Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TAHAPAN PENYUSUNAN PROGAM BK

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah PENGEMBANGAN PROGRAM


BK

Dosen Pengampu : Dr. Agus Wibowo, M.Pd

JUMLAH HALAMAN
TIDAK SESUAI
INSTRUKSI’

TEORI TIDAK ADA AHLI


YANG BENAR

DAFTAR PUSTAKA G
SESUAI DENGAN ISI’

FULL COPAS

Disusun oleh :

Rima Erviana 20130004 Ichsan Yudha Hambali 20130049

Fida Setiasih 20130007 Nabila Reva Eftyana 20130051

Alifya Gamaria Hulwa 20130019 Alun Adisti 20130058

Mei Dwi Cahyanti 20130021 Anisa Sari 20130059

Siti Zainun Rul M. 20130033 Pemandu Arif S. 20130065

Novi Ramadhani 20130042

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pengembangan Program BK yang diampu oleh Bapak Umi Dr.
Agus Wibowo, M. Pd. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Pengembangan Program BK dengan focus pada tahap
penyusunan program BK bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Metro, April 2022

Penyusun

2
MAKALAH.........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................2
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………2
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………..3
C. Tujuan Masalah……………………………………………………………………………………………….4
BAB II PEMBAHSAN.....................................................................................................5
A. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Penyusunan Program Bimbingan dan
Konseling………………………………………………………………………………………………………………5
B. Tahap-Tahap Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling…….8
C. Model Penyusunan Program Bimbingan Konseling………………………….10
D. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling Berbasis Sekolah……….11
E. Unsur dan Syarat Penyusunan Program Pelayanan Konseling Berbasis
Sekolah………………………………………………………………………………………………………………..11
F. Keuntungan Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling Berbasis
Sekolah………………………………………………………………………………………………………………..13
G. Jenis Penyusunan Program Bimbingan Konseling......................................13
H. Penyusunan Program Bimbingan Konseling................................................14
BAB III PENUTUP.........................................................................................................16
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………….16
B. Saran....................................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program merupakan pernyataan yang berisi kesimpulan dari beberapa
harapan atau tujuan yang saling bergantung dan saling terkait, untuk mencapai
suatu sasaran yang sama. program BK adalah satuan rencana kegiatan BK yang
akan dilaksanakan pada periode waktu tertentu, program BK diartikan
seperangkat kegiatan BK yang dirancang secara terencana, terorganisasi,
terkoordinasi selama periode waktu tertentu dan dilakukan secara kait mengait
untuk mencapai tujuan.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan siswa, Implikasinya guru pembimbing dituntut untuk melakukan
assessment kebutuhan siswa sebelum menyusun program bimbingan dan
konseling. Assessment kebutuhan siswa yang akurat menjadi sangat penting,
supaya program bimbingan dan konseling benar-benar relevan dengan kondisi
siswa. Assessment kebutuhan siswa ini memegang peranan penting dalam
penyusunan program, mengingat hasil assessment yang memadai akan menjadi
dasar untuk menentukan intervensi edukatif secara tepat. Namun demikian,
dengan mencermati kondisi di sekolah pelayanan bimbingan belum mampu
memberikan kontribusi yang diharapkan.
Melalui pemahaman dan penguasaan yang mendalam tentang asumsi
pokok program BK yang bersifat komprehensif dan penjabaran dalam komponen-
komponen program, maka konselor diharapkan dapat menyusun dan
mengembangkan rencana aksi layanan BK dengan tujuan dan target terukur
serta berdasarkan skala prioritas layanan yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik (need assessment).
Terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling lebih menekankan sisi
peningkatan motivasi dalam artian membuat peserta didik rajin masuk kelas, mau
mengerjakan pekerjaan rumah, dan lain-lain. Adapun peningkatan keterampilan
belajar belum banyak disentuh guru pembimbing, mengingat guru pembimbing
masih merasa bahwa peningkatan keterampilan belajar merupakan bagian
pekerjaan guru mata pelajaran.
Sedangkan secara implisif tujuan bimbingan dan konseling adalah
tercapainya perkembangan yang optimal pada individu yang dibimbing, dengan
perkataan lain agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal

4
sesuai dengan potensi atau kapasitasnya dan individu dapat berkembang sesuai
dengan lingkungannya. dalam surat Al-Nahl : 78 Allah berfirman:
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui apa-apa,dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan af-
idah (daya nalar),agar kamu bersyukur.
Di dalam setiap manusia mempunyai potensi/kemampuan yang berbeda-
beda, sama dengan halnya dengan peserta didik mempunyai potensi dan
kemampuan yang berbeda-beda, sehingga kemampuan peserta didik tersalurkan
melalui proses belajar.
Program bimbingan dan konseling di sekolah dimaksudkan untuk
mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Siswa
merupakan subjek garapan bimbingan dan koseling di sekolah. Hal tersebut
mengimplikasikan perlunya pemahaman terhadap siswa sebagai dasar untuk
merancang dan merumuskan isi dan pendekatan program bimbingan di sekolah.
Dalam menyusun program bimbingan dan konseling berbasis sekolah yang
baik, harus memperhatikan tahap-tahap dan prosedur penyusunan program yang
sudah ada demi kelancaran dan kemudahan kegiatan bimbingan dan konseling
di sekolah. Sekolah merupakan bagian dari pendidikan, dimana di sekolah
terdapat peserta didik yang mana membutuhkan suatu perhatian agar dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Sekolah memiliki banyak sekali
kegaiatn, sehingga perlu adanya suatu management sekolah yang baik agar
kegiatan– kegiatan di sekolah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Siswa atau peserta didik merupakan salah satu objek penerima layanan
bimbingan dan konseling, sehingga untuk memudahkan pemberian layanan
bimbingan dan konseling di sekolah, seorang guru bimbingan dan konseling
diharuskan membuat suatu perencanaan penyusunan program terlebih dahulu
untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
Agar pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah dapat
terlaksana secara efektifdan efisien serta tujuanya dapat tercapai efektif dan
efisien pula maka harus disusun programnyasecara terencana dan sistematis
dengan perkataan lain, pelayanan BK di sekolah dan
madrasah perludirencanakan , dilaksanakan, dan dinilai secara sistematis
sehingga di rasakan manfaatnya olehberbagai pihak

5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah “Bagaimana tahap-tahap dan prosedur penyusunan program
yang sudah ada demi kelancaran dan kemudahan kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah?”.

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui Bagaimana tahap-tahap dan prosedur penyusunan
program yang sudah ada demi kelancaran dan kemudahan kegiatan bimbingan
dan konseling di sekolah.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Penyusunan Program Bimbingan dan


Konseling
1. Pengertian Program
Setiap guru BK perlu membuat program BK, karena membuat program
merupakan tugas pokok pertama guru BK. Rencana program itu dijadikan acuan
pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan BK disekolah. Menurut Prayitno (2000)
program BK adalah satuan rencana kegiatan BK yang akan dilaksanakan pada
periode waktu tertentu, program BK diartikan seperangkat kegiatan BK yang
dirancang secara terencana, terorganisasi, terkoordinasi selama periode waktu
tertentu dan dilakukan secara kait mengait untuk mencapai tujuan. Sementara
Dewa Ketut Sukardi (2003) menyatakan bahwa perencanaan merupakan otot
dan urat yaitu bagian dari pengelolaan dan dikatakan sebagai suatu pemikiran
kemasa depan.
Pengurus Besar ABKIN (dalam Modul BK,2013) mendefinisikan program BK
sebagai satuan rencana keseluruhan kegiatan BK yang akan dilaksanakan pada
periode waktu tertentu, seperti periode bulanan, semester, tahunan, sedangkan
menurut Wahyu Sumidjo (dalam Modul BK,2013) yang dimaksud dengan
program ialah rencana komprehensif yang memuat penggunaan sumber dalam
pola yang terintegrasi serta urutan tindakan kegiatan yang dijadwalkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Program menggariskan apa, oleh siapa,
bilamana dan dimana tindakan akan dilakukan selanjutnya. Sunaryo Kartadinata
dalam Elni Yakub: 2009) menyebutkan perencananaan program layanan BK
adalah kegiatan membuat rencana pelayanan bimbingan dan konseling dalam
bidang bimbingan pribadi, bimbingan karier, bimbingan sosial dan bimbingan
belajar.

2. Tujuan Penyusuna Program


Tujuan penyusunan program tidak lain agar kegiatan BK disekolah dapat
terlaksana dengan lancar, efektif, efisien, serta hasil-hasilnya dapat dinilai. Dewa
Ketut Sukardi (2003:8) memaparkan tujuan penyusunan program BK ialah agar
guru bimbingan konseling memiliki pedoman yang pasti dan jelas sehingga
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dapat terlaksana dengan lancar,
efektif, dan efisien serta hasilhasilnya dapat dinilai. Tersusun dan terlaksananya

7
program BK dengan baik selain akan lebih menjamin pencapaian tujuan kegiatan
BK pada khususnya tujuan sekolah pada umumnya, juga akan menegakkan
akuntabilitas BK di sekolah.Masa Liberal (Politik pintu terbuka) (1850-1900)

3. Manfaat penyusunan program


Penyusunan program oleh guru BK memiliki manfaat atau keuntungan bagi
banyak pihak terutama bagi sekolah, petugas bimbingan, dan bagi pengelola
pendidikan.
a. Keuntungan bagi sekolah
1) Memperkokoh kekompakkan kerjasama antar petugas bimbingan dengan
guru bidang studi/ wali kelas, kepala sekolah dan staf administrasi
sekolah.
2) Diusahakannya pengadaan sarana bimbingan dan konseling yang lebih
memadai dan fungsional.
3) Terwujudnya tradisi musyawarah dalam penyusunan program bimbingan
di sekolah mendorong petugas bimbingan dan konseling untuk
mewujudkan dirinya menjadi suatu organisasi yang kaya dengan kegiatan
yang profesional.
4) Mantapnya kedudukan dan peranan bimbingan dan konseling sebagai
suatu kegiatan yang fungsional dalam membantu tercapainya kelancaran
dan keberhasilan siswa belajar secara optimal.
5) Sekolah secara langsung akan terhindar dari usaha pelaksanaan layanan
bimbingan yang bersifat “trial and error”. Sehingga pelaksanaan layanan
bimbingan lebih efisien dan efektif.
6) Sekolah (terutama kepala sekolah) akan lebih mudah untuk mengadakan
evaluasi program bimbingan.
b. Keuntungan bagi guru bimbingan dan konseling
1) Petugas bimbingan akan memiliki keterampilandalam penyusun program
bimbingan secara lebih terarah dan operasional.
2) Terwujudnya bentuk kerja sama diantara petugas bimbingan, guru, kepala
sekolah dan staf sekolah lainnya.
3) Dengan adanya input dari guru dan staf sekolah lainnya maka akan dapat
dirumuskan secara tepat masalah bimbingan dan konseling yang dihadapi di
sekolah.
4) Petugas bimbingan akan dapat merumuskan dan memilih bentuk-bentuk
kegiatan yang tepat untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.
5) Petugas bimbingan akan dapat menyusun program kerja yang jelas, terencana
dan operasional.

8
6) Petugas bimbingan akan memiliki ketrampilan dalam kegiatan pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah secara lebih operasional, kontinyu dan
terarah.
6) Petugas bimbingan akan memiliki pengertian tentang kewajiban dan
kewenangannya, serta apa yang harus dikerjakannya.
7) Dalam pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah akan dapat dihindari
terjadinya overlapping, antara petugas bimbingan dengan staf sekolah
lainnya.Untuk menambah pemahamam guru bimbingan konseling tentang
keuntungan dari penyusunan program

Djumhur (dalam Suhertina,2000) mengemukakan sebagai berikut:


1) Tujuan setiap langkah bimbingan akan lebih jelas.
2) Setiap petugas bimbingan akan menyadari peranan dan tugasnya.
3) Penyediaan fasilitas akan lebih sempurna
4) Pemberian pelayanan lebh teratur dan memadai
5) Memungkinkan lebih eratnya komunikasi dengan berbagai pihak yang
berkepentingan dengan kegiatan bimbingan.
6) Adanya kejelasan kegiatan bimbingan di antara keseluruhan kegiatan program
disekolah.
c. Keuntungan bagi pengelola pendidikan
1) Memberikan dasar rasional dalam mengimplementasikan program
bimbingan dan konseling di sekolah.
2) Menjamin kualitas program bimbingan dan konseling sekolah.
3) Menggambarkan kebutuhan pembiayaan yang tepat.
4) Memberikan kemudahan dalam penempatan staf.
5) Memberi informasi tentang pelaksanaan program bimbingan dan
konseling sekolah.
6) Membantu menentukan standar program, dan
7) Memberikan data tentang prestasi siswa.
Disisi lain Rochman Natawidjaja (Dalam modul BK, 2013) menjelaskan
keuntungan penyusunan program BK sebagai berikut:
a) Memungkinkan para petugas bimbingan menghemat waktu, usaha, biaya
dengan menghindarkan kesalahan-kesalahan dan usaha coba-coba
yang tidak menguntungkan.
b) Memungkinkan siswa untuk mendapatkan pelayanan bimbingan secara
seimbang dan menyeluruh, baik dalam kesempatan ataupun dalam jenis
pelayanan bimbingan yang diperlukan.

9
c) Memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami peranannya
dan mengetahui bagaimana dan dimana mereka harus melakukan upaya
secara tepat, dan
d) Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang
berguna untuk kemajuan sendiri dan untuk kepentingan para siswa yang
dibimbingnya
Sementara, Ahmad Juntika Nurihsan (2005: 40) mengemukakan manfaat menyusun
program sebagai berikut:

a) Adanya kejelasan arah pelaksanaan program bimbingan.


b) Adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan
bimbingan yang dilakukan.
c) Terlaksananya program kegitan bimbingan secara lancar, efisien, dan
efektif.

B. Tahap-Tahap Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling 

Program bimbingan dan konseling di suatu sekolah sebaiknya disusun setiap


tahun pada awal tahun ajaran. Penyusunan program bimbingan dan konseling
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu membuat program yang sama sekali baru,
dan atau mengembangkan program yang sudah ada. Dalam penyusunan
program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah seperti dikemukakan oleh
Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) seperti
berikut :
1. Tahap Persiapan. Langkah ini dilakukan melalui survei untuk
menginventarisasi tujuan, kebutuhan dan kemampuan sekolah, serta
kesiapan sekolah yang bersangkutan untuk melaksanakan
program bimbingan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan
langkah awal pelaksanaan program
2. Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah
ditunjuk oleh pemimpin sekolah. Tujuan pertemuan ini untuk menyamakan
pemikiran tentang perlunya program bimbingan serta merumuskan arah
program yang akan disusun.
3. Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan.
Panitia ini bertugas merumuskan tujuan program bimbingan disusun,
mempersiapkan bagan organisasi dari program tersebut, dan membuat
kerangka dasar dari program bimbingan yang akan disusun

10
4. Pembentukan panitia penyelenggara program. Panitia ini bertugas
mempersiapkan program tes, mempersiapkan dan melaksanakan sistem
pencatatan, dan melatih para pelaksana program bimbingan untuk
melaksanakan kegiatan tersebut

Suatu program hendaknya disusun dengan baik. Untuk menyusun suatu


program BK memerlukan langkah-langkah yang bersifat menyeluruh dan
terintegral. Harold J. Burbach & Larry E. Decker (1977:198) mengemukakan
langkah-langkah dalam suatu perencanaan sebagai berikut :

1. Menentukan tujuan yang akan dicapai

2. Menganalisis tentang sumber-sumber dan kendala yaitu yang


berhubungan dengan personil, sikap, biaya, peraturan-peraturan, fasilitas
dan waktu.

3. Menganalisis tentang kebutuhan-kebutuhan

4.   Menentukan tujuan-tujuan yang lebih spesifik dan prioritas.


5.   Menentukan strategi-strategi dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan tujuan-tujuan yang spesifik.
6.   Mengadakan evaluasi dapat diukur.
7. Menentukan terhadap perencanaan yang mencakup (a) untuk melihat
sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dicapai, dan (b) untuk melihat
sejauh mana kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan itu dilaksanakan.
8. Mengadakan beberapa perubahan yang perlu untuk perbaikan program

Holis (1965:23-24) menjelaskan bahwa langkah-langkah penyusunan


program BK yang baik agar efektif, ada beberapa bentuk yang harus dilakukan,
yaitu:
1. Mengidentifikasi kebutuhan,
2. Studi mengenal layanan bimbingan yang telah ada dan
mengembangkan pedoman kegiatan untuk Iayanan yang baru atau layanan
yang diperbaharui lagi
3. Menetapkan cara-cara untuk mengumpulkan data dan menyebarkan data
Memodifikasi program,
4. Seleksi tipe organisasi bimbingan dan konsehng dan menetapkan peranan
tenaga pelaksana,

11
5. Menyeleksi koordinator dan pimpinan masing-masing bagian program
Iayanan bimbingan dan konseling,
6. Menetapkan fasilitas yang memadai,
7. Pemeliharaan catatan dan laporan yang memadai dalam selaruh kegiatan
Iayanan bimbingan dari setiap individu,
8. Pendidikan in-service bagi rekan sekerja (sejawat),
9. Memanfaatkan sumber daya masyarakat dan referal, dan
10. Menyusun alokasi dan biaya kegiatan bimbingan

Mencermati proses perencanaan program pelayanan konseling tersebut di


atas, maka dalam penyusunan program pelayanan konseling ada beberapa
aspek yang seharusnya mendapatkan penekanan, yaitu (a) tujuan, (b)
kebutuhan¬kebutuhan siswa, (c) materi dan kegiatan Iayanan yang diberikan, (d)
kegiatan evaluasi, (d) sumber daya manusia, dan (e) sarana dan prasarana.

C. Model Penyusunan Program Bimbingan Konseling 


Dalam perencanaan program bimbingan dikenal dengan tiga macam
model penyusunan program yaitu :
1. Model Penyusunan Program Konvensional 

Secara garis besar penyusunan program bimbingan konseling menurut


model ini adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah siswa.
b. Menentukan karakteristik sekolah.
c. Menentukan skala prioritas.
d. Menentukan program tahunan
e. Menentukan program semesteran.
f. Menentukan program bulanan, mingguan, dan harian
2. Model Penyusunan Program Bimbingan Dan Konseling Berdasarkan
Planning, Programming, Budgeting, and System (PPBS)
Penyusunan program berdasarkan PPBS merupakan upaya untuk
memperbaiki cara penyusunan program berdasarkan pada cara konvensional
yang mendasarkan kebutuhan atau masalah siswa karena cara yang pertama
lebih menekankan pada selera peserta didik dan kurang memperhatikan tujuan
layanan bimbingan konseling, kurikulum yang telah disusun secara nasional dan
bagaimana mengevaluasi kegiatan sangat sukar dilakukan. Penyusunan

12
program bimbvingan konseling berdasarkan PPBS maksudnya dalam
menyusun program didasarkan pada sistem yang memperhatikan
perencanaan, program, dan penganggaran.

3. Model Penyusunan Program bimbingan dan konseling Komprehensif 


Dalam penyusunan program konvensional atau berdasarkan KTSP,
need assesment hanya didasarkan pada assesment peserta didik, sedangkan
dalam program bimbingan dan konseling komprehensif kegiatan assesmen
mencakup keduanya yaitu need assesment peserta didik dan need
assesment lingkungan. Need assesment  peserta didik adalah segala kebutuhan
atau masalah yang ada Pada peserta didik yang meliputi aspek fisik, psikologis,
serta sosial yang antara lain berkaitan dengan hubungan sosial dalam
keluarga, teman-teman. Need assesment  lingkungan yaitu mengumpulkan
berbagai kebutuhan atau keinginan dari lingkungan seperti harapan orang tua,
sekolah, kemampuan konselor, sarana dan prasarana pendukung layanan
bimbingan dan konseling.
Langkah-langkah penyusunan program bimbingan dan konseling komprehensif
menurut Depdiknas (2008) sebagai berikut: (a) mengkaji produk hukum yang
berlaku, (b) menyusun visi dan misi, (c) bidang pengembangan, (d) deskripsi
kebutuhan, (e) tujuan, (f) komponen program, (g) rencana operasional,
(h) pengembangan tema, (i) pengembangan satuan layanan, (j) evaluasi, dan (k)
beaya.

D. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling Berbasis Sekolah


Program pelayanan Bimbingan dan Konseling disusun berdasarkan
kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi
instrumentasi. Substansi program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi
keempat bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung, format kegiatan,
sasaran pelayanan, dan volume/beban tugas konselor.

E. Unsur dan Syarat Penyusunan Program Pelayanan Konseling Berbasis


Sekolah
Dalam penyusunan program pelayanan konseling diharapkan memenuhi
unsur-unsur dan persyaratan tertentu. Menurut Prayitno (1998) unsur-unsur
yang harus diperhatikan dan menjadi isi program bimbingan dan konseling
meliputi kebutuhan siswa, jumlah siswa yang dibimbing, kegiatan di dalam dan
di luar jam belajar sekolah, jenis bidang bimbingan dan jenis layanan, volume

13
kegiatan bimbingan dan konseling, dan frekuensi layanan terhadap siswa.
Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan program
bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan kebutuhan bagi pengembangan peserta didik sesuai
dengan kondisi pribadinya, serta jenjang dan jenis pendidikannya.
2. Lengkap dan menyeluruh, artinya memuat segenap fungsi bimbingan.
kelengkapan program ini disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik peserta didik pada satuan pendidikan yang bersangkutan.
3. Sistematik, dalam arti program, disusun menurut urutan logis,
tersinkronisasi dengan menghindari turnpang tindih yang tidak perlu,
serta dibagi-bagi secara logis,
4. Terbuka dan luwes, artinya mudah menerima masukan untuk
pengembangan dan penyempurnaan, tanpa harus merombak program
itu secara menyeluruh.
5. Memungkinkan kerja sama dengan pihak yang terkait dalam rangka
sebesar-besamya memanfaatkan berbagai sumber dan kemudahan yang
tersedia bagi kelancaran dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan
konseling.
6. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut untuk
penyempurnaan program pada khususnya dan peningkatan keefektifan
dan keefisienan penyelenggaraan program pelayanan bimbingan dan
konseling pada umumnya.

Sedangkan menurut Kaufan, F. W. Miller dalam Natawidjaja menyebutkan


bahwa suatu program dikatakan baik jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Program itu disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata


dari para siswa sekolah yang bersangkutan.
2. Kegiatan bimbingan diatur menurut skala prioritas yang juga ditentukan
berdasarkan kebutuhan siswa dan kemampuan petugas.
3. Program itu dikembangkan berangsur-angsur dengan melibatkan semua
tenaga kependidikan di sekolah dalam merencanakannya.
4. Program itu memiliki tujuan yang ideal, tetapi realistik dalam
pelaksanaannya.
5. Program itu mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara
semua anggota staf pelaksananya.
6. Menyediakan fasilitas yang diperlukan.

14
7. Penyusunan disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan
sekolah yang bersangkutan.
8. Memberikan kemungkinan pelayanan semua siswa.
9. Memperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan
memadukan sekolah dengan masyarakat.
10. Berlangsung sejalan dengan proses penilaian diri, baik mengenai
program itu sendiri maupun kemajuan pengetahuan, keterampilan dan
sikap petugas pelaksanaanya.11. Program itu hendaknya menjamin
keseimbangan dan kesinambungan seluruh pelayanan bimbingan.

F. Keuntungan Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling Berbasis


Sekolah
1. Tujuan setiap langkah kegiatan bimbingan dan konseling akan lebih
terarah dan lebih jelas.
2. Setiap guru pembimbing akan menyadari peranan tugasnya.
3. Penyediaan sarana akan lebih sempurna.
4. Pelayanan bimbingan dan konseling lebih teratur dan memadai.
5. Memungkinkan lebih eratnya komunikasi dengan berbagai pihak yang
berkepentingan dengan kegiatan bimbingan dan konseling.
6. Adanya kejelasan kegiatan-kegaiatn bimbingan dan konseling di antara
keseluruhan kegiatan sekolah.
7. Dengan adanya program bimbingan dan konseling, pelaksanaannya
akan lebih mudah untuk dipantau atau dievaluasi.

G. Jenis Penyusunan Program Bimbingan Konseling


Berkaitan dengan jenis program BK, hal yang sama dikemukakan oleh
Wardati (2011:75) sebagai berikut:

1. Program tahunan yang didalamnya meliputi program semesteran dan


bulanan yaitu program yang dilaksanakan selama satu tahun pelajaran
dalam unit semesteran dan bulanan. Program ini mengumpulkan seluruh
kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas. Program
tahunan dipecah menjadi program semesteran dan program semesteran
dipecah menjadi program bulanan.
2. Program bulanan yang didalamnya meliputi program mingguan dan
harian, yaitu program yang dilaksanakan selama satu bulan dalam unit
mingguan dan harian. Program ini mengumpulkan seluruh kegiatan

15
selama satu bulan untuk kurun bulan yang sama dalam tahun-tahun
sebelumnya dengan modifikasi sesuai dengan kebutuhan siswa.
Program bulanan merupakan jabaran dari program semesteran,
sedangkan program mingguan merupakan jabaran dari program bulanan.
3. Program harian yaitu program yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu
dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program
mingguan untuk kelas tertentu. Program ini dibuat secara tertulis pada
satuan layanan (Satlan) dan atau kegiatan pendukung (satkung)
bimbingan dan konseling
Jenis program tersebut satu sama lain saling terkait. Program tahunan
didalamnya meliputi program semester, program semester didalamnya meliputi
program bulanan, program bulanan didalamnya meliputi program mingguan, dan
program mingguan didalamnya meliputi program harian. Program harian disusun
dalam bentuk rencana pelaksanaan layanan (RPL)/ satuan layanan (satlan) dan
rencana kegiatan pendukung (RKP)/ satuan pendukung (satkung) pelayanan BK,
sebagai bentuk khusus rencana pelaksanaan pelayanan (RPP) dalam bidang
BK.

H. Penyusunan Program Bimbingan Konseling


Penyusunan program bimbingan konseling mengandung 4 komponen layanan
sebagai berikut:

1. Layanan Dasar
Layanan dasar adalah sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh
konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau
kelompok yang disajikan secara sistematis dalam mengembangkan perilaku
jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas- tugas perkembangan (yang
dituangkan sebagai tandar kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam
pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dan menjalani
kehidupannya.
2. Layanan Perencanaan Individual
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar
mampu merumuskan dan melakukan aktifitas yang berkaitan dengan
perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan
kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang
tersedia di lingkungannya.

16
3. Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang
menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan
segera, sebab jika tidak segera dibantu menimbulkan gangguan dalam proses
pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling individual, konseling krisis,
konsultasi dengan orang tua, guru dan alih tangan kepada ahli lain adalah
bantuan yang dapat dilakukan pelayanan responsif.
4. Dukungan Sistem
Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan
manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya teknologi informasi dan
komunikasi) dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara
berkelanjutan yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli
atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap guru BK perlu membuat program BK, karena membuat program
merupakan tugas pokok pertama guru BK. Penyusunan program bimbingan dan
konseling berbasis sekolah didasarkan pada kebutuhan sekolah dan di buat
prioritas dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, konselor, dan kepala
sekolah. Dalam penyusunan program pelayanan konseling ada beberapa aspek
yang seharusnya mendapatkan penekanan, yaitu (a) tujuan, (b)
kebutuhan¬kebutuhan siswa, (c) materi dan kegiatan Iayanan yang diberikan, (d)
kegiatan evaluasi, (d) sumber daya manusia, dan (e) sarana dan prasarana.
Dalam menyusun program bimbingan dan konseling berbasis sekolah yang
baik, harus memperhatikan tahap-tahap dan prosedur penyusunan program yang
sudah ada demi kelancaran dan kemudahan kegiatan bimbingan dan konseling
di sekolah.
B. Saran
Program yang telah tersusun rapi dalam bentuk rincian aktivitas yang akan
dilakukan tentunya membutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh staff program
tidak hanya petugas BK dan konselor, melainkan juga faktor kepemimpinan
sekolah yang mendukung. Termasuk pula, keterlibatan guru bidang studi dalam
memahami kerangka filosofis dan konseptual program serta layanan BK yang
bersifat mendukung program pembelajaran. Melalui dukungan‐dukungan
tersebut, tujuan‐ tujuan layanan serta kompetensi yang akan dicapai mampu
terwujud secara optimal.

18
DAFTAR PUSTAKA

Putri, Ekasari A. 2019. Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling : Sebuah


Studi Pustaka. Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia. 4(2). h. 40

Suhertina. 2015. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. CV


Mutiara Pesisir Sumatra. Kota Pekanbaru.

Rahman, F. 2008. Penyusunan Program BK. Bahan Diklat Profesi Guru


Sertifikasi Guru Rayon 11 DIY & Jateng, Departemen Pendidikan
Nasional Universitas Negeri Yogyakarta 2008.

Finarti, dkk. 2019. Konsep Dasar Penyusunan Program BK. Makalah disajikan
dalam Perangkat Kinerja dalam Program Pelayanan Bimbingan dan
konseling, Universitas Halu Oleo, Kendari 2019.

19

Anda mungkin juga menyukai