal) sampai 225 orang
(maksimal) sesuai SKB Mendikbud dan Kepala BAKN No.
0433/P/1993 dan No. 25 tahun 1993. Kepala Sekolah yang
berasal dari Guru Pembimbing 40 orang, dan Wakil Kepala
Sekolah yang berasal dari Guru Pembimbing 75 orang.
d. Bidang-bidang bimbingan: pribadi, sosial, belajar, karir.
e. Jenis-jenis layanan: layanan orientasi, informasi, penempatan
dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan
kelompok, konseling kelompok, konsultasi dan mediasi.
f. Kegiatan pendukung: aplikasi instrumentasi, himpunan data,
konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus.
g. Volume kegiatan yang diperkirakan antara 4% s.d 25% pada
kegiatan berikut diatur secara proporsional.
h. Frekuensi layanan: guru pembimbing dalam satu minggu wajib
memberikan minimal sembilan kali kegiatan layanan bimbingan
dan konseling.
i. Lama kegiatan: setiap kegiatan (kegiatan layanan dan
pendukung) berlangsung sesuai dengan kebutuhan.
j. Waktu kegiatan: kegiatan layanan dan pendukung dilaksanakan
pada:
1) Jam pelajaran sekolah, digunakan khusus untuk format
klasikal.
2) Diluar jam pelajaran sekolah sampai 50% dari seluruh
kegiatan bimbingan dan konseling, sesuai dengan SK

7
Mendikbud No.025/01995, untuk kegiatan format
lapangan, kelompok, individu, dan “politik”.

B. Prinsip - Prinsip Pokok Program Bimbingan Dan Konseling Sekolah


Adapun beberapa prinsip dalam penyusunan program BK adalah
sebagai berikut:
1. Program BK merupakan program yang integral dengan keseluruhan
program sekolah (harus disusun selaras dengan program
pendidikan).
2. Program disesuaikan dengan kebutuhan siswa, sekolah, daerah
setempat.
3. Dikembangkan secara bertahap dengan melibatkan semua unsur
sekolah dalam perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, dan
penilaian.
4. Memiliki tujuan yang ideal dan realistis.
5. Program BK menyediakan layanan bantuan kepada siswa -> yang
bersifat pencegahan, pengembangan, dan perbaikan.
6. Program BK memberi pelayanan kepada semua siswa dan untuk
semua aspek perkembangan.
7. Program disusun dengan mempertimbangkan kemampuan staf.
8. Program bimbingan hendaknya mendorong komunikasi terus
menerus antara semua unsur/staf sekolah
9. Program bimbingan hendaknya memberi kesempatan untuk
penilaian.
10. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab tertinggi
C. Tahap - Tahap Penyusunan Program Bimbingan Dan Konseling
Program bimbingan dan konseling di suatu sekolah sebaiknya disusun
setiap tahun pada awal tahun ajaran. Penyusunan program bimbingan dan
konseling dapat dibedakan menjadi dua, yaitu membuat program yang sama
sekali baru, dan atau mengembangkan program yang sudah ada. Dalam
penyusunan program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah seperti

8
dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan Moh.
Surya (1985) seperti berikut :
1. Tahap Persiapan. Langkah ini dilakukan melalui survei untuk
menginventarisasi tujuan, kebutuhan dan kemampuan sekolah,
serta kesiapan sekolah yang bersangkutan untuk melaksanakan
program bimbingan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan
langkah awal pelaksanaan program.
2. Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah
ditunjuk oleh pemimpin sekolah. Tujuan pertemuan ini untuk
menyamakan pemikiran tentang perlunya program bimbingan serta
merumuskan arah program yang akan disusun.
3. Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program
bimbingan. Panitia ini bertugas merumuskan tujuan program
bimbingan yang akan disusun, mempersiapkan bagan organisasi
dari program tersebut, dan membuat kerangka dasar dari program
bimbingan yang akan disusun.
4. Pembentukan panitia penyelenggara program. Panitia ini bertugas
mempersiapkan program tes, mempersiapkan dan melaksanakan
sistem pencatatan, dan melatih para pelaksana program bimbingan
untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Suatu program hendaknya disusun dengan baik. Untuk menyusun suatu
program BK memerlukan langkah-langkah yang bersifat menyeluruh dan
terintegral. Harold J. Burbach & Larry E. Decker (1977:198) mengemukakan
langkah-langkah dalam suatu perencanaan sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan yang akan dicapai
2. Menganalisis tentang sumber-sumber dan kendala yaitu yang
berhubungan dengan personil, sikap, biaya, peraturan-peraturan,
fasilitas dan waktu.
3. Menganalisis tentang kebutuhan-kebutuhan
4. Menentukan tujuan-tujuan yang lebih spesifik dan dapat diukur.
5. Menentukan prioritas.

9
6. Menentukan strategi-strategi dan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan tujuan-tujuan yang spesifik.
7. Mengadakan evaluasi terhadap perencanaan yang mencakup (a)
untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dicapai, dan
(b) untuk melihat sejauh mana kegiatan-kegiatan yang telah
direncanakan itu dilaksanakan.
8. Mengadakan beberapa perubahan yang perlu untuk perbaikan
program.
Sedangkan Yoseph W. Holis (1965:23-24) menjelaskan bahwa
langkah-langkah penyusunan program BK yang baik agar efektif, ada
beberapa bentuk yang harus dilakukan, yaitu:
1. Mengidentifikasi kebutuhan.
2. Studi mengenal layanan bimbingan yang telah ada dan
mengembangkan pedoman kegiatan untuk layanan yang baru atau
layanan yang diperbaharui lagi,
3. Menetapkan cara-cara untuk mengumpulkan data dan
menyebarkan data
4. Memodifikasi program,
5. Seleksi tipe organisasi bimbingan dan konseling dan menetapkan
peranan tenaga pelaksana,
6. Menyeleksi koordinator dan pimpinan masing-masing bagian
program layanan bimbingan dan konseling,
7. Menetapkan fasilitas yang memadai,
8. Pemeliharaan catatan dan laporan yang memadai dalam selaruh
kegiatan layanan bimbingan dari setiap individu,
9. Pendidikan in-service bagi rekan sekerja (sejawat),
10. Memanfaatkan sumber daya masyarakat dan referal, dan
11. Menyusun alokasi dan biaya kegiatan bimbingan.
Mencermati proses perencanaan program pelayanan konseling tersebut
di atas, maka dalam penyusunan program pelayanan konseling ada beberapa
aspek yang seharusnya mendapatkan penekanan, yaitu (a) tujuan, (b)

10
kebutuhan-kebutuhan siswa, (c) materi dan kegiatan layanan yang diberikan,
(d) kegiatan evaluasi, (d) sumber daya manusia, dan (e) sarana dan prasarana.

D. Model Penyusunan Program Bimbingan Konseling


Dalam perencanaan program bimbingan dikenal dengan tiga macam
model penyusunan program yaitu :
1. Model Penyusunan Program Konvensional
Secara garis besar penyusunan program bimbingan konseling
menurut model ini adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah
siswa.
b. Menentukan karakteristik sekolah.
c. Menentukan skala prioritas.
d. Menentukan program tahunan.
e. Menentukan program semesteran.
f. Menentukan program bulanan, mingguan, dan harian.

2. Model Penyusunan Program Bimbingan Dan Konseling Berdasarkan


Planning, Programming, Budgeting, and System (PPBS)
Penyusunan program berdasarkan PPBS merupakan upaya untuk
memperbaiki cara penyusunan program berdasarkan pada cara
konvensional yang mendasarkan kebutuhan atau masalah siswa karena
cara yang pertama lebih menekankan pada selera peserta didik dan kurang
memperhatikan tujuan layanan bimbingan konseling, kurikulum yang telah
disusun secara nasional dan bagaimana mengevaluasi kegiatan sangat
sukar dilakukan.
Penyusunan program bimbingan konseling berdasarkan PPBS
maksudnya dalam menyusun program didasarkan pada sistem yang
memperhatikan perencanaan, program, dan penganggaran.

11
Perencanaan (planning) dalam bimbingan dan konseling merujuk
pada proses pengembangan tujuan, strategi, dan langkah-langkah yang
akan diambil untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam sesi bimbingan
atau konseling. Ini merupakan langkah awal yang penting dalam
membantu individu mengatasi masalah, mencapai tujuan, atau
meningkatkan kualitas hidup mereka.
Berikut adalah beberapa aspek penting dalam perencanaan
bimbingan dan konseling:
a. Penetapan Tujuan: Langkah pertama dalam perencanaan adalah
menetapkan tujuan yang jelas dan spesifik bersama dengan siswa.
Tujuan-tujuan ini harus dapat diukur dan terkait langsung dengan
masalah atau situasi yang ingin diatasi.
b. Penilaian dan Evaluasi: Perencanaan juga melibatkan penilaian
awal terhadap siswa untuk memahami situasi mereka, kebutuhan,
dan potensi solusi. Evaluasi terus-menerus juga penting selama
proses bimbingan atau konseling untuk melacak kemajuan dan
membuat penyesuaian jika diperlukan.
c. Pemilihan Metode dan Teknik: Berdasarkan tujuan dan
evaluasi, konselor akan memilih metode dan teknik yang sesuai
untuk membantu siswa mencapai tujuan mereka. Ini bisa
mencakup pendekatan psikoterapi tertentu, teknik kognitif-
perilaku, atau pendekatan lain yang sesuai dengan kebutuhan
siswa.
d. Penetapan Rencana Tindakan: Setelah tujuan ditetapkan dan
metode dipilih, guru dan siswa akan merumuskan rencana
tindakan yang terperinci. Ini mencakup langkah-langkah konkret
yang akan diambil oleh siswa untuk mencapai tujuan mereka,
termasuk waktu, sumber daya, dan dukungan yang diperlukan.
e. Monitoring dan Dukungan: Selama pelaksanaan rencana
tindakan, guru bertanggung jawab untuk memonitor kemajuan

12
siswa dan memberikan dukungan serta bimbingan tambahan jika
diperlukan. Dukungan ini dapat berupa motivasi, pemecahan
masalah, atau perubahan rencana jika strategi yang sedang
dilakukan tidak efektif.
Perencanaan dalam bimbingan dan konseling memainkan peran
penting dalam memastikan bahwa intervensi yang dilakukan efektif dan
sesuai dengan kebutuhan siswa. Ini melibatkan kolaborasi antara guru dan
siswa untuk mengembangkan strategi yang sesuai dan realistis untuk
mencapai perubahan positif dalam kehidupan siswa.
Programing dalam bimbingan dan konseling merujuk pada proses
merancang dan mengimplementasikan program-program yang bertujuan
untuk membantu individu atau kelompok dalam memperbaiki kualitas
hidup, mengatasi masalah, atau mencapai tujuan tertentu. Programing ini
sering kali melibatkan pengembangan program-program yang terstruktur
dan terorganisir, yang dapat dilakukan secara individu atau dalam
kelompok dengan dukungan guru atau guru bk.
Berikut adalah beberapa poin yang dapat menjelaskan pengertian
programing dalam bimbingan dan konseling lebih lanjut:
a. Perencanaan Program: Programing dimulai dengan
perencanaan yang cermat untuk mengidentifikasi kebutuhan
siswa, menetapkan tujuan program, dan merumuskan strategi
yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini
melibatkan analisis masalah, penentuan target populasi, dan
pengembangan rencana tindakan.
b. Desain Program: Setelah tujuan dan strategi ditetapkan, langkah
berikutnya adalah merancang program secara terperinci. Ini
termasuk penentuan struktur program, penjadwalan sesi atau
pertemuan, pemilihan metode dan teknik yang akan digunakan,
serta pengembangan materi atau kegiatan yang relevan.
c. Implementasi Program: Setelah program dirancang, tahap
implementasi dimulai. Ini melibatkan pelaksanaan kegiatan

13
program sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Guru atau
guru bk bertanggung jawab untuk memastikan bahwa program
dijalankan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
d. Evaluasi Program: Evaluasi merupakan langkah penting dalam
programing bimbingan dan konseling. Ini dilakukan untuk
menilai efektivitas program dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi dapat dilakukan secara formatif (selama
program berlangsung) dan sumatif (setelah program selesai)
untuk mengidentifikasi keberhasilan program dan area perbaikan
yang mungkin diperlukan.
e. Penyesuaian dan Pengembangan Lanjutan: Berdasarkan hasil
evaluasi, program dapat disesuaikan dan diperbaiki untuk
meningkatkan efektivitasnya. Selain itu, pengembangan program
baru atau modifikasi program yang ada juga dapat dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan yang terus berubah dari siswa.
Programing dalam bimbingan dan konseling memiliki peran yang
penting dalam menyediakan struktur dan arah bagi intervensi yang
dilakukan untuk membantu individu atau kelompok mencapai perubahan
positif dan pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri.
Dengan perencanaan, desain, implementasi, evaluasi, dan pengembangan
program yang efektif, guru dapat memberikan bimbingan yang lebih
terstruktur dan terukur kepada siswa mereka.
Budgeting dalam konteks bimbingan dan konseling mengacu pada
alokasi dan pengelolaan sumber daya keuangan yang tersedia untuk
mendukung program-program bimbingan dan konseling. Ini mencakup
penentuan anggaran untuk kegiatan-kegiatan seperti pelatihan guru,
penyediaan materi bimbingan, pengembangan program, dan kebutuhan
administratif lainnya yang terkait dengan layanan bimbingan dan
konseling.

14
Berikut adalah beberapa poin yang menjelaskan pengertian
budgeting dalam bimbingan dan konseling lebih lanjut:
a. Penetapan Anggaran: Budgeting dimulai dengan penentuan
jumlah anggaran yang tersedia untuk program-program
bimbingan dan konseling. Ini melibatkan pengidentifikasian
sumber daya keuangan yang tersedia, baik dari pemerintah,
lembaga non-profit, lembaga pendidikan, atau organisasi lain
yang mendukung layanan bimbingan dan konseling.
b. Alokasi Dana: Setelah anggaran ditetapkan, langkah berikutnya
adalah mengalokasikan dana tersebut untuk berbagai kegiatan
yang terkait dengan bimbingan dan konseling. Ini dapat
mencakup biaya untuk pelatihan konselor, pembelian materi
bimbingan, pembiayaan program-program konseling, pengadaan
ruang kerja, dan lain sebagainya.
c. Pengelolaan Keuangan: Bagian penting dari budgeting adalah
pengelolaan keuangan yang efisien dan transparan. Ini melibatkan
pencatatan pengeluaran, pemantauan anggaran yang tersedia, dan
pembuatan laporan keuangan yang berkaitan dengan kegiatan
bimbingan dan konseling.
d. Evaluasi Penggunaan Dana: Selama atau setelah pelaksanaan
program-program bimbingan dan konseling, dilakukan evaluasi
terhadap penggunaan dana. Hal ini dilakukan untuk memastikan
bahwa anggaran telah digunakan secara efektif dan sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan. Evaluasi juga membantu dalam
mengidentifikasi area di mana pengeluaran dapat dioptimalkan
atau disesuaikan di masa mendatang.
e. Penyesuaian Anggaran: Berdasarkan hasil evaluasi, anggaran
dapat disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan kebutuhan
atau prioritas dalam layanan bimbingan dan konseling. Ini dapat
mencakup penyesuaian alokasi dana, perubahan strategi

15
penggunaan dana, atau penambahan sumber daya keuangan jika
diperlukan.
Budgeting dalam bimbingan dan konseling merupakan aspek penting
dalam memastikan keberlanjutan dan efektivitas bimbingan. Dengan
mengalokasikan dan mengelola dana secara bijaksana, lembaga bimbingan
dan konseling dapat memastikan bahwa program-program mereka dapat
berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat yang maksimal bagi
siswa yang dibimbing.
Sistem dalam bimbingan dan konseling merujuk pada rangkaian
proses, struktur, dan interaksi yang terorganisir secara terencana untuk
menyediakan layanan bimbingan dan konseling kepada individu atau
kelompok. Ini melibatkan penggunaan teknologi, prosedur, dan prinsip-
prinsip tertentu untuk mengelola dan memberikan bimbingan yang efektif
kepada siswa.
Berikut adalah beberapa aspek penting dalam pengertian sistem
dalam bimbingan dan konseling:
a. Proses: Sistem dalam bimbingan dan konseling melibatkan
serangkaian proses yang terstruktur untuk memberikan bimbingan
kepada siswa. Ini termasuk proses penilaian, perencanaan,
intervensi, evaluasi, dan penyesuaian yang dilakukan secara
berurutan untuk membantu siswa mencapai tujuan mereka.
b. Struktur: Sistem juga melibatkan struktur organisasional dan
administratif yang mendukung penyelenggaraan bimbingan dan
konseling. Ini mencakup pembagian tugas, hierarki, kebijakan dan
prosedur, serta pengaturan sumber daya untuk mendukung
kegiatan sehari-hari dalam memberikan bimbingan kepada siswa.
c. Teknologi: Dalam era digital, teknologi memainkan peran
penting dalam sistem bimbingan dan konseling. Ini mencakup
penggunaan perangkat lunak manajemen siswa, sistem pencatatan
elektronik, aplikasi telekonseling, dan platform online untuk
memberikan bimbingan dan konseling secara efisien dan efektif.

16
d. Kolaborasi: Sistem dalam bimbingan dan konseling juga
melibatkan kolaborasi antara konselor, staf pendukung, institusi
pendidikan atau lembaga, dan pihak lain yang terlibat dalam
memberikan bimbingan. Kolaborasi ini diperlukan untuk
memastikan bahwa berbagai aspek layanan bimbingan dan
konseling dapat berjalan dengan lancar dan terkoordinasi.
e. Pemantauan dan Evaluasi: Sistem juga mencakup proses
pemantauan dan evaluasi terhadap efektivitas layanan yang
disediakan. Ini melibatkan pengumpulan data, analisis hasil, dan
penggunaan umpan balik dari siswa dan pemangku kepentingan
lainnya untuk meningkatkan kualitas layanan dan mencapai hasil
yang diinginkan.
Secara keseluruhan, sistem dalam bimbingan dan konseling
merupakan kerangka kerja yang menyatukan berbagai elemen dan proses
untuk memberikan bimbingan yang terstruktur, efektif, dan efisien kepada
individu atau kelompok yang membutuhkan bimbingan dan konseling.
Dengan menggunakan sistem yang baik, lembaga bimbingan dan
konseling dapat meningkatkan kualitas layanan mereka dan memberikan
manfaat yang maksimal bagi siswa mereka.

3. Model Penyusunan Program bimbingan dan konseling Komprehensif


Dalam penyusunan program konvensional atau berdasarkan KTSP,
need assesment hanya didasarkan pada assesment peserta didik, sedangkan
dalam program bimbingan dan konseling komprehensif kegiatan assesmen
mencakup keduanya yaitu need assesment peserta didik dan need
assesment lingkungan.
Need assesment peserta didik adalah segala kebutuhan atau masalah
yang ada padapeserta didik yang meliputi aspek fisik, psikologis, serta
sosial yang antara lain berkaitan dengan hubungan sosial dalam keluarga,
teman-teman. Need assesment lingkungan yaitu mengumpulkan berbagai
kebutuhan atau keinginan dari lingkungan seperti harapan orang tua,

17
sekolah, kemampuan konselor, sarana dan prasarana pendukung layanan
bimbingan dan konseling.
Langkah-langkah penyusunan program bimbingan dan konseling
komprehensif menurut Depdiknas (2008) sebagai berikut: (a) mengkaji
produk hukum yang berlaku, (b) menyusun visi dan misi, (c) bidang
pengembangan, (d) deskripsi kebutuhan, (e) tujuan, (f) komponen
program, (g) rencana operasional, (h) pengembangan tema, (i)
pengembangan satuan layanan, (j) evaluasi, dan (k) biaya.

E. Analisi Kebutuhan
Analisis kebutuhan adalah kegiatan mengidentifikasi faktor-faktor
pendukung dan penghambat (kesenjangan) proses pelayanan untuk
menetapkan media yang tepat dan relevan dalam mencapai tujuan pelayanan
(goals and objectives) yang mengarah pada pencapaian tugas perkembangan.
Analisis kebutuhan konseling dilakukan sebelum suatu program
pelayanan bimbingan dan konseling dirancang dan dikembangkan. Pada
prinsipnya tujuan analisis kebutuhan adalah untuk mengidentifikasi topik dan
media pelayanan yang tepat dan relevan.
Berikut ini merupakan pelaksanaan analisis kebutuhan:
1. Identifikasi Kebutuhan
Identifikasi Kebutuhan bimbingan dan konseling merupakan
kegiatan mengelompokan masalah yang berkaiatan atau yang ada
pada peserta didik. Kebutuhan atau masalah peserta didik dapat
diidentifikasi melalui:
a) Karakteristik siswa, seperti aspek-aspek fisik (kesehatan
dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan
kebiasaan belajar, temperamen (periang, pendiam,
pemurung, atau mudah tersinggung), dan karakternya
(seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab).
b) Harapan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dapat
dianalisis dari tugas-tugas perkembangan yang dijabarkan

18
dalam rumusan kompetensi dan materi pengembangan
kompetensi yang ada dalam silabus.
2. Kegiatan Analisis
Pengukuran kebutuhan merupakan kegiatan penting dalam
menyusun program bimbingan di sekolah. Dalam hal ini
pengukuran kebutuhan perlu dalam penyusunan program karena:
a) Pengukuran kebutuhan akan menfokuskan perhatian
perencanaan program kepada masalah-masalah yang
penting. Ini akan membantu perencanaan program
menyusun rencana penggunaan dan pengelolaan waktu serta
sumber-sumber secara efisien.
b) Pengukuran kebutuhan memberikan dasar pengesahan
bahwa perhatian perencana program hanya kepada
kebutuhan tertentu.
c) Pengukuran kebutuhan memberikan informasi dasar untuk
mengukur perubahan performasi siswa.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam analisis kebutuhan dirinci
lebih komprehensif
1. Mengambil keputusan mengenai penggunaan data pengukuran
kebutuhan untuk perencanaan.
2. Memilih tingkat kebutuhan pengukuran.
3. Mengidentifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengukuran
kebutuhan.
4. Mencapai kesepakatan dengan orang-orang yang terlibat dalam
pengukuran tentang partisipasi mereka.
5. Mencapai kesepakatan tentang tingkat pengukuran kebutuhan dan
perencanaan.
6. Mengumpulkan data.
7. Membuat daftar kebutuhan yang telah diidentifikasi.
8. Menyusun prioritas kebutuhan.
9. Merekonsiliasi data yang bertentangan.

19
10. Mencapai kesepakatan dengan orang-orang yang terlibat dalam
pengukuran kebutuhan tentang kebutuhan-kebutuhan yang
diprioritaskan.

F. Penyusunan Program Bimbingan Konseling


Program bimbingan dan konseling diartikan seperangkat kegiatan
bimbingan dan konseling yang dirancang secara terencana, terorganisasi,
terkoordinasi selama periode waktu tertentu dan dilakukan secara kait
mengait untuk mencapai tujuan. Pengurus Besar IPBI (2001:2)
mendefinisikan program bimbingan dan konseling sebagai satuan rencana
keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada
periode waktu tertentu, seperti periode bulanan, semester, tahunan.
Sedangkan menurut Wahyu Sumidjo (1999:9) yang dimaksud dengan
program ialah rencana komprehensif yang memuat penggunaan sumber-
sumber dalam pola yang terintegrasi serta urutan tindakan kegiatan yang
dijadwalkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Program
menggariskan apa, oleh siapa, bilamana dan dimana tindakan akan dilakukan.
Penyusunan program bimbingan dan konseling dimulai dengan
melakukan analisis kebutuhan atas apa yang dibutuhkan oleh konseli dalam
rangka pemenuhan tugas perkembangannya. Data yang dihasilkan dari hasil
analisis kebutuhan akan menjadi bahan acuan dalam penyusunan program
bimbingan dan konseling. Langkah selanjutnya adalah:
1. Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil
yang diharapkan, atau sesuatu yang ingin dicapai melalui berbagai
kegiatan yang diprogramkan. Tujuan bimbingan dan konseling
merupakan pernyataan yang menggambarkan kualitas perilaku atau
pribadi siswa yang diharapkan berkembang melalui berbagai
strategi layanan kegiatan yang diprogramkan.

20
2. Pengembangan Materi Bimbingan dan Konseling
Pengembangan materi bimbingan dan konseling dilakukan
setelah kita melakukan analisis kebutuhan materi bimbingan dan
konseling. Pengembangan materi bimbingan dan konseling
dimaksudkan sebagai acuan guru dalam memberikan kegiatan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Pengembangan materi adalah segala bentuk pengembangan
bahan yang digunakan untuk membantu guru pembimbing dalam
melaksanakan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Bahan
bimbingan dimaksud bisa berupa bahan bimbingan tertulis maupun
bahan bimbingan tidak tertulis. Bahan bimbingan yang dimaksud
adalah seperangkat materi bimbingan dan konseling yang disusun
secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari bentuk kompetensi
yang ada pada diri peserta didik sehingga guru pembimbing dapat
memberikan perlakuan lebih lanjut terhadap kompetensi yang
diharapkan dimiliki oleh peserta didik.
Pengembangan materi merupakan hal penting yang harus
dilakukan guru pembimbing. Pengembangan materi bertujuan
untuk:
a. Memperkaya informasi yang diperlukan dalam menyusun
materi layanan bimbingan dan konseling.
b. Dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan
layanan bimbingan dan konseling.
c. Memudahkan bagi peserta didik untuk mempelajari suatu
kompetensi tertentu.
Agar pengembangan materi bermakna, maka guru pembimbing
dituntut untuk dapat secara kreatif mendesain suatu materi yang
memungkinkan peserta didik dapat secara langsung memanfaatkan
bentuk pengembangan materi tersebut.

21
3. Perumusan Kegiatan Layanan dan Kegiatan Pendukung
Setelah materi bimbingan dan konseling tersusun maka
langkah selanjutnya adalah menentukan kegiatan layanan dan
pendukung apa yang akan digunakan dalam pemberian layanan
materi bimbingan dan konseling tersebut. Kegiatan layanan dan
pendukung yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling dilakukan melalui
kontak langsung dengan siswa, dan secara langsung
berkenaan dengan permasalahan ataupun kebutuhan
tertentu yang dirasakan siswa. Kegiatan layanan itu
difokuskan kepada salah satu atau beberapa kompetensi
yang hendaknya dicapai/dikuasai siswa. Layanan-layanan
tersebut adalah :
1) Layanan Orientasi, merupakan layanan yang
memungkinkan siswa memahami lingkungan baru,
terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang
dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar
berperannya siswa di lingkungan yang baru itu.
2) Layanan Informasi, merupakan layanan yang
memungkinkan siswa menerima dan memahami
berbagai informasi (seperti informasi belajar,
pergaulan, jabatan, pendidikan lanjutan).
3) Layanan Penempatan dan Penyaluran, merupakan
layanan yang memungkinkan siswa memperoleh
penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya
penempatan dan penyaluran di dalam kelas,
kelompok belajar, jurusan/program studi, program
latihan, magang, kegiatan ekstra kurikuler).

22
4) Layanan Penguasaan Konten, merupakan layanan
yang memungkinkan siswa mengembangkan sikap
dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai
materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan
kemampuan dirinya, serta berbagai aspek tujuan dan
kegiatan belajar lainnya.
5) Layanan Konseling Perorangan, merupakan layanan
yang memungkin-kan siswa mendapatkan layanan
langsung tatap muka (secara perorangan) maupun
bisa juga melalui tatap muka seperti melalui internet
(e-counseling) untuk mengentaskan permasalahan
yang dideritanya.
6) Layanan Bimbingan Kelompok, merupakan layanan
yang memungkin-kan sejumlah siswa secara
bersama-sama melalui dinamika kelompok
memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan
(topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan
pengembangan kemampuan sosial, serta untuk
pengambilan keputusan atau tindakan tertentu
melalui dinamika kelompok.
7) Layanan Konsultasi, merupakan layanan yang
memungkinkan seseorang memperoleh wawasan,
pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan
dalam menangani kondisi dan atau permasalahan
orang lain yang menjadi kepeduliannya.
8) Layanan Mediasi, merupakan layanan yang
memungkinkan pihak-pihak yang sedang dalam
keadaan saling tidak menemukan kecocokan
(bertikai) menyelesaikan permasalahan dan
memperbaiki hubungan mereka.

23
b. Kegiatan Pendukung
Kegiatan layanan tersebut di atas akan dipermudah dan
ditingkatkan kelancaran dan keberhasilannya oleh
kegiatan pendukung. Kegiatan ini pada umumnya dapat
dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan siswa.
Kegiatan pendukung yang perlu dilakukan adalah :
1) Aplikasi Instrumentasi, merupakan kegiatan untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang siswa,
keterangan tentang lingkungan siswa dan lingkungan
lainnya. Pengumpulan data ini dapat dilakukan
dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non-
tes.
2) Himpunan Data, merupakan kegiatan untuk
menghimpun seluruh data dan keterangan yang
relevan dengan keperluan pengembangan siswa.
Himpunan data diselenggarakan secara
berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu,
dan sifatnya tertutup.
3) Konferensi Kasus, merupakan kegiatan untuk
membahas permasalahan siswa dalam suatu
pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang
dapat memberikan keterangan, kemudahan dan
komitmen bagi terentaskannya permasalahan siswa
itu. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan
tertutup.
4) Kunjungan Rumah, merupakan kegiatan untuk
memperoleh data, keterangan, kemudahan dan
komitmen bagi terentaskannya.
permasalahan siswa melalui kunjungan ke
rumahnya. Kunjungan rumah ini merupakan salah
satu bentuk kerja sama dengan orang tua.

24
25
5) Alih Tangan Kasus, merupakan kegiatan pendukung
untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan
tuntas atas masalah yang dialami siswa dengan
memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang
lebih berwenang, misalnya kepada guru mata
pelajaran, psikolog, sesuai dengan permasalahan
siswa.
6) Tampilan Kepustakaan, merupakan kegiatan
pendukung untuk mendapatkan solusi dari
permasalahan yang dihadapi peserta didik melalui
kajian pustaka yang dilakukan secara mandiri oleh
peserta didik.
Kegiatan layanan dan pendukung bimbingan dan konseling
tersebut ke semuanya saling terkait dan saling menunjang baik
langsung maupun tidak langsung. Guru pembimbing wajib
menyelenggarakan jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling
tersebut dengan penyesuaian sepenuhnya terhadap karakteristik
siswa yang dilayani. Penyelenggaraan jenis-jenis layanan itu
dibantu oleh kegiatan pendukung. Perlu diingatkan bahwa kegiatan
pendukung hanyalah sekedar pendukung, yang
ketidakterlaksanaannya tidak boleh mengurangi pelaksanaan jenis-
jenis layanan yang sifatnya lebih utama itu.

26
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyusunan program sebelum mengentaskan permasalahan peserta
didik sangatlah penting bagi guru BK, karena dengan adanya program ini
memudahkan guru BK melaksanakan program yang akan diberikan kepada
peserta didik. Evaluasi yang digunakan dalam mengatasi permasalahan
peserta didik terkait dengan perubahan sikap dan perilaku pada masa pubertas
yaitu evaluasi proses dan hasil.
Analisis hasil penting untuk dilaksanakan oleh guru BK kepada peserta
didik yang mengalami masalah agar tercapainya tujuan yang telah
direncanakan oleh guru BK dalam program bimbingan. Tindak lanjut dalam
layanan sangatlah penting untuk mengentaskan permasalahan peserta didik
yang tidak dapat dientaskan dalam satu kali pemberian layanan atau
memberikan layanan yang lainnya yang terkait dengan permasalahan yang
dialami peserta didik, hal ini juga dapat diberikannya kegiatan pendukung
untuk menunjang keberhasilan suatu layanan.

B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka penulis
menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut:
1. Peserta didik, dapat membantu mengurangi dan mengentaskan
permasalahan peserta didik yang mengalami perubahan sikap dan perilaku
pada masa pubertas.
2. Orang tua, agar mampu lebih memperhatikan peserta didik yang
mengalami perubahan sikap dan perilaku pada masa pubertas.
3. Guru BK, dapat menjadi bahan masukan dalam membuat dan
melaksanakan program terkait dengan perubahan sikap dan perilaku
peserta didik pada masa pubertas.

27
4. Kepala Sekolah, agar lebih memperhatikan kinerja guru BK dalam
melaksanakan program terkait dengan perubahan sikap dan perilaku
peserta didik pada masa pubertas.
5. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI
METRO, Agar dapat membentuk dan membekali para calon konselor
dengan berbagai ilmu pengetahuan, sehingga calon guru BK dapat
memberikan pengetahuan kepada peserta didik khususnya mengenai
perubahan sikap dan perilaku pada masa pubertas.
6. Peneliti Selanjutnya, dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan
diharapkan dan dapat melakukan penelitian mengenai peran guru BK
dalam mengatasi perubahan sikap dan perilaku peserta didik pada masa
pubertas.

28
DAFTAR PUSTAKA

Media Informasi Pengetahuan. “Pengertian Program Bimbingan dan Konseling”.


Diakses pada 15 Maret 2024.
Pengembara Ilmu, (2015, 13 November). “Makalah Program Bimbingan dan
Konseling”. Diakses pada 15 Maret 2024.
Eukaristia Victorique, (2012, 26 Februari). “Hakekat Penyusunan Program BK”.
Diakses pada 16 Maret 2024.
Belajar Kesuksesan, (2012, 2 Juli). “Pengertian Program BK”. Diakses pada 16
Maret 2024.

29

Anda mungkin juga menyukai