Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KOMPONEN PROGRAM BIMBINGAN DAN


KONSELING KOMPREHENSIF
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok 02 Mata Kuliah Bimbingan dan
Konseling di Semester VII-D

Oleh
Kelompok 2:
1. Eli Rohmatul Imamah (2020.112.01.4317)
2. Novita Sari (2020.112.01.4280)
3. Novia Nur Jannah (2020.112.01.4251)
4. Nur Awwali Octavia (2020.112.01.4287)
5. Sintia Rahmah (2020.112.01.4794)

Dosen Pengampu:

Dr. Hj. Julianne Kamelia Riza, S.Psi., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
AL - URWATUL WUTSQO JOMBANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq serta inayah-Nya kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Sholawat serta salam semoga selalu terlimpahkan pada baginda
Rasulullah SAW. Selanjutnya kami selaku penyusun mengucapkan banyak terima
kasih pada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah tentang
Menuntut ilmu dan penyampaian kepada sesama terutama kepada Dr. Hj. Julianne
Kamelia Riza, S.Psi., M. Pd. selaku pengampu mata kuliah Bimbingan dan
Konseling.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Bimbingan dan Konseling dan juga untuk menambah wawasan secara meluas.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca agar penyusunan
makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak
terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Jombang, 19 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................ii


DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan Masalah..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................3
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Komprehensif....................3
B. Komponen Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif....5
1. Layanan Dasar..........................................................................5
2. Layanan Responsif...................................................................6
3. Layanan Perencanaan Individu................................................7
4. Layanan Dukungan Sistem......................................................8
BAB III PENUTUP.....................................................................................11
A. Kesimpulan..................................................................................11
B. Saran.............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun


2003) setiap satuan pendidikan tidak hanya memberikan pembekalan ilmu
pengetahuan dan teknologi (perkembangan aspek kognitif) namun juga
memfasilitasi perkembangan peserta didik secara optimal. Upaya untuk
memberikan pembekalan ilmu pengetahuan dan teknologi (perkembangan
aspek kognitif) merupakan wilayah garapan guru bidang studi.
Sedangkan upaya untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik
merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus
dilakukan secara proaktif dan berbasis data tentang perkembangan peserta
didik beserta faktor yang mempengaruhinya. Meskipun demikian, dalam
pelaksanaannya layanan bimbingan dan konseling memerlukan kolaborasi
antara konselor dengan pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, staf
administrasi, orang tua peserta didik dan pihak-pihak terkait begitu juga
sebaliknya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan program
bimbingan dan konseling yang mewadahi seluruh kegiatan bimbingan dan
konseling yang akan diberikan kepada peserta didik dalam rangka
menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional pada umumnya dan
visi/misi yang ada di sekolah secara khusus. Penyusunan program
bimbingan dan konseling hendaknya merujuk pada pedoman kurikulum
dan berdasarkan kondisi objektif yang berkaitan dengan kebutuhan nyata
di sekolah yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan peserta didik.
Sehingga program yang dilaksanakan merupakan program yang realistik
dan layak untuk di implementasikan dan dapat mengembangkan potensi
peserta didik secara optimal di sekolah-sekolah.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Bimbingan dan Konseling Komprehensif?


2. Apa Saja Komponen Bimbingan dan Konseling Komprehensif?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Bimbingan dan Konseling


Komprehensif
2. Untuk Mengetahui apa saja Komponen Bimbingan dan Konseling
Komprehensif
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Komprehensif


Terbitnya Permendikbud No. 111 Tahun 2014 mengamanatkan
reorganisasi program bimbingan dan konseling. Jika selama ini pemberian
layanan bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah hanyalah bimbingan
klasikal (layanan dasar) dan penanganan terhadap siswa bermasalah (layanan
responsif), serta lemahnya penilaian atau evaluasi terhadap hasil layanan, maka
saat ini waktu yang tepat program bimbingan dan konseling menjadi
komprehensif dan akuntabel. Sebenarnya program bimbingan dan konseling
komprehensif telah terlahir sejak akhir tahun 1960-an hingga awal 1970-an oleh
seorang professor dari Universitas Missouri Columbia. Sebelumnya, Norman C.
Gysbers melihat segi profesionalitas konselor sekolah, dan pada saat itu mulai
memfokuskan terhadap tujuan strategis dan sistemik dari program konseling
yang developmental dan komprehensif. (Riskiyah, 2017)
Sebagaimana pendapat Sutoyo, dkk (2015: 48) dalam (Safitri, 2017)
bahwa BK perkembangan membahas terkait “fokus” atau pusat perhatian
membantu perkembangan potensi, sedangkan BK komprehensif membahas
tentang “cakupan aspek” yang dikembangkan secara menyeluruh
(komprehensif), artinya bukan hanya aspek jasmani atau rohani saja, tetapi secara
keseluruhan baik jasmani maupun rohani. Orientasi dari BK perkembangan
adalah terwujudnya perkembangan yang optimal pada potensi diri siswa.
Layanan bimbingan dan konseling komprehensif merupakan upaya
pemberian bantuan kepada setiap peserta didik agar dapat mengembangkan
dirinya seoptimal mungkin (Subekti, Yuline, & Astuti, 2019). Program
bimbingan dan konseling komprehensif berimplikasi terhadap deskripsi tugas
guru bimbingan dan konseling, sehingga diperlukan beberapa kompetensi
tertentu yang mungkin selama ini belum dimiliki. Meskipun deskripsi tugas dan
standar kompetensi konselor/guru BK telah tercantum dalam undang-undang
tentang guru dan dosen, dan dalam peraturan pemerintah, tetapi uraian tugas dan

3
4

kompetensi yang diuraikan tersebut belum secara rinci mengacu kepada


kompetensi untuk pelaksanaan komponen program. Namun sejumlah literatur
tentang program BK komprehensif dan model-model program BK komprehensif
yang telah dikembangkan oleh banyak negara-negara barat dapat dijadikan acuan
untuk mengetahui tugas-tugas apa saja yang harus dilakukan guru BK dan
kompetensi-kompetensi apa saja yang perlu digunakan untuk operasionalisasi
Permendikbud No 111 Tahun 2014. Dengan demikian, perlu adanya perencanaan
program bimbingan dan konseling komprehensif di sekolah. (Riskiyah, 2017).
Sebuah program konseling sekolah yang komprehensif merupakan
komponen integral dalam misi akademik sekolah. Program konseling sekolah
komprehensif didorong oleh data siswa berdasarkan standar akademik, karier,
dan pengembangan sosial/emosional, mempromosikan dan meningkatkan proses
belajar bagi semua siswa. Kerangka program konseling sekolah komprehensif
terdiri dari empat komponen: landasan (foundation), manajemen (management),
sistem penyampaian (delivery system) dan akuntabilitas (accountability).
(ASCA, 2012) Program konseling sekolah komprehensif dianggap sebagai
praktik profesional terbaik. (Goodman-Scott, Betters-Bubon, & Donohue, 2015)
Tujuan program bimbingan dan konseling komprehensif yang sistemik
adalah untuk mengatasi kesenjangan antara standar kompetensi siswa yang akan
dicapai dengan kemampuan yang dimiliki siswa di sekolah atau di wilayah
tertentu. Untuk menyusun standar kompetensi siswa dimulai dengan meninjau
tujuan pendidikan sekolah dan tujuan pendidikan nasional. Penyusunan program
bimbingan dan konseling komprehensif disusun berdasarkan kebutuhan siswa.
(Daryono, Sugiharto, & Sutoyo, 2014)
Pendekatan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan pada
seperangkat asumsi filosofis, yang diartikulasikan dengan baik oleh Green and
Keys (2001), yang meliputi: (a) konseling mental harus dicakup melalui seluruh
proses pendidikan dan diselaraskan dengan misi dan filosofi sekolah; (b) semua
siswa membutuhkan perkembangan bimbingan dan konseling; (c) guru
merupakan kontributor vital bagi sistem penyampaian program; (d) keberhasilan
program membutuhkan integrasi dan fokus yang efektif pada perkembangan
5

kognitif dan afektif siswa; (e) program harus mencakup konseling individu dan
kelompok, evaluasi program, dan konsultasi berkelanjutan; dan (f) harus ada
fokus yang berbeda, sistem yang luas pada aset siswa. (Kiweewa, Knettel, &
Luke, 2017)
Atas dasar prinsip seluruh sekolah, (Gysbers & Henderson, 2012)
mengusulkan Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif (CGCP), disebut
juga sebagai Model Missouri, yang terdiri dari empat fokus bidang dan tiga
bidang pengembangan siswa. Empat bidang tersebut adalah (1) memberikan
kurikulum bimbingan, (2) membantu siswa dengan perencanaan individu, (3)
layanan responsif pada saat tantangan atau krisis, dan (4) dukungan sistem untuk
guru, anggota masyarakat, dan staf sekolah.
Keterampilan konseling, fase sesi konseling, dan aspek hubungan dalam
konseling adalah bidang kompetensi yang penting untuk anggota konseling
(Flynn & Hays, 2015). Watkin menyimpulkan bahwa perkembangan model
komprehensif kemungkinan besar akan berkembang di negara-negara di mana
ada stabilitas, sistem pendidikan publik yang didanai dengan baik, dan tingkat
kontrol yang rendah oleh lembaga-lembaga politik pusat. (Martin, Lauterbach, &
Carey, 2015).
B. Komponen Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Pelayanan bimbingan konseling komprehensif dikemas dalam empat
komponen yaitu:
1. Layanan Dasar (kurikulum bimbingan dan konseling)
Kurikulum bimbingan dan konseling merupakan seperangkat aktivitas
yang dirancang secara sistematis untuk memfasilitasi perkembangan peserta
didik yang mencakup perkembangan akademis, karir, pribadi, dan sosial.
Berikut adalah strategi yang dilakukan konselor dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling dalam pelayanan dasar yang dikemukakan oleh
departemen pendidikan nasional (2008:224-230)
a. Bimbingan kelas merupakan suatu strategi yang digunakan konselor untuk
memberikan layanan kepada peserta didik dengan jalan berinteraksi secara
langsung didalam kelas.
6

b. Pelayanan orientasi salah satu kegiatan konselor dalam membantu peserta


didik agar dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan situasi dan
kondisi yang baru.
c. Pelayanan infomasi berupa layanan yang menitik beratkan pada pemberian
informasi kepada peserta didik agar bisa memahami dirinya dan
lingkungannya.
d. Bimbingan kelompok merupakan bentuk layanan bimbingan yang
diberikan kepada kelompok kecil yang beranggotakan 5-12 peserta didik.
Hal ini di maksudkan untuk membantu peserta didik agar dapat merespons
kebutuhan dan minatnya.
e. Pelayanan pengumpulan data berupa layanan yang bermaksud untuk
mengumpulkan berbagai data/informasi mengenai peserta didik secara
lengkap dan komprehensif.
2. Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan layanan yang harus segera di berikan
kepada peserta didik artinya, jangan menunda memberikan bantuan jika
peserta didik memiliki masalah ruang lingkup responsif terdiri dari layanan
bidang pribadi, bidang sosial, dan bidang akademik.
a. Bidang pribadi
1) Ketakwaan kepada allah swt
2) Memperoleh system nilai
3) Kemandirian emosional
4) Pengembangan keterampilan intlektual
5) Menerima diri dan mengembangkan secara positif
b. Bidang social
1) Berperilaku sosial yang bertanggung jawab
2) Mencapai hubungan yang lebih matang
c. Bidang akademik
1) Kurang memiliki kebiasaan belajar yang efektif
2) Kurang memahami cara mengatasi kesulitan belajar
3) Kurang memahami cara membagi waktu belajar
7

4) Kurang menyenangi pelajaran-pelajaran tertentu


5) Dukungan system

Layanan responsif bertujuan membantu peserta didik agar dapat


memenuhi kebutuhannya, dan memecahkan masalah yang dihadapinya, baik
berupa hambatan atau kegagalan dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Materi bimbingan dan konseling tergantung kepada masalah
atau kebutuhan peserta didik. Kebutuhan peserta didik berkaitan dengan
keinginan mereka untuk memahami tentang sesuatu hal, karena dipandang
penting bagi perkembangan dirinya yang positif. Kebutuhan itu seperti
keinginan mereka untuk memperoleh informasi tentang :
a. pemahaman dan penerimaan diri dan lingkungan;
b. bahayanya pergaulan bebas, obat-obatan terlarang, minuman keras,
narkotika, ecstasy, dan putau;
c. cara mengatasi kesulitan belajar, dan
d. cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat serta
karirnya di masa depan.
3. Layanan Perencanaan Individu
Layanan Perencanaan individual adalah bantuan kepada peserta
didik/konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas-aktivitas
sistematik yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan
pemahaman tentang kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman
terhadap peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya.
Suatu hal yang perlu dilakukan konselor adalah memahami peserta
didik secara mendalam beserta aspek kepribadiannya melalui berbagai
assesmen dan menyajikan informasi yang akurat tentang potensi diri dan
lingkungan serta peluang yang tersedia sehingga peser didik dapat:
a. Menganalisis kekuatan dan kelemahan yang berkaitan potensi, bakat,
minat, kepribadian, dan lingkungan.
8

b. Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan yang sesuai


dengan dirinya sehingga dapat mengikuti pendidikan lanjutan dengan
suasana yang kondusif.
c. Mengukur dan menilai ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan.
d. Mempertimbangkan dan selanjutnya memilih serta menentukan
pilihan melalui keputusan yang tepat dan bijak sehingga apa yang nantinya
dilakukan adalah buah dari perencanaan yang matang.
4. Layanan Dukungan Sistem
Layanan dukungan sistem merupakan suatu kegiatan bimbingan
yang memiliki tujuan untuk memantapkan, memelihara, serta meningkatkan
program BK. Secara tidak langsung layanan ini sendiri dalam BK merupakan
salah satu bentuk strategi yang dapat memberikan bantuan serta memfasilitasi
dalam setiap proses BK yang dilakukan oleh konselor terutama berguna
untuk perkembangan diri konselinya, namun tentu layanan ini juga harus
didukung dengan berbagai layanan awal yang harus diberikan yaitu dengan
mempermudah dan memperlancar pelaksanaan layanan dasar, responsif, dan
layanan Perencanaan Individual yang sudah dijelaskan tadi. Ada juga yang
mencakup dua bagian yaitu program bimbingan dan konseling dan
layanan pendukung strategi yang digunakan dalam dukungan sistem ini
berupa:
a. Pengembangan jejaring (networking) yaitu upaya menjalin kerjasama
dengan guru, orang tua, dan masyarakat serta seluruh personil sekolah
agar tercipta suasana kondusif dalam proses pembelajaran dan layanan
bimbingan dan konseling.
b. Pengembangan konselor yang meliputi pelatihan-pelatihan yang
terkait dengan bimbingan dan konseling, aktif dalam organisasi seperti
aktif dalam pertemuan ilmiah seperti seminar, workshop, dan lain
sebagainya (Mamat, 2011).
c. Pemberian pelayananan
1) Konsultasi dengan guru-guru.
2) Menyelenggarakan kerja sama dengan orang tua/masyarakat.
9

3) Berpartisipasi.
4) Bekerja sama dengan personil sekolah lainnya.
5) Melakukan penelitian.
d. Kegiatan menajemen
1) Pengembangan program
2) Pengembangan staff
e. Pemanfaatan sumber daya masyarakat
f. Pengembangan atau penentuan kebijakan (Sutirna 2013:74)
10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Layanan bimbingan dan konseling komprehensif merupakan upaya
pemberian bantuan kepada setiap peserta didik agar dapat
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin (Subekti, Yuline, &
Astuti, 2019). Program bimbingan dan konseling komprehensif
berimplikasi terhadap deskripsi tugas guru bimbingan dan konseling,
sehingga diperlukan beberapa kompetensi tertentu yang mungkin
selama ini belum dimiliki. Tujuan program bimbingan dan konseling
komprehensif yang sistemik adalah untuk mengatasi kesenjangan
antara standar kompetensi siswa yang akan dicapai dengan
kemampuan yang dimiliki siswa di sekolah atau di wilayah tertentu.
Pendekatan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan pada
seperangkat asumsi filosofis, yang diartikulasikan dengan baik oleh
Green and Keys (2001), yang meliputi: (a) konseling mental harus
dicakup melalui seluruh proses pendidikan dan diselaraskan dengan
misi dan filosofi sekolah; (b) semua siswa membutuhkan
perkembangan bimbingan dan konseling; (c) guru merupakan
kontributor vital bagi sistem penyampaian program; (d) keberhasilan
program membutuhkan integrasi dan fokus yang efektif pada
perkembangan kognitif dan afektif siswa; (e) program harus mencakup
konseling individu dan kelompok, evaluasi program, dan konsultasi
berkelanjutan; dan (f) harus ada fokus yang berbeda, sistem yang luas
pada aset siswa. (Kiweewa, Knettel, & Luke, 2017).
2. Komponen bimbingan dan konseling komprehensif ada Empat Yaitu:
a. Layanan dasar (kurikulum bimbingan dan konseling)
b. Layanan responsif
c. Layanan Perencanaan individu
d. Layanan dukungan sistem

11
12

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam
penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari
kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan
susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber
dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca
DAFTAR PUSTAKA

ASCA. (2012). The ASCA National Model: A Framework for School Counseling
Programs (third edition). Alexandria: American School Counselor
Association.
Daryono, Sugiharto, D., & Sutoyo, A. (2014). Model Program Bimbingan dan
Konseling Komprehensif di SMA. Jurnal Bimbingan Konseling.
Flynn, S. V., & Hays, D. G. (2015). The Development and Validation of the
Comprehensive Counseling Skills Rubric. Counseling Outcome Research
and Evaluation.
Goodman-Scott, E., Betters-Bubon, J., & Donohue, P. (2015). Aligning
Comprehensive School Counseling Programs and Positive Behavioral
Interventions and Supports To Maximize School Counselors’ Efforts.
ASCA: Professional School Counseling.
Gysbers, N. C., & Henderson, P. (2012). Developing & Managing your School
Guidance and Counseling Program. Alexandria: American Counseling
Association.
Kiweewa, J. M., Knettel, B. A., & Luke, M. M. (2017). Incorporating
Comprehensive Counselling and Guidance Models into School Curricula
in Sub-Saharan Africa. International Journal Adv Counselling.
Martin, I., Lauterbach, A., & Carey, J. (2015). The Identification of Factors
Affecting the Development and Practice of School-Based Counseling in
Different National Contexts: A Grounded Theory Study Using a
Worldwide Sample of Descriptive Journal Articles and Book Chapters.
International Journal Adv Counselling.
Riskiyah. (2017). Implementasi Permendikbud No. 111 Tahun 2014 dan
Implikasinya terhadap Uraian Tugas dan Kompetensi Guru Bimbingan &
Konseling. Jurnal Pendidikan.
Safitri, N. E. (2017). Pengembangan Modul Penyusunan Program Bimbingan dan
Konseling Komprehensif di Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Ilmiah
Counsellia.
Subekti, L. P., Yuline, & Astuti, I. (2019). Pelaksanaan Layanan Dasar
Bimbingan dan Konseling Komprehensif di SMP Negeri 3 Pontianak.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran.
Supriatna, Mamat. (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Rajawali Pres.
Sutirna. (2013). Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

13

Anda mungkin juga menyukai