Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN

“Jenis Evaluasi Program Bimbingan Konseling”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi pembelajaran

Dosen Pengampu: Anggia Evitarini, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 8

AINIYYAH NUR FITRI (202001500118)

AULIA DEWI (202001500137)

AJIE SAPUTRA VIATIKARA (201801500139)

DINAR MAHARANI SAFITRI (202001500070)

DHEA DAMAYANTI (202001500158)

SITI OCTAVIANAH (202001500101)

UNIVERSITAS INDRAPRASTA

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KOSELING

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN PENDIDIKAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelelasaikan penulisan tugas makalah ini yang berjudul “Jenis
Evaluasi Program Bimbingan Konseling”. Guna memenuhi tugas kelompok di mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran, yang diampu oleh Ibu Anggia Evitarini, M.Pd. Selain itu juga untuk
menambah wawasan tentang evaluasi pembelajaran bagi penulis sendiri dan juga pembaca.

Kami berterimakasih kepada Ibu Anggia Evitarini, M.Pd. yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan penulis juga pembaca mengenai Evaluasi
Pembelajaran yang membahas tentang Jenis Evaluasi Program Bimbingan Konseling, didalam
bidang studi yang penulis tekuni. Kami juga berterimakasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penulisan makalah ini. Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan
kerjasama banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, pemikiran, kritik, dan saran
sehingga penulisan ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharap
segala bentuk saran, masukan bahkan kritik untuk membangun berbagai pihak, dan kami
berharap semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Jakarta, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 3
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Evaluasi Tujuan Program Bimbingan ................................................................................. 4


B. Evaluasi Input Bimbingan ................................................................................................ 23
C. Evaluasi Proses Program Bimbingan ................................................................................ 34
D. Evaluasi Hasil Program Bimbingan .................................................................................. 41

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menegaskan bahwa konselor adalah pendidik profesional, sebagaimana juga guru,
dosen dan pendidik lainnya. Guru bimbingan konseling atau konselor sekolah sebagai
pemegang profesi bimbingan dan konseling dituntut untuk sepenuhnya menyukseskan
upaya pendidikan dalam berbagai jalur, jenjang, dan jenisnya. Memperhatikan tujuan
pendidikan nasional, maka pelayanan bimbingan dan konseling tentulah tidak hanya
menangani program peminatan saja, melainkan lebih dari itu mencakup pengembangan
pribadi peserta didik yang mandiri, mampu mengendalikan diri dan mengelola diri
untuk pengembangan diri dalam semua aspek kehidupan. Untuk mengetahui
ketercapaian tujuan pendidikan maupun layanan bimbingan konseling, maka perlu
dilakukan penilaian dalam bimbingan konseling di sekolah.
Ada tiga istilah yang sering disama-artikan dalam bidang pendidikan, termasuk
dalam bidang bimbigan dan konseling, yakni: pengukuran, penilaian dan evaluasi.
Ketiga istilah tersebut pada hakikatnya berbeda. Pengukuran (measurement) sebagai
ilmu merupakan cabang dari ilmu statistik terapan. Pengukuran adalah suatu prosedur
pemberian angka (kuantifikasi) terhadap variabel sepanjang suatu kontinum (Azwar,
2003). Ada tiga karakteristik pengukuran, yakni: atribut atau dimensi sesuatu, bukan
seseuatunya itu, hasil pengukuran bersifat kuantitatif atau berwujud angka-angka, dan
hasil pengukuran hanya bersifat memberikan diskriptif, tidak memberikan interpretasi.
Oleh sebab itu, aplikasi pengukuran terhadap aspek-aspek non fisik menjadi lebih sulit
daripada aspek-aspek fisik, karena harus membuat alat ukur yang valid dan reliabel.
Evaluasi merupakan komponen yang sangat penting dalam semua bidang
kehidupan. Evaluasi dalam bidang bimbingan dan konseling dilakukan terhadap
program beserta kegiatan pelaksanaan program. Tanpa evaluasi tidak akan mengetahui
perkembangan program, karena itu evaluasi dilakukan untuk menjamin perkembangan
program itu sendiri. Ketika membicarakan persoalan evaluasi, selalu terkait dengan
masalah standar evaluasi, dimana salah satu standar evaluasi adalah akuntabilitas. Isu
tentang akuntabilitas merupakan isu yang selalu hangat dibicarakan pada dialog atau
diskusi profesional. Pada bidang bimbingan dan konseling kebutuhan-kebutuhan
tentang hasil evaluasi yang akuntabel sangat diperlukan. Konselor sekolah bekerja

1
dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan di sekolah melalui suatu program
bimbingan dan konseling. Konselor sekolah secara rutin diminta untuk menunjukkan
bahwa pekerjaannya memberikan kontribusi pada kesuksesan siswa, khususnya pada
pencapaian prestasi akademik siswa. Tidak hanya itu, konselor sekolah juga diminta
untuk menunjukkan bagaimana mereka membuat suatu analisis adanya perbedaan
dalam kehidupan siswa. Evaluasi yang akuntabel mutlak harus dilakukan oleh konselor
sekolah. Di dalam proses evaluasi yang akuntabel mengandung aspek pengukuran dan
penilaian. Hasil evaluasi yang akuntabel terhadap program bimbingan dan konseling di
sekolah mengandung komponen penilaian hasil layanan bimbingan dan konseling yang
terukur dan harus berpengaruh secara signifikan terhadap kehidupan siswa.
Evaluasi dalam pembelajaran BK digunakan untuk mengukur keberhasilan dan
efektivitas dari program bimbingan dan konseling yang telah dilakukan. Evaluasi dapat
dilakukan melalui berbagai metode, seperti survei, observasi, dan analisis dokumen.
Fungsi evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen bimbingan dan konseling
yang penting dan harus dilakukan oleh Guru Bimbingan dan Konseling. Tanpa evaluasi
Guru Bimbingan dan Konseling tidak mungkin dapat mengetahui dan mengidentifikasi
keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah direncanakan.
Dengan dilakukan evaluasi secara komprehensif, jelas dan cermat maka akan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penyesuaian proses
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik/konseli sebagai sasaran
layanan.
Program Bimbingan dan Konseling di sekolah mempunyai peranan sangat
penting dalam evaluasi. Tujuan bimbingan dan konseling terintegrasi dengan dengan
berbagai tujuan pendidikan di sekolah menjadi acuan untuk evaluasi. Tujuan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah haruslah bersifat spesifik sesuai dengan jenjang
dan kekhususan sekolah. Evaluasi haruslah merupakan upaya kolabora¬tif seluruh
pihak terkait yang terlibat dalam program itu sendiri. Hasil evaluasi akan
memungkinkan para guru bimbingan konseling, dan staf sekolah lainnya untuk: (1)
menentukan dampak program dan layanan bimbingan konseling; (2) mengetahui
tingkat keberhasilan capaian tujuan masing-masing, (3) mengidentifikasi hal-hal yang
masih perlu dicapai; (4) mengidentifikasi berbagai komponen yang efektif; (5)
membuang atau meningkatkan berbagai komponen yang kurang efektif dalam program
bimbingan dan konseling; (6) mengidentifikasi konsekuensi positif dan negatif yang
muncul dari program; (7) mengidentifikasi berbagai prioritas masalah yang perlu

2
diselesaikan; (8) menentukan kebutuhan para konselor dan staf untuk penyesuai¬an
beban kerja; (9) menentukan berbagai sumber daya tambahan yang diperlukan agar
program bimbingan konseling di sekolah dapat terlaksana secara cermat; dan (10)
memberikan informasi secara akuntabel kepada para pendidik, orang tua murid dan
masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan mengenai evaluasi tujuan program bimbingan?
2. Bagaimana penjelasan mengenai evaluasi input bimbingan?
3. Bagaimana penjelasan mengenai evaluasi proses program bimbingan?
4. Bagaimana penjelasan mengenai hasil program bimbingan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai evaluasi tujuan program bimbingan.
2. Untuk mengetahui penjelasan mengenai evaluasi input bimbingan.
3. Untuk mengetahui penjelasan mengenai evaluasi proses program bimbingan.
4. Untuk mengetahui penjelasan mengenai hasil program bimbingan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. EVALUASI TUJUAN PROGRAM BIMBINGAN

1. Konsep Evaluasi Tujuan Program Bimbingan


Orientasi utama dari evaluasi tujuan program bimbingan adalah untuk
mengidentifikasi berbagai kebutuhan peserta didik, dan juga untuk
menyediakan arahan untuk perbaikan. Stufflebeam mengemukakan bahwa
objektivitas utama dari tipe ini adalah untuk menelaah status objek secara
keseluruhan, untuk mengidentifikasikan kekurangan, untuk
mengidentifikasikan kekuatan yang dimiliki yang dapat digunakan untuk
memperbaiki kekurangan, untuk mendiagnosis masalah sehingga dapat
ditemukan solusi yang dapat memperbaikinya, dan secara umum untuk
memberikan gambaran karakteristik lingkungan/setting program (Stufflebeam
& Sinkfield, 1985:169). Evaluasi pada aspek tujuan juga bertujuan untuk
melihat apakah tujuan yang lama dan prioritas terhadapnya telah sesuai dengan
kebutuhan yang seharusnya dilayani. Apapun yang menjadi fokus objeknya,
hasil dari evaluasi pada aspek tujuan harus menyediakan dasar untuk
penyesuaian (pemantapan) tujuan dan prioritas, serta target perubahan yang
dibutuhkan.
Evaluasi tujuan dilakukan untuk menyediakan alasan yang rasional bagi
konselor dan administrator dalam menentukan tujuan dan kompetensi siswa,
yang mana semua itu akan membantu membentuk program dan highlight
berbagai elemen struktur dalam program bimbingan. Di sinilah, evaluator harus
mendefinisikan lingkungan (environment) di mana program dilaksanakan.
mengidentifikasikan berbagai kebutuhan yang tidak diakomodasi, dan me
nentukan kenapa kebutuhan ini belum diakomodasi. Evaluasi ini dicapai me
lalui seperangkat penilaian berdasarkan penelahaan (assesment) atas kebutuhan
pelanggan (Customers), penentuan atas kelebihan dan kekurangan program
terkini, dan menyetujui prioritas program.
Trotter et al. mengidentifikasikan empat langkah dalam melakukan
evaluasi pada aspek tujuan dalam program bimbingan. Keempat langkah
tersebut meliputi: mengidentifikasikan kebutuhan siswa melalui diskusi dengan
4
siswa. guru, dan orang tua, merancang item survei, melakukan survei
kebutuhan. serta membandingkan kebutuhan siswa berdasarkan evaluasi
dengan tujuan yang telah ditetapkan (Trotter et al, 1998:135-142).
Berdasarkan pembahasan di atas, maka evaluasi pada aspek tujuan yang
dimaksud adalah kesesuaian antara tujuan yang telah ditetapkan dengan
kebutuhan siswa. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah yang
menjadi kebutuhan siswa dalam program bimbingan. Gysbers (2006)
mengatakan bah wa program bimbingan (guidance curriculum) merupakan
program yang selenggarakan untuk membantu siswa mencapai tugas
perkembangannya Prayitno (2004) menegaskan bahwa materi bimbingan
diambil berdasarkan tugas perkembangan dan permasalahan siswa. Berdasarkan
dua (2) ahli bimbingan dan konseling tersebut, yang dimaksud kebutuhan siswa
dalam program bimbingan adalah pencapaian tugas perkembangan dan
pemberian bantuan terhadap permasalahan siswa Evaluasi pada aspek tujuan
bukan hanya dimaksudkan untuk membantu guru bimbingan konseling
menemukan kebutuhan yang tidak terakomodasi, atau tujuan yang tidak relevan
dengan kebutuhan, akan tetapi dapat juga membantu guru bimbingan konseling
untuk memformulasikan tujuan program bimbingan dan konseling dan
kompetensi siswa yang diharapkan.
Evaluasi program bimbingan pada aspek tujuan ini tidak dilakukan pada
setiap semester. Hal ini disebabkan karena kompetensi siswa tentunya tidak
berubah setiap semester atau bahkan setiap tahun. Penulis menyarankan untuk
melakukan evaluasi program bimbingan pada aspek tujuan ini tiga sampai lima
tahun sekali. Hal ini sesuai dengan pendapat Gysbers (2006) yang menyatakan
bahwa evaluasi pada kurikulum bimbingan dapat dilakukan tiga atau lima tahun
sekali.

5
2. Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Tujuan

a. Menentukan Tujuan Evaluasi


Tahap pertama dalam melakukan evaluasi adalah menentukan tujuan
evaluasi. Penentuan tujuan ini merupakan hal yang sangat penting karena
berdasarkan tujuan inilah guru BK/konselor sekolah akan melakukan
evaluasi. Tujuan evaluasi secara umum berkaitan dengan dua hal. pertama
berkaitan dengan aspek yang akan dievaluasi dan dengan objek evaluasi.
Penentuan aspek tujuan menandakan bahwa guru BK menginginkan tujuan
yang ditetapkan dalam program merupakan kompetensi yang memang
penting dan butuh untuk dibentuk pada siswa. Objek evaluasi, yaitu program
bimbingan mengarahkan bahwa kompetensi yang menjadi tujuan program
terbatas pada lingkup bimbingan. Berdasarkan dua hal itu, maka evaluasi
tujuan memiliki tujuan untuk mengetahui ketepatan tujuan yang ditetapkan
dalam program. Hal ini berarti guru BK/konselor ingin melihat tujuan
program yang ditetapkannya dalam program bimbingan sudah sesuai dengan
kebutuhan siswa atau belum.

b. Menentukan Kriteria Evaluasi


Sebuah program akan dikatakan berhasil dan sukses (proses penilaian)
apabila memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Membahas
mengenai kriteria keberhasilan sebagai patokan evaluasi tidak akan terlepas
membahas standar, dan indikator. Makna ketiga konsep tersebut tentunya
tidak sama, akan tetapi memiliki kaitan satu dengan yang lainnya. Mutrofin
& Hadi menjelaskan kriteria merupakan karakteristik program yang
dianggap basis penting untuk melakukan riset evaluasi pada program tersebut
(Hadi & Mutrofin, 2006:77). Pendapat ini senada dengan apa yang
disampaikan oleh Winkel & Hastuti bahwa kriteria adalah patokan dalam
evaluasi program. Berbeda dengan kriteria, standar memiliki penekanannya
pada pertanyaan "seberapa banyak kriteria penting telah mencukupi?".
Sementara indicator merujuk pada ukuran yang digunakan untuk
6
mengumpulkan data sehubungan dengan performansi nilai kriteria (valued
criteria).
Kriteria merupakan karakteristik program yang dianggap sebagai basis
relevan dan penting untuk melakukan riset evaluasi. Pemberian nilai pada
kriteria didasarkan pada keyakinan, pengalaman pribadi, pengalaman orang
lain, dan hasil kajian teoritis.
Winkel & Hastuti menjelaskan bahwa kriteria dapat ditentukan
berdasarkan ciri yang melekat dalam program bimbingan tersebut. baik
eksternal maupun internal. Pada aspek tujuan kriteria yang dapat digunakan
dalam evaluasi program bimbingan adalah tujuan bersumber pada kebutuhan
yang realistis. Sesuai dengan pendapat Gysbers dan Prayitno kebutuhan yang
dimaksud adalah sesuai dengan tugas perkembangan siswa dan permasalahan
siswa. Untuk lebih jelasnya mengenai kriteria keberhasilan yang digunakan
untuk menentukan efektivitas program bimbingan dalam evaluasi pada aspek
tujuan sebagai berikut;

Kriteria Keberhasilan Evaluasi Perencanaan Program Bimbingan pada


Aspek Tujuan

Komponen Indikator Kriteria

Perencanaan Tujuan Perkembangan Siswa Adanya kesesuaian antara tujuan dengan


(tujuan) tugas perkembangan siswa

Permasalahan Siswa Adanya kesesuaian antara tujuan dengan


permasalahan siswa

c. Memilih Desain Evaluasi


Desain evaluasi program merupakan suatu rencana yang menunjukkan
bila evaluasi akan dilakukan, dan dari siapa evaluasi atau informasi akan
dikumpulkan. Desain ini dibuat untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan
dilakukan menurut organisasi yang teratur dan menurut aturan evaluasi yang
baik. Untuk mengukur hasil suatu program bimbingan dan konseling
tentunya diperlukan desain yang sesuai dengan karakteristik program

7
tersebut. Adapun dalam bentuk diagram desain tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:

Sesuai dengan tugas Pencapaian tugas


perkembangan perkembangan

Penentuan
EVALUASI tujuan
PROGRAM berdasarkan Membandingkan
BIMBINGAN tugas tujuan hasil
PADA perkembangan evaluasi dengan KEPUTUSAN
ASPEK dan tujuan program
TUJUAN permasalahan
siswa

Sesuai dengan Permasalahan Bagan Desain Evaluasi Perencanaan Program Bimbingan


permasalahan siswa siswa pada Aspek Tujuan

d. Menyusun Tabel Perencanaan Evaluasi


Berdasarkan tujuan evaluasi yang sudah kita tetapkan, maka kita
menyusun tabel perencanaan evaluasi. Tabel perencanaan evaluasi terdiri
atas empat kolom yang terdiri atas, kolom komponen, kolom indikator,
kolom sumber data, dan kolom teknik pengumpulan data. Komponen atau
aspek evaluasi terdiri atas satu komponen yaitu tujuan. Berdasarkan
komponen tersebut, maka kita dapat menjabarkan indikator-indikator.
Kemudian, berdasarkan indikator tersebut maka kita dapat menentukan
sumber datanya dan cara mengumpulkan data tersebut. Lebih jelasnya
bagaimana tabel perencanaan evaluasi disajikan dalam tabel berikut ini.

Perencanaan Evaluasi Program Bimbingan pada Aspek Tujuan


Komponen Indikator Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

Perencanaan Tugas Perkembangan Siswa Memberikan inventori mengenai


(Tujuan) Siswa tugas perkembangan siswa

Permasalahan Siswa Siswa Melakukan survei terhadap


permasalahan siswa

8
e. Menentukan Instrumen Evaluasi
Menentukan Instrumen Evaluasi Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam evaluasi pada aspek tujuan ini adalah dengan menyebarkan
angket dan memberikan inventori. Untuk lebih jelas dapat dilihat di bawah
ini mengenai teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan.

Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data


Evaluasi Perencanaan pada Aspek Tujuan
Komponen Teknik Pengumpulan Data Instrumen yang Digunakan

Perencanaan Memberikan inventori mengenai tugas Inventori tugas perkembangan siswa


(Tujuan) perkembangan siswa
Melakukan survei terhadap permasalahan Angket permasalahan siswa
siswa

f. Menentukan Teknik Analisis Data


Evaluasi program bimbingan pada aspek tujuan ini menggunakan
teknik analisis kuantitatif, maupun kualitatif. Analisis data dilakukan dalam
be berapa tahapan. Pertama melakukan penelaahan terhadap tugas per
kembangan siswa dan tingkat permasalahan siswa. Data pencapaian tugas
perkembangan dan tingkat permasalahan siswa dianalisis menggunakan
rumus persentase menurut Ana Sudiyono (1989) sebagai berikut.

𝑋
E=𝑁 × 100%
Keterangan:
E = deskriptif presentase
X = frekuensi yang dicari
N = jumlah total responden

Setelah pencapaian tugas perkembangan dan tingkat permasalahan siswa


diketahui, maka data kemudian dianalisis berdasarkan indikator yang ada untuk
mendapatkan formula tujuan program bimbingan berdasarkan evaluasi pada
aspek tujuan. Setelah tujuan ditentukan, maka tahap selanjutnya adalah

9
membandingkan tujuan yang dihasilkan melalui evaluasi konteks dengan tujuan
yang ditetapkan dalam program.

3. Penyusunan Laporan Evaluasi Program Bimbingan


Kegiatan akhir dalam kegiatan evaluasi yang dilakukan adalah membuat
laporan hasil evaluasi. Sampai sekarang, sejauh penulis ketahui, belum ada
format yang baku berkenaan dengan laporan hasil evaluasi perencanaan
program bimbingan. Meskipun demikian, bukan berarti kita dapat membuat
laporan evaluasi perencanaan pada program bimbingan secara sembarangan.
Tetap saja, kita perlu membuat laporan hasil evaluasi perencanaan program
bimbingan secara baik, sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang
yang membacanya.
Sebagaimana telah diketahui bahwa evaluasi perencanaan program
bimbingan merupakan evaluasi yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan:
apakah perencanaan program yang dibuat sudah tepat atau belum, yang dapat
dilihat berdasarkan tujuan, dan input yang digunakan dalam program
bimbingan. Maka, hal yang penting ada dalam laporan perencanaan adalah
bahwa laporan harus terdiri dua bagian, pertama adalah bagian evaluasi tujuan,
dan kedua adalah bagian evaluasi input.
Setiap bagian dalam laporan hasil evaluasi perencanaan hendaknya di
mulai dengan deskripsi data. Setelah data dipaparkan, maka langkah selanjutnya
adalah menuliskan hasil analisis data evaluasi. Langkah terakhir yang kita
lakukan dalam menyusun laporan adalah menuliskan keputusan. Untuk lebih
jelasnya perhatikanlah contoh laporan evaluasi perencanaan program bimbingan
siswa kelas XI SMP/SMA/SMK Antah Berantah Jakarta.

10
CONTOH LAPORAN EVALUASI PERENCANAAN PROGRAM BIMBINGAN
SEKOLAH ANTAH BERANTAH JAKARTA

BAGIAN EVALUASI TUJUAN

1. Deskripsi Data
a. Tugas Perkembangan Siswa
Evaluasi tujuan merupakan evaluasi yang berkenaan dengan pertanyaan apakah
tujuan program bimbingan sesuai dengan dengan tugas perkembangan dan
permasalahan siswa. Berdasarkan instrumen tugas perkembangan siswa, maka
diketahui gambaran pencapaian tugas perkembangan siswa sebagai berikut;
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diketahui bahwa rerata pencapaian
tugas perkembangannya sebesar 75.48%. Terdapat tiga (3) orang siswa atau sekitar
2.78% yang memiliki pencapaian tugas perkembangan di bawah 60 %. Sebanyak
enam puluh enam (66) orang siswa atau sekitar 61.1% memiliki pencapaian tugas
perkembangan 60- 80%, serta tiga puluh sembilan (39) orang siswa atau sekitar
36.1% siswa yang pencapaian tugas perkembangannya di atas 80%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Gambaran Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa

No Kategori Presentase

1 Pencapaian tugas perkembangan 80 – 100% 36.1

2 Pencapaian tugas perkembangan 60 – 80% 61.1

3 Pencapaian tugas perkembangan 40 – 60% 2.78

4 Pencapaian tugas perkembangan 20 – 40% 0

5 Pencapaian tugas perkembangan 0 – 20% 0

11
Data di atas menunjukkan bahwa siswa memiliki pencapaian tugas
perkembangan yang cukup bak, walaupun tetap saja masih terdapat tugas
perkembangan yang belum dicapainya. Pada area yang belum tercapai inilah
seharusnya program bimbingan d arahkan.
Berdasarkan hasil evaluasi dapat juga terlihat gambaran pencapaian tugas
perkembangan siswa pada tahap-tahap tugas perkembangannya. Untuk tugas
perkembangan menerima kondisi fisknya dan memanfaatkan tubuhnya secara
efektif, siswa telah memiliki pencapaian sebanyak 89.44% tugas perkembangan
menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis kelamin
mana pun telah dicapai siswa sebanyak 89.35 sedangkan tugas perkembangan
menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-laki atau perempuan) sebanyak
79.17% untuk tugas perkembangan berusaha melepaskan diri dari ketergantungan
emosi terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya, siswa telah mencapai sampai
95.37%, sedangkan mempersiapkan karier ekonomi sudah sampai 87.5% untuk
tugas perkembangan mempersiapkan pernikahan dan kehidupan berkeluarga
pencapaian tugas perkembangannya 58.56%, sedangkan untuk tugas perkembangan
mempersiapkan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab 43.98 %, serta
pencapaian tugas perkembangan siswa dalam mencapai sistem nilai dan etika
sebagai pedoman tingkah lakunya sebesar 56.02%. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.

Pencapaian Siswa pada Tiap Tugas Perkembangan


No Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa Persen
1 Menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif 89.44
2 Menerima hubungan yang lebih matang degnan teman sebaya dari jenis kelamin 89.35
manapun
3 Menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-laki atau perempuan) 79.17
4 Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua dan 95.37
orang dewasa lainnya
5 Mempersiapkan karier ekonomi 49
6 Mempersiapkan pernikahan dan kehidupan berkeluarga 58.56
7 Mempersiapkan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab 43.98
8 Mencapai sistem nilai dan etika sebagai pedoman tingkah lakunya 56.02

12
120
menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan
tubuhnya secara efektif
100 95,37
89,44
89,35 menerima hubungan yang lebih matang dengan teman
sebaya dari jenis kelamin manapun
79,17 menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-
80
laki atau perempuan)
58,56 56,02 berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi
60 terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya
49 mempersiapkan karier ekonomi
43,98
40
mempersiapkan pernikahan dan kehidupan
berkeluarga
20 mempersiapkan tingkah laku sosial yang bertanggung
jawab
mencapai sistem nilai dan etika sebagai pedoman
0 tingkah lakunya

Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa siswa telah mencapai tugas
perkembangan cukup baik pada tugas perkembangan berusaha melepaskan diri dari
ketergantungan emosi terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya, menerima
kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif, menerima hubungan
yang lebih matang dengan teman sebaya dan jenis kelamin manapun, serta menerima
peran jenis kelamin masing- masing. Sedangkan tugas perkembangan yang masih
kurang dicapai siswa dengan baik adalah mempersiapkan karier ekonomi,
mempersiapkan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab, mencapai sistem nilai
dan etika sebagai pedoman tingkah lakunya serta mempersiapkan pernikahan dan
kehidupan berkeluarga.
Berdasarkan pencapaian siswa dalam tugas perkembangan, seharusnya program
bimbingan lebih diarahkan pada tugas perkembangan:
1. Mempersiapkan karier ekonomi,
2. Mempersiapkan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab,
3. Mencapai sistem nilai dan etika sebagai pedoman tingkah lakunya,
4. Serta mempersiapkan pernikahan dan kehidupan berkeluarga.

13
b. Permasalahan Siswa
Tugas perkembangan siswa bukanlah satu-satunya pertimbangan dalam
menentukan tujuan program bimbingan kelompok terjadwal, masih terdapat
permasalahan siswa yang perlu diperhatikan. Berdasarkan evaluasiyang dilakukan,
maka diketahui bahwa sebanyak 70.3% siswa memiliki masalah kesulitan belajar,
sebanyak 51.4% siswa memiliki masalah Gangguan makan, sebanyak 43.2% siswa
memiliki masalah Sakit-sakitan, sebanyak 32:4 % siswa memiliki masalah keinginan
bunuh diri, sebanyak 29.73% siswa memiliki masalah mengkonsumsi minuman
keras, sebanyak 29.73 % siswa memiliki masalah merokok. sebanyak 18.9 % siswa
memiliki masalah pergaulan bebas, sebanyak 18.9% siswa memiliki masalah ikut
tawuran, sebanyak 8.1 % siswa memiliki masalah penyalahgunaan obat terlarang
dan narkotika, sebanyak 10.8 % siswa memiliki masalah Melakukan hubungan
seksual, sebanyak 2.7% siswa memiliki masalah ketakutan hamil di luar nikah serta
tidak ada siswa yang memiliki masalah Aborsi dan masalah Terjangkit HIV/AIDS
Lebih jelas dapat terlihat pada tabel dan grafik dibawah ini.

14
Permasalahan Siswa
No Masalah Siswa Persen (%)

1 Kesulitan belajar 70.27

2 Gangguan makan 51.35

3 Sakit-sakitan 43.24

4 Keinginan bunuh diri 32.43

5 Mengkonsumsi minuman keras 29.73

6 Merokok 29.73

7 Pergaulan bebas 18.92

8 Ikut tawuran 18.92

9 Penyalahgunaan obat terlarang dan narkotika 8.1

10 Melakukan hubungan seksual 10.8

11 Ketakutan hamil di luar nikah 2.7

12 Aborsi 0

13 Terjangkit HIV/AIDS 0

15
Terjangkit HIV/AIDS 0
Aborsi 0
Ketakutan Hamil di Luar Nikah 2,7
Melakukan Hubungan Seksual 10,8
Penyalahgunaan Obat Terlarang… 8,1
Ikut Tawuran 18,92
Pergaulan Bebas 18,92
Merokok 29,73
Mengkonsumsi Minuman Keras 29,73
Keinginan Bunuh Diri 32,43
Sakit-sakitan 43,24
Gangguan Makan 51,35
Kesulitan Belajar 70,27
0 20 40 60 80

Permasalahan Siswa

Berdasarkan permasalahan siswa di atas, maka dapat terlihat bahwa masalah


yang banyak dialami oleh siswa adalah masalah kesulitan belajar, gangguan makan,
sakit-sakitan, keinginan bunuh diri, mengkonsumsi minuman keras, serta merokok.
Keenam (6) masalah tersebut termasuk berat karena lebih dari 20 % siswa mengalami
masalah tersebut. Akan tetapi empat (4) masalah lainnya yaitu pergaulan bebas,
penyalahgunaan obat terlarang dan narkotika, melakukan hubungan seksual, serta
kekhawatiran hamil di luar nikah meskipun persentasenya dibawah 20%,akan tetapi
termasuk masalah berat yang juga harus mendapatkan perhatian serius. Dengan
demikian kesepuluh (10) masalah tersebut perlu mendapatkan tempat dalam tujuan
program bimbingan kelompok terjadwal yang ditetapkan.

16
c. Tujuan Program Bimbingan Sekolah Antah Berantah
Berdasarkan hasil studi dokumentasi mengenai program bimbingan kelas XI
SMP/SMA/ SMK Antah Berantah Jakarta, maka diketahui bahwa tujuan program
bimbingan untuk kelas XI adalah sebagai berikut;
Tujuan Program Bimbingan Semester Ganjil
1. Siswa mampu menghayati makna belajar sebagai pelajar untuk mencapai
keberhasilan belajar yang mendasari pencapaian masa depan yang diharapkan
2. Siswa mampu menghayati prinsip dan gaya belajar sebagai pelajar untuk
mencapai keberhasilan belajar yang mendasari pencapaian masa depan yang
diharapkan
3. Siswa mampu menghargai dan memanfaatkan waktu dengan benar (efektif dan
produktif)
4. Siswa mampu melihat bakat, kemampuan, dan prestasi diri yang perlu disyukuri
dan dikembangkan untuk meningkatkan mutu kehidupannya
5. Siswa mampu hidup bersama orang lain yang mendasarkan diri pada etika
pergaulan
6. Siswa mampu bergaul secara efektif sebagai remaja sehingga mendapatkan
manfaat bagi perkembangan dirinya
7. Siswa mampu melaksanakan kepemimpinan remaja yang efektif dan efisien
mumpuni sesuai dengan karakter seorang pemimpin handal

Tujuan Program Bimbingan Semester Genap

1. Siswa mampu bersikap dan bertingkahlaku, dan mengembangkan diri sesuai de-
ngan dimensi kecerdasan yang dimilikinya sehingga berhasil dalam
kehidupannya
2. Siswa mampu mengenal, menganalisis, dan terampil mengatasi masalah
yangdialami pada rentang tahapan hidupnya di masa remaja sehingga menjadi
remaja yang efektif
3. Siswa mampu berpikir dan bersikap positif dalam pergaulan hidup sehari-hari
di sekolah, keluarga, dan masyarakat pada umumnya

17
4. Siswa mampu memilih bentuk rekreasi yang paling efektif sehingga
memperoleh manfaat bagi perkembangan sosialisasi, kesehatan jiwa dan
raganya, serta bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya
5. Siswa menyadari perlunya sikap anti korupsi dalam bentuk apapun dan
menjalankan sikap itu dalam kehidupan sehari-hari
6. Siswa mampu mengupayakan diri menjadi remaja yang mandiri

2. Analisis Hasil Evaluasi


Berdasarkan gambaran tugas perkembangan siswa dan permasalahan yang
dihadapi siswa maka dapat disimpulkan bahwa tujuan program bimbingan harus
mengarah pada beberapa hal berikut;
1. Persiapan karier ekonomi,
2. Mempersiapkan tingkah laku sosial siswa yang bertanggung jawab
3. Mencapai sistem nilai dan etika sebagai pedoman tingkah lakunya
4. Mempersiapkan pernikahan dan kehidupan berkeluarga
5. Membantu siswa mengatasi kesulitan belajar
6. Membantu mengarahkan pengentasan masalah gangguan makan
7. Membantu mengarahkan kehidupan yang sehat
8. Membantu mengarahkan siswa untuk mengatasu keinginan bunuh diri
9. Membantu siswa menghidarkan dan menghilangkan mengkonsumsi minuman
keras
10. Membantu siswa menghindarkan dan menghilangkan perilaku merokok
11. Membantu siswa menghindarkan dan menghilangkan pergaulan bebas
12. Membantu siswa menghindarkan dan menghilangkan penyalahgunaan obat
terlarang dan narkotika
13. Membantu siswa menghindarkan dan menghilangkan melakukan hubungan
seksual

Tujuan program bimbingan di atas merupakan tujuan yang dihasilkan melalui


evaluasi tujuan. Untuk menjawab pertanyaan apakah tujuan program bimbingan sudah
sesuai dengan tugas perkembangan siswa dan permasalahan siswa, maka langkah
selanjutnya adalah membandingkan antara tujuan program yang dihasilkan melalui

18
evaluasi tujuan dengan tujuan program bimbingan siswa kelas XI SMP/SMA/SMK
Antah Berantah Jakarta.
Berdasarkan tujuan yang dihasilkan melalui evaluasi tujuan dan yang sudah
ditetapkan oleh divisi bimbingan konseling bimbingan SMP/SMA/SMK Antah
Berantah Jakarta, maka dapat terlihat bahwa beberapa tujuan pada program bimbingan
yang ada memiliki kesamaan dengan tujuan program bimbingan yang dihasilkan
melalui evaluasi tujuan, akan tetapi terdapat pula tujuan program bimbingan yang ada
tidak sesuai dengan tujuan program bimbingan yang dihasilkan melalui evaluasi tujuan,
Untuk lebih jelas dalam melihat perbandingan kedua tujuan dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Perbandingan Tujuan Hasil Evaluasi Tujuan dengan Tujuan Program yang Ada

Tujuan Berdasarkan Tujuan Program Bimbingan Siswa Kelas XI SMP/SMA/SMK Antah


Evaluasi Berantah Jakarta
Persiapan karier Siswa mampu melihat bakat, kemampuan dan prestasi diri yang perlu
ekonomi disyukuri dan dikembangkan untuk meningkatkan mutu kehidupannya
Siswa mampu bersikap dan bertingkah laku, dan mengembangkan diri
sesuai dengan dimensi kecerdasan yang dimilikinya sehingga berhasil
dalam kehidupannya
Membantu siswa Siswa mampu menghayati makna belajar sebagai pelajar untuk
mengatasi kesulitan mencapai keberhasilan belajar yang mendasari pencapaian masa depan
belajar yang diharapkan
Siswa mampu menghayati prinsip dan gaya belajar sebagai pelajar
untuk mencapai keberhasilan belajar yang mendasari pencapaian masa
depan yang diharapkan
Mempersiapkan Siswa mampu berpikir dan bersikap positif dalam pergaulan hidup
tingkah laku sosial sehari-hari di sekolah, keluarga dan masyarakat pada umumnya
siswa yang
bertanggung jawab
Mencapai sistem Siswa mampu hidup bersama orang lain yang mendasarkan diri pada
nilai dan etika etika pergaulan

19
sebagai pedoman
tingkah lakunya,
Membantu siswa Siswa mampu bergaul secara efektif sebagai remaja sehingga
menghindarkan dan mendapatkan manfaat bagi perkembangan dirinya
menghilangkan Siswa mampu memilih bentuk rekreasi yang paling efektif sehingga
pergaulan bebas memperoleh manfaat bagi perkembangan sosialisasi, kesehatan jiwa
dan raganya, serta bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya
Membantu Siswa mampu mengenal, menganalisis, dan terampil mengatasi
mengarahkan siswa masalah yang dialami pada rentang tahapan hidupnya di masa remaja
untuk mengatasi sehingga menjadi remaja yang efektif
keinginan bunuh
diri
Membantu -
mengarahkan siswa
untuk pola hidup
yang sehat
Membantu -
mengarahkan siswa
menghindarkan dan
menghilangkan
mengkonsumsi
minuman keras
Membantu -
mengarahkan siswa
menghindarkan dan
menghilangkan
perilaku merokok
Membantu -
mengarahkan siswa
menghindarkan dan
menghilangkan
penyalahgunaan

20
obat terlarang dan
narkotika
Membantu siswa -
menghindarkan dan
menghilangkan
hubungan seksual
- Siswa mampu menghargai dan memanfaatkan waktu dengan benar
(efektif dan produktif)
- Siswa mampu melaksanakan kepemimpinan remaja yang efektif dan
efisien/mumpuni sesuai dengan karakter seorang pemimpin handal
- Siswa menyadari perlunya sikap anti korupsi dalam bentuk apapun dan
menjalankan sikap itu dalam kehidupan sehari-hari
- Siswa mampu mengupayakan diri menjadi remaja yang mandiri

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa dari tiga belas (13) tujuan
yang ditetapkan dalam program bimbingan kelas XI oleh divisi bimbingan konseling
SMA XX Jakarta, sebanyak sembilan (9) tujuan sesuai dengan tujuan yang dihasilkan
melalui evaluasi konteks, meliputi:
1. Siswa mampu melihat bakat, kemampuan, dan prestasi diri yang perlu disyukuri dan
dikembangkan untuk meningkatkan mutu kehidupannya,
2. Siswa mampu bersikap dan bertingkah laku, dan mengembangkan diri sesuai dengan
dimensi kecerdasan yang dimilikinya sehingga berhasil dalam kehidupannya.
3. Siswa mampu menghayati makna belajar sebagai pelajar untuk mencapai
keberhasilan belajar yang mendasari pencapaian masa depan yang diharapkan.
4. Siswa mampu menghayati prinsip dan gaya belajar sebagai pelajar untuk mencapai
keberhasilan belajar yang mendasari pencapaian masa depan yang diharapkan.
5. Siswa mampu berpikir dan bersikap positif dalam pergaulan hidup sehari-hari di
sekolah, keluarga, dan masyarakat pada umumnya.
6. Siswa mampu hidup bersama orang lain yang mendasarkan diri pada etika pergaulan.
7. Siswa mampu bergaul secara efektif sebagai remaja sehingga mendapatkan manfaat
bagi perkembangan dirinya.

21
8. Siswa mampu memilih bentuk rekreasi yang paling efektif sehingga memperoleh
manfaat bagi perkembangan sosialisasi, kesehatan jiwa dan raganya, serta
bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya.
9. Siswa mampu mengenal, menganalisis, dan terampil mengatasi masalah yang
dialami pada rentang tahapan hidupnya di masa remaja sehingga menjadi remaja
yang efektif.

Meskipun sebagian besar tujuan sesuai akan tetapi juga masih terdapat empat (4)
tujuan yang belum sesuai dengan hasil evaluasi tujuan, meliputi:
1. Siswa mampu menghargai dan memanfaatkan waktu dengan benar (efektif dan
produktif).
2. Siswa mampu melaksanakan kepemimpinan remaja yang efektif dan
efisien/mumpuni sesuai dengan karakter seorang pemimpin handal
3. Siswa menyadari perlunya sikap anti korupsi dalam bentuk apapun dan menjalankan
sikap itu dalam kehidupan sehari-hari.
4. Siswa mampu mengupayakan diri menjadi remaja yang mandiri.

Evaluasi tujuan juga menunjukkan bahwa terdapat lima (5) tujuan yang
seharusnya ada akan tetapi masih belum terakomodasi dalam program bimbingan kelas
XI SMP/SMA/SMK Antah Berantah Jakarta, meliputi:
1. Membantu mengarahkan siswa untuk pola hidup yang sehat.
2. Membantu siswa menghindarkan dan menghilangkan mengkonsumsi Minuman
keras.
3. Membantu siswa menghindarkan dan menghilangkan perilaku merokok.
4. Membantu siswa menghindarkan dan menghilangkan Penyalahgunaan obat
terlarang dan narkotika.
5. Membantu siswa menghindarkan diri melakukan hubungan seksual.

Berdasarkan pemaparan data di atas, maka dapat terlihat bahwa terdapat proporsi
yang relati sama besar antara program yang sesuai dengan tugas perkembangan dan
permasalahan siswa dan program yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan dan
permasalahan siswa. Hal ini tampak dari 13 tujuan yang telah ditetapkan, 9 tujuan
sesuai, 4 tujuan tidak sesuai, dan 5 tujuan belum terakomodasi.

22
3. Pengambilan Keputusan
Evaluasi tujuan menunjukkan bahwa tujuan yang ditetapkan dalam program
bimbingan kelas XI SMP/SMA/SMK Antah Berantah Jakarta memiliki banyak
ketidak sesuaian dengan tugas perkembangan dan permasalahan siswa. Walaupun
demikian tetap juga ada tujuan yang sesuai dengan tugas perkembangan dan
permasalahan siswa. Berdasarkan pembahasan of atas, maka diambil keputusan
bahwa terdapat beberapa tujuan program yang harus diubah Tujuan program
bimbingan harus mengacu kepada hasil evaluasi tujuan.

B. EVALUASI INPUT BIMBINGAN KONSELING

1. Konsep

Orientasi utama dari evaluasi input adalah untuk membantu menentukan progam yang
membawa pada perubahan yang dibutuhkan. Evaluasi input mempermasalakan apakah
strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan program sudah tepat. Evaluasi ini dilakukan
dengan menelaah menilai secara kritis pendekatan yang relevan yang dapat digunakan
(Stufflebearn & Shinkfield, 1985: 173). Evaluasi ini merupakan pendahuluan atau tanda
kesuksesan, kegagalan, dan efesiensi atau usaha untuk melakukan perubahan. Trotter et al
(1998) menambakan bahwa evaluasi input ini juga dapat dipandang sebagai bagaimana
sumber-sumber sistem yang ada disekolah dapat digunakan untuk memberikan dukungan
pada praktik dan strategi yang dipilih (Trotter et al., 1998: 138).

Evaluasi input bertujuan untuk mengindentifikasi dan menelaah kapabilitas sistem,


alternatif strategis program, desain prosedur dimana strategi akan diimplementasikan.
Evaluasi input dapat dilakukan dengan menggunakan metode menginventarisasi dan
menganalisis sumber-sumbe yang tersedia, baik guru bimbingan konseling, ataupun
material, strategi solusi, relevansi desain prosedur, kepraktisan dan biaya, kemudian
dibandingkan dengan kriteria yang di tetapkan berdasarkan telah literatur atau dgn
mengunjungi program yang telah berhasil, atau berdasarkan ahli

Untuk mengetahui apakah strategi yang ditetapkan oleh divisi bimbingan dan konseling
dalam mencapai tujuan yang tepat tentunya tidak akan terlepas dari sumber-sumber yang
dimiliki. Gysbers & Anderson bahkan mengatakan bahwa efesiensi program bimbingan dan
konseling dapat diukur berdasarkan keberadaan sumber-sumber yang dimiliki oleh suatu
sekolah. Menentukan suatu strategi tentunya perlu mempertimbangkan sumber apa yang

23
mereka miliki. Dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang di miliki, strategisn akan
lebih realitis, dan didukung dengan kemampuan yang ada. Sehingga evaluasi program
bimbingan dan konseling pada aspek input perlu diarahkann untuk melihat sejauh mana
strategi yang ditetapkan untuk memcapai tujuan program bimbingan, termasuk di dalamnya
menelaah sumber-sumber yang mendukung.

1). Strategi dalam Program Bimbingan

Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa program bimbingan


merupakan program yang bertujuan untuk membantu siswa dapat mencapai tugas
perkembangannya. Agar tujuan ini tercapai, guru BK/konselor merencakan seperangkat
strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi yang di rencakan tersebut meliputi
materi bimbingan yang di sampaikan, metode bimbangan yang di gunakan, serta media
bimbingan yang dipilih. Ketiga komponen strategi itulah yang akan dilihat
ketepatannya dalam evaluasi program pada aspek input.

a. Materi yang ditetapkan dalam Program Bimbingan


Program bimbingan merupakan salah satu program dalam program bimbingan
dan konseling yang bertujuan membangun kompetensi tertentu sesuai dengan tugas
perkembangan siswa. Maka dari itu, materi dalam bimbingan sering disebut dengan
topik yang berkembang berdasarkan tugas perkembangan siswa. Gysber &
Enderson (150) mengatakan bahwa materi instruksional dalam program bimbingan
ditentukan dari kompetensi yang diharapkan dari program tersebut. Hal ini senada
dengan apa yang disampaikan oleh Sink et al yang menyatakan bahwa isi dari
kegiatan program bimbingan adalah pembangunan koompetisi siswa yang sesuai
(Sink et al., 2005: 296). Winkel mengkemukakan bahwa materi bimbingan meliputi
tata cara belajar yang tepat, pergaulan yang sehat di antaranya teman sekelas, tugas
tugas perkembangan masa remaja, prosedur pemilihan program studi di sekolah dan
lain sebagainya. Materi untuk pembelajaran bimbingann ditentukan berdasarkan
pengalaman guru bk, kebutuhan kebutuhan nyata anak remaja.
Berdasarkan pemaparan yang di atas maka dapat dihasilkan ke simpulan bahwa
materi program bimbingan merupakan materi yang dipilih berdasarkan pencapaian
tugas perkembangan siswa, dan tingkat permasalahan siswa. Integrasi keduanya
merupakan kebutuhan siswa yang harus dilayani dalam program bimbingan.

24
b. Metode yang digunakan dalam tugas bimbingan

Pencapaian terhadap kompetensi yang diharapkan dalam program bimbingan


tidak hanya ditentukan oleh materi dan media yang tepat dan baik. Akan tetapi
bagaimana materi itu disampaikan merupakan faktor penting dalam rangka pencapaian
kompetensi yang diharapkan. Untuk itu, maka pemilihan metode yang tepat untuk
menyampaikan materi dalam menyelanggarakan kegiatan bimbingan penting
diperhatikan.

Program bimbingan dan koseling terutama bimbingan kelompok terjadwal


merupakan kegiatan berorientasi pada kompetensi tugas perkembangan siswa, yang
meliputi bidang pribadi-sosial, akadenik, dan karier. Ranah ini serupa dengan tiga ranah
tujuan pembelajaraan yang ungkapkan oleh Bloom yaitu kognitif, afektif, dan konatif.
Program bimbingan konseling merupakan layanan psiko edukasi atau layanan edukasi
psikolog yang ada di sekolah. Kondisi ini tentunya membuat program binmbingan dan
konseling memiliki proporsi yang besar pada tuujuan afektif dan konatif, di samping
kog nitif yang proporsi nya tidak sebesar afketif dan konatif. Atas dasar itulah maka,
metode-metode yang digunakan dalam menyampaikan materi dalam program
bimbingan harus berorientasi pada tujuan tersebut.

Sebagaimana diketahui bahwa tujuan program bimbingan banyak berada pada


ranah afektif dan konatif, hal ini memiliki implikasi pada program bimbingan dimana
tidak akan efektif apabila siswa hanya mendengarkan saja guru BK menyampaikan
materi. Dalam pembelajaran siswa haruslah menjadi subjek pembelajaraan, sehingga
siswa harus terlihat aktif dalam proses pembelajaaran tersebut. Dalam program
bimbingan, metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, simulasi, debat, dan lain
sebagainya. Siswa harus terlihat aktif dalam proses bimbingan yang diselenggarakan
oleh konselor sekolah.

c. Media yang diguanakan dalam program Bimbingan

Sebelum membahas media apa saja yang digunakan dalam program bimbingan,
maka perlu dibahas terlebuh dahulu apa yang dimaksud media. Media merupakan
Bahasa latin yang merupakan kata jamak dari medium yang berarti “perantara”. Dalam
bimbingan konseling media juga merupakan salah satu bagian dari proses komunikasi
dalam pembelajaran.

25
Meskipun ada banyak macam media intrusional namun hanya sedikit sekali yang
digunakan dalam kelas. Pada banyak sekolah media yang sering digunakan adalah
papan tulis, poster, serta gambar-gambar lainnya. Scmidt mengatakan bahwa adanya
perluasan dan perubahan teknologi dan komputer mempengaruhi media yang
digunakan dalam konteks pembelajaran termasuk bimbingan dan konseling di
dalamnya (Schimdt, 1999:139). Hal ini senada dengan Mitchell & Hardly yang
menjelaskan bahwa pada tahun 1981 belum ada komputer personal, CD player, CD-
ROM, video camera, internet, sehingga media yang digunakan terbatas pada media
yang dapat digunakan itu. Sekarang perubahan terjadi bagi tercepat, sehingga
perubahan itu seharusnya memberikan perubahan pada media atau teknologi yang lebih
layanan bimbingan dan konseling (Mitchell & Hardly; 289).

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi membuat layanan bimbingan


dan konseling yang diselenggarakan di sekolah dituntut untuk menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi tersebut dalam program. Michelle & Gibson mengemukakan
bahwa dalam pemberian layanan bimbingan konseling media yang dapat digunakan
adalah CD-ROMs, CD, video, animasi, serta informasi berupa grafik. (Mitchell &
Gibson: 423)

2). Sumber-sumber dalam Program Bimbingan

pemilihan strategi yang tidak mempertimbangkan sumber-sumber yang dimiliki tentunya


dapat memuat strategi sulit diterapkan karena mungkin tidak atau kurang realistis. Gysber
& Anderson mengemukakan bahwa sumber-sumber yang mestinya ada pada program
bimbingan dan konseling terdiri atas tiga kategori, yaitu sumber berupa personil, sumber
berupa finansial, dan sumber berupa kebijakan. (Gysbers & Henderson: 93). Penjelasan
mengenai ketiga kategori sumber-sumber dapat dilihat pada bagian berikut.

1). Sumber berupa personel

Personel merupakan masukan yang tidak dapat dihindarkan dalam suatu program
bimbingan dan konseling. sumber yang berupa personil dapat dibedakan menjadi dua,
iya itu kemampuan yang dimiliki, serta waktu yang disediakan.Gysbers menyatakan
bahwa personel bimbingan konseling di sekolah terdiri atas administrator bimbingan
dan konseling, serta konselor itu sendiri.

26
Selain administrator ada juga konselor atau guru BK dalam divisi bimbingan
dan konseling di sekolah. Syarat untuk menajdi konselor di sekolah pertama adalah
persyaratan Pendidikan, di strata 1 program studi bimbingan dan konseling. Hal ini
sesuai dengan UU guru dan dosen serta UU system Pendidikan nasional. Perlu strategi
yang baik untuk membertimbangkan kemampuan sekolah dalam menyelanggarakan
program bimbingan dan konseling. Dengan kata lain perbandingan antara jumlah
konselor sekolah dan jumlah siswa juga perlu diperhatikan.

Waktu yang di sediakan konselor untuk menyelenggarakan program bimbingan


dan konseling merupakan faktor yang juga perlu di pertimbangkan dalam memilih
strategi untuk mencapai tujuan program bimbingan dan konseling. Gyabers &
Anderson mengatakan bawah sebaiknya waktu konselor di kelas hanya 7,5
jam perhari saja. Waktu tersebut dimaksudkan agar konselor menyediakan waktu
sesudah jam pelajaran sekolah. Penyediaan waktu di luar jam pelajaran sekolah penting
dipertimbangkan. Apabila konselor melakukan konseling pada saat jam pelajaran
berlangsung, tentunya dapat membuat siswa tidak mengikuti pelajaran. Hal ini tentunya
dapat berakibat kurang baik bagi siswa itu sendiri. Berkenaan dengan hal itu (Tantawy,
1995: 22). Mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dapat
dilakukan di dalam atau di luar jam sekolah akan tetapi kegiatan layanan yang
dilakukan di luar jam sekolah sebanyak-banyaknya 50% dari keseluruhan kegiatan
bimbingan (Tantawy, 1995: 22) Penjelasan Tantawy tersebut memberikan penegasan
bahwa proporsi waktu kegiatan bimbingan dan konseling lebih banyak di
lakukan di sekolah.

2). Sumber Berupa Keuangan/Finansial

Program bimbingan dan konseling dapat terlaksana apabila mendapatkan dukungan


yang memadark secara finansial. Sebaik apapun strategi yang digunakan untuk
mencapai tujuan akan tetapi tidak mempertimbangkan dukungan keuangan yang
dimiliki, maka sulit untuk mencapai tujuan apa yang diharapkan. Hal ini seperti yang
coba di sampaikan Smidtz (1999) yang melihat kebanyakan konselor sekolah tidak
memiliki anggaran yang baik untuk program bimbingan dan konseling. Anggaran
merupakan input penting yang perlu dapat perhatian dalam penyelanggaraan program.
Gysbers & Anderson mengemukakan bahwa yang termasuk dalam komponen sumber
keuangan adalah anggaran (budget), bahan (material). perlengkapan (equipment). serta

27
fasilitas (Gysbers & Henderson: 97). Memilih strategi yang tepat dalam usaha mencapai
tujuan dalam program bimbingan dan konseling memerlukan analisis terhadap
anggaran yang dimiliki khusus untuk kegiatan bimbingan kelompok terjadwal, maka
beberapa kegiatan yang umumnya diselenggarakan memerlukan anggaran dana.
Kegiatan tersebut seperti menyediakan buku-buku sumber, CD pembelajaran, Film,
serta penyediaan tes standar. Strategi yang tepat dalam konteks ini tentunya dapat
berarti bahwa strategi yang dipilih harus menyesuaikan dengan anggaran yang dimiliki.
Strategi yang dipilih tanpa mempertimbangkan anggaran yang dimiliki mungkin hanya
akan menjadi angan-angan yang mungkin sulit untuk sampai mencapai tujuan program.
Dalam program bimbingan kelompok terjadwal, kegiatan perlu didukung oleh
ketersediaan bahan-bahan atau media bimbingan dan konseling, seperti inventori,
modul, serta media-media lainnya. Selain itu. perlengkapan audiovisual seperti
komputer, serta software program menjadi faktor pendukung keberhasilan program
bimbingan kelompok terjadwal. Kenyamanan fasilitas ruangan kegiatan program
bimbingan dan konseling kemudian juga mempengaruhi kegiatan yang dilakukan.
Fasilitas ruangan yang nyaman memberikan kontribusi yang baik dalam rangka
keberhasilan, sedangkan ruangan yang kurang nyaman dapat membuat siswa kurang
termotivasi dan akhirnya kurang optimalnya pencapaian program. Fasilitas yang
diperlukan dalam program kegiatan bimbingan kelompok terjadwal meliputi; ruang
bimbingan dan konseling, ruang karier, serta ruang audiovisual.

3). Sumber Berupa Kebijakan

Gysber & Henderson mengemukakan bahwa kebijakan sekolah merupakan faktor


penting dalam rangka pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah
(Gysbers & Henderson: 97). Kebijakan yang dimaksud di sini adalah dukungan yang
diberikan oleh kepala sekolah dalam penyelenggaraan program bimbingan dan
konseling di sekolah. Dukungan kepada program bimbingan dan konseling dapat
berupa pemberian jam bimbingan kelompok terjadwal, pemberian izin untuk
melakukan kegiatan bimbingan, serta peran guru bimbingan dan konseling di sekolah.
Sumber-sumber di atas merupakan faktor yang perlu dipertimbang kan dalam rangka
menentukan strategi dalam mencapai tujuan dalam program bimbingan kelompok
terjadwal. Strategi yang tersebut meliputi: materi kegiatan bimbingan kelompok
terjadwal, metode yang digunakan, serta media yang diperlukan untuk mendukung
pencapaian tujuan.

28
2. PROSEDUR PELAKSANAAN EVALUASI

a. Menentukan Tujuan Evaluasi

Tahap pertama dalam melakukan evaluasi adalah menentukan tujuan evaluasi.


Penentuan tujuan ini merupakan hal yang sangat penting karena berdasarkan tujuan
inilah guru BK/konselor sekolah akan melakukan evaluasi. Tujuan evaluasi secara
umum berkaitan dengan dua hal, pertama berkaitan dengan aspek yang akan dievaluasi
dan dengan objek evaluasi. Penentuan aspek input menandakan bahwa guru BK
menginginkan strategi yang digunakan dapat efektif dalam mencapai tujuan program.
Objek evaluasi, yaitu program bimbingan mengarahkan bahwa input yang dimaksud
terbatas pada lingkup bimbingan. Berdasarkan dua hal itu, maka pada aspek input ini
evaluasi bertujuan untuk mengetahui ketepatan strategi (termasuk di dalamnya sumber-
sumber) yang di- tetapkan guru BK/Konselor dalam mencapai tujuan program.

b. Menentukan Kriteria Evaluasi

Sebuah program akan dikatakan berhasil dan sukses apabila memenuhi kriteria
keberhasilan yang ditetapkan. Membahas mengenai kriteria keberhasilan sebagai
patokan evaluasi tidak akan terlepas membahas standar, dan indikator. Makna ketiga
konsep tersebut tentunya tidak sama, akan tetapi memiliki kaitan satu dengan yang
lainnya. Mutrofin & Hadi menjelaskan kriteria merupakan karakteristik program yang
dianggap basis penting untuk melakukan riset evaluasi pada program tersebut (Hadi &
Mutrofin, 2006: 77). Pendapat ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Winkel &
Hastuti bahwa kriteria adalah patokan dalam evaluasi program. Berbeda dengan
kriteria, standar memiliki penekanannya pada pertanyaan "seberapa banyak kriteria
penting telah mencukupi?". Sementara indikator merujuk pada ukuran yang digunakan
untuk mengumpulkan data sehubungan dengan performansi nilai kriteria (valued
criteria).

Kriteria merupakan karakteristik program yang dianggap se- bagai basis relevan dan
penting untuk melakukan riset evaluasi. Per berian nilai pada kriteria didasarkan pada
keyakinan, pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, dan hasil kajian teoritis.
Winkel & Hastuti menjelaskan bahwa kriteria dapat ditentukan berdasarkan ciri yang
melekat dalam program bimbingan tersebut, baik eksternal maupun internal. Untuk
kriteria yang melekat pada ciri eksternal meliputi; terdapat ahli bimbingan dengan rasio
1: 150, kualifikasi yang memadai dari staf bimbingan, terdapat kartu pribadi, terdapat

29
banyak sumber informasi, sarana dan prasarana yang cukup, menjangkau seluruh
populasi siswa, dan terdapat rencana yang tertulis.

Gysber & Enderson (150) mengatakan bahwa materi intruksional dalam bimbingan
kelompok terjadwal ditentukan dari kompetensi yang diharapkan dari program tersebut.
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Sink et al yang menyatakan bahwa
isi dari kegiatan bimbingan kelompok terjadwal adalah pembangunan kompetensi
siswa yang sesuai (Sink et al., 2005: 296). Dalam pembelajaran siswa haruslah menjadi
subjek pembelajaran, sehingga siswa harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran
tersebut. Hal ini diperkuat oleh Silberman yang mengungkapkan bahwa pembelajaran
aktif merupakan metode yang seharusnya banyak digunakan dalam pembelajaran
(Siberman, 2004:12). Mitchell & Gibson mengemukakan bahwa dalam pemberikan
layanan bimbingan dan konseling media yang dapat digunakan adalah CD-ROMs, CD,
video, animasi, serta informasi berupa grafik (Mitchell & Gibson: 423). Selain itu
media yang dapat digunakan dalam menyampaikan materi bimbingan kelompok
terjadwal (kurikulum bimbingan) adalah slide presentasi, note book, televisi, film,
OHP, serta LCD. Di Indonesia perbandingan atau rasio konselor sekolah dengan jumlah
siswa adalah 1: 150. Hal ini sesuai dengan amanat SK Mendikbud dan Kepala BAKN
No. 0433/P/1993 dan No. 25 Tahun 1993 pasal 5 Evaluasi Perencanaan Program
Bimbingan 5 ayat 3. Waktu yang disediakan konselor untuk menyelenggarakan
program bimbingan dan konseling merupakan faktor yang juga perlu dipertimbangkan
dalam memilih strategi untuk mencapai tujuan program bimbingan dan konseling.
Gysbers & Anderson (2006) me ngatakan bahwa sebaiknya waktu konselor adalah
delapan (8) jam per hari, dimana jam sekolah adalah 7. 5 jam (Gysbers & Henderson,
2006. 96). Waktu tersebut dimaksudkan agar konselor menyediakan waktu sesudah jam
pelajaran sekolah. Seorang konselor yang profesional tentunya harus memenuhi
persyaratan pendidikan. Sesuai dengan UU guru dan dosen serta UU sistem pendidikan
nasional. Seorang konselor sekolah harus lulusan pada program strata 1 Program Studi
Bimbingan dan Konseling. Gysbers & Anderson mengemukakan bahwa yang ter-
masuk dalam komponen sumber keuangan adalah anggaran (budger). bahan (material),
perlengkapan (equipment), serta fasilitas. Gysber & Henderson mengemukakan bahwa
kebijakan sekolah merupakan faktor penting dalam rangka pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah (Gysbers & Henderson, 2006:97).

30
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka kriteria yang digunakan untuk menentukan
efektivitas program bimbingan pada aspek input adalah sebagai berikut;

C. Memilih Desain Evaluasi

Desain evaluasi program merupakan suatu rencana yang menunjukkan waktu evaluasi
akan dilakukan, dan dari siapa evaluasi atau informasi akan dikumpulkan. Desain ini
dibuat untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan menurut organisasi yang
teratur dan menurut aturan evaluasi yang baik. Untuk mengukur hasil suatu program
bimbingan tentunya diperlukan desain yang sesuai dengan karakteristik program
tersebut. Adapun dalam bentuk diagram desain tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:

31
d. Menyusun Tabel Perencanaan Evaluasi

Berdasarkan kriteria evaluasi yang sudah kita tetapkan, maka kita menyusun tabel
perencanaan evaluasi. Tabel perencanaan evaluasi terdiri atas empat kolom yang terdiri
atas, kolom komponen, kolom indikator, kolom sumber data, kolom teknik
pengumpulan data. Komponen atau aspek evaluasi terdiri atas satu komponen yaitu
komponen input. Berdasarkan komponen tersebut, maka kita dapat menjabarkan
indikator-indikator. Kemudian, berdasarkan indicator maka kita dapat menentukan
sumber datanya dan cara bagaimana mengumpulkan data tersebut. Lebih jelasnya
bagaimana tabel disajikan dalam tabel berikut ini.

e. Menentukan Instrumen yang digunakan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam evaluasi ini adalah dengan
menggunakan wawancara, angket, review ahli, studi dokumentasi, memberikan tes, serta
observasi. Untuk lebih jelas di bawah ini dapat dilihat mengenaik teknik pengumpulan
data dan instrumen yang digunakan.

32
f. Menentukan Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data yang di gunakan dalam evaluasi program bimbingan pada aspek
input adalah teknik analisis data kuantitatif, yaitu dengan melakukan analisis
perbandingan antara strategi yang di gunakan dengan kajian literatur yang ada.

3. Penyusun Laporan Evaluasi Input

Program Bimbingan Evaluasi Input merupakan evaluasi yang dilakukan untuk menjawab
pertanyaan apakah stra yang ditetapkan sudah tepat dalam mencapai tujuan. Dalam
evaluasi strategi yang dimaksud adalah kualifikasi guru BK, rasio guru Bk dengan siswa,
fasilitas pendukung, dukungan keuangan, materi metode, serta media yang ditetapkan
dalam program bimbingan dapat mencapai tujuan program.

Tidak jauh beda dengan laporan evaluasi perencanaan pasa aspek tujuan, pada aspek
input laporan tetap terdiri dari tiga bagian, meliputi deskripsi data, analisis data, serta
keputusan. Setiap bagian dalam laporan hasil evaluasi perencanaan hendaknya di mulai
dengan deskripsi data. Setelah data dipaparkan, maka langkah selanjutnya adalah
menuliskan hasil analisis data evaluasi. Langkah terakhir yang kita lakukan dalam
menyusun laporan adalah menulis keputusan.

33
B. EVALUASI PROSES PROGRAM BIMBINGAN
Setelah Anda memahami cara melakukan evaluasi perencanaan program
bimbingan, baik pada aspek tujuan, dan aspek input, sekarang Anda diajak untuk
memahami apa dan bagaimana melakukan evaluasi program bimbingan pada aspek
proses. Keberhasilan program bimbingan tentunya tidak hanya dipengaruhi oleh
perencanaan yang baik. Bahkan, pada sering kita menemui masalah atau hambatan
ketika menerapkan perencanaan di lapangan. Berbagai kondisi (variable) yang tidak
kita duga sebelumnya, dapat saja menjadi faktor penghambat keberhasilan program
bimbingan. Oleh karena itu, maka evaluasi program bimbingan pada aspek proses
penting dilakukan. Evaluasi program bimbingan pada aspek proses merupakan evaluasi
yang berorientasi pada diagnosis kelebihan dan kelemahan program. Melalui evaluasi
proses diharapkan kelemahan yang ada pada saat pelaksanaan program dapat segera
diperbaiki.
Untuk melakukan evaluasi program bimbingan pada aspek proses, maka kita
perlu untuk memahami konsep evaluasi program bimbingan pada aspek proses, serta
prosedur pelaksanaannya. Untuk memudahkan Anda memahami evaluasi program
bimbingan pada aspek proses, Anda akan diberikan contoh hasil evaluasi program
bimbingan pada aspek proses.

A. KONSEP
Banyak ahli yang berpendapat bahwa evaluasi proses penting dilakukan.
Stufflebeam dalam model evaluasi CIPP yang dikembangkannya menyebutnya sebagai
komponen proses (process). Istilah lain untuk evaluasi proses disampaikan oleh Scriven
yang menyebutnya sebagai evaluasi formative.
Gysbers menggunakan istilah program evaluation untuk evaluasi terhadap
aspek proses dalam program. Ahli evaluasi yang juga dan bahkan sangat menekankan
evaluasi proses adalah Stake yang mengemukakan evaluasi responsif. Meskipun istilah
evaluasi proses yang digunakan para ahli evaluasi berbeda, tetapi sesungguhnya para
ahli evaluasi tersebut sependapat bahwa aspek proses merupakan bagian penting dalam
pelaksanaan evaluasi terhadap suatu program.
Stufflebeam mengatakan bahwa evaluasi proses merupakan pengecekan yang
berkelanjutan atas implementasi perencanaan (Stufflebeam & Shinkfield,1985: 175).
Pendapat Stufflebeam tersebut menegaskan bahwa evaluasi proses merupakan evaluasi
yang dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan program sesuai dengan strategi yang
34
telah direncanakan. Dalam ungkapan yang lain, Evaluasi proses bertujuan untuk
mengidentifikasikan atau memprediksi dalam proses pelaksanaan, seperti cacat dalam
desain prosedur atau implementasinya. Scriven berpendapat bahwa evaluasi proses
adalah bagian integral dari proses perkembangan (pengembangan). Evaluasi in
menyediakan feedback bagi perencanaan dan juga membangun suatu perbaikan
pelaksanaan. Secara umum Scriven mengatakan bahwa evaluasi proses (formative)
dilakukan untuk membantu staf memperbaiki apapun yang mereka laksanakan atau
bangun/ kembangkan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi
proses bertujuan untuk menyediakan informasi sebagai dasar memperbaiki program,
serta untuk mencatat, dan menilai prosedur kegiatan dan peristiwa.
Bagian terpenting yang harus dipahami dalam evaluasi proses program
bimbingan adalah penekanannya pada usaha perbaikan yang dapat dilakukan berkenaan
dengan aspek proses program bimbingan. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam
melaksanakan program bimbingan, guru bimbingan dan konseling memiliki
perencanaan bimbingan yang disebut satuan layanan (satlan). Meskipun guru
bimbingan dan konseling telah membuat satuan layanan dengan baik, akan tetapi sangat
mungkin ketika dilaksanakan, perencanaan tersebut tidak sesuai dengan harapan guru
bimbingan dan konseling. Pada konteks tersebut, maka guru bimbingan dan konseling
perlu untuk menelaah berbagai kelemahan yang terdapat dalam program tersebut, dan
akhirnya dapat menyusun rencana dan melaksanakan program yang lebih baik.
Keberadaan evaluasi proses yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling
sesungguhnya memberikan jaminan bahwa pelaksanaan program bimbingan secara
berkelanjutan mengalami perbaikan terus menerus. Selain itu, dengan adanya evaluasi
proses ini perbaikan terhadap pelaksanaan program bimbingan dapat dilakukan segera,
tidak usah menunggu satu semester atau satu tahun baru melakukan perbaikan.
Misalkan saja, guru bimbingan dan konseling melakukan evaluasi proses pada kegiatan
program bimbingan yang dilakukan di satu kelas. Berdasarkan evaluasi proses yang
dilakukan maka metode yang digunakan guru bimbingan dan konseling dalam program
bimbingan tidak efektif. Hal ini terlihat dari siswa yang pasif, serta minat yang kurang
mengikuti kegiatan bimbingan. Maka berdasarkan hasil evaluasi proses tersebut, ketika
guru bimbingan dan konseling melaksanakan kegiatan program bimbingan di kelas
yang berbeda, metode yang digunakan sudah mengalami perbaikan.

35
Usaha perbaikan (di dalamnya terdapat identifikasi kelebihan, kelemahan,
hambatan) tersebut tentunya dapat dilakukan apabila guru bimbingan dan konseling
memiliki cukup informasi/data berkenaan dengan kelebihan dan kelemahan program
yang dilakukan. Dalam evaluasi proses ini, guru bimbingan dan konseling perlu
memonitor kegiatan, berinteraksi terus menerus, serta dengan mengobservasi kegiatan.
Kegiatan monitoring tentunya memerlukan berbagai macam instrumen. Pada evaluasi
proses, instrumen yang dapat digunakan banyak sekali, seperti misalnya angket,
pedoman observasi, tes, dan lain sebagainya.

B. PROSEDUR PELAKSANAAN EVALUASI PADA ASPEK PROSES


1. Menentukan Tujuan Evaluasi
Tahap pertama dalam melakukan evaluasi adalah menentukan tujuan evaluasi.
Penentuan tujuan ini merupakan hal yang sangat penting karena berdasarkan tujuan
inilah guru BK/konselor sekolah akan melakukan evaluasi. Tujuan evaluasi secara
mum berkaitan dengan dua hal, pertama berkaitan dengan aspek yang akan
dievaluasi dan dengan objek evaluasi. Penentuan aspek proses menandakan bahwa
guru BK menginginkan program bimbingan dan terlaksana dengan efektif. Objek
evaluasi, yaitu program bimbingan mengarahkan bahwa proses yang dimaksud
terbatas pada lingkup bimbingan. Berdasarkan dua hal itu, maka pada aspek proses
evaluasi bertujuan untuk menggambarkan analisis masalah yang berkaitan dengan
komponen proses, meliputi; kesesuaian antara perencanaan program dengan
pelaksanaan.

2. Menentukan Kriteria Evaluasi


Sebuah program akan dikatakan berhasil dan sukses apabila memenuhi
kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Membahas mengenai kriteria keberhasilan
sebagai patokan evaluasi tidak akan terlepas membahas standar, dan indikator.
Makna ketiga konsep tersebut tentunya tidak sama, akan tetapi memiliki
kaitan satu dengan yang lainnya. Mutrofin & Had menjelaskan kriteria merupakan
karakteristik program yang dianggap basis penting untuk melakukan riset evaluasi
pada program tersebut (Hadi & Mutrofin, 2006: 77). Pendapat ini senada dengan
apa yang disampaikan oleh Winkel & Hastuti bahwa kriteria adalah patokan dalam
evaluasi program. Berbeda dengan kriteria, standar memiliki penekanannya pada
pertanyaan "seberapa banyak kriteria penting telah mencukupi?" sementara
36
indikator merujuk pada ukuran yang digunakan untuk mengumpulkan data
sehubungan dengan performansi nilai kriteria (valued criteria).
Kriteria merupakan karakteristik program yang dianggap sebagai basis
relevan dan penting untuk melakukan riset evaluasi. Pemberian nilai pada kriteria
didasarkan pada keyakinan, pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, dan hasil
kajian teoritis. Juntika (2004) menyatakan bahwa yang termasuk dalam aspek
penilaian proses adalah kesesuaian antara program dengan pelaksanaan,
keterlaksanaan program, serta hambatan-hambatan yang dijumpai. Berdasarkan
pendapat ahli di atas, maka kriteria yang digunakan untuk menentukan efektivitas
program dalam aspek proses adalah sebagai berikut;

Kriteria Keberhasilan Evaluasi Program Bimbingan pada Aspek Proses


Komponen Indikator Kriteria
Proses Keterlaksanaan program Program terlaksana
Waktu pelaksanaan Sesuai rencana
Pemberian materi Siswa merasa puas dengan
bimbingan materi yang di sampaikan
Penggunaan media Siswa merasa tertarik
bimbingan dengan media yang dipilih
Penggunaan metode Siswa terlibat aktif dalam
bimbingan kegiatan bimbingan
Ketercapaian materi BK Siswa memahami materi
yang disampaikan
3. Memilih Desain Evaluasi
Desain evaluasi program merupakan suatu rencana yang menunjukkan bila evaluasi
akan dilakukan, dan dari siapa evaluasi atau informasi akan dikumpulkan. Desain
ini dibuat untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan menurut organisasi
yang teratur dan menurut aturan evaluasi yang baik.

4. Menyusun Tabel Perencanaan Evaluasi


Berdasarkan tujuan evaluasi yang sudah kita tetapkan, maka kita menyusun tabel
perencanaan evaluasi. Tabel perencanaan evaluasi terdiri atas empat kolom yang
terdiri atas, kolom komponen, kolom indikator, kolom sumber data, dan kolom
teknik pengumpulan data. Komponen tau aspek evaluasi terdiri atas empat

37
komponen yaitu konteks, input, proses, dan produk. Berdasarkan keempat
komponen tersebut, maka kita dapat menjabarkan indikator-indikator.
Kemudian, berdasarkan indikator tersebut maka kita dapat menentukan sumber
datanya dan cara mengumpulkan data tersebut. Lebih jelasnya bagaimana tabel
perencanaan evaluasi disajikan dalam tabel berikut ini.

Perencanaan evaluasi pada aspek proses

Sumber Teknik Pengumpulan


Komponen Indikator
Data Data
Proses Keterlaksanaan Guru BK Catatan guru BK
program
Waktu pelaksanaan Guru BK Catatan guru BK
sesuai perencanaan
Pemberian materi Siswa Penyebaran angket,
bimbingan dan atau wawancara
Penggunaan media Siswa Observasi dan atau
bimbingan penyebaran angket dan
atau wawancara
Penggunaan metode Siswa Observasi dan atau
bimbingan penyebaran angket dan
atau wawancara
Ketercapaian materi Siswa Angket/wawancara/tes
BK

5. Menentukan Instrumen Evaluasi


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam evaluasi in adalah dengan
menggunakan wawancara, angket, review ahli, studi dokumentasi, memberikan tes,
serta observasi. Untuk lebih jelas di bawah in dapat dilihat mengenai teknik
pengumpulan data dan instrumen yang digunakan.

38
Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data pada aspek proses

Komponen Teknik pengumpulan data Instrumen yang digunakan


Proses Catatan guru BK Pedoman observasi, pedoman
studi dokumen, dan pedoman
wawancara
Catatan guru BK pedoman observasi, angket, dan
pedoman wawancara
Penyebaran angket, dan atau pedoman observasi, angket, dan
wawancara pedoman wawancara
Observasi dan atau pedoman observasi, angket, dan
penyebaran angket dan atau pedoman wawancara
wawancara
Observasi dan atau pedoman observasi, dan pedoman
penyebaran angket dan atau wawancara
wawancara
Ketercapaian materi Siswa

6. Menentukan Teknik Analisis Data


Aspek proses akan menggunakan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif.
Untuk capaian materi BK, tanggapan siswa terhadap materi, metode, serta media,
data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif untuk melihat persentase.
Rumus persentase yang digunakan sebagai berikut.

𝑋
E = 𝑁 x 100%

Keterangan:
E = deskriptif persentase
X = frekuensi yang dicari
N = jumlah total responden

Sedangkan untuk keterlaksanaan program dan waktu pelaksanaan, data dianalisis


menggunakan analisis kualitatif.

39
C. MENYUSUN LAPORAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN PADA ASPEK
PROSES
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui apakah
pelaksanaan program bimbingan sudah sesuai dengan perencanaan. Untuk menjawab
pertanyaan ini, evaluasi diarahkan untuk mengumpulkan data mengenai pelaksanaan
program tersebut. Evaluasi mengenai proses ini menggunakan beberapa alat pengumpul
data, yaitu; catatan guru BK, pedoman observasi, angket tanggapan, serta tes.
Data hasil pengumpulan data kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori
yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah guru BK (evaluator) melakukan evaluasi,
langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah membuat laporan hail evaluasi proses.
Laporan evaluasi proses program bimbingan tidak jauh berbeda dengan laporan
evaluasi perencanaan, yang terdiri atas tiga komponen, meliputi; deskripsi data, analisis
data, serta keputusan. Pada komponen deskripsi data, guru BK (evaluator) memaparkan
berbagai macam data yang didapat melalui pengukuran. Pemaparan data merujuk
kepada kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah data hail
evaluasi dipaparkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis.
Analisis adalah proses menelaah hubungan berbagai data dalam setiap kategori
(dapat dilihat berdasarkan kriteria keberhasilan). Analisis data diarahkan untuk
menemukan kelemahan yang ada dalam pelaksanaan program bimbingan. Komponen
terakhir dalam laporan hail evaluasi proses adalah keputusan. Laporan evaluasi proses
harus memuat keputusan yang diambil ole guru BK (evaluator) berkenaan dengan
kegiatan program yang dilaksanakan.

40
C. EVALUASI HASIL PROGRAM BIMBINGAN
A. KONSEP
Evaluasi hasil adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengujur,
menginterprestasikan, dan menilai pencapaian program (Hadi & Mutrofin, 2006: 176).
Feedback atas pencapaian/prestasi ini penting selama pelaksanaan program dan sebagai
sebuah kesimpulan. Evaluasi hasil juga bertujuan mengumpulkan deskripsi dan
penilaian terhadap luatan (outcome) dan menghubungkan itu semua dengan objektif,
tujuan, input, dan informasi proses, serta untuk menginterpretasikan kelayakan dan
keberhargaan program. Evaluasi hasil dapat dilakukan dengan membuat definisi
operasional dan mengukur kriteria objektif, melalui mengumpulkan data dari siswa.
Evaluasi hasil dalam program bimbingan dan konseling khususnya pada
program bimbingan tentunya berbeda dengan evaluasi hasil dalam pembelajaran bidang
studi. Hasil yang hendak dicapai melalui pembelajaran bidang studi umumnya bersifat
jangka pendek, artinya dalam jangka waktu 6 bulan atau satu (1) semester perubahan
kempetensi dapat terlihat.
Kondisi ini berbeda dengan hasil yang diharapkan Dalam program bimbingan
dan konseling khususnya program bimbingan. Pada program bimbingan dan konseling
khususnya program bimbingan pembentukan kompetensi yang dikehendaki melalui
program bimbingan dicapai melalui sebuah proses. Gysbers (2006) menyatakan bahwa
pada program bimbingan (guidance curriculum) kompetensi yang akan dibentuk
melalui tiga (3) tahapan, yaitu perseptualization, conseptualization, dan generalization.
Berdasarkan pemahaman bahwa pembentukan kompetensi tersebut melalui sebuah
proses, maka aspek hasil bukanlah merupakan aspek tunggal. Artinya kita masih dapat
membagi lagi aspek hasil pada program bimbingan menjadi beberapa bagian
berdasarkan jangka waktunya.
Beberapa ahli mengajukan berbagai konsep mengenai hal ini. Pusat kurikulum
(2004) mengajukan adanya penilaian segera (laiseg), penialaian jangka pendek
(laijapen), dan penilaian jangka panjang (laijapan). Menurut pandangan penulis,
melakukan evaluasi terhadap hasil segera setelah program bimbingan dilakukan sulit
untuk diterapkan. Hal ini dikarenakan kompetensi belum nampak secara jelas. Penulis
berpendapat bahwa evaluasi pada aspek hasil segera lebih cocok ditunjukkan untuk
melihat sejauh mana tanggapan siswa terhadap kegiatan program bimbingan yang
dilaksanakan, bukan untuk melihat capaian hasilnya. Sehingga untuk evaluasi segera
penulis lebih Melihatnya sebagai evaluasi proses.
41
Sama halnya dengan evaluasi hasil segera melakukan evaluasi hasil jangka
panjang juga sulit dilakukan. Hal ini Tentunya disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, evaluasi ini sulit dilakukan karena guru BK/Konselor memiliki keterbatasan
waktu. Misalkan guru BK/Konselor di SMA X menyelenggarakan suatu program
bimbingan yang bertujuan agar siswa dapat memilih jurusan di perguruan tinggi secara
tepat. Untuk mengetahui hasil dari program ini, tentunya konselor harus menunggu
beberapa waktu, setahun misalnya untuk mengetahui apakah siswa merasa cocok atau
puas dengan jurusan yang ia pilih di perguruan tinggi. Itu artinya guru BK/Konselor
harus melakukan evaluasi hasil pada siswa yang telah lulus SMA. Meskipun evaluasi
ini tidak mudah dilakukan, akan tetapi menurut hemat penulis, evaluasi hasil jangka
panjang ini penting dilakukan karena ini juga menjadi ukuran keberhasilan dan juga
tingkat akuntabilitas program bimbingan itu sendiri.
Evaluasi hasil yang paling mungkin dilakukan oleh guru BK/Konselor adalah
evaluasi hasil jangka pendek. Evaluasi hasil jangka pendek ini dilakukan melalui
pengukuran terhadap berbagai tujuan program dalam satu semester. Evaluasi hasil
jangka pendek ini memiliki dua manfaat sekaligus. Pada satu sisi, evaluasi hasil jangka
pendek dapat memberikan informasi mengenai apakah program bimbingan yang
dilaksanakan memberikan dampak pada siswa. Pada sisi yang lain, hasil dari evaluasi
ini dapat digunakan sebagai bahan informasi mengenai sejauh mana perkembangan
siswa. Artinya melalui evaluasi hasil ini sebagai guru BK/Konselor kita dapat
melaporkan sejauh mana capaian kompetensi siswa yang kita berikan program/layanan
pada periode tertentu (misalnya dalam satu semester). Kompetensi yang akan dibentuk
melalui program bimbingan (guidance curriculum) dikembangkan berdasarkan tugas
perkembangan. Kemudian dijabarkan menjadi kompetensi-kompetensi (competences)
yang akan menghasilkan tujuan-tujuan layanan (objektif). Erford (2004) mengajukan
struktur hierarki sistem kompetensi dalam kurikulum bimbingan sebagai berikut.

42
S = Tugas Perkembangan
C = Competences
O = Objective (Tujuan Layanan)

Berdasarkan bagan di atas, maka dalam program bimbingan keseluruhan


objektif atau tujuan layanan dibagi dalam tiap semester sesuai dengan tingkatannya.
Evaluasi program bimbingan pada aspek hasil kemudian dilakukan pada akhir semester
untuk mengukur pencapaian siswa pada setiap objektif atau tujuan layanan tersebut.
Sehingga tiap semester pencapaian kompetensi dan tujuan layanan Yang dilaporkan
oleh guru BK/Konselor berbeda-beda sesuai dengan kompetensi atau tujuan layanan
pada tiap semester.

B. PROSEDUR PELAKSANAAN EVALUASI HASIL PROGRAM BIMBINGAN


1. Menentukan Tujuan Evaluasi
Tahap pertama dalam melakukan evaluasi adalah menentukan tujuan evaluasi.
Penentuan tujuan ini merupakan hal yang sangat penting karena berdasarkan tujuan
inilah guru BK/Konselor sekolah akan melakukan evaluasi. Tujuan evaluasi secara
umum berkaitan dengan dua hal, pertama berkaitan dengan aspek yang akan
dievaluasi dan dengan objek evaluasi. Penentuan aspek hasil menandakan bahwa
guru BK ingin mengetahui dampak dari program. Objek evaluasi, yaitu program
bimbingan mengarahkan bahwa hasil yang dimaksud terbatas pada lingkup
bimbingan. Artinya kompetensi yang diukur adalah kompetensi dalam program
bimbingan. Berdasarkan dua hal itu, maka pada aspek hasil Lini evaluasi bertujuan
untuk mengetahui apakah terdapat program bimbingan memberikan pengaruh pada
pencapaian kompetensi atau tujuan layanan yang telah ditetapkan.

2. Menentukan Krieteria Evaluasi


Sebuah program akan dikatakan berhasil dan sukses apabila memenuhi kriteria
keberhasilan yang ditetapkan. Membahas mengenai kriteria keberhasilan sebagai
patokan evaluasi tidak akan terlepas membahas standar, dan indikator. Makna ketiga
konsep tersebut tentunya tidak sama, akan tetapi memiliki kaitan satu dengan yang
lainnya. Mutrofin & Hadi menjelaskan kriteria merupakan karakteristik program
yang dianggap basis penting untuk melakukan riset evaluasi pada program tersebut
(Hadi & Mutrofin, 2006: 77). Pendapat ini Senada dengan apa yang disampaikan
43
oleh Winkel & Hastuti bahwa kriteria adalah patokan dalam evaluasi program.
Berbeda dengan kriteria, standar memiliki penekanannya pada pertanyaan "seberapa
banyak kriteria penting telah mencukupi?". Sementara indikator merujuk pada
ukuran yang digunakan untuk mengumpulkan data sehubungan dengan performansi
nilai kriteria (valued criteria).
Kriteria merupakan karakteristik program yang dianggap sebagai basis relevan
dan penting untuk melakukan riset evaluasi. Pemberian nilai pada kriteria didasarkan
pada keyakinan, pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, dan hasil kajian
teoritis.
Menetapkan kriteria sebagai patokan dalam evaluasi program memang tidak
mudah. Schimdt menjelaskan empat (4) cara untuk menentukan kriteria dalam
evaluasi outcome (hasil), yaitu menggunakan pencapaian melalui persentase,
membandingkan skor pre-test dan post-test (Schimdt, 1999:264).
Gysbers (2006) menyatakan bahwa program bimbingan (guidance curriculum)
adalah program yang diselenggarakan untuk membantu siswa mencapai tugas
perkembangannya. Erford (2004) menjabarkan tugas perkembangan menjadi bagian
yang lebih kecil yaitu kompetensi dan objektif (tujuan layanan).
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka kriteria yang digunakan untuk
menentukan efektivitas program bimbingan pada aspek hasil adalah sebagai berikut;

3. Memilih Desain Evaluasi


Desain evaluasi program merupakan suatu rencana yang menunjukkan waktu
evaluasi akan dilakukan, dan dari siapa evaluasi atau informasi akan dikumpulkan.
Desain ini dibuat untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan menurut
organisasi yang teratur dan menurut aturan evaluasi yang baik. Untuk mengukur
hasil suatu program bimbingan dan konseling tentunya diperlukan desain yang
sesuai dengan karakteristik program tersebut. Adapun dalam bentuk diagram desain
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

44
4. Menyusun Tabel Perencanaan Evaluasi
Berdasarkan tujuan evaluasi yang sudah kita tetapkan, maka kita menyusun
tabel perencanaan evaluasi. Tabel perencanaan evaluasi terdiri atas 4 kolom yang
terdiri atas, kolom komponen, kolom indikator, kolom sumber data, dan kolom
teknik pengumpulan data. Komponen atau aspek evaluasi terdiri atas empat
komponen yaitu konteks, input, proses, dan produk. Berdasarkan keempat
komponen tersebut, maka kita dapat menjabarkan indikator-indikator. Kemudian,
berdasarkan indikator tersebut maka kita dapat menentukan sumber datanya dan cara
bagaimana mengumpulkan data tersebut. Lebih jelasnya Bagaimana tabel
perencanaan evaluasi disajikan dalam tabel berikut ini.

5. Menentukan Instrumen Evaluasi


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam evaluasi ini adalah dengan,
memberikan instrumen berupa angket. Untuk lebih jelas dapat dilihat di bawah ini
mengenai teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan

45
6. Menentukan Teknik Analisis Data
Analisis data pada aspek hasil menggunakan teknik analisis kuantitatif untuk
mengetahui pengaruh program bimbingan pada pencapaian kompetensi atau tujuan
layanan siswa. Hal tersebut dilakukan melalui membandingkan pencapaian siswa
terhadap kompetensi atau tujuan layanan pada awal semester dan akhir semester.
Untuk mengetahui perbandingan antara pencapaian siswa terhadap kompetensi atau
tujuan layanan pada awal dan akhir semester maka digunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan:
E = deskriptif presentase
X = frekuensi yang dicari
N = jumlah total responden

46
C. PENYUSUNAN LAPORAN EVALUASI HASIL PROGRAM BIMBINGAN
Evaluasi hasil program bimbingan merupakan evaluasi yang memiliki dua (2)
manfaat. Pertama, evaluasi memberikan informasi capaian tujuan program secara
umum. Informasi ini dapat menjadi dasar menentukan efektivitas program. Kedua, hasil
evaluasi dapat dijadikan dasar untuk membuat laporan perkembangan siswa. Artinya,
berdasarkan hasil evaluasi, kita dapat mengetahui sejauh mana capaian siswa terhadap
berbagai kompetensi (tujuan layanan) yang ingin dibentuk.
Berdasarkan dua manfaat di atas, berdasarkan evaluasi hasil program bimbingan
yang dilakukan kita dapat membuat dua laporan hasil evaluasi, meliputi; laporan
evaluasi kelompok, serta laporan perkembangan siswa (individual). Laporan kelompok
merupakan laporan hasil evaluasi yang berisi gambaran umum (kelompok) pencapaian
tujuan program bimbingan dalam satu semester. Laporan hasil evaluasi terdiri dari tiga
komponen yaitu; deskripsi data hasil evaluasi, analisis data hasil evaluasi, serta
keputusan.
Laporan perkembangan siswa (individual) adalah laporan yang berisi
perkembangan siswa setelah diberikan program bimbingan. Laporan perkembangan ini
berisi pencapaian siswa terhadap kompetensi (tujuan layanan) pada program bimbingan
dalam satu semester.

47
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Evaluasi merupakan komponen yang sangat penting dalam semua bidang
kehidupan. Evaluasi dalam bidang bimbingan dan konseling dilakukan terhadap
program beserta kegiatan pelaksanaan program. Tanpa evaluasi tidak akan mengetahui
perkembangan program, karena itu evaluasi dilakukan untuk menjamin perkembangan
program itu sendiri. Evaluasi yang akuntabel mutlak harus dilakukan oleh konselor
sekolah. Di dalam proses evaluasi yang akuntabel mengandung aspek pengukuran dan
penilaian. Hasil evaluasi yang akuntabel terhadap program bimbingan dan konseling di
sekolah mengandung komponen penilaian hasil layanan bimbingan dan konseling yang
terukur dan harus berpengaruh secara signifikan terhadap kehidupan siswa.
Evaluasi dalam pembelajaran BK digunakan untuk mengukur keberhasilan dan
efektivitas dari program bimbingan dan konseling yang telah dilakukan. Evaluasi dapat
dilakukan melalui berbagai metode, seperti survei, observasi, dan analisis dokumen.
Fungsi evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen bimbingan dan konseling
yang penting dan harus dilakukan oleh Guru Bimbingan dan Konseling. Tanpa evaluasi
Guru Bimbingan dan Konseling tidak mungkin dapat mengetahui dan mengidentifikasi
keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah direncanakan.
Dengan dilakukan evaluasi secara komprehensif, jelas dan cermat maka akan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penyesuaian proses
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik/konseli sebagai sasaran
layanan.

48
DAFTAR PUSTAKA

Badrujaman, aip. 2011. Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: PT. Indeks.

iii

Anda mungkin juga menyukai