Anda di halaman 1dari 18

Menjadi Guru Inspiratif, Karena Guru adalah Inspirasi

Diposkan pada Oktober 11, 2017


Sudahkah kita menjadi guru inspiratif? Mengapa harus menjadi guru inspiratif?
Sudahkah siswa kita akan menjawab “Guru adalah inspirasi” ketika ada orang
yang bertanya tentang “Nak, bagaimana pendapatmu tentang gurumu?”

Mengapa Harus Menjadi Guru Inspiratif?


Di era digital seperti sekarang ini, siswa disajikan dengan sumber belajar yang begitu luas.
Tanpa melalui perantara dari guru pun, siswa bisa belajar mandiri dengan mengambil sumber
belajar dari internet, televisi, dan lain sebagainya. Jadi, masihkah peran guru dibutuhkan
dalam proses pembelajaran? Mengingat saat ini siswa sudah bisa belajar dari berbagai sumber
yang begitu dekat dari kehidupan sehari-hari mereka.

Inilah satu tantangan yang dihadapi guru di era digital. Jika guru di kelas hanya sekedar
mengajar menyampaikan materi pelajaran, maka peran ini sudah sangat bisa digantikan oleh
teknologi era digital. Tentang materi pembelajaran, siswa sudah bisa dengan mudah
membuka situs pencarian (google, bing, dll), youtube, wikihow, dan lain sebagainya yang
memuat informasi tak terbatas. Tentang latihan soal siswa juga sudah sangat dimanjakan
dengan adanya internet, apalagi saat ini sudah sangat banyak sekali aplikasi/software yang
berisi kumpulan latihan soal baik untuk smartphone maupun pc. Tentang ragam metode
pembelajaran, saat ini telah banyak games pendidikan yang disediakan oleh pengembang
aplikasi digital. Lalu, apakah kehadiran guru masih dibutuhkan?

Mengenai pertanyaan masih dibutuhkan atau  tidaknya guru, tentu dengan mantap jawabnya
adalah “masih sangat dibutuhkan”. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah bahwa guru
hadir di depan siswanya bukan hanya sekedar mengajar untuk menyampaikan materi
pembelajaran. Karena sekali lagi jika hanya menyampaikan materi saja, maka pekerjaan itu
sudah bisa tergantikan oleh media pembelajaran yang berkembang di era digital.

“The mediocre teacher tells.


The good teacher explains.
The superior teacher demonstrates.
The great teacher inspires.”
(William Arthur Ward)
Ya, guru yang “rata-rata” bisa bercerita. Guru yang “baik” bisa menjabarkan materi dengan
baik. Guru yang “superior” dapat mendemonstrasikan materi dengan baik. Dan guru yang
“luar biasa hebat” dapat menginspirasi murid-muridnya sehingga mereka terus berkembang
dengan sendirinya. Nah, sebagai guru, kita akan memilih yang mana?
Di era digital, pekerjaan bercerita, menjabarkan, dan mendemonstrasikan sudah sangat bisa
dilakukan oleh teknologi digital. Namun, bagaimana dengan “menginspirasi”?

Nah, inilah salah satu peran penting guru di era digital saat ini. Hadir di depan siswa nya
untuk menginspirasi . Senantiasa menjadi sosok panutan yang layak diteladani dalam segala
aspek berkehidupan. Senantiasa menjadi sosok terdepan untuk memberi semangat, motivasi
dan kalimat positif untuk siswanya agar terus berkembang.

“The best teacher teach from the heart,


 not from the book.”
(Anonimous)
 

Baca Inspirasi Lainnya !  20 Film Pendidikan Terbaik Untuk Sumber Inspirasi Guru
Orangtua dan Siswa

“Guru terbaik itu mengajar dan mendidik siswanya dari hati, bukan dari buku”
menjadi guru inspiratif karena guru adalah inspirasi

Guru adalah Inspirasi, bagaimana contohnya? 


Inspirasi adalah segala sesuatu yang dapat mendorong dan merangsang pikiran untuk
memunculkan ide/gagasan maupun melakukan tindakan setelah melihat atau mempelajari
sesuatu yang ada di sekitar. Inspirasi juga bisa dimaknai dengan gagasan-gagasan kreatif
yang muncul dari dalam diri setelah ada rangsangan dari luar. Maka dari itu, guru harus bisa
menjadi “perangsang” bagi siswanya, memberi inspirasi demi inspirasi agar anak senantiasa
dapat terdorong untuk  memunculkan ide, gagasan, pemikiran, tindakan, nilai, hingga
kretifitas yang positif. Nah, dalam hal apa saja inspirasi yang bisa guru berikan untuk
siswanya? Berikut ulasannya.

Menjadi Guru Inspiratif : Meng-Inspirasi dalam


Berkarakter
Dewasa ini, karakter menjadi satu aspek yang sangat di prioritaskan dalam pendidikan. Guru
dalam falsafah Jawa dari awal sudah dimaknai sebagai “digugu lan ditiru” (dipatuhi dan
diteladani). Hal ini harus benar-benar ter-implementasi. Guru didepan siswanya harus bisa
menunjukkan berbagai aspek yang bisa menjadi tauladan bagi siswanya. Baik itu di
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Berikut contoh-contoh konkretnya.
 Guru harus selalu bersikap sabar dan ramah dalam bersosialisasi baik dengan siswa
maupun yang lainnya.
 Guru harus bisa menunjukkan bahwa guru adalah seorang yang taat beribadah.
 Guru harus selalu bersikap jujur dan apa adanya. Tak masalah menjawab “belum
tahu” apabila ada pertanyaan dari siswa yang memang guru belum tahu jawabannya.
 Guru harus senantiasa bersikap baik dan murah senyum pada siapa saja. Tak masalah
bagi guru untuk lebih dahulu menyapa atau melempar senyum kepada muridnya.
 Guru harus menunjukkan sikap mau bekerja sama. Tak masalah bagi guru untuk ikut
membantu menyapu kelas, menutup jendela ataupun sekedar mematikan kipas angin.
 Guru harus senantiasa bersemangat dalam kondisi apa saja. Tak perlu memilkirkan
masalah luar sekolah ketika sedang berada di tengah-tengah siswa.
 Guru harus senantiasa bisa menjaga penampilan. Guru yang selalu terlihat bersih dan
rapi insyaallah akan bisa mendorong siswanya untuk berpenampilan bersih dan rapi
pula.
Itulah beberapa contoh konkret Inspirasi  guru untuk muridnya dalam hal karakter. Dan
karakter pada intinya adalah suatu hal yang membudaya dan menjadi sebuah kebiasaan tanpa
adanya paksaan. Karena itu dalam penanaman nya hanya perlu pembiasaan. Diulang dan
terus diulang dalam mengajak dan memberi arahan. Dan konsisten dalam menunjukkan
keteladanan. Sekali lagi, guru adalah inspirasi…. Mari menjadi guru inspiratif melalui
karakter mulia nya!

Menjadi Guru Inspiratif: Meng-Inspirasi dalam Belajar


Belajar merupakan kegiatan paling prioritas dalam aktifitas di sekolah. Dalam kegiatan
pembelajaran, guru bagaikan nahkoda yang mengontrol laju proses pembelajaran di kelas.
Dalam proses pembelajaran ini, guru dituntut untuk bisa merencanakan, merancang hingga
melaksanakan pendekatan/model pembelajaran menggunakan metode hingga media
pembelajaran yang tepat.

Baca Inspirasi Lainnya !  Pengertian Contoh dan Macam-macam Game Permainan


Outbound yang Harus Diketahui

Kaitannya dengan “Inspirasi” dalam belajar, apakah setiap model pembelajaran yang
diterapkan guru pasti akan menginspirasi siswanya? Apakah setiap metode yang dipakai
sudah pasti bisa menginspirasi  siswa? Apakah setiap media pembelajaran yang digunakan
siswa memberi garansi siswa akan terinspirasi?

Berikut ini beberapa kunci yang harus diperhatikan guru agar proses pembelajaran yang
diterapkan benar-benar memberi inspirasi siswa untuk terus belajar, mengembangkan
kemampuannya , mengubah pola pikirnya atau bahkan mengubah kebiasaan/sikap nya kea
rah yang lebih baik.
 Proses pembelajaran yang dilakukan dapat menarik antusiasme siswa, sehingga focus
belajar dan keigintahuan siswa pun terus muncul selama proses belajar.
 Guru merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa merasa senang dan
nyaman dalam proses pembelajaran, sehingga siswa mudah untuk mengikuti setiap
langkah kegiatan yang disusun oleh guru.
 Guru memunculkan sebuah scenario pembelajaran yang bisa menjadi “unforgettable
moment” bagi siswa. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakan melekat dalam waktu
jangka panjang di ingatan siswa.
 Guru menerapkan “meaningfull learning” / pembelajaran bermakna yang mana setiap
muatan materi baru dikaitkan dengan  pemahaman dan pengalaman belajar siswa
sebelumnya. Dengan begitu siswa akan mudah untuk mengkonstruksi pengetahuan
yang sudah melekat di memorinya dan pengetahuan baru yang  sedang dikuasainya.
 Guru menerapkan pendekatan, model, metode hingga media pembelajaran yang
bervariasi di setiap proses pembelajaran. Hal ini penting dilakukan karena proses
pembelajaran yang statis akan memunculkan rasa bosan pada diri siswa. Kebosanan
untuk mengikuti proses pembelajaran dapat menghambat semangat dan
perkembangan belajar siswa.
 Guru memperhatikan gaya belajar siswa dan memfasilitasinya. Sebagai guru kita
harus bisa memfasilitasi semua karakteristik gaya belajar siswa. Gaya belajar bisa
dibedakan menjadi gaya belajar  tipe auditori, visual, maupun kinestetik. Dan guru
harus bisa memvariasikan pembelajaran dengan memuat 3 gaya belajar tersebut.
Sehingga semua siswa merasa terfasilitasi dalam proses pembelajaran.
 Guru sebagai “figur teladan dalam belajar”. Guru harus senantiasa semangat untuk
meng-upgrade diri dengan terus belajar. Bisa dibayangkan apabila guru saja tidak mau
belajar, bagaimana dengan siswanya? Maka dari itu guru harus selalu menjadi pribadi
pembelajar, terus belajar. Insyaallah dengan sendirinya, siswa kita juga akan tumbuh
menjadi sosok pembelajar yang luar biasa.  Sepakat?
Itulah beberapa kunci agar bisa menjadi Guru yang memberi “Inspirasi dalam belajar.”

Guru adalah Inspirasi : Meng-Inspirasi dalam Berkarya


dan Berkreasi
Berkarya dan berkreasi. Itulah salah satu indicator pribadi unggulan di era digital ini. Dalam
mendidik dan mengajar, kami sampaikan beberapa contoh konkret yang bisa guru lakukan
untuk menginspirasi siswa dalam Berkarya dan Berkreasi antara lain sebagai berikut.

 Merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang memberi ruang siswa


untuk mengembangkan kreatifitasnya.
 Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menekankan pada pembuatan proyek. Hal ini
akan menuntut kreatifitas siswa.
 Guru harus senatiasa menciptakan inovasi demi inovasi dalam pembelajaran.
Semangat pembaharuan yang ditunjukkan oleh guru akan bisa memicu semangat
siswa untuk menciptakan hal baru sesuai dengan potensinya masing-masing.
 Guru bisa menampilkan cerita-cerita inspiratif tentang tokoh-tokoh yang memiliki
karya yang banyak sesuai bidangnya.
 Guru memberi kebebasan kepada anak ketika membuat karya dalam proses
pembelajaran.

Baca Inspirasi Lainnya !  Cara Analisa dan Memilih Asuransi Pendidikan Anak
Terbaik di Indonesia

Itulah beberapa contoh yang bisa dilakukan guru agar anak terinspirasi untuk berkarya dan
berinovasi. Ada usulan lain?

 
Guru adalah Inspirasi : Meng-Inspirasi dalam Pemecahan
Masalah
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, setiap orang tentu akan dihadapkan dengan berbagai
permasalah. Baik permasalahan yang kecil/sepele ataupun permasalahan yang besar. Guru
sebagai orangtua bagi siswa ketika di sekolah selayaknya bisa membekali siswanya tentang
bagaimana memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, guru berada di
posisi terdepan untuk memberi inspirasi. Bagaimana caranya? Berikut ulasannya.

 Guru senantiasa menunjukkan sikap tenang dan berwibawa ketika menghadapi


masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran. Secara natural nantinya siswa akan
dapat meneladani pembawaan guru ini ketika siswa menangani sebuah masalah.
 Guru dalam proses pembelajaran menekankan pada pendekatan dan model
pembelajaran yang memuat sintaks(tahapan) yang membutuhkan proses pemecahan
masalah. Dengan ini siswa akan belajar untuk mencari solusi dari permasalahan yang
ada.
 Guru dalam proses pembelajaran secara aktif menjabarkan studi kasus tentang
berbagai permasalahan dan memberi contoh konkret hal-hal yang bisa dilakukan
untuk mengatasi masalah tersebut.
Sekali lagi, guru adalah inspirasi. Maka dari itu, sebagai seorang guru kita harus mengerti
bahwa kita tidak hanya mentransfer ilmu-ilmu teori dan praktek saja kepada siswa.
Melainkan kita juga harus bisa menjadi sumber inspirasi bagi siswa-siswi kita agar mereka
terus berkembang kea rah hal yang positif. Wahai Guru, Semangat menginspirasi !
 

“To know how to suggest

 is the great art of teaching”

(Henri Frederic Amiel)


Ngainun Naim
Artikel, Refleksi, dan Literasi
Selasa, 20 Agustus 2013

MENJADI GURU INSPIRATIF: MEMBERDAYAKAN DAN


MENGUBAH JALAN HIDUP SISWA
Oleh Ngainun Naim

A.  Pendahuluan
Saya menulis buku Menjadi Guru Inspiratif tahun 2008. Ide menulis
datang secara tidak sengaja. Dalam suatu perbincangan santai, seorang
teman kuliah bercerita mengenai guru-guru dan dosen-dosen yang pernah
mengajarnya. Ia bilang ada guru atau dosen yang hebat dan menanamkan
pengaruh besar. “Mereka itu inspiratif”, katanya. Namun banyak yang biasa-
biasa saja sehingga kemudian dilupakan oleh para siswanya.
Diskusi tersebut meninggalkan kesan mendalam pada diri saya. Ada
berbagai pertanyaan yang muncul, seperti mengapa tidak semua dosen
memiliki sifat yang inspiratif? Bagaimana menjadi seorang pendidik yang
inspiratif?
Kegelisahan dan berbagai pertanyaan terus terngiang dalam benak
saya. Sebagaimana dikatakan oleh Milan Kundera bahwa “Ingatan dan
kenangan adalah hal terindah dalam hidup”, saya kemudian mengingat
pengalaman belajar, terutama berkaitan dengan seperti saja karakter para
guru saya. Ketika sekolah di MTs, misalnya, saya bukan orang yang
menyukai pelajaran bahasa Indonesia. Pelajaran ini, menurut saya, hanya
mengotak-atik hal-hal sederhana. Berbicara dan membaca sebagian besar
kita lakukan dalam bahasa Indonesia. Terus mengapa mesti masih harus
belajar Bahasa Indonesia? Ketidaksukaan saya semakin memuncak
ketika ada tugas mengarang. Rasanya, ini bagian dari pelajaran bahasa
Indonesia yang paling memusingkan.
Apa yang saya alami ternyata juga dialami banyak teman-teman
sekelas. Saya nyaris masih ingat kalimat awal yang sering kami gunakan
dalam memulai sebuah karangan, seperti: “Pada suatu hari”, “Di sebuah
desa”, atau “Liburan yang lalu”. Jarang sekali ada kalimat pembuka yang lain
yang lebih kreatif.
Kondisinya tentu lebih parah lagi kalau sudah masuk ke isi karangan.
Isinya berputar-putar tidak karuan. Kalimat tertentu bisa berkali-kali diulang
dalam satu paragraf. Kata “oleh karena itu” bisa muncul lebih dari lima kali.
Teman sebangku saya paling sering menulis kata “lalu”. Pernah dihitung oleh
guru bahasa Indonesia, kata lalu dalam satu alinea ada  sepuluh.
Itulah salah satu alasan saya kurang menyukai pelajaran bahasa
Indonesia. Tetapi ketidaksukaan tersebut, terutama mengarang, tidak
berlangsung lama. Bahkan dalam perkembangannya kemudian saya justru
suka dan menikmati dunia menulis. Kesukaan terhadap menulis ini mulai
menemukan momentumnya ketika saya menjadi mahasiswa. Menulis,
terutama menulis artikel dan resensi buku, telah menjadi kegiatan yang begitu
mengasikkan dan menyenangkan.
Bagaimana saya kemudian menyukai dunia menulis? Faktor guru. Ya,
gurulah yang memberikan saya perubahan secara drastis dari membenci
karang mengarang hingga begitu menyukainya sampai sekarang. Guru yang
mengubah sikap saya ini bukan guru bahasa Indonesia, tetapi guru lain yang
mengajar bahasa Inggris.
Waktu itu, beliau masih cukup muda. Usianya sekitar 26 atau 27 tahun.
Orangnya gagah, menarik, dan kalau mengajar sangat memikat. Saya sangat
menyukai caranya mengajar. Dan yang lebih saya sukai,beliau memberikan
banyak inspirasi kepada saya. Beliau mengerti betul bagaimana
membangkitkan potensi dan minat muridnya untuk menguasai pelajaran.
Berbagai metode beliau terapkan agar kami bisa menyenangi dan menguasai
pelajaran bahasa Inggris.
Tetapi di luar itu, ada hal lain yang semakin mengokohkan keinginan
saya untuk maju, yaitu sikap dan semangat beliau. Beliau seorang seorang
penulis artikel di berbagai majalah, dan juga seorang “kutu buku”. Setiap
mengajar selalu membawa buku. Di sela-sela waktu kosong, beliau membaca
buku. Sekitar 10 atau 15 menit menjelangpelajaran berakhir, beliau selalu
memberi kesempatan kepada kami untuk bertanya tentang apa saja. Dan
sepanjang pengalaman yang saya ingat, beliau mampu menjawab setiap
pertanyaan kami secara memuaskan. Padahal, pertanyaan yang kami ajukan
mencakup berbagai bidang.
Itulah yang membuat saya begitu terinspirasi. Ingin rasanya meniru
beliau. Inspirasi dari beliau mendorong saya untuk sedapat mungkin
membaca buku dan majalah yang ada. Juga, saya berusaha menulis,
walaupun pada awalnya saya tidak menyukai menulis. Tetapi lama kelamaan,
menulis mulai menarik hati saya. Seiring perjalanan waktu, menulis pun
semakin saya sukai. Ketika mahasiswa, dan terutama ketika menempuh
jenjang S2, sebagian dari biaya kuliah saya peroleh dari honorarium menulis
artikel dan resensi buku di berbagai media massa.Ketika menempuh S3,
sebagian biaya juga saya peroleh dari honorarium menulis buku.
Apa yang ingin saya tekankan dari cuplikan pengalaman ini adalah soal
guru inspiratif. Ya, guru inspiratif adalah guru yang tidak hanya mengajar saja,
tetapi juga mampu memberikan pengaruh ke dalam jiwa siswanya, dan lebih
jauh, mampu merubah kehidupan para siswanya. Walaupun tentu saja,
perubahan selanjutnya dalam kehidupan siswa setelah menamatkan jenjang
sekolah tergantung kepada siswa itu sendiri. Ada yang menindaklanjuti spirit
inspiratif ini, dan ada yang hanya mengenangnya saja. Tetapi hal yang
penting adalah spirit inspiratif ini memiliki makna yang sangat penting dalam
mengantarkan perubahan. Mereka, para guru inspiratif itu, mungkin tidak
menyadarinya, tetapi para siswanya akan selalu mengenang jasa-jasanya.
Guru inspiratif, yang kemudian menjadi judul buku ini, adalah hasil
pergulatan, diskusi, perenungan, dan kajian yang saya lakukan. Saya
kemudian mengembangkan gagasan ini, mencari relevansi, dan konteksnya.
Menurut saya, ini merupakan suatu hal menarik. Tetapi mengapa hanya
sedikit guru yang semacam itu?
Dalam penulisan buku ini, saya berusaha mencari berbagai bahan
pustaka pendukung, baik dari buku maupun internet, dan juga renungan
pengalaman pribadi. Ternyata, guru inspiratif hanyalah sebagian kecil saja
dari guru-guru kita. Sebagian besarnya adalah guru kurikulum, yaitu guru
yang mengajar demi tuntutan menyelesaikan target yang telah ditentukan oleh
kurikulum. Dalam pandangan guru kurikulum, ukuran keberhasilan adalah
ketika siswanya dapat memperoleh nilai maksimal dari mata pelajaran yang
telah disampaikan. Tidak lebih. Persoalan bagaimana siswanya kemudian
berdaya, berubah menjadi lebih baik, lebih maju, dan seterusnya, tidak masuk
hitungan.
Inilah yang menggelisahkan saya. Coba misalnya separuh saja dari
seluruh guru Indonesia adalah guru yang inspiratif, tentu hasilnya akan luar
biasa. Indonesia tidak akan terpuruk dan terus menerus didera beragam
persoalan seperti sekarang. Guru inspiratif akan senantiasa memberikan
motivasi dan modal kepada para siswanya untuk mampu menghadapi
perubahan. Tantangan demi tantangan akan mampu ditundukkan, walaupun
tantangan tersebut tidak ringan. Manusia tahan banting yang tidak larut dalam
perubahan hanya mampu dihasilkan oleh guru inspiratif.
Oleh karena itu, yang penting adalah bagaimana membangun spirit
inspiratif di kalangan guru-guru kita. Guru inspiratif, menurut saya, adalah
guru kurikulum plus. Maksudnya, selain mengajar secara maksimal
berdasarkan kurikulum, ada nilai plusnya, yaitu memberikan modal lain bagi
kehidupan para siswanya dalam menghadapi hidup. Dan guru inspiratif bisa
diciptakan.
Mungkin ini terlalu muluk, tetapi bukan suatu hal yang mustahil.
Pentingnya guru inspiratif harus terus menerus disuarakan, diperjuangkan,
dan diwujudkan. Dengan begitu, ada harapan perubahan yang lebih baik di
masa depan. Guru inspiratif bukan segala-galanya, tetapi adanya guru
inspiratif akan memberikan kontribusi yang luar biasa bagi perubahan dalam
kehidupan siswa-siswanya.

B.  Makna Guru Inspiratif


Setiap orang yang pernah belajar pasti memiliki guru. Jumlah guru yang
mengajar kita jumlahnya sangat banyak, namun tidak semuanya kita kenang.
Bahkan ada guru yang kita tidak lagi mengingatnya. Hanya sebagian saja dari
guru yang pernah mengajar yang kita kenang karena “keistimewaan” tertentu
yang ada pada guru tersebut. Para siswa biasanya menyebutnya sebagai
guru idola atau guru favorit.
Dalam tipologi umum, guru secara sederhana dapat dibagi menjadi
dua. Pertama, guru kurikulum yaitu sosok guru yang amat patuh kepada
kurikulum dan merasa berdosa bila tidak bisa mentransfer semua isi buku
yang ditugaskan sesuai dengan acuan kurikulum. Guru kurikulum
mengajarkan sesuatu yang standar (habitual thinking). Guru kurikulum, kata
Rhenald Khasali,  seorang guru besar UI, mewakili sebagian besar guru yang
pernah ditemuinya. Jika mengikuti logika Khasali, berarti sebagian besar guru
adalah guru kurikulum. Mereka mengajar hanya untuk memenuhi tuntutan
kurikulum. Tugas mengajar akan dianggap selesai dan sukses manakala apa
yang tercantum dalam kurikulum sudah disampaikan secara tuntas, dan para
siswanya mampu menguasainya secara baik. Tolok ukur keberhasilan
mengajar bagi guru tipe ini adalah angka-angka kuantitatif yang diperoleh
dalam evaluasi. Tidak ada orientasi lainnya yang lebih luas. 
Tipologi yang kedua adalah guru inspiratif, yaitu guru yang memiliki
orientasi jauh lebih luas. Guru inspiratif tidak hanya terpaku pada kurikulum,
tetapi juga memiliki orientasi yang lebih luas dalam mengembangkan potensi
dan kemampuan para siswanya. Sayangnya, jumlah guru inspiratif amat
terbatas, hanya sekitar 1 persen saja. Guru inspiratif bukan guru yang hanya
mengejar kurikulum, tetapi lebih dari itu, mengajak siswa-siswanya berpikir
kreatif (maximum thinking). Ia mengajak siswa-siswanya melihat sesuatu dari
luar (thinking out of box), mengubahnya di dalam, lalu membawa kembali
keluar, ke masyarakat luas. Jika guru kurikulum melahirkan manajer-manajer
andal, maka guru inspiratif akan melahirkan pemimpin-pembaru yang berani
menghancurkan aneka kebiasaan lama. Dunia memerlukan keduanya, seperti
kita memadukan validitas internal (dijaga oleh guru kurikulum) dengan
validitas eksternal (yang dikuasai guru inspiratif) dalam penjelajahan ilmu
pengetahuan.

C.  Menyulut Spirit Inspiratif


“Masyarakat masa depan adalah masyarakat yang terbuka di mana hanya
manusia unggullah yang dapat bertahan atau memanfaatkan kesempatan
yang terbuka. Masyarakat masa depan mengagungkan kualitas yang hanya
dapat diproduksi oleh manusia-manusia unggul. Hanya manusia unggullah
yang dapat bersaing. Dengan keunggulan itulah manusia dapat hidup terus
dan dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Manusia unggul adalah
manusia yang dapat berfikir kreatif dan produktif, yang tidak menerima status
quo dan selalu menginginkan sesuatu yang baru yang lebih baik. Dan oleh
sebab itu, manusia unggul adalah manusia inovatif” --- HAR Tilaar.

Menjadi guru inspiratif ternyata tidak mudah. Hal ini disebabkan karena
karakter inspiratif tidak bersifat permanen. Suatu saat, seorang guru dapat
menjadikan dirinya begitu inspiratif di mata para siswanya. Sementara di saat
yang lain, karakter semacam itu memudar. Oleh karena itu, spirit inspiratif
harus dikondisikan agar senantiasa menjadi bagian tidak terpisah dari diri
seorang guru.
Hal penting yang harus dilakukan seorang guru adalah bagaimana
senantiasa berusaha menemukan pemantik dan penyulut spirit inspiratif.
Dengan usaha yang dilakukan secara terus menerus, penuh semangat, dan
dilandasi oleh keyakinan yang kokoh, maka spirit inspiratif akan dapat tetap
terjaga secara stabil. Naik turunnya spirit inspiratif sebenarnya merupakan hal
wajar dan manusiawi.
Bagaimana menyulut spirit inspiratif? Jawaban atas pertanyaan ini
memang tidak mudah. Setiap guru dapat memiliki cara dan mekanisme
tersendiri untuk melakukannya. Pengalaman masing-masing guru bisa jadi
berlainan. Ada yang berusaha melakukan evaluasi diri, ada yang membaca
buku-buku motivasi, membaca biografi tokoh-tokoh sukses, melakukan
relaksasi, dan beraneka teknik lainnya. Memang tidak ada teori baku dan
universal yang menjelaskan terhadap persoalan ini.
Menurut penulis, spirit inspiratif dapat dibangkitkan dengan beberapa
cara. Pertama, komitmen. Komitmen sebagai guru inspiratif harus dibangun
secara kokoh dalam jiwa. Komitmen akan memberi makna yang sangat
penting terhadap apa yang kita kerjakan, kita lihat, kita rasa, kita dengar, dan
kita pikirkan. Setiap mengajar, sejauh kita memegang komitmen, maka kita
akan senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk memberi inspirasi
kepada para siswa. Mengamati bagaimana siswa kurang bergairah belajar,
maka komitmen sebagai guru inspiratif akan melahirkan beragam usaha untuk
membangkitkan semangat mereka terhadap belajar. Melihat siswa yang dinilai
bermasalah, spirit inspiratif akan terdorong untuk melacak penyebabnya dan
mencari jalan keluarnya. Menghadapi hasil evaluasi yang kurang memuaskan,
spirit inspiratif akan tergerak untuk menemukan cara-cara konstruktif untuk
meningkatkan prestasi. Begitu seterusnya. Setiap ada persoalan, spirit
inspiratif selalu memunculkan dorongan dalam diri guru untuk mencari jalan
pemecahannya.
Kedua, membangun kecintaan terhadap profesi. Mengajar yang
dilandasi oleh kecintaan yang mendalam akan melahirkan dan menyulut spirit
inspiratif secara kokoh. Cinta yang kuat dapat menggerakkan jiwa untuk
senantiasa penuh semangat, yakin, optimis, dan penuh harapan. Besarnya
cinta terhadap profesi, terhadap tanggung jawab, terhadap masa depan
siswa, dan terhadap tanggung jawab kepada Allah, akan menjadikan
mengajar menjadi sedemikian memberdayakan, penuh kenikmatan dan
penghayatan. Bagi seorang guru, jangan sampai tugas mengajar dilakukan
karena faktor keterpaksaan. Ini merupakan sesuatu yang fatal, karena sikap
terpaksa akan menjadikan mengajar hanya sebagai pemenuhan kewajiban
saja. Tidak ada lagi spirit dan cinta yang mampu melandasinya. Tidak ada lagi
visi lebih luas dan mendalam yang dibangun. Spirit inspiratif tidak akan
muncul pada guru yang memiliki karakter semacam ini. Mereka yang
mengajar secara terpaksa akan kehilangan gairah dan orientasi yang lebih
luas. Mengajar kemudian dilakukan hanya sekedarnya saja. Mengajar dalam
keterpaksaan akan menimbulkan efek psikologis yang kurang baik terhadap
diri guru sendiri dan juga para siswanya. Lebih jauh, kondisi ini akan
menyebabkan pembelajaran tidak mampu mencapai hasil maksimal
sebagaimana diharapkan.
Ketiga, menajamkan visi. Visi, menurut Philip Kotler, merupakan an
ideal standar of excellence (standar ideal kesempurnaan) yang ingin kita raih.
Atau bisa juga dimaknai sebagai a dream must be achieve (mimpi yang harus
kita raih). Visi sebagai guru inspiratif akan menjadikan segala aktifitasnya
senantiasa diarahkan untuk menuju kepada hal tersebut. Visi ini akan
menuntut bukti dan perjuangan. Dengan merumuskan visi ini, seorang guru
inspiratif akan membuat kemajuan yang berarti, walaupun menghadapi
tantangan yang tidak ringan. Seorang guru yang tidak memiliki visi tidak akan
membuat kemajuan, walaupun mungkin ia berada di jalan yang mulus.

D.  Karakteristik Guru Inspiratif


Guru inspiratif akan selalu memberikan perspektif pencerahan kepada
para siswanya. Mereka tidak sekedar mengajar sebagai kewajiban
sebagaimana ditentukan dalam kurikulum, tetapi juga senantiasa berusaha
secara maksimal untuk mengembangkan potensi, wawasan, cara pandang,
dan orientasi hidup siswa-siswanya. Sebab, kesuksesan mengajar tidak
hanya diukur secara kuantitatif dari angka-angka yang diperoleh dalam
evaluasi, tetapi juga pada bagaimana para siswanya menjalani kehidupan
selanjutnya setelah mereka menyelesaikan masa-masa studinya.
Kriteria guru yang inspiratif memang belum terumuskan secara jelas. Ini
merupakan hal yang wajar karena definisi guru inspiratif sendiri bukan sebuah
definisi yang populer dan baku dalam dunia pendidikan kita. Namun demikian,
bukan berarti tidak ada kriteria. Berdasarkan penelusuran literatur, diskusi,
dan perenungan, penulis menemukan beberapa kriteria untuk mengukur
apakah seorang guru dapat dikategorikan sebagai guru inspiratif atau bukan.
Tentu saja, apa yang penulis kategorikan sebagai kriteria inspiratif ini
bukanlah sebuah kriteria kaku. Sangat mungkin pembaca menemukan
kriteria-kriteria lainnya yang dapat melengkapi kriteria yang penulis rumuskan.
Pertama, terus belajar. Belajar menambah pengetahuan secara terus
menerus merupakan hal yang harus dilakukan oleh seorang guru inspiratif.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat menjadi tantangan bagi guru
untuk terus mengikutinya. Akses menambah ilmu sekarang ini semakin
terbuka. Sumber pengetahuan tidak hanya dari buku. Sekarang ini, ada
beraneka sumber belajar yang bisa didapatkan.
Kedua, kompeten. Bagi seorang guru, memiliki kompetensi berarti
memiliki kecakapan atau kemampuan untuk mengajar. Tentu saja,
kompetensi ini tidak sekedar mampu dalam makna yang minimal, tetapi
mampu dalam makna yang mendalam.
Ketiga, ikhlas. Guru yang mengajar bukan karena dilandasi oleh
keikhlasan, tetapi karena semata-mata mencari nafkah, maka pekerjaannya
sebagai guru akan dinilainya hanya dari segi capaian materi semata. Apabila
yang menjadi orientasi utamanya adalah materi, maka si guru akan
mengalami kegoncangan psikologis apabila ia merasa tidak seimbang antara
apa yang ia kerjakan dengan honorarium yang ia terima. Sebagai akibatnya,
ia akan kehilangan semangat mengajar. Mengajar dilakukan hanya
sekedarnya sebagai bagian untuk memenuhi syarat mendapatkan gaji.
Keempat, spiritualis. Aspek spiritualitas menjadi aspek penting yang
mempengaruhi sisi inspiratif atau tidaknya seorang guru. Memang sisi ini
bukan sebuah keharusan, tetapi adanya sisi spiritualis ini akan semakin
mengukuhkan dimensi inspiratif seorang guru. Bagi seorang guru, khususnya
guru agama Islam, aspek spiritualitas merupakan aspek yang harus dimiliki
yang membedakannya dengan guru bidang studi lainnya. Guru agama bukan
sekedar sebagai “penyampai” materi pelajaran, tetapi lebih dari itu, ia adalah
sumber inspirasi “spiritual” dan sekaligus sebagai pembimbing sehingga
terjalin hubungan pribadi antara guru dengan anak didik yang cukup dekat
dan mampu melahirkan keterpaduan bimbingan rohani dan akhlak dengan
materi pengajarannya.
Kelima, totalitas. Totalitas merupakan bentuk penghayatan dan
implementasi profesi yang dilaksanakan secara utuh. Dengan totalitas, maka
seorang guru akan memiliki curahan energi secara maksimal untuk mendidik
para siswanya. Dalam kaitannya dengan totalitas ini, menarik untuk
merenungkan pernyataan Win Wenger (2003), “Apapun bidang yang sedang
Anda pelajari, tenggelamkan diri Anda ke dalamnya. Bangunlah hubungan
saraf-inderawi (neuro-sensori) dengannya sebanyak mungkin indera dan
imajinasi Anda”.
Keenam, motivator dan kreatif. Motivasi dalam diri siswa akan
terbangun manakala siswa memiliki ketertarikan terhadap apa yang
disampaikan oleh guru. Hubungan emosional ini penting untuk
membangkitkan motivasi siswa. Motivasi akan sulit dibangun manakala dalam
diri siswa tidak terdapat ketertarikan sama sekali terhadap guru.
Ketujuh, pendorong perubahan. Guru inspiratif akan meninggalkan
pengaruh kuat dalam diri para siswanya. Mereka akan terus dikenang,
menimbulkan spirit dan energi perubahan yang besar, dan menjadikan
kehidupan para siswanya senantiasa bergerak menuju ke arah yang lebih
baik. Guru semacam inilah yang banyak melahirkan para tokoh besar. Mereka
sendiri mungkin sampai sekarang tetap berada di tempatnya tinggal, tetap
dengan kesederhanaannya, dan tetap menularkan virus inspiratif kepada para
siswanya yang terus datang silih berganti, sementara para siswanya yang
terinjeksi spirit hidupnya telah berubah dan menjadi seorang yang memiliki
capaian besar dalam hidupnya.
Kedelapan, disiplin. Dalam konteks disiplin, keteladanan guru
menegakkan disiplin akan menjadi rujukan bagi para siswa untuk juga
membangun kedisiplinan. Bagaimana mungkin para siswa akan dapat
menjalankan disiplin dengan baik, jika guru sendiri tidak memberikan
keteladanan? Aspek yang akan lebih meneguhkan tertanamnya budaya
disiplin dalam diri anak didik dalam menegakkan wibawa dan keteladanan
adalah konsistensi, atau dalam bahasa agama disebut
dengan istiqamah.Sebuah aturan yang ditegakkan tanpa konsistensi akan
menghancurkan kewibawaan. Lebih jauh, budaya disiplin pun akan sulit
diharapkan untuk tumbuh subur. Dalam hal ini, guru dan pihak sekolah harus
membangun sistem yang tidak memungkinkan terjadinya faktor-faktor yang
memutus budaya disiplin. 

E.  Inspirasi Guru dan Perubahan Jalan Hidup Siswa


Pada dasarnya, peran guru inspiratif bukanlah faktor tunggal yang akan
menentukan keberhasilan dalam hidup seseorang. Keberhasilan seseorang
dalam hidup setidaknya dipengaruhi oleh tiga hal; peran pribadi guru inspiratif,
kemampuan guru inspiratif membangun iklim pembelajaran yang semakin
menyuburkan arti dan makna inspiratif, serta usaha siswa sendiri untuk
meraih kesuksesan, baik ketika masih sekolah maupun setelah
menyelesaikan jenjang pendidikannya. Pada titik inilah, guru inspiratif memiliki
peranan penting dalam menyulutkan api pemantik kesuksesan dalam
kehidupan para siswanya.
Tetapi jika inspirasi dan hasrat tersebut berhenti dan hanya sebatas
sebagai bentuk ekspresi kekaguman semata, tentu saja perubahan tidak akan
terjadi dalam diri para siswa. Perubahan sebagai dampak dari guru inspiratif
akan betul-betul terjadi manakala para siswa tersebut melakukan aksi untuk
meniru, memberdayakan diri, dan mengembangkan dirinya untuk menjadi
seorang siswa yang memiliki kemampuan dan penguasaan bahasa Inggris
dengan baik, sebagaimana gurunya.
Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis dan juga
memupuk beberapa potensi kreatif sebagai modal penting yang mampu
mengubah inspirasi yang ada menjadi revolusi diri. Langkah yang justru lebih
penting setelah memperoleh pengaruh positif dari guru inspiratif adalah
bagaimana melakukan aksi sebagai bentuk pengungkapan hasrat dan
kemauan untuk berubah demi melejitkan potensi diri. Langkah-langkah
perubahan ini sangat penting untuk dilakukan karena hanya dengan jalan
semacam inilah pengaruh dari seorang guru inspirasi betul-betul dirasakan
secara nyata dalam bentuk revolusi diri menuju ke arah aktualisasi potensi
diri. Inilah salah satu agenda penting yang memerlukan kerja keras untuk
mewujudkannya

           Sore ini sudah cukup nongkrong di perpustakaan. Mau lanjut untuk
observasi ke TPA PAMA di Papringan yang nantinya akan saya posting
hasil observasinya untuk temen-temen tentang salah satu pelaksana
pendidikan Islam ini. Hampir saja kelupaan ada tugas untuk mencari
artikel tentang Sumber Daya Manusia Pendidikan sebagai tugas Pengantar
Ilmu Manajemen untuk mengganti pertemuan hari Kamis yang libur
kemarin. Akhirnya pilihan artikel jatuh pada tulisan ibu Saprilina Ginting,
S.Pd yang mengangkat tema guru inspiratif. Hmmm.. menarik bukan? Nah
di tugas pak Misbah kali ini kita diminta untuk membuat pointers dengan
ketentuan minimal 15 baris. Next time juga akan aku posting bagaimana
pointers dan kesimpulan yang bisa aku ambil dari artikel ini. see you next
time 

Menjadi Guru Inspiratif, Modal Berharga Bagi Masa


Depan Siswa
            Senin, 5 Mei 2015
Bagi sebahagian orang, menjadi seorang guru bukanlah perkara sulit,
walaupun bukan dari latar belakang pendidikan, mereka tetap bisa
mengajar, mengoreksi soal, membuat soal, bahkan cara mengajar mereka
lebih baik dari guru yang memiliki latar belakang pendidikan, apakah
dengan demkikian dianggap tugas sebagai seorang guru selesai? rasanya
belum.
Namun hal ini serasa bertentangan dengan yang seharusnya yang
dilakukan seorang guru, dimana seorang guru tidak hanya harus bisa
mengajar, namun juga seorang guru harus bisa menjadi sumber inspirasi
buat siswanya, dan ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, namun
bukan tidak mungkin untuk dilaksanakan.
Kapan seorang guru dikatakan guru yang inspiratif? Menurut buku
Aplikasi Ilmu Psikologi Positif: Guru inspiratif adalah guru yang
memberikan stimulasi mental kepada murid - muridnya Dimana
diharapkan dari stimulasi mental yang diberikan kepada siswa akan
memberikan dampak yang lebih kuat terhadap pemahaman murid/siswa,
karena semakin banyaknya emosi positif yang dirasakan oleh siswa pada
saat belajar maka penguasaan materi pembelajaran akan semaikin baik.
Bagaimana Caranya Menjadi Guru yang Inspiratif? Berdasarkan
sumber buku yang saya baca untuk menjadi guru yang inspiratif salah
satunya adalah dengan mengajar menggunakan PAIKEM (Pembelajaran
yang Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan), Karena dengan
mengajar menggunakan PAIKEM dapat menginspirasi murid untuk
berpikir, sehingga rasa ingin tahu siswa berkembang, dan perubahan yang
terjadi pada diri anak ke arah yang lebih baik akan lebih mudah terjadi.
Menurut National Board For Proffesional Teaching Standar,
dalam bonds. Ada 13 Kriteria Standar Guru Inspiratif dan Professional:

1. Menguasai materi pelajaran dengan baik


2. Mampu menggunakan dengan tepat kemampuan, dalam mengajar dan belajar
3. Mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan instruksional pembelajaran
4. Mampu melakukan improvisasi dalam mengajar
5. Mampu melakukan manajemen kelas dengan baik
6. Memiliki kepekaan dalam menanggapi situasi selama pembelajaran berlangsung
7. Memiliki sensitivitas terhadap konteks
8. Mampu memonitor pembelajaran
9. Selalu bertindak berdasarkan data
10. Respek terhadap orang lain
11. Mempunyai jiwa yang mendidik
12. Mampu memfasilitasi murid agar mencapai prestasi tertinggi
13. Mampu memfasilitasi murid agar lebih memahami kompleksitas

Dari uraian diatas, dapat terlihat menjadi guru yang inspiratif


bukanlah hal yang mudah, namun harus tetap berusaha! dan harus yakin
pasti bisa!. Dengan menjadi guru inspiratif diharapkan ada sosok yang
mampu memotivasi dan menginspirasi siswa, agar siswa mampu
mengoptimalkan setiap potensi yang mereka miliki sehingga berguna bagi
masa depan mereka nanti.
Yuk belajar jadi guru insipiratif !!
Oleh: Saprilina Ginting, S.Pd*
Penulis adalah guru matematika SMA Unggulan CT Foundation
Sumber : http://smactf.sch.id/index.php/Artikel/menjadi-guru-inspiratif-modal-berharga-
untuk-masa-depan-siswa.html
Diakses pada hari Jum’at 15 Mei 2015 pukul 16.40

Anda mungkin juga menyukai