Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MANAJEMEN SUPERVISI BK
Mata Kuliah : Evaluasi dan Supervisi BK
Dosen Pengampu : Dr. Agus Wibowo, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 7

Muhammad Irvan (20130002)


Dea Thiana (20130014)
Oktavia (20130015)
Clara Djuti Experanza (20130026)
Ketut Yogi (20130037)
Alun Adisti (20130058)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya, terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam kita panjatkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yaitu
Al-Qur’an serta sunnah untuk keselamatan umatnya di dunia.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi
dan Supervisi BK. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari jika terdapat banyak kekurangan didalam penulisan


makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan sebuah kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Metro, 03 April 2023

Penyusun

II
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................II
DAFTAR ISI............................................................................................................ III
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................ 6

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................7
A. Konsep Manajemen Bimbingan dan Konseling………………………….…………7
B. Fungsi Manajemen……………………………………………………………….……9
C. Pengertian Supervisi Layanan Bimbingan dan Konseling………………….……14
D. Tujuan Supervisi Layanan BK……………………………………………………….15
E. Fungsi Supervisi Layanan BK……………………………………………………..…17

BAB III PENUTUP..................................................................................................21


A. Kesimpulan …………………………………………………………………………….21
B. Saran …………..……………………………………………………………………….21

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..22

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manajemen supervisi BK (Bimbingan dan Konseling) menjadi penting dalam
konteks pendidikan modern. Seiring dengan perubahan sosial, ekonomi, dan
teknologi, tuntutan terhadap kualitas pendidikan semakin meningkat. Untuk menjaga
kualitas pendidikan, supervisi BK menjadi penting dalam membantu pengembangan
profesionalisme guru, khususnya dalam memberikan layanan bimbingan dan
konseling kepada siswa.
Supervisi BK merupakan proses yang melibatkan manajer supervisi, guru,
dan siswa dalam rangka meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling.
Dalam proses ini, manajer supervisi bertanggung jawab dalam mengembangkan
sistem supervisi yang efektif, sedangkan guru dan siswa bertanggung jawab dalam
memberikan dan menerima layanan bimbingan dan konseling. Manajemen supervisi
BK harus dilakukan secara sistematis dan terstruktur untuk memastikan
keberhasilan proses supervisi. Hal ini mencakup perencanaan supervisi,
implementasi supervisi, evaluasi hasil supervisi, dan perbaikan supervisi. Selain itu,
manajer supervisi juga harus memastikan bahwa guru memiliki kompetensi dan
keterampilan yang cukup dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling,
serta memperhatikan aspek etika dan keprofesionalan dalam melaksanakan
tugasnya.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, manajemen supervisi BK masih
memiliki beberapa tantangan, seperti kurangnya pemahaman tentang pentingnya
supervisi BK, keterbatasan sumber daya, dan kurangnya dukungan dari pihak
terkait. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan dalam bidang manajemen
supervisi BK perlu terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan
dan konseling di Indonesia. Manajemen supervisi BK (Bimbingan dan Konseling)
menjadi penting dalam konteks pendidikan modern. Seiring dengan perubahan
sosial, ekonomi, dan teknologi, tuntutan terhadap kualitas pendidikan semakin
meningkat. Untuk menjaga kualitas pendidikan, supervisi BK menjadi penting dalam

1
membantu pengembangan profesionalisme guru, khususnya dalam memberikan
layanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
Supervisi BK merupakan proses yang melibatkan manajer supervisi, guru,
dan siswa dalam rangka meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling.
Dalam proses ini, manajer supervisi bertanggung jawab dalam mengembangkan
sistem supervisi yang efektif, sedangkan guru dan siswa bertanggung jawab dalam
memberikan dan menerima layanan bimbingan dan konseling.
Manajemen supervisi BK harus dilakukan secara sistematis dan terstruktur
untuk memastikan keberhasilan proses supervisi. Hal ini mencakup perencanaan
supervisi, implementasi supervisi, evaluasi hasil supervisi, dan perbaikan supervisi.
Selain itu, manajer supervisi juga harus memastikan bahwa guru memiliki
kompetensi dan keterampilan yang cukup dalam memberikan layanan bimbingan
dan konseling, serta memperhatikan aspek etika dan keprofesionalan dalam
melaksanakan tugasnya. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, manajemen
supervisi BK masih memiliki beberapa tantangan, seperti kurangnya pemahaman
tentang pentingnya supervisi BK, keterbatasan sumber daya, dan kurangnya
dukungan dari pihak terkait. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan dalam
bidang manajemen supervisi BK perlu terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas
layanan bimbingan dan konseling di Indonesia.
Dalam praktiknya, manajemen supervisi BK dapat dilakukan dengan
berbagai cara, seperti observasi kelas, observasi pelayanan bimbingan dan
konseling, diskusi kelompok, coaching, mentoring, dan pelatihan. Tujuan dari
manajemen supervisi BK adalah untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan
dan konseling serta memastikan bahwa siswa mendapatkan pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan mereka. Selain itu, manajemen supervisi BK juga dapat
membantu guru untuk memperbaiki keterampilan dan pengetahuan dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling. Dengan demikian, manajemen
supervisi BK dapat meningkatkan profesionalisme guru dan mendorong
pengembangan kurikulum BK yang lebih baik. Secara keseluruhan, manajemen
supervisi BK merupakan bagian penting dari pendidikan modern. Melalui
manajemen supervisi BK, kita dapat memastikan bahwa layanan bimbingan dan
konseling yang diberikan kepada siswa berkualitas tinggi dan sesuai dengan
kebutuhan mereka. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan dalam bidang

2
manajemen supervisi BK perlu terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia.
Manajemen supervisi BK (Bimbingan dan Konseling) menjadi penting dalam konteks
pendidikan modern. Seiring dengan perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi,
tuntutan terhadap kualitas pendidikan semakin meningkat. Untuk menjaga kualitas
pendidikan, supervisi BK menjadi penting dalam membantu pengembangan
profesionalisme guru, khususnya dalam memberikan layanan bimbingan dan
konseling kepada siswa.
Supervisi BK merupakan proses yang melibatkan manajer supervisi, guru,
dan siswa dalam rangka meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling.
Dalam proses ini, manajer supervisi bertanggung jawab dalam mengembangkan
sistem supervisi yang efektif, sedangkan guru dan siswa bertanggung jawab dalam
memberikan dan menerima layanan bimbingan dan konseling.
Manajemen supervisi BK harus dilakukan secara sistematis dan terstruktur untuk
memastikan keberhasilan proses supervisi. Hal ini mencakup perencanaan
supervisi, implementasi supervisi, evaluasi hasil supervisi, dan perbaikan supervisi.
Selain itu, manajer supervisi juga harus memastikan bahwa guru memiliki
kompetensi dan keterampilan yang cukup dalam memberikan layanan bimbingan
dan konseling, serta memperhatikan aspek etika dan keprofesionalan dalam
melaksanakan tugasnya. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, manajemen
supervisi BK masih memiliki beberapa tantangan, seperti kurangnya pemahaman
tentang pentingnya supervisi BK, keterbatasan sumber daya, dan kurangnya
dukungan dari pihak terkait. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan dalam
bidang manajemen supervisi BK perlu terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas
layanan bimbingan dan konseling di Indonesia.Dalam praktiknya, manajemen
supervisi BK dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti observasi kelas,
observasi pelayanan bimbingan dan konseling, diskusi kelompok, coaching,
mentoring, dan pelatihan. Tujuan dari manajemen supervisi BK adalah untuk
meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling serta memastikan bahwa
siswa mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Selain itu, manajemen supervisi BK juga dapat membantu guru untuk
memperbaiki keterampilan dan pengetahuan dalam memberikan layanan bimbingan

3
dan konseling. Dengan demikian, manajemen supervisi BK dapat meningkatkan
profesionalisme guru dan mendorong pengembangan kurikulum BK yang lebih baik.
Secara keseluruhan, manajemen supervisi BK merupakan bagian penting dari
pendidikan modern. Melalui manajemen supervisi BK, kita dapat memastikan bahwa
layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa berkualitas tinggi
dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Oleh karena itu, penelitian dan
pengembangan dalam bidang manajemen supervisi BK perlu terus dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Selain itu pula, manajemen supervisi
BK juga dapat membantu sekolah untuk memenuhi standar akreditasi yang
ditetapkan oleh pemerintah. Dalam proses akreditasi, supervisi BK menjadi salah
satu faktor penting yang dinilai oleh lembaga akreditasi. Dengan memiliki
manajemen supervisi BK yang baik, sekolah dapat memastikan bahwa layanan
bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa telah memenuhi standar
yang ditetapkan.
Namun, tantangan dalam praktik manajemen supervisi BK masih banyak.
Tantangan tersebut antara lain adalah kurangnya pemahaman tentang pentingnya
supervisi BK, kurangnya sumber daya, dan kurangnya dukungan dari pihak terkait.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan pemahaman tentang
pentingnya supervisi BK, meningkatkan sumber daya, dan memperkuat dukungan
dari pihak terkait seperti pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Dalam
rangka meningkatkan praktik manajemen supervisi BK, beberapa hal yang dapat
dilakukan antara lain adalah meningkatkan keterampilan dan pengetahuan manajer
supervisi, meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling yang diberikan
oleh guru, meningkatkan partisipasi siswa dalam layanan bimbingan dan konseling,
dan mengintegrasikan layanan bimbingan dan konseling dalam kurikulum
pendidikan.
Secara keseluruhan, manajemen supervisi BK adalah bagian penting dari
pendidikan modern yang dapat membantu meningkatkan kualitas layanan bimbingan
dan konseling yang diberikan kepada siswa. Untuk itu, perlu adanya upaya yang
terus menerus untuk meningkatkan praktik manajemen supervisi BK di Indonesia.
Selain itu, manajemen supervisi BK juga dapat berkontribusi pada peningkatan
kualitas kesehatan mental siswa. Banyak sekolah dan institusi pendidikan yang
sekarang ini menempatkan kesehatan mental siswa sebagai prioritas utama. Melalui

4
layanan bimbingan dan konseling yang berkualitas dan efektif, manajemen supervisi
BK dapat membantu siswa untuk mengatasi berbagai masalah psikologis dan
emosional yang mereka hadapi, seperti stres, depresi, dan kecemasan. Dengan
demikian, manajemen supervisi BK dapat berkontribusi pada peningkatan
kesejahteraan siswa dan menunjang keberhasilan mereka dalam kehidupan
akademik dan sosial.
Terakhir, manajemen supervisi BK juga dapat membantu memperkuat
hubungan antara guru dan siswa. Melalui supervisi yang efektif, guru dapat
memperbaiki keterampilan dan pengetahuan mereka dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan siswa
terhadap mereka. Selain itu, supervisi BK juga dapat menjadi forum untuk diskusi
dan kolaborasi antara guru dan siswa dalam rangka memperbaiki kualitas layanan
bimbingan dan konseling yang diberikan.
Dalam kesimpulannya, manajemen supervisi BK merupakan proses penting
yang dapat membantu meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling di
sekolah dan institusi pendidikan. Melalui manajemen supervisi BK yang efektif,
siswa dapat mendapatkan layanan bimbingan dan konseling yang berkualitas dan
sesuai dengan kebutuhan mereka, sementara guru dapat meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan mereka dalam memberikan layanan tersebut. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya yang terus menerus untuk meningkatkan praktik
manajemen supervisi BK di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah Manajemen
Supervisi BK adalah:
1. Bagaimana kontribusi manajemen supervisi BK terhadap peningkatan
kualitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah dan institusi
pendidikan?
2. Apa saja strategi yang dapat diterapkan dalam manajemen supervisi BK
untuk meningkatkan efektivitas layanan bimbingan dan konseling?
3. Bagaimana peran manajer supervisi BK dalam meningkatkan efektivitas
supervisi BK dan pengembangan layanan bimbingan dan konseling?

5
6
C. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan dari makalah Manajemen
Supervisi BK adalah:
1. Menjelaskan kontribusi manajemen supervisi BK terhadap peningkatan
kualitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah dan institusi pendidikan.
2. Menganalisis strategi yang dapat diterapkan dalam manajemen supervisi BK
untuk meningkatkan efektivitas layanan bimbingan dan konseling.
3. Menjelaskan peran manajer supervisi BK dalam meningkatkan efektivitas
supervisi BK dan pengembangan layanan bimbingan dan konseling.
4. Memberikan rekomendasi untuk meningkatkan praktik manajemen supervisi
BK di Indonesia.

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Manajemen Bimbingan dan Konseling


Manajemen adalah proses aktivitas yang terdiri dari empat sub aktivitas yang
masing-masing merupakan fungsi fundamental, keempat sub aktivitas itu adalah
planning, organizing, actuating, controlling (Terry, 2008). Permendikbud Nomor 111
Tahun 2014 diterbitkan untuk menjadi acuan baru pelaksanaan tata kelola
bimbingan dan konseling mulai dari planning, organizing, staffing, leading dan
controlling (Zamroni &Rahardjo, 2015). Manajemen bimbingan dan konseling
berbasis permendikbud nomor 111 tahun 2014 dijelaskan bahwa bimbingan dan
konseling sebagai layanan profesional pada satuan pendidikan dilakukan oleh
tenaga pendidik profesional yaitu seorang konselor yang lulus dengan mengambil
gelar profesi kons nya atau guru bimbingan dan konseling guru bimbingan dan
konseling adalah tamatan S1 BK sebagaimana yang kita ketahui bahwa yang dapat
melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling adalah seorang konselor atau
yang memiliki tamatan S1 BK. Jika dilihat dari tanggung jawab seorang guru BK
disekolah yang 24 jam pelajaran setiap perminggunya maka rata-rata seorang
konselor dapat melaksanakan kegiatan konseling yang sebanding dengan 2 jam
pelajaran maka ada 12 kegiatan konseling yang dilaksanakan dikelas dan diluar
kelas.
Guru BK di sekolah terkadang mendapat tugas yang lebih yaitu dikarenakan
di sekolah tersebut hanya ada 1 guru BK saja pada dasarnya seharusnya 1:150 atau
dapat dikatakan satu guru BK mengayomi atau pun menangani siswa asuhnya
sejumlah 150 siswa. Sehingga ada kemungkinan lebih dari 12 kegiatan konseling
yang dilakukan dalam seminggu. Maka dari itu akan lebih baik ada program yang
harus dilakukan oleh guru BK yaitu program tahunan, semesteran, bulanan,
mingguan, dan harian.Dengan begitu maka manajemen pelayanan konseling
disekolah bukan hanya sekedar menangani peserta didik dikarenakan konselor juga
perlu memberikan pelayan jika permasalahan siswa berkenaan dengan orang tua
siswa dan bahkan konselor juga perlu melakukan beberapa kegiatan pendukung
yang mana salah satunya adalah home visit ( Kunjungan rumah) yang mana
pelaksanaannya konselor mendatangi rumah si klien. Jika dilihat dari pekerjaan yang

8
dilakukan seorang konselor dengan menangani 150 siswa dengan beban 24 jam per
minggu tidaklah cukup memenuhi kebutuhan pelaksanaan konseling yang dilakukan
oleh seorang konselor.
Sukardi (2002) menjelaskan bahwa dalam program perencanaan
sendiri diperlukan adanya identifikasi kebutuhan yang berdasarkan pada
analisis SWOT (strength, weaknesses, opportunity, dan treath). Semua itu
merupakan analisis yang perlu dilakukan oleh guru BK untuk melihat kekuatan,
kelemahan, peluang, serta ancaman yang akan dihadapi oleh para peserta
didik. Setiap program perencanaan yang sudah guru BK dan coordinator BK
lakukan perlu untuk di evaluasi dan ditindaklanjuti mulai dari adanya
pelayanan dasar bimbingan, pengembangan keterampilan, hingga identifikasi
tanggung jawab yang semuanya sama sama memiliki peranan yang penting.
Semua itu merupakan analisis yang perlu dilakukan oleh guru BK untuk
melihat kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman yang akan dihadapi
oleh para peserta didik. Setiap program perencanaan yang sudah guru BK
dan coordinator BK lakukan perlu untuk di evaluasi dan ditindaklanjuti mulai
dari adanya pelayanan dasar bimbingan, pengembangan keterampilan,
hingga identifikasi tanggung jawab yang semuanya sama sama memiliki peranan
yang penting.PengorganisasianPengorganisasian pada dasarnya merupakan
pembagian tugas pada pihak pihak yang terlibat dan juga bekerjasama dalam
sebuah kegiatan perencanaan yang telah dibuat. Fauzi (2012), menyatakan
bahwa pada dasarnya pengorganisasian adalah sebuahkegiatan untuk
mengelompokkan atau menentukan berbagai macam kegiatan penting dalam
upaya memberikan kekuasan kepada setiap orang dalam menjalankan suatu
tugas. Dalam hal ini tentunya guru BK, coordinator BK, dan berbagai pihak
pendukung lainnya merupakanpelaksana utama dalam berbagai kegiatan yang
sudah direncanakan sebelumnya.
Pada dasarnya mekanisme kerja dari seorang guru BK adalah berkaitan
dengan permasalahan yang terjadi pada setiap peserta didik yang harus
segera teratasi.Seperti apabila seorang siswa mengalami masalah pembelajaran
dalam kelas maka masalahnya akan diselesaikan oleh guru. Namun, apabila
masalah yang dialami belum selesai maka wali kelas memiliki wewenang untuk
menyelesaikannya. Apabila permasalahan tersebut tidak dapat diselesaikan oleh

9
seorang wali kelas maka akan langsung ditangani oleh seorang guruBK/
Konselor. Sehingga kemudian guru BK akan mengambil langkah tepat dalam
penyelesaian masalah yang dihadapi oleh setiap peserta didik
tentunya.Monitoring/ Evaluasi Monitoring dan evaluasi merupakan sebuah
proses pengawasan yang dilakukan oleh coordinator BK bersama dengan kepala
sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah berbagai program
perencanaan yang telah dianggarkan tersebut sudah terlaksana ataukah belum.
Baik itu dalam kaitannya dengan pelayanan dasar, responsif, perencanaan
individual, dan juga dukungan sistem, waktu pelaksanaan, serta fungsi guru
BK apakah sudah sesuai dengan rencana ataukah tidak tentunya. Dalam hal
ini seorang guru BK memiliki wewenang untuk melihat perkembangan dari
setiap peserta didik dalam tiap semesternya.Nantinya keseluruhan dari program
yang sudah terlaksana akan masuk dalam proses evaluasi yang dilakukan oleh
pihak pihak terkait. Adanya program evaluasi yang dilakukan akan membantu
guru BK untuk dapat melakukan pengevaluasian kinerja. Sehingga bisa
dilakukan peningkatan dalam masa jabatan selanjutnya untuk kemudian lebih
maksimal lagi dalam pengembangan setiap peserta didik. Hadirnya
pengembangan diri yang dilakukan dengan lebih optimal akan membantu
setiap peserta didik untuk mendapatkan kesempatan berperilaku sesuai dengan
apa yang telah diharapkan.
Program Bimbingan Konseling Pengembangan Diri Pada dasarnya dalam
program bimbingan konseling sendiri berbagai pihak ikut berpartisipasi dalam
pelaksanaan perencanaan yang telah dibuat.

B. Fungsi Manajemen
Dukungan sistem adalah yang memberikan penunjang keefektifan
pelaksanaan suatu pekerjaan aktifitasmenejemen yang membentuk, memelihara,
dan meningkatkan efektifitas serta efisiensi bimbingan dan konseling disekolah
secara menyeluruh. Program pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang
akan dilaksanakan tidak akan terlaksana dan terselenggarakan jika tidak memiliki
sistem pengelolaan yang baik,dalam artian pengelolaan yang jelas, sistematis, dan
tearah (Azam, 2016). Aktifiktas manajemen yang dilakukan dalam bimbingan
konseling perlu menyesuiakan dengan fungsi yang menjadikan manajemen itu

10
memiliki sebuah pencapaian yang baik baik secara implementasinya. Implementasi
fungsi manajemen yang dimaksud (minimal) yaitu:

1. Perencanaan
Sebuah perencanaan adalah langkah yang menjadi penguat atau kekokohan
pondasi pelaksanaan keberhasilan manajemen secara keseluruhan. Untuk membuat
program BK yang mana sudah dijelaskan di bagian atas sebelumnya terkait dengan
guru BK perlu untuk membuat program tahunan, semesteran, bulanan,mingguan,
harian, agar memiliki keefektifan dan efisien diperlukan perencanaan yang matang
sehingga nantinya tujuan yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan harapan
dari pendidikan dan individu. Program BK yang disusun melalui berbagai bentuk
survey untuk menginventarisasikan tujuan, kebutuhan, kemampuan sekolah serta
persiapan sekolah untuk melaksanakan program yang ingin dibuat. Program BK
yang efektif dan efisien adalah program yang terencana dengan baik secara
kontiniyu dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.Dengan ruang lingkup layanan
yang semangkin luas dan memiliki tujuan yang menyesuaikan dengantujuan
pendidikan, pengelolaan dan pengembangan BK sebagai suatu program tidak akan
mungkin dengan cara yang sederhana dan dibuat secara asal. Jika guru BK atau
pun konselor menginginkan pencapaian dan target yang benar-benar maksimal dan
mampu memunculkan perubahan perubahan positif pada individu maka pengelolaan
dan pengembangan layanan BK harus memanfaatkan manajemen yang rasional
dan ilmiah maka perlu untuk memiliki perencanaan yang baik dan menyesuaikan
dengan kebutuhan yang memang dibutuhkan oleh individu yang ada di lingkungan
tersebut (Rahman, 2008).

2. Pengorganisasian
Program layanan bimbingan dan konseling disekolah tidak akan tersusun dengan
baik, terselenggara dan tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Jika tidak
dilakukan pengelolaan dalam suatu sistem yang bermutu, baik dalam hal
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya yang ada. Maka
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling harus memiliki pengorganisasian
dan pengadministrasian, agar kegiatan pelaksanan layanan yang dilakukan lebih

11
terarah dan jelas. Dalam manajemen bimbingan dan konseling, terdapat beberapa
prosedur yang harus diperhatikan (darmawan harefa, 2020).
a) Planning. Pada tahap ini sama dengan yang dijelaskan pada deskripsi diatas
sebelumnya yaitu menyusun program bimbingan dan konseling, yaitu program
tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, harian.
b) Organizing pada bagian ini, konselor atau guru BK harus menganalisis pihak-
pihak yang diajak bekerjasama ataupun berklaborasi dalam pelaksanaan
layanan yang akan dilakukan oleh konselor agar kegiatan yang ingin dilakukan
dapat tercapai dengan baik, contohnya : ketika siswa membutuhkan pemahaman
mengenai bahaya narkoba maka disini konselor memberikan pelayanan
informasi dengan berkelaborasi dengan pihak BNN (Badan Narkotika Nasional)
untuk lebih rinci dalam memberikan pemahaman bagi siswa sehingga
pemahaman tersebut kepada siswa dapat diterima dengan baik.
c) Untuk meningkatkan perfesionalisme konselor, maka diperlukan staffing, yaitu
konselor diupayakan untuk mengikuti kegiatan yang dapat menambah wawasan
mengenai bimbingan, misalnya kegiatan seminar ataupun pelatihan guru BK.
d) Motivating, perlu di adakan peningkatan motivasi bagi konselor yaitu melalui
pemberian penghargaan kepada konselor, ini nantinya menjadi sebuah
penguatan bagi konselor untuk tetap bersemangat dalam melaksanakan tugas
nya dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
e) Controlling. Pada tahap terakhir ini, konselor melakukan evaluasi terhadap
kegiatan bimbingan dan konseling yang telah dilakukan misalnya ketika program
yang dibuat sudah mencapai satu tahun maka dilihat apakah sebelumnya yang
menjadi kekurangan dalam pelaksanaan layanan yang sudah dilakukan terkait
masalah yang ada di sekolah.

3. Pelaksanaan
Setelah dilakukannya perencanaan dan pengorganisasian maka dari program yang
di buat sesuai denganyang di rencanakan dan di organisasikan maka perlu untuk
melaksanakan apa yang sudah di rencanakan tersebut. Unsur dari perlaksanaan
merupakan bagian dari pelaksaan proses yang didalamnya terdapat
tindakankomando, tindakan pembimbing, memberikan petunjuk dan mengarahkan
kepada tujuan. Pelaksanaan dapat didefenisikan sebagai keseluruhan usaha, cara,

12
teknik, dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas
bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan (Alhogbi, 2017).

4. Pengawasan
Pengawasan adalah yang dilakukan oleh pengawas dibidang BK, kemudian
kordinator BK juga menggunakan administrasi, yaitu: men (sumber daya manusia/
personil), material (bahan-bahan), machines(peralatan, sarana dan prasarana),
metod ( metode/layanan), money ( sumber dana) dan market (siswa)(Masbur, 2017).

Agar dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang di kehendaki
maka proses dari manajemen haruslah memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi
(Masbur, 2017) salah satunya adalah : Harus adanya pembagian kerja . Bahwa
suatu pekerjaan itu harus dibagi sesuai dengan bakat dan kemampuan anggota
organisasi dan kegiatan itu akan lebih berhasil dibandingkan tidak adanya
pembagian kerja. Organisasi adalah suatu sistem yang saling memiliki pengaruh
antara orang dalam kelompok yang bekerja untuk mencapai tujuan yang sama
(sutarto, 1995). Organisasi pelayaan bimbingan dan konseling yang ingin dilakukan
disekolah hendaklah dilakukan pertimbangan terkait dengan sumber tenaga yang
ada di sekolah tersebut, besarnya sekolah, jumlah siswa dan jumlah guru
pembimbing yang ada, dan bagaimana kualifikasi dan pangkat atau jabatannya
dapat disesuaikan dengan pengaturan atau pembagian tugas disekolah. Organisasi
pelayanan bimbingan dan konseling mencakup unsur vertikal dan horizontal yang
nantinya dapat memenuhi berbagai tuntutan seperti; menyeluruh, sederhana, luwes,
dan terbuka, menjamin berlangsungnya kerjasama, menjamin terlaksananya
pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut.
Personilia, secara oprasional pelaksanaan utama layanan bimbingan dan
konseling disekolah adalah guru pembimbing dan kordinator bimbingan, tetapi
personil sekolah yang lain diharapkan juga berperan agar program bimbingan dapat
terselenggara dengan baik. Personil yang dimaksud tersebut adalah :
Kepalasekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, kadin
pendidikan, komite sekolah, kordinatorBK, guru praktek, pengawas BK, siswa, staf
administrasi, orang tua siswa, tata usaha, dan clening servis. Dapatdikatakan
seluruh civitas akademika yang ada disekolah tersebut.

13
Setelah tercapainya personil yang memang memadai di sekolah perlu bagi seorang
guru juga membuatsebuah perencanaan dalam bentuk program agar tujuan yang
dimaksudkan dapat tercapai. Program bimbingan dan konseling secara menyeluruh
idealnya adalah disusun berturut-turut mulai dari semester pertama kelas satu
sampai dengan semester enam kelas tiga (Fenti himawati, 2011).Dua macam
perencanaan yang perlu disiapkan(Thantawi R. MA., 1995) yaitu:
a. Perencanaan tahunan sebagai program sekolah, rencana ini disusun menurut
kesesuaian waktu seperticatur wulan/semester, rencana bulanan, bahkan
rencana mingguan. Dalam program yang dibuat tersebut dicantumkan subtansi
kegiatan yang ingin dilakukan, kemudian jenis layanan yang menyesuaikan
dengan kebutuhan.
b. Perecanaan kegiatan layanan bagi setiap guru pembimbing sesuai dengan
pembagian tugas di sekolah.Selain program yang harus di rencanakan dengan
baik dan di buat sebaik baiknya fasilitas adalah penunjang dalam keterlaksanaan
program. Sarana yang diperlukan sebagai penunjang pelayanan bimbingan dan
konseling (Thantawi R. MA., 1995) adalah:
Pelayanan bimbingan dan konseling berbasis kopetensi yang juga termasuk menjadi
sarana adalah
a. Istrument pengumpulan data.
b. Alat penyimpan data.
c. Perlengkapan teknis.
d. Komputer untuk mengolah data hasil aplikasi instrumentasi.
e. Program-program khusus bimbingan dan konseling melalui komputer, seperti
bimbingan belajar melalui program komputer.

Sedang kan untuk prasarana yang dibutuhkan(Thantawi R. MA., 1995) adalah


a. Ruang kerja pembimbing.
b. Ruang pelaksanaan konseling.
c. Ruang tunggu/ruang tamu.
d. Ruang perlengkapan/ dokumentasi.
e. Ruang bimbingan kelompok.

14
C. Pengertian Supervisi Layanan Bimbingan dan Konseling
Supervisi adalah proses yang melibatkan supervisor pengawas pekerjaan
profesional trainee dengan memiliki empat tujuan utama; untuk mempromosikan
pertumbuhan dan perkembangan supervisee; untuk melindungi kesejahteraan klien;
untuk memantau kinerja supervisee dan berfungsi sebagai penjaga gerbang untuk
profesi; untuk memberdayakan supervisee untuk mengawasi diri sendiri dan
melaksanakan tujuan ini sebagai profesional independen (Corey, Haynes, Moulton,
& Muratori, 2010). Sedangkan menurut (Anggraini, 2017) Supervisi BK adalah upaya
untuk mendorong, mengkoordinasikan dan menuntun pertumbuhan petugas BK atau
konselor secara berkesinambungan baik secara individual maupun kelompok agar
lebih memahami dan lebih dapat bertindak secara efektif dalam melaksanakan
layanan BK, sehingga mereka mampu mendorong pertumbuhan tiap siswa (klien)
secara berkesinambungan agar dapat berpartisipasi secara cerdas dan kaya di
dalam kehidupan masyarakat demokratis.
Supervisor menginisiatif komunikasi efektif, membantu orang-orang untuk
bisa saling mendengarkan, berbagi dan saling membantu. Supervisi pendidikan juga
sebagai suatu kegiatan yang tidak terpisah dari kegiatan manajemen pendidikan
perlu diupayakan secara simultan dan ditingkatkan kualitas pelaksanaannya (Sudin,
A. 2008: 1). Menurut Suharsimi & Yuliana (2012: 290) menyatakan bahwa supervisi
adalah aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin/supervisor berkaitan
dengan peran kepemimpinan yang diembannya dalam rangka menjaga kualitas
produk yang dihasilkan lembaga.
Supervisi bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pelatihan
untuk menjadi guru bimbingan dan konseling yang profesional dan merupakan salah
satu cara dimana guru bimbingan dan konseling dapat memperoleh kompetensi
yang diperlukan untuk memenuhi tanggung jawab profesional. Dalam konteks
supervisi, konselor akan belajar bagaimana bekerja dengan klien secara efektif.
Supervisi yang efektif dan etis melibatkan keseimbangan yang baik di pihak
supervisor antara memberikan kesempatan pengembangan profesional kepada
konselor dan melindungi kesejahteraan klien. Tujuan utama supervisi adalah untuk
menciptakan konteks di mana supervisee dapat memperoleh pengalaman yang

15
dibutuhkan untuk menjadi seorang profesional mandiri (Corey, Haynes, Moulton, &
Muratori, 2010).

Supervisi terjadi di semua level pendidikan, di tingkat pusat, regional


(wilayah), sampai dengan unit satuan terkecil. Jika dikomparasikan dengan proses
pendidikan itu sendiri, supervisi terjadi di segmen input, proses dan output. Memang
fenomena di atas tidaklah bisa diingkari, karena trend jargon supervisi itu sendiri
memerlukan banyak waktu untuk bisa familiar di tengah-tengah masyarakat. Proses
dalam menjaga mutu pendidikan diperlukan adanya kontrol mutu yang mengawasi
jalannya proses dan segala komponen pendukung-nya. Fungsi seorang kepala
sekolah secara garis besar dikenal dengan istilah Emaslim, yaitu: edukator, manejer,
administrator, supervisor, leader, inovator; dan motivator. Kepala sekolah sebagai
supervisor harus mampu mengkoordinasikan programprogram sekolah/madrasah/,
kelompok-kelompok, bahan, dan laporan-laporan yang berkaitan dengan sekolah
dan para guru/konselor.
Supervisi akademik juga berkaitan dengan keterlaksanaan standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian pendidikan
(Jurotun, Samsudi & Prihatin, 2015: 27) Pada perkembangannya akhir-akhir ini
supervisi mengarah pada suatu pengertian yang lebih baik lagi, yang disebut dengan
supervisi klinis, yaitu suatu bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan
mengajar dengan melalui sarana siklus yang sistematik dalam perencanaan,
pengamatan serta analisi yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar
yang nyata serta bertujuan mengadakan penumbuhan dengan cara yang rasional.
Sehingga berdasarkan hal diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa supervisi
atau dikenal dengan supervision merupakan suatu usah serta proses dalam
membantu, membimbing serta membina guru untuk meminimalisir ketidaksesuaian
(kesenjangan) antara proses nyata yang dilakukan oleh pengajar di sekolah dengan
proses mengajar yang ideal. Berawal dari proses orientasi pegawai, guru dikenalkan
dengan segala bentuk informasi yang berkaitan dengan kelembagaan, pekerjaan
dan pengembangan diri. Ketika ia sudah melewati masa orientasi, masuk ke
tahapan bekerja yang sesungguhnya, proses supervisi terus dilakukan.
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian integral dan
dibutuhkan dalam proses pendidikan, perlu mendapatkan supervisi yang tepat.

16
Sehingga layanan BK di sekolah dapat terjaga mutu serta kualitas kinerja dalam
proses layanannya. Berdasarkan pemaparan sebelumnya terkait dengan supervisi
maka supervisi dalam layanan bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai
usaha yang dilakukan untuk mendorong, mengkoordinasikan dan menuntun
pertumbuhan petugas BK/konselor secara berkesinambungan, baik secara individual
maupun secara kelompok agar lebih memahami dan lebih dapat bertindak secara
efektif serta efisien dalam melaksanakan layanan BK di sekolah, sehingga mereka
dapat mendorong, membimbing dan menuntun pertumbuhan serta perkembangan
tiap siswa (klien) secara berkesinambungan. Sehingga hal tersebut dapat
menjadikan siswa (klien) dapat berpartisipasi secara aktif, cerdas dan kaya di dalam
kehidupan masyarakat demokratis. Pengawas (supervisor BK) bertugas melakukan
pengawasan BK di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari
segi teknis BK dan administrasi pada satuan pendidikan dasar dan menengah.
Setelah pelaksanaan supervisi layanan BK dilakukan, maka diperlukannya
usaha tindak lanjut yang lebih baik dari Guru BK kepada siswa (klien). Hal ini
dilakukan agar proses supervisi tersebut dapat dituangkan dalam bentuk action,
kinerja serta profesionalitas yang berkualitas. Sehingga potensi, minat serta bakat
yang dimiliki oleh siswa (klien) dapat berkembangan secara optimal, dikarenakan
dalam hal perspektif bimbingan dan konseling, peserta didik merupakan individu
yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu
berkembang ke arah kematangan atau kemandirian (Bhakti, 2015: 93). Untuk
mencapai kematangan, individu memerlukan bimbingan, karena masih kurang
memahami kemampuan dirinya, lingkungannya dan pengalaman untuk mencapai
kehidupan yang baik dan bermutu (Nugraha & Rahman, 2017: 129).
Berbagai aktivitas bimbingan dan konseling diupayakan untuk
mengembangkan potensi dan kompetensi hidup peserta didik yang efektif serta
memfasilitasi mereka secara sistematik, terprogram, dan kolaboratif agar setiap
peserta didik betul-betul mencapai kompetensi perkembangan atau pola perilaku
yang diharapkan (Caraka, Nindiya & Fuad, 2016: 574)

17
F. Tujuan Supervisi Layanan BK Terdapat tiga tujuan dalam supervisi layanan
BK di sekolah yakni:
a. Tujuan mengendalikan kualitas. Supervisor BK bertanggung jawab memonitor
pelaksanaan kegiatan BK dan hasil-hasilnya yang berupa kehidupan dan
perkembangan siswa / klien yang lebih baik.
b. Untuk mengembangkan profesionalisme petugas BK / konselor. Supervisor BK
membantu petugas BK / konselor untuk tumbuh dan berkembang secara
profesional, sosial dan personal.
c. Untuk memotivasi petugas BK / konselor agar dapat secara berkelanjutan
melaksanakan kegiatan-kegiatan BK, menemukan dan memperbaiki kesalahan
dan kekurangan.

Tujuan dari Supervisi BK pula diantaranya: Tujuan mengendalikan kualitas,


supervisor bertanggung jawab memonitor pelaksanaan kegiatan BK dan hasil-
hasilnya yang berupa kehidupan dan perkembangan siswa atau klien yang lebih
baik, untuk mengembangkan profesionalisme petugas BK atau konselor. Supervisor
BK membantu petugas BK atau konselor untuk tumbuh berkembang secara
profesional, sosial dan personal, untuk memotivasi petugas BK atau konselor agar
dapat secara berkelanjutan melaksanakan kegiatan-kegiatan BK, menemukan dan
memperbaiki kesalahan dan kekurangan (Anggraini, 2017).

G. Fungsi Supervisi Layanan BK Terdapat delapan fungsi supervisi layanan


bimbingan dan konseling, berikut adalah penjelasan dari setiap fungsi
supervisi layanan BK:

a. Koordinasi usaha-usaha individual, sekolah dan masyarakat Usaha individual


antara dua orang petugas BK/konselor atau lebih dari sekolah yang sama,
ataupun dengan petugas BK/konselor dari sekolah lain dalam memecahkan
masalah-masalah yang mereka hadapi di dalam tugas mereka secara bersama-
sama membutuhkan koordinasi dari supervisor. Banyak usaha sekolah baik
dalam satu sekolah maupun antar sekolah yang membutuhkan koordinasi dari
supervisor BK. Masalah-masalah itu antara lain berkaitan dengan kebijaksanaan

18
BK, program BK dan prosedur pelaksanaan layanan BK dan yang pemecahan
dan pelaksanaannya akan lebih efektif jika dikerjakan bersama-sama.
b. Penyediaan Kepemimpinan Supervisi BK hendaknya berfungsi sebagai penyedia
kepemimpinan bagi petugas BK/konselor. Paling tidak ada lima segi
kepemimpinan yang penting artinya bagi supervisor yaitu:
a) Pengambilan inisiatif,
b) Bantuan dalam penyusunan tujuan,
c) Dorongan dan perwujudan bakat anggota,
d) Membantu anggota sementara perubahan berjalan,
e) Kepatuhan pada kesepakatan. Seorang suipervisi BK harus mampu “Tut
wuri handayani, ing madya mangun karso, ing ngarso sung tulodo”.
c. Peluasan Pengalaman
Supervisor BK hendaknya dapat berfungsi membantu petugas BK/konselor
dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru. Untuk itu dapat
ditempuh melalui kegiatan Inservic Training, kunjungan ke sekolah lain yang
BK nya maju, mengikuti pertemuan profesional, pembuatan jurnal, penelitian
dan usaha-usaha untuk mengenal kebutuhan siswa, dan laip-lain.
d. Dorongan terhadap usaha-usaha kreatif Supervisi BK hendaknya mampu
mendorong petugas BK / koselor agar dapat melakukan usaha-usaha kreatif
dalam memberi pelayanan kepada siswa dalam melakukan koordinasi dengan
guru, kepala sekolah, dan lembaga-lembaga terkait diluar sekolah.
e. Penyediaan Fasilitas Perubahan Supervisi BK hendaknya berfungsi sebagai
penyedia fasilitas terhadap perubahan. Hal ini bisa dilaksanakan melalui :
a) Pelibatan petugas BK / konselor dalam pengadaan / penyediaan material
yang diperlukan untuk mencobakan pendekatan baru,
b) Penajaman persepsi petugas BK/konselor tentang tujuan,
c) Diberikannya bantuan emosional kepada petugas BK/konselor yang
mencobakan langkah-langkah baru, misalnya dengan memberi senyum,
pujian, dan sebagainya,
d) Terus-menerus memberi informasi mengenai perkembangan dan hasil-hasil
usaha/kegiatan BK,
e) Memberi kesempatan mengikuti in-serviuce-training,
f) Memberi kesempatan sejawat untuk juga berubah serupa dan

19
g) Menindaklanjuti perubahan dan kemajuan –kemajuan itu dengan
pertumbuhan jabatan atau perkembangan karier para petugas BK / konselor
tersebut.
f. Analisis terhadap Situasi Layanan BK Supervisor BK dapat membantu petugas
BK/konselor menganalisa situasi layanan BK dalam rangka menemukan
penyebab suatu kesukaran sehingga untuk selanjutnya dapat dilaksanakan
perbaikan. Dapat pula supervisor BK membantu petugas BK / konselor
menganalisis keberhasilan kinerjanya untuk menemukan generalisasi tentang
alasan atau sebab keberhasilannya itu. Dengan analisis situasi tersebut
supervisor BK dapat membantu petugas BK/konselor tumbuh dan berkembang
secara profesional.
g. Sumbangan kepada terintegrasinya teori dan praktek Untuk mencapai tingkat
profesionalisme yang lebih tinggi diperlukan adanya integrasi teori dan praktik.
Supervisi menjalankan fungsi ini apabila ia menolong petugas BK / konselor
untuk mengadakan penyelesaian “factfinding” mengenai sistem sekolah dan
program BK mereka sendiri dan mengkategorikan penemuanpenemuan itu
sedemikian rupa sehingga berguna bagi mereka dan juga orang lain. Salah satu
jenis riset yang sering dilakukan untuk maksud supervisi adalah “action
research” Ciri-ciri “action Research” antara lain:
a) Mulai secara khusus dengan mendeteksi suatu masalah di dalam situasi riil,
b) Menggarap secara bersama oleh para petugas BK / konselor yang
memanfaatkan penemuan itu
c) Hasilnya diharapkan segera digunakan untuk pemecahan masalah. Peranan
supervisor BK disini antara lain : Sebagai instrumental yang menggerakkan
dorongan ingin tahu atau ketidak puasan. Sebagai orang yang pertama kali
sensitif terhadap adanya permasalahan khusus. Dapat membantu petugas
BK/konselor merumuskan pertanyaan dan hipatesis tindakan bagi penelitian
yang sistematis dan membantu dalam memperoleh biaya dan sarana
penelitian, bantuan konsultan, dan implementasi rekomendasi.
h. Pengintegrasian tujuan dan daya Supervisi hendaknya membuat petugas
BK/konselor menghayati tujuan program dan kegiatan layanan BK secara jelas,
sebab penghayatan yang jelas tentang tujuan tersebut memungkinkan petugas
BK / konselor bertindak melaksanakan kegiatan BK dengan rasa senang hati.

20
Dikatakan bahwa supervisi membantu mengintegasikan tujuan dan daya jika
petugas BK / konselor baik perorang maupun kelompok menyadari nilai – nilai,
mampu menjelaskan tujuan jangka panjang dan mencapai kesepakatan tentang
langkah – langkah yang akan dilakukan. Dengan kata lain jika supervisi dapat
menolong petugas BK / konselor menghubungkan tindakan spesifik dengan
tujuan yang lebih besar, integrasi kegiatan dimungkinkan, dan daya kerja
meningkat.

Seorang supervisor konselor profesional yang telah menerima pelatihan


khusus dalam supervisi memfasilitasi pertumbuhan profesional konselor melalui:
1. Memantau kesejahteraan klien
2. Mendorong kepatuhan terhadap standar hukum, etika, dan professional
3. Mengajarkan keterampilan terapeutik
4. Memberikan umpan balik dan evaluasi rutin
5. Memberikan pengalaman profesional.
Supervisor diharapkan melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut menurut Aziz
(2017):
1. Mendiagnosis dan menilai,
2. Merencanakan,
3. Memberi motivasi,
4. Memberi penghargaan dan melaporkan kemajuan

21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen supervisi BK harus dilakukan secara sistematis dan terstruktur
untuk memastikan keberhasilan proses supervisi. Hal ini mencakup perencanaan
supervisi, implementasi supervisi, evaluasi hasil supervisi, dan perbaikan supervisi.
Tujuan Supervisi Layanan BK yaitu:
a. Tujuan mengendalikan kualitas.
b. Untuk mengembangkan profesionalisme petugas BK / konselor.
c. Untuk memotivasi petugas BK / konselor agar dapat secara berkelanjutan
melaksanakan kegiatan-kegiatan BK, menemukan dan memperbaiki kesalahan
dan kekurangan.
Sedangkan Fungsi Supervisi Layanan BK yaitu:
a. Koordinasi usaha-usaha individual
b. Sebagai penyedia kepemimpinan bagi petugas BK/konselor
c. Peluasan pengalaman
d. Melakukan usaha-usaha kreatif dalam memberi pelayanan kepada siswa
e. Penyediaan fasilitas
f. Analisis terhadap Situasi Layanan BK
g. Sumbangan kepada terintegrasinya teori dan praktek
h. Pengintegrasian tujuan dan daya Supervisi

B. SARAN
Semoga dengan pemahaman yang kami buat dengan sederhana ini, para
pembaca bisa mengerti dan memahami komponen Manajemen supervisi bimbingan
dan konseling dan dapat bermanfaat untuk kedepannya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Andhika Fawri & Neviyarni 2021. Konsep Manajemen Bimbingan dan Konseling,
Research & Learning in Education. 196-202.

Riyan Rahmadani, Neviyarni, Firman 2021. Manajemen Bimbingan Dan Konseling


Di Sekolah, Research & Learning in Education. 2973-2977

Dwi Putranti, dkk 2018. Strategi Supervisi Layanan Bimbingan dan Konseling
Berbasis Integrated Nstuctional. 105-109

Balqis Urwatul Wutsqo, Restu Amalianingsih, Oktafiana Kiranida, Happy Karlina


Marjo. Masalah Kompetensi Supervisor Dalam Supervisi Bimbingan
Dan Konseling. VOL. 4, Number 1, Mei (2021), pp. 51-59

23

Anda mungkin juga menyukai