Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Penilaian dan Pengukuran BK di SMA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Penilaian dan Pengukuran Layanan BK
di Universitas

Dosen Pengampu:

Lela Nurlaela, M.Pd.I

Disusun oleh:

1. Soraya Vitriani 0503219082

2. Syifa Darodzatunnisa 0503211003

PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA CIREBON

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karuni, inayah dan
hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Penilaian dan
Pengukuran BK di SMA” untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Penilaian dan Pengukuran
Layanan BK di Universitas.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak dan berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribuksi dalam penyelsaian makalah ini

Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini seperti halnya
penyususunan kalimat, bahasa maupun isi materi yang disajikan. Untuk karena itu kami menrima
keritik dan saran dari para pembaca agar kami bisa memperbaiki sehingga kedepanya akan lebih
baik.

Cirebon, Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

BAB 1..............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4

C. Tujuan Makalah....................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..............................................................................................................................5

A. Konsep Penilaian dan Pengukuran BK di Sekolah...............................................................5

B. Penilaian dalam Bimbingan dan Konseling..........................................................................6

C. Pengukuran dalam Bimbingan dan Konseling.....................................................................8

D. Implementasi Penilaian dan Pengukuran di SMA................................................................9

BAB III..........................................................................................................................................12

PENUTUP.....................................................................................................................................12

A. Kesimpulan.........................................................................................................................12

B. Saran...................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan Konseling (BK) di SMA bertujuan untuk membantu siswa mengatasi
tantangan akademik, emosional, sosial, dan karier selama masa belajar mereka. Penilaian
dan pengukuran dalam BK adalah alat penting untuk mengukur pencapaian siswa dalam
pertumbuhan pribadi, akademik, dan karier mereka. Proses ini dilakukan secara sistematis
oleh para konselor dengan tujuan memberikan panduan yang sesuai kepada siswa, guru,
dan orang tua dalam upaya membantu siswa mencapai potensi maksimal mereka.

Penilaian dan pengukuran BK telah mengalami perubahan signifikan dalam beberapa


tahun terakhir, didorong oleh perkembangan teknologi dan pemahaman yang lebih baik
tentang kebutuhan siswa. Hal ini mencakup penggunaan alat penilaian yang lebih
fleksibel dan peningkatan kerja sama antara konselor, guru, dan orang tua untuk
merancang rencana pembimbingan dan dukungan yang lebih responsif. Dengan
pendekatan yang lebih holistik, penilaian BK saat ini berfokus pada pemberian dukungan
yang lebih efektif dalam membantu siswa mencapai potensi dan tujuan mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penilaian dan pengukuran BK di sekolah?
2. Apa saja jenis penilaian yang digunakan dalam Bimbingan dan Konseling?
3. Bagaimana pengukuran digunakan dalam Bimbingan dan Konseling?
4. Bagaimana guru BK mengimplementasikan penilaian dan pengukuran dalam praktik
sehari-hari mereka di SMA?

C. Tujuan Makalah
1. Menjelaskan konsep penilaian dan pengukuran BK di sekolah
2. Mengetahui jenis penilaian yang digunakan dalam Bimbingan dan Konseling
3. Menjelaskan pengukuran dalam Bimbingan dan Konseling
4. Mengetahui implementasi penilaian dan pengukuran BK di SMA
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Penilaian dan Pengukuran BK di Sekolah


Menilai bimbingan pada hakikatnya melibatkan pemahaman yang tepat mengenai
aspek-aspek berikut dalam organisasi dan administrasi program bimbingan dan
konseling: bagaimana partisipasi guru-guru dan tenaga bimbingan lainnya dapat
diidentifikasi, bagaimana pelaksanaan program bimbingan dan konseling berjalan, dan
bagaimana data-data akumulasi dapat dikumpulkan (Diniaty, A, 2012: 59).

Dengan kata lain, penilaian yang dilakukan terhadap kegiatan Bimbingan dan
Konseling bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana kesesuaian program, bagaimana
pelaksanaan yang dilakukan oleh para tenaga bimbingan, dan apa hasil yang diperoleh
dari pelaksanaan program tersebut.

Menurut Achmad (2006: 68), penilaian kegiatan bimbingan konseling di sekolah


adalah semua upaya, tindakan, atau proses untuk menilai sejauh mana kualitas kemajuan
kegiatan yang berkaitan dengan implementasi program bimbingan di sekolah dengan
merujuk pada kriteria atau pedoman tertentu yang sesuai dengan program bimbingan
yang dijalankan.

Sesuai dengan Permendinas No. 20 tahun 2007, konsep penilaian dijelaskan


sebagai "proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian
hasil belajar peserta didik". Dalam pengertian ini, penilaian adalah suatu tindakan yang
melibatkan tahapan tertentu, dengan fokus pada pengumpulan dan pengolahan berbagai
informasi yang berkaitan dengan objek yang dinilai, termasuk kompetensi siswa dan
unsur-unsur yang mendukung pencapaian tersebut (program pembelajaran/program
bimbingan konseling).

Fungsi penilaian bimbingan dan konseling, seperti yang diuraikan oleh Satriani
(2014), mencakup:
1. Memberikan umpan balik kepada guru pembimbing untuk memperbaiki
atau mengembangkan program bimbingan dan konseling.
2. Menyediakan informasi kepada pimpinan sekolah, guru mata pelajaran,
dan orang tua siswa tentang perkembangan siswa agar mereka dapat
berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas implementasi program
bimbingan konseling di sekolah.

Sedangkan Pengukuran adalah proses pemberian nilai numerik terhadap suatu


atribut atau karakteristik yang dimiliki oleh individu, objek, atau hal sesuai dengan
pedoman yang telah ditetapkan (Lupyanto dan Dwikurnaningsih, 2014). Salah satu tujuan
utama pengukuran adalah untuk menilai sikap kreatif mahasiswa dalam program studi
bimbingan konseling terhadap pemahaman materi perkuliahan yang mereka pelajari.
Mahasiswa, pada dasarnya, dapat menggunakan alat pengukuran ini untuk mengevaluasi
diri mereka sendiri dan mengukur sejauh mana perkembangan sikap kreatif mereka,
termasuk dalam penggunaan kreativitas (Abdurrahman dan Suarti, Alit, S, 2016).

Beberapa pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya oleh konselor meliputi


analisis keadaan burnout siswa (Supriyanto dan Prasetiawan, 2021), penilaian kompetensi
kolaboratif guru BK/konselor dalam bidang bimbingan karir (Afdal, 2019), serta
penggunaan kuisioner berbentuk skala yang berdasarkan indikator keterampilan
kelangsungan hidup dan keamanan untuk SMP, sebagaimana diuraikan dalam
Comprehensive School Counseling Program Guide tahun 2009 (Putri, 2020). Selain itu,
ada juga penggunaan alat ukur berupa Skala Pengukuran Karakter Adil (Setyaputri, Y,
Kriphianti, Dwi, dan Nawantara, Dewi, 2020).

B. Penilaian dalam Bimbingan dan Konseling


Penilaian bimbingan konseling di SMA adalah proses penting yang bertujuan untuk
mengukur dan mengevaluasi efektivitas layanan bimbingan konseling yang diberikan
kepada siswa. Ini mencakup berbagai aspek, seperti pencapaian tujuan akademik dan
perkembangan pribadi siswa.

1. Jenis-Jenis Penilaian Bimbingan Konseling di SMA


Penilaian bimbingan konseling di SMA dapat mencakup beberapa aspek yang
berbeda. Beberapa jenis penilaian yang umum digunakan dalam bimbingan konseling
di SMA termasuk:
a. Penilaian Prestasi Akademik: Ini mencakup evaluasi prestasi siswa dalam hal
nilai, kinerja ujian, dan capaian akademik mereka.
b. Penilaian Perkembangan Sosial-Emosional: Ini mencakup pemantauan
perkembangan sosial, emosional, dan perilaku siswa di sekolah. Ini dapat
melibatkan observasi guru dan konselor.
c. Penilaian Kepribadian dan Bakat: Mengidentifikasi bakat, minat, dan
kepribadian siswa untuk membantu mereka dalam pengambilan keputusan
karir.
d. Penilaian Konseling Individual: Evaluasi hasil dari sesi konseling individu,
termasuk perubahan dalam pemahaman siswa tentang masalah mereka dan
kemajuan mereka menuju tujuan konseling.
e. Penilaian Program Bimbingan dan Konseling: Mengevaluasi efektivitas
program bimbingan dan konseling di sekolah dalam mencapai tujuannya.
f. Penilaian Partisipasi Siswa: Memantau tingkat partisipasi siswa dalam
kegiatan bimbingan dan konseling yang ditawarkan oleh sekolah
2. Tujuan Penilaian Bimbingan dan Konseling
Penilaian dalam hakikatnya dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang
akurat mengenai sejauh mana suatu tindakan telah berhasil dan efisien. Data yang
diperoleh dari penilaian ini akan menjadi dasar bagi pengambilan keputusan yang
lebih lanjut. Lebih lanjut, penilaian memiliki tujuan yang beragam terkait dengan
programnya. Dalam pandangan Cronbach, penilaian berguna dalam meningkatkan
program. Sementara menurut Patton, penilaian program memiliki manfaat ganda,
yaitu memberikan keyakinan tentang program yang telah dijalankan dan memberikan
informasi yang lebih lengkap.
Anderson dan Ball menjelaskan bahwa tujuan penilaian program meliputi
kontribusi dalam pengambilan keputusan terkait instalasi, kelangsungan, ekspansi,
modifikasi, serta memberikan dukungan positif atau negatif terhadap program. Selain
itu, penilaian juga membantu dalam memahami aspek psikologis, sosial, dan proses
lainnya yang mendasarinya.
Chelimsky, pada gilirannya, menguraikan bahwa penilaian program bertujuan
untuk menjaga akuntabilitas, mengembangkan program yang ada, serta menghasilkan
pengetahuan baru.
3. Tahap Penilaian Bimbingan dan Konseling
Proses penilaian dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling terdiri dari tiga
tahap berikut:
a. Penilaian Segera (Laiseg)
Penilaian segera, yang disingkat sebagai "Laiseg," merupakan penilaian
yang langsung dilakukan setelah pelayanan bimbingan konseling. Biasanya,
penilaian ini dilakukan oleh guru pembimbing untuk mengevaluasi Acuan,
Kompetensi, Usaha, dan Rasa (AKUR) siswa asuh segera setelah mereka
mengikuti sesi bimbingan konseling.
b. Penilaian Jangka Pendek (Laijapen)
Penilaian jangka pendek, yang disingkat sebagai "Laijapen," merupakan
penilaian yang dilakukan dalam beberapa waktu setelah pemberian bantuan.
Guru pembimbing biasanya menggunakan Laijapen untuk memastikan bahwa
tindakan yang direncanakan oleh siswa asuh setelah mengikuti program
bimbingan konseling benar-benar dilaksanakan. Evaluasi ini umumnya
dilakukan dalam jangka waktu sekitar tiga hingga tujuh hari setelah pelayanan
diberikan, agar tidak terlalu lama.
c. Penilaian Jangka Panjang (Laijapang)
Penilaian jangka panjang, yang disingkat sebagai "Laijapang," dilakukan
dalam beberapa waktu setelah pemberian bantuan. Guru pembimbing
menggunakan Laijapang untuk menilai apakah tindakan yang telah dilakukan
oleh siswa asuh setelah mengikuti program bimbingan konseling sesuai
dengan rencana yang telah dibuat, dan apakah tindakan ini menghasilkan
dampak positif. Selain itu, evaluasi ini juga memperhatikan berkelanjutan dari
tindakan tersebut di masa yang akan datang.
C. Pengukuran dalam Bimbingan dan Konseling
Menurut Suharsimi Arikunto (2012:3), mengukur adalah proses perbandingan
suatu objek dengan suatu ukuran tertentu. Data yang diukur dapat berbentuk instrumen
tes, seperti tes IQ atau tes hasil belajar, dan juga instrumen non-tes, seperti survei umum
atau sosiometri. A. Muri Yusuf (2011:10) menjelaskan bahwa konsep pengukuran
melibatkan tiga elemen utama:

a. Angka atau Simbol: Ini mencakup angka atau simbol yang dapat dianalisis secara
statistik atau dimanipulasi secara matematis, seperti 1, 2, 3, atau I, II, III, dan
sebagainya.
b. Penerapan: Ini menunjukkan bahwa angka atau simbol tersebut diterapkan pada
objek atau kejadian tertentu yang sesuai dengan konteksnya.
c. Aturan: Aturan di sini merujuk pada panduan yang menentukan kesesuaian
tindakan yang dilakukan atau keadaan yang diukur dengan suatu standar tertentu.
Sebagai contoh, dalam mengukur tinggi seseorang, standar satuan yang digunakan
adalah sentimeter (cm), sedangkan untuk berat badan, satuan yang digunakan
adalah kilogram (kg), dan untuk suhu badan, satuan yang digunakan adalah
Celsius.

Hasil pengukuran bergantung pada sejauh mana instrumen pengukuran yang


digunakan, pelaksanaan yang akurat, serta pemrosesan data yang mengikuti pola yang
benar berdasarkan panduan yang disepakati. Dengan konsep di atas, pengukuran dalam
konteks pembelajaran dan pengajaran dalam dunia pendidikan adalah prosedur untuk
menerapkan angka atau simbol pada objek atau kegiatan sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, pengukuran merupakan alat yang digunakan oleh dosen,
guru, atau pendidik lainnya untuk mengumpulkan informasi kuantitatif, dengan tetap
mempertimbangkan ketiga elemen yang telah disebutkan sebelumnya (angka, penerapan,
dan aturan). Hasil dari pengukuran adalah angka atau simbol lain yang mencerminkan
keadaan aktual. Dalam melaksanakan pengukuran, ada tiga tahap utama yang harus
diikuti:

a. Identifikasi dan formulasi atribut atau kualitas yang akan diukur: Ini mencakup
mengidentifikasi karakteristik atau sifat yang ingin diukur.
b. Menentukan serangkaian operasi untuk mengukur atribut tersebut: Ini melibatkan
penentuan prosedur yang digunakan untuk mengukur atribut yang telah
diidentifikasi.
c. Menerapkan serangkaian prosedur atau definisi untuk menghasilkan data
kuantitatif: Ini merujuk pada pelaksanaan prosedur yang ditetapkan untuk
mengartikan hasil pengukuran menjadi pernyataan atau data kuantitatif.

Teknik pengukuran diantaranya:

a. Tes: Tes dapat berupa tes tertulis atau tes kinerja. Tes membantu mengukur
kemampuan atau kompetensi siswa dalam memecahkan masalah.
b. Skala: Penggunaan skala (rating scale) memungkinkan penilaian terhadap
karakteristik tertentu, seperti tingkat kecemasan atau kepuasan.
c. Observasi: Melibatkan pengamatan langsung terhadap perilaku siswa di
berbagai situasi.
d. Wawancara: Percakapan langsung dengan siswa untuk mendapatkan
informasi lebih mendalam.

Relevansi Pengukuran Terhadap Tujuan BK yaitu,

a. Mengembangkan Kurikulum: Hasil pengukuran membantu mengarahkan


pengembangan kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan siswa.
b. Meningkatkan Metode Pengajaran: Guru dapat memperbaiki metode
pengajaran berdasarkan hasil pengukuran.
c. Efektivitas Program: Evaluasi program BK memastikan layanan berfungsi
efektif.

D. Implementasi Penilaian dan Pengukuran di SMA


Implementasi Penilaian dan Pengukuran di SMA melibatkan peran penting dari
guru Bimbingan dan Konseling (BK). Berikut beberapa aspek terkait implementasi
penilaian dan pengukuran dalam konteks BK di sekolah menengah atas.

1. Peran Guru BK dalam Proses Penilaian dan Pengukuran


a. Guru BK memiliki peran krusial dalam mendeskripsikan penilaian dalam BK.
Ini mencakup evaluasi program BK, penyusunan laporan, dan tindak lanjut.
b. Sebagai pelaksana layanan bimbingan, guru BK dapat mendampingi peserta
didik dalam mencapai perkembangan mereka. Mereka dapat mendiagnosis dan
mengidentifikasi kebutuhan siswa.
2. Penggunaan Hasil Penilaian dalam Kegiatan BK
a. Hasil penilaian digunakan untuk mengarahkan pengembangan kurikulum agar
sesuai dengan kebutuhan siswa.
b. Guru dapat memperbaiki metode pengajaran berdasarkan hasil penilaian.
c. Evaluasi program BK memastikan layanan berfungsi efektif.
3. Tantangan yang Dihadapi dalam Implementasi
a. Pelaksanaan pelayanan konseling membutuhkan transformasi dan kebijakan
terhadap program merdeka belajar.
b. Guru BK perlu meningkatkan kemampuan literasi digital agar sesuai dengan
peserta didik yang lahir dan berkembang di dunia digital.
4. Contoh Implementasi Penilaian dan Pengukuran BK di SMA
Implementasi penilaian dan pengukuran dalam bidang Bimbingan dan
Konseling (BK) di SMA memiliki peran yang krusial dalam membantu siswa
mencapai perkembangan pribadi, akademik, dan karier mereka. Berikut beberapa
contoh implementasi penilaian dan pengukuran BK di SMA:
a. Tes Kepribadian dan Minat Karier: Konselor dapat menggunakan tes
psikometrik untuk menilai kepribadian dan minat karier siswa. Contohnya,
tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) atau Strong Interest Inventory
dapat membantu siswa mengidentifikasi minat dan kepribadian mereka,
sehingga mereka dapat membuat pilihan karier yang sesuai.
b. Konseling Individual: Konselor dapat melakukan sesi konseling individual
dengan siswa untuk mengukur tingkat stres, kecemasan, atau masalah
pribadi lainnya. Hasil dari sesi ini dapat digunakan sebagai indikator untuk
mengukur perubahan dalam kesejahteraan emosional siswa seiring
berjalannya waktu.
c. Pengamatan Perilaku: Konselor dapat mengamati perilaku siswa di
sekolah untuk mengidentifikasi masalah sosial atau perilaku. Misalnya,
mereka dapat memantau interaksi sosial siswa di kantin atau dalam kelas
untuk mengidentifikasi anak-anak yang mungkin memerlukan dukungan
tambahan.
d. Wawancara dan Angket: Konselor dapat melakukan wawancara dengan
siswa dan orang tua untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan
akademik, emosional, dan sosial siswa. Angket juga dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kepuasan siswa terhadap layanan BK yang
diberikan.
e. Evaluasi Program BK: Sekolah dapat melakukan penilaian program BK
mereka secara berkala. Ini dapat mencakup mengukur efektivitas program
dalam membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan karier mereka.
Misalnya, apakah program tersebut berhasil meningkatkan tingkat
kelulusan atau mengurangi perilaku menyimpang di sekolah.
f. Pengukuran Proses Belajar: Konselor dapat menggunakan alat pengukuran
untuk mengevaluasi bagaimana siswa belajar dan mengatasi hambatan
belajar. Ini dapat mencakup mengukur kemampuan siswa dalam mengatur
waktu, mengatasi stres, dan menggunakan strategi belajar yang efektif.
g. Rapat Tim BK: Konselor, guru, dan staf sekolah lainnya dapat berkumpul
dalam rapat tim BK untuk membahas perkembangan siswa. Dalam rapat
ini, mereka dapat menggabungkan data dari berbagai sumber, seperti hasil
tes, observasi, dan wawancara, untuk membuat keputusan terinformasi
tentang cara memberikan dukungan yang paling efektif kepada siswa.
h. Pemantauan Kelulusan dan Pencapaian Akademik: Sekolah dapat
menggunakan data kelulusan dan pencapaian akademik untuk mengukur
kesuksesan program BK mereka. Jika tingkat kelulusan meningkat atau
pencapaian akademik siswa semakin baik, ini dapat dianggap sebagai
indikasi keberhasilan program BK.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam makalah ini, kita telah menjelajahi peran penting penilaian dan
pengukuran dalam bidang Bimbingan dan Konseling (BK) di Sekolah Menengah Atas
(SMA). Penilaian dan pengukuran BK merupakan alat yang sangat relevan untuk
membantu siswa mencapai perkembangan pribadi, akademik, dan karier mereka. Dengan
berbagai metode, termasuk tes kepribadian, wawancara, observasi, dan evaluasi program,
kita telah melihat bagaimana penilaian dan pengukuran dapat memberikan wawasan yang
berharga kepada siswa dan pendidik.

Melalui pemahaman ini, kita menyadari bahwa penggunaan alat penilaian yang
relevan dan metode yang tepat sangat penting dalam memastikan bahwa siswa
mendapatkan layanan BK yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Proses penilaian dan
pengukuran juga harus menjadi alat yang responsif dan holistik, mempertimbangkan
aspek akademik, emosional, sosial, dan karier siswa.

B. Saran
Dengan implementasi penilaian dan pengukuran yang tepat, BK di SMA dapat
menjadi sarana yang kuat untuk membantu siswa menjalani perjalanan pendidikan
mereka dengan sukses. Melalui kerja keras, kolaborasi, dan perbaikan berkelanjutan, kita
dapat memastikan bahwa siswa memiliki akses ke sumber daya dan dukungan yang
mereka butuhkan untuk mencapai potensi penuh mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, and Ni Suarti, Alit, S. 2016. “Pengembangan Instrumen Sikap Kreatif Mahasiswa
Program Studi Bimbingan dan Konseling.” 1(April):1–14.

Anjar, T. 2012. Penilaian Bimbingan Konseling di Sekolah Dari Implikasi Pengelolaannya.


Jurnal Guidena, 2(1), 33–42.

Furqon. 2005. Kecenderungan Baru dalam Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling,
Makalah disajikan pada Konvensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN,
ABKIN dan UNNES. Semarang. Pada 16 April 2005.

Lupyanto, Limpid Sestu, and Yari Dwikurnaningsih. 2014. Pengembangan Pengukuran


Kompetensi Kepribadian Berbantuan Komputer untuk Mahasiswa Bimbingan dan
Konseling. Satya Widya 30(2):71. doi:10.24246/j.sw.2014.v30.i2.p71-81.

Prayitno. 2002. Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Balitbang Depdiknas.

Setyaputri, Y, Nora;, Y; Kriphianti, Dwi, and Rosalia Nawantara, Dewi. 2020. “Skala
Pengukuran Karakter Adil: Salah Satu Instrumen Sebagai Piranti BADRANAYA (Board-
Game Karakter Konselor Multibudaya).”

Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Yusuf, A. Muri. 2011. Asasmen dan Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP

Anda mungkin juga menyukai