Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR PAI

“Alat Tes Evaluasi Pembelajaran”

DISUSUN OLEH :
Kelompok 6

Faerdiana 3200085
Febi Khoiriyah 3200136
Ifatul Hikmah 3200165
Ilmia Hanum 3210096
Zulfa Aulia 3200147
Mu’awiya Alty 3220036
Nurul Hudayana 3200061
Radhia Syafitri 3200094
Tia Elsi Erianti 3200088

Dosen Pengampu: Mamlakhah, M.Pd.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH PEMALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Alat Tes Evaluasi Pembelajaran". Untuk menuju kualitas pembelajaran yang baik,
diperlukan sistem penilaian yang baik pula. Agar penilaian dapat berfungsi dengan baik,
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka sangat perlu untuk menetapkan standar
penilaian yang akan menjadi dasar dan acuan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam
melakukan kegiatan penilaian.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu kerjasama yang baik dari beberapa pihak
terkait, seperti guru, siswa dan sekolah. Ketiga pihak tersebut memiliki peranan yang
berbeda-beda sesuai dengan proporsi masing-masing. Jika masing-masing pihak
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana mestinya maka akan tercipta suatu
suasana yang kondusif, dinamis, dan terarah untuk perbaikan kualitas pembelajaran melalui
perbaikan sistem penilaian ini pada mata kuliah Strategi Belajar Mengajar PAI. Shalawat
beriring salam tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam yang telah menerangi semua umat di muka bumi ini dengan cahaya kebenaran.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Mamlakhah,
M.Pd. selaku Dosen Strategi Belajar Mengajar PAI. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mamlakhah M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah ini yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari makalah
ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami menantikan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Indonesia, 25 Juni 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
BAB II KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN.................................................................................6
BAB III PENUTUP............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi Penilaian dapat menjadi salah satu aspek yang paling sulit dalam mengajar.
Salah satu kesulitan dalam membuat instrumen penilaian adalah kebingungan antara apa
pengaruh penilaian dengan tujuan sesungguhnya.
Pendidik harus mampu mengetahui sejauh mana hasil belajar yang telah dilakukan,
hasil dari proses pembelajaran dapat berupa kategori baik, tidak baik, bermanfaat, tidak
bermanfaat dan lain-lain. Hal ini penting untuk diketahui karena hasil belajar menjadi tolak
ukur keberhasilan seorang pendidik atau sebagai alat ukur sejauh mana proses pembelajaran
yang ia terapkan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Jika hasil belajar baik, maka
proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil dan demikian sebaliknya. Salah satu cara yang
dilakukan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh pendidik dalam proses
pembelajaran yaitu mengevaluasi proses dan hasil belajar. Kemampuan mengevaluasi
pembelajaran merupakan salah satu indikator yang harus dimiliki oleh seorang pendidik
sebab kemampuan melakukan evaluasi pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang
wajib dimiliki setiap pendidik maupun calon pendidik.
Pada umumnya masyarakat menganggap bahwa penilaian adalah tes-tes yang
dikerjakan oleh peserta didik dan bertumpu pada hasil akhir yaitu angka perolehan nilai,
sedangkan bagi peserta didik penilaian sering dianggap sebagai sarana bersaing dengan
teman-teman sekelas untuk menunjukan seberapa hebat dirinya dapat memperoleh skor yang
tinggi. Semakin tinggi nilai angka yang diperoleh peserta didik semakin bangga peserta didik
tersebut, padahal, nilai angka tersebut tidak akan ada artinya jika tanpa tahu tujuan penilaian
sesungguhnya.
Apabila dilihat dari prosesnya, penilaian itu adalah tidak lebih dari sekedar menuliskan
angka nilai. Penilaian harus memberikan guru informasi terperinci yang dapat dibagi dengan
orangtua peserta didik. Lebih jauh lagi, penilaian yang dilakukan sepanjang tahun ajaran
berlangsung akan mengukur kemajuan yang telah dicapai peserta didik, menunjukan
kelebihan dan kelemahan peserta didik, dan memungkinkan guru dapat memeriksa sejauh
mana siswa memahami pelajaran yang diberikan. Hal demikian menjadi tanggung jawab
guru.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa itu alat tes evaluasi pembelajaran?
2. Apa saja prinsip dalam evaluasi pembelajaran?
3. Bagaimana bentuk-bentuk tes sebagai instrumen Evaluasi berdasarkan beberapa aspek?
4. Apa saja instrumen evaluasi jenis tes?

4
5. Bagaimaan peranan dari pihak-pihak terkait dalam evaluasi pembelajaran?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Belajar Mengajar PAI, menambah wawasan tentang evaluasi, instrumen evaluasi jenis tes dan
instrumen evaluasi jenis non-tes serta pengukuran domain kognitif, afektif, dan psikomotorik
dalam penilaian atau evaluasi pembelajaran.

D. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian alat tes evaluasi pembelajaran.

2. Mengetahui prinsip dalam evaluasi pembelajaran.

3. Mengetahui bentuk- bentuk tes sebagai instrumen evaluasi berdasarkan beberapa aspek.

4. Mengetahui apa saja instrumen evaluasi jenis tes.

5. Mengetahui peranan dari pihak-pihak terkait dalam evaluasi pembelajaran.

5
BAB II

KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), evaluasi artinya adalah
memberikan nilai atau menilai sesuatu. Sedangkan menurut Wrightstone, evaluasi merupakan
sebuah aktivitas untuk memperkirakan sesuatu terhadap kemajuan yang diraih ke arah target
yang sudah ditetapkan.
Sementara itu evaluasi pembelajaran menurut Gronlund, merupakan serangkaian proses
sistematis yang dimanfaatkan untuk mengetahui seberapa baik pelajaran bisa diterima oleh
karyawan. Dari definisi ini bisa kita simpulkan bahwa evaluasi pembelajaran terdiri dari 3
komponen yakni mengumpulkan informasi, melakukan pertimbangan terhadap kriteria
tertentu kemudian disusul oleh tindak lanjut.
Alat evaluasi pembelajaran adalah aktivitas atau proses mengumpulkan data maupun
informasi yang terdiri dari banyak dimensi. Data ini kemudian disusun secara sistematis dan
berkelanjutan oleh perusahaan terkait sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun
kebijakan atau membuat keputusan terhadap karyawan yang dievaluasi. Alat evaluasi bisa
dalam bentuk tes maupun non tes.

B. Prinsip Evaluasi
Agar pembelajaran bisa berjalan sesuai target, dibutuhkan komitmen yang besar. Ada
beberapa prinsip yang dibutuhkan dalam proses evaluasinya yakni:
1. Berkesinambungan
Evaluasi belajar yang baik harus dilakukan secara terus menerus, bukan hanya satu kali
saja. Ini penting bagi perusahaan/sekolah untuk memantau seberapa besar pemahaman serta
perkembangan karyawan/peserta didik terkait bahan evaluasi.
2. Obyektif
Penilaian yang adil harus dilakukan dengan mengesampingkan hal-hal yang bersifat
subjektif. Penilaian sendiri dilakukan setelah karyawan selesai melakukan proses asesmen.
Kalau ternyata target yang diinginkan belum tercapai, perusahaan/sekolah harus
menyampaikan sesuai dengan kondisi sebenarnya. Penyampaian juga harus disertai dengan
catatan agar pada evaluasi berikutnya karyawan/peserta didik yang bersangkutan bisa
melakukan perbaikan.
3. Kooperatif
Dalam proses evaluasi, ada banyak pihak yang terlibat termasuk manajemen
perusahaan/sekolah, tim penguji dan karyawan/peserta didik itu sendiri sebagai peserta
evaluasi. Agar bisa berjalan lancar, evaluasi harus dilaksanakan secara kooperatif antar semua
elemen.

6
Selain itu, proses evaluasi juga membutuhkan waktu yang cukup panjang. Koordinasi
harus tetap dilakukan sampai semua tahapan diselesaikan.
4. Komprehensif
Dalam evaluasi, obyek penilaian tidak hanya diambil dari sisi kognitif saja tapi juga ada
aspek lain yang tidak kalah penting yakni afektif. Penilaian bukan hanya berpatokan pada
hasil yang diperoleh tapi dilihat dari awal proses pembelajaran yang diikuti oleh individu
tersebut.
5. Praktis
Pelaksanaan evaluasi harus berjalan dengan praktis dari segi biaya, waktu dan tenaga.
Karena itu penguji harus mampu mempersiapkan instrumen evaluasi yang mudah dipahami
oleh semua pihak yang terlibat. Meskipun praktis, tapi jangan sampai prosesnya mengurai
esensi yang sebenarnya dari proses evaluasi ini.

C. Bentuk Tes sebagai Instrumen Evaluasi


1. Pengertian tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno testum dengan arti piring
untuk menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, ”ujian”, atau ”percobaan”. Testing berarti saat
dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian. Testeradalah
orang yang melaksanakan tes atau pembuat tes. Testee adalah pihak yang dikenai tes (peserta
tes).
Dari segi istilah, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai
standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul
digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara atau prosedur
dalam pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian tugas, baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-
perintah oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau
prestasi testee, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee
lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu. Sehingga ,beberapa ahli
menyimpulkan bahwa tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan,
pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik
untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.
Banyak alat atau instrument yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi. Salah
satunya adalah tes. Di sekolah juga sering disebut dengan tes prestasi belajar. Tes banyak
digunakan untuk mengukur prestasi belajar peserta didik dalam bidang kognitif, seperti
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi. Penggunaan tes dalam dunia
pendidikan sudah dikenal sejak dahulu kala, sejak orang mengenal pendidikan itu sendiri.

7
2. Fungsi Tes
a. Fungsi untuk kelas:
1) Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa.
2) Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian.
3) Menaikkan tingkat prestasi.
4) Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok.
5) Merencanakan kegiatan proses belajar-mengajar untuk siswa secara perseorangan.
6) Menentukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus.
7) Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak.
b. Fungsi untuk bimbingan:
1) Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak mereka.
2) Membantu siswa dalam menentukan pilihan.
3) Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.
4) Memberi kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua dalam memahami
kesulitan anak.
c. Fungsi untuk administrasi:
1) Memberi petunjuk dalam pengelompokan siswa.
2) Penempatan siswa baru.
3) Membantu siswa memilih kelompok.
4) Menilai kurikulum.
5) Memperluas hubungan masyarakat (public relation)
6) Menyediakan informasi untuk badan-badan lain di luar sekolah.

3. Langkah-langkah dalam Penyusunan Tes


Urutan langkah yang dilakukan dalam penyusunan tes adalah:
a. Menentukan tujuan mengadakan tes.
b. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan
dijadikan tes.
c. Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap
bagian bahan.
d. Menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan

8
yang memuat pula aspek tingkah laku yang terkandung
dalam indikator itu.

4. Bentuk-bentuk tes
a. Berdasarkan Fungsinya
Ditinjau dari segi fungsi yang dimiliki oleh tes sebagai alat pengukur perkembangan
belajar peserta didik, tes ini dapat dibedakan menjadi enam golongan:
1) Tes seleksi
Tes seleksi sering dikenal dengan istilah “ujian saringan” atau “ujian masuk”. Tes ini
dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk
memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang
mengikuti tes. Materi pada tes seleksi ini merupakan materi prasyarat untuk mengikuti
program pendidikan yang akan diikuti oleh calon.
Sesuai dengan sifatnya, yaitu menyeleksi atau melakukan penyaringan, maka materi tes
seleksi terdiri atas butir-butir soal yang cukup sulit, sehingga hanya calon-calon yang
tergolong memiliki kemampuan tinggi sajalah yang dimungkinkan dapat menjawab butir-
butir soal tes dengan betul. Tes seleksi dapat dilaksanakan secara lisan, secara tertulis, dengan
tes perbuatan, dan dapat pula dilaksanakan dengan mengkombinasikan ketiga jenis tes
tersebut secara serempak. Sebagai tindak lanjut dari hasil tes seleksi, maka para calon yang
dipandang memenuhi batas persyaratan minimal yang telah ditentukan dinyatakan sebagai
peserta tes yang lulus dan dapat diterima sebagai siswa baru, dinyatakan tidak lulus dan
karenanya tidak dapat diterima sebagai siswa baru.
2) Tes awal
Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah
dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum
bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat
yang mudah-mudah.
Setelah tes awal berakhir, maka sebagai tindak lanjutnya adalah :
a) Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakan dalam tes sudah dikuasai dengan
baik oleh peserta didik, maka materi yang telah ditanyakan dalam tes awal itu tidak diajarkan
lagi,
b) Jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang
diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para peserta didik
tersebut.
3) Tes akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat
dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.

9
4) Tes diagnostik
Tes diagnostik (diagnostic test) adalah tes yang digunakan untuk menentukan secara
tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.
5) Tes formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh
manakah peserta didik “telah terbentuk” setelah mereka mengikuti proses pembelajaran
dalam jangka waktu tertentu. Tes formatif ini biasanya dilaksanakan di tengah - tengah
perjalanan program pengajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau
subpokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan.
Di sekolah-sekolah tes formatif ini biasa dikenal dengan istilah “ulangan harian”. Tindak
lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes formatif adalah:
a) Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka pembelajaran dilanjutkan
dengan pokok bahasan yang baru.
b) Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan dengan pokok
bahasan baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi bagian-bagian yang belum
dikuasai oleh peserta didik.
6) Tes sumatif
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan
program pengajaran selesai diberikan. Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua
siswa memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini
pada umumnya juga lebih sulit atau lebih berat daripada butirbutir soal tes formatif. Yang
menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan
keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu.
b. Berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap.
Ditilik dari aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes setidak-tidaknya dapat dibedakan
menjadi lima
golongan, yaitu:
1) Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap atau mengetahui
tingkat kecerdasan seseorang.
2) Tes kemampuan, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap
kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
3) Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi
atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia
sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyekobyek tertentu.
4) Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari
seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah.

10
5) Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian, yakni tes yang
biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar.
c. Penggolongan lain-lain
Ditilik dari banyaknya orang yang mengikuti tes, dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu:
1) Tes individual, yaitu tes dimana tester hanya berhadapan dengan satu orang testee saja.
2) Tes kelompok, yaitu tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.
Ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes, yaitu:
1) Power test, yakn tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut tidak dibatasi.
2) Speed test, yaitu tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut dibatasi.
Ditilik dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1) Verbal test, yaitu suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam
bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan ataupun tertulis.
2) Nonverbal test, yakni tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa
ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku.
Akhirnya, apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan
jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1) Tes tertulis, yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau
soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.
2) Tes lisan, yakni tes dimana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau
soalnya dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawabannya secara lisan juga.

D. Instrumen Evaluasi Jenis Tes


Tes merupakan instrumen evaluasi yang paling umum dipakai dalam dunia pendidikan
sebagai alat ukur untuk domain kognitif. Tes memiliki jenis yang beragam sesuai dengan
fungsinya, seperti tes prestasi belajar (achievement test), tes penguasaan (proficiency test), tes
bakat (aptitude test), tes diagnostik (diagnostic test). dan tes penempatan (placement test).
Jika dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, maka tes dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian
(essay) dan bentuk objektif (objective).
1. Tes Tertulis Bentuk Uraian (Essay)
Dilihat dari penamaannya, tes bentuk uraian merupakan tes yang menuntut penerima
tes mengeluarkan jawabanjawaban berbentuk uraian, baik secara bebas maupun secara
terbatas. Tes bentuk uraian secara bebas artinya jawaban uraian peserta didik yang menuntut
kemampuan peserta didik dalam menyusun, mengorganisasikan dan merumuskan jawaban

11
menggunakan kata-kata sendiri serta mampu mengukur kecakapan peserta didik untuk
berfikir tingkat tinggi.
Sementara tes uraian terbatas tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam menjelaskan hubungan sebab akibat, menerapkan suatu prinsip atau teori, memberikan
alasan yang relevan, merumuskan hipotesis, membuat kesimpulan yang tepat, menjelaskan
suatu prosedur, dan sebagainya.
Berikut adalah contoh masing-masing pertanyaan tes uraian terbatas (restricted respons
items) dan uraian bebas (extended respons items):
a. Tes uraian dalam bentuk bebas atau terbuka.
Contoh: Coba jelaskan fungsi dan tujuan belajar Matematika dalam kehidupan dan berikan
contohnya.
b. Tes uraian dalam bentuk uraian terbatas.
Contoh: Andi memiliki 18 kelereng merah dan 22 kelereng putih lalu dimasukkan kedalam
kotak. Tiap kotak berisi kelereng merah yang sama banyak dan kelerengn putih yang sama
banyak pula. Berapa banyak kotak yang diperlukan?. Berapa kelereng merah dan kelereng
putih dalam setiap kotak?
Tes uraian sebagaimana dicontohkan di atas memiliki berbagai karakteristik, yaitu:
 Tes tersebut bentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian
atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
 Bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada tester untukmemberikan
penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan sebagainya.
 Jumlah soal butir uraiannya terbatas yaitu berkisar lima sampai dengan sepuluh butir.
 Pada umumnya butir-butir soal uraian diawali dengan kata-kata, “uraikan”,….
“Mengapa”,….”Terangkan”,….”Jelaskan”.
Untuk penyusunan jenis tes bentuk uraian ada beberapa langkah yang dapat dipedomani
sebagai berikut:
1) Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian diusahakan agar soal tersebut dapat
mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan.
2) Untuk menghindari tumbuhnya perbuatan curang oleh tester misalnya, menyontek dan
bertanya kepada tester yang lainya hendaknya sesuatu kalimat pada soal berlawanan
dengan buku pelajaran.
3) Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar pertanyaan-
pertanyaan itu jangan dibuat seragam melainkan bervariasi.
Contohnya: Jelaskan perbedaan antara … dengan .. dan kemukakan alasannya…
mengapa…
4) Kalimat soal yang disusun hendaklah ringkas dan padat.
5) Sebelum tester mengerjakan soal hendaklah seorang tester mengemukakan cara
mengerjakannya, contoh, “Jawaban soal harus ditulis di atas lembaran jawaban dan
sesuai dengan urut nomor.
Sebagaimana jenis tes lainnya, tes uraian juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan tes uraian diantaranya adalah:

12
 Bagi guru, menyusun tes tersebut sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama.
 Si penjawab mempunyai kebebasan dalam menjawab dan mengeluarkan isi hati dan buah
pikirannya.
 Melatih mengeluarkan pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa yang teratur.
 Lebih ekonomis, hemat karena tidak memerlukan kertas terlalu banyak untuk membuat
soal tes, dapat didiktekan atau ditulis dipapan tulis.
Sedangkan kelemahan tes uraian yakni:
 Tidak atau kurang dapat digunakan untuk mengetes pelajaran yang luas atau banyak
sehingga kurang dapat menilai isi pengetahuan siswa yang sebenarnya.
 Kemungkinan jawaban dan keterangan sifatnya menyulitkan penjelasan pengetesan
dalam mensekornya.
 Baik buruknya tulisan dan panjang pendeknya jawaban yang sama mudah menimbulkan
evaluasi dan perskoran (scorting) yang kurang objektif.

2. Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif


Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang seragam terhadap semua
peserta didik yang mengikuti sebuah tes. Tes objektif juga dikenal dengan istilah tes jawaban
pendek (short answer test), dan salah satu tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal
(items) yang dapat dijawab oleh tester dengan jalan memilih salah satu (atau lebih), di antara
beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing masing items atau
dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada
tempat-tempat yang disediakan untuk masing-masing butir yang bersangkutan. Terdapat
beberapa jenis tes bentuk objektif, misalnya: bentuk melengkapi (completion test), pilihan
ganda (multifle chois), menjodohkan (matching), bentuk pilihan benar-salah (true false).
Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut.
a. Melengkapi (Completion Test).
Completion test adalah dikenal dengan istilah melengkapi atau menyempurnakan. Salah
satu jenis objektif yang hampir mirip sekali dengan tes objektif fill in. Letak perbedaannya
ialah pada tes objektif bentuk fill in bahan yang di tes itu merupakan satu kesatuan.
Sedangkan pada tes objektif bentuk completion tidak harus demikian.
Contoh: Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar dan tepat. Faktor prima dari
bilangan 15 adalah ......…
Test completion memiliki kelebihan yakni:
 Test ini amat mudah dalam penyusunannya.
 Jika dibanding dengan tes objektif bentuk fill in, tes objektif ini lebih menghemat tempat
(kertas).
 Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan beragam.
 Test ini juga dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak
sekedar mengungkapkan taraf pengenalan atau hapalan saja.
Kekurangan tes completion yakni :

13
 Pada umumnya tester cenderung menggunakan tes model ini untuk mengungkapkan daya
ingat atau aspek hafalan saja.
 Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari tes model ini kurang relevan untuk disajikan.
 Karena pembuatannya mudah, maka tester sering kurang hati-hati dalam membuat soal-
soal.

b. Test objektif bentuk multipel choice test (pilihan berganda).


Test multifle choice, tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana masing-masing
tes disediakan lebih dari kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihan-pilihan tersebut
yang benar atau yang paling benar. Penyusunan tes dalam bentuk multifle choice:
a) Hendaknya antara pernyataan dalam soal dengan alternatif jawaban terdapat kesesuaian.
b) Kalimat pada tiap-tiap butir soal hendaknya dapat disusun dengan jelas.
c) Sebaiknya soal hendaknya disusun menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
d) Setiap butir pertanyaan hendaknya hanya mengandung satu masalah, meskipun masalah itu
agak kompleks.
Contoh: Hasil pembagian ¾ : ½ adalah:
a. 1 ½
b. 2 ½
c. 3 ½
d. 4 ½
Menurut Sumadi Surya Brata, merinci tes multiple choice ada beberapa macam yaitu:
a) Jenis jawaban benar.
Contoh: Hasil penjumlahan -8 + 3, adalah:
a. 6
b. 5
c. 4
d. 3
b) Jawaban yang sesuai yang paling tepat pertanyaan yang diikuti dengan alternatif.
Contoh: Membaca ayat al-Quran bertujuan untuk:
a. Mendapat pahala.
b. Melaksanakan perintahnya.
c. Mengingat zikir kepada Allah.
d. Selamat dunia akhirat.
c) Jawaban tidak sesuai.
Contoh: Diantara makhluk Allah yang diciptakan yakni manusia dan ..
14
a. Hewan.
b. Laut.
c. Bumi.
d. Tanah.
d) Jawaban negatif dalam suatu soal bentuk multifle choice peserta didik diberi pernyataan
yang disediakan alternatif jawaban. Sebagian besar dari alternatif tersebut merupakan
jawaban yang benar, kecuali ada satu yang salah.
Contoh: Manakah diantara Rasul-Rasul di bawah ini yang tidak termasuk ulul azmi?
a. Adam.
b. Ibrahim.
c. Musa.
d. Isa.
c. Test objektif bentuk matching (menjodohkan).
Test bentuk ini sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari pandangan,
tes menyesuaikan, tes mencocokkan.
Ciri-ciri tes ini adalah :
 Test terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
 Tugas tes adalah mencari dan menetapkan jawaban-jawaban yang telah tersedia sehingga
sesuai dengan atau cocok atau merupakan pasangan, atau merupakan “jodoh” dari
pertanyaan.
Contoh sebagai berikut :
a) Cabang Ilmu yang mempelajari tentang iklim…. a. Geomorfologi
b) Cabang Ilmu yang mempelajari tentang cuaca…. b. Hidrologi
c) Cabang Ilmu yang mempelajari bentuk muka bumi…. c. Klimatologi
d) Cabang Ilmu yang mempelajari perairan di darat…. d. Meteorologi e. Pedologi
Test bentuk matching memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari tes ini adalah:
 Pembuatan mudah.
 Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan objektif.
 Apabila tes jenis ini dibuat dengan baik, maka faktor merubah praktis dapat dihilangkan.
 Test ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal.
Kelemahan dari tes matching yakni:
 Matching test cenderung lebih banyak mengungkap aspek hafalan atau daya ingat.
 Karena mudah disusun, maka tes jenis ini kurang baik acap kali dijadikan “pelarian” bagi
pengajaran, yaitu kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain.
 Karena jawaban yang pendek, maka tes ini kurang baik untuk mengevaluasi pengertian
dan kemampuan membuat tafsiran.

15
Adapaun cara menyusunnya:
a) Hendaknya butir-butir dari soal yang dituangkan dalam bentuk meching test ini
jumlahnya tidak kurang dari 10 dat tidak lebih dari 15 soal.
b) Daftar yang berada disebelah kiri hendaknya dibuat lebih panjang ketimbang daftar yang
disebelah kanan, agar jawaban dapat dengan cepat dicari dan ditemukan oleh tester.
c) Sekalipun kadang-kadang sulit dilaksanakan, usahakanlah agar petunjuk tentang cara
mengerjakan soal dibuat seringkas dan setengah mungkin.

d. Test objektif bentuk fill in (isian).


Test objektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau karangan. Test objektif fill ini
memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya ialah:
 Dengan menggunakan tes objektif bentuk fill in maka masalah yang diwujudkan tertuang
secara keseluruhan dalam konteksnya.
 Cara penyusunannya mudah.
Adapun kekurangannya adalah:
 Test objektif fill ini cenderung lebih banyak mengungkapkan aspek pengetahuan atau
pengenalan saja.
 Test ini juga sifatnya konfrensif, sebab hanya dapat mengungkapkan sebahagian saja dari
bahan yang seharusnya diteskan.
Cara penyusunan tes objektif bentuk fill in:
a) Agar tes ini dapat digunakan secara efisien sebaiknya jawaban yang harus diisikan ditulis
pada lembar jawaban atau pada tempat yang terpisah.
b) Ungkapan cerita yang dijadikan bahan tes hendaknya disusun seringkas mungkin demi
menghemat tempat atau kertas serta waktu penyesuaiannya.
c) Apabila jenis mata pelajaran yang akan disajikan itu memungkinkan pengajaran atau
pengujian soal juga dapat dituangkan dalam bentuk gambar.
e. Test objektif bentuk True False (benar salah).
Test ini juga sering dikenal dengan tes objektif bentuk “Ya/Tidak” tes objektif bentuk true
false adalah salah satu bentuk tes, dimana ada yang benar dan ada yang salah. Contohnya
adalah:
a) (B)-(S). Rasulullah dilahirkan pada tahun 571 H bertepatan dengan tahun Gajah.
b) (B)-(S). Rasulullah dijuluki dengan “Al-Amin” karena beliau tidak pernah bohong.
Kelebihan dan kekurangan test true-false, kelebihannya ialah :
 Pembuatan mudah dapat dipergunakan berulang kali.
 Dapat mencakup bahan pelajaran yang luas.
 Tidak terlalu banyak memakan kertas.
 Bagi tester cara mengerjakannya mudah.
Adapun kekurangannya adalah:

16
 Test objektif bentuk true false membuka peluang bagi tester untuk berspekulasi dalam
memberikan jawaban.
 Sifatnya awal terbatas dalam arti bahwa tes tersebut hanya dapat mengungkapkan daya
ingat dan pergerakan kembali saja.
 Dapat terjadi bahwa butir-butir soal tes objektif, jenis ini tidak dapat dijawab dengan dua
kemungkinan saja yakni benar atau salah.
Contohnya:
a) B-S Test objektif lebih baik dari pada tes subjektif.
b) B-S IPS lebih berguna untuk dipelajari ketimbang IPA.
Adapun cara penyusunan test true false adalah:
a) Seyogyanya membuat petunjuk yang jelas, bagaimana mengerjakan soal tes, agar anak
tidak bingung.
b) Jangan membuat pernyataan yang masih dapat dipersoalkan antara benar dan salahnya,
pernyataan sudah benar atau salah.
c) Setiap soal supaya mengandung satu perngertian saja, jangan membuat soal yang banyak
mengandung pengertian.
d) Dalam membuat soal jangan ada kata-kata yang meragukan misalnya dengan kata
“Kadang” “Barang kali”. Sekarang ini bentuk true false tidak diperlukan lagi untuk tes hasil
belajar karena bentuk ini dianggap kurang tepat untuk mengukur tingkat kemajuan belajar
anak.
Berikut ditampilkan kisi-kisi instrumen penilaian tes tertulis pilihan ganda dan uraian sebagai
berikut:
Mata pelajaran:
Kelas/Semester :
Alokasi waktu :
Jumlah Soal :
Bentuk Soal : Pilihan ganda/Uraian
No
KD
Materi
Indikator
No urut
Soal
3. Tes Tindakan (Performance Test)

17
Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku,
tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi
penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang dihasilkannya
atau ditampikannya. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan
ditanyakan.
Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang telah selesai
dikerjakan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu
pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu pekerjaan. Tindakan atau unjuk
kerja yang dapat dinilai seperti: memainkan alat musik, bernyanyi,membaca puisi atau
deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium, dan mengoperasikan suatu alat.
Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut
peserta didik menunjukkan unjuk kerja. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes
tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang
sebenarnya.
Contoh: Coba tunjukkan di depan kelas bagaimana cara mengajar dengan menggunakan
model pembelajaran aktif tipe jigsaw. Tes jenis ini sangat bermanfaat untuk memperbaiki
kemampuan/perilaku peserta didik, karena secara objektif kesalahan-kesalahan yang dibuat
oleh peserta didik dapat diamati dan diukur, sehingga menjadi dasar pertimbangan untuk
praktik selanjutnya. Sebagaimana jenis tes yang lain, tes tindakan pun mempunyai kelebihan
dan kekurangan.
Kelebihan tes tindakan adalah:
 satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar dalam
bidang keterampilan, seperti keterampilan membaca al-Qur’an berdasarkan ilmu tajwid.
 sangat baik digunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara pengetahuan teori dengan
keterampilan praktik, sehingga hasil penilaian menjadi lengkap.
 dalam pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk saling menyontek.
 guru dapat lebih mengenal karakteristik masing-masing peserta didik sebagai dasar
tindak lanjut hasil penilaian, seperti pembelajaran remedial.
Adapun kelemahan/kekurangan tes tindakan adalah:
 memakan waktu yang lama.
 dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar.
 cepat membosankan.
 jika tes tindakan sudah menjadi sesuatu yang rutin, maka ia tidak mempunyai arti apa-
apa lagi.
 memerlukan syarat-syarat pendukung yang lengkap, baik waktu, tenaga maupun biaya.
Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka hasil penilaian tidak dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik.
Contoh:
Format Penilaian Tindakan Dalam Praktik Pelajaran ...
Nama Sekolah:
Mata Pelajaran:

18
Nama Peserta Didik:
Kelas/Semester:
Hari/Tanggal:
Tujuan:
Pertunjuk: Berilah penilaian dengan menggunakan tanda cek
(V) pada setiap aspek yang tertera di bawah ini sesuai dengan
tingkat penguasaan peserta didik.
Keterangan nilai :
SB= Sangat Baik
B= Baik
C= Cukup
K= Kurang
SK= Sangat Kurang
No
Aspek yang di amati : SB B C K SK
E. Peranan dari Pihak-Pihak yang terkait dalam Evaluasi Pembelajaran
Penilaian merupakan komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan
kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Kualitas pembelajaran ini dapat
dilihat dari hasil penilaiannya.
Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan
strategi mengajar yang baik dalam memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik.
Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem
penilaian yang diterapkan.

a. Peranan Evaluasi/Penilaian dalam Pembelajaran


Penilaian memilki peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran,
oleh karena itu perlu dirancang dan didesain sedemikian rupa sehingga penilaian tersebut
memberikan makna bagi setiap orang yang terlibat didalamnya.
Setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan sehingga penilaian menjadi bermakna yaitu
ketika penilaian:
1) Memilki ciri secara signifikan
2) Memilki kriteria, prosedur, dan rubrik yang jelas dan dipahami oleh semua pemangku
kepentingan (stakeholder)

19
3) Memberikan hasil-hasil yang menyediakan arah/ petunjuk yang jelas untuk peningkatan
kualitas pengajaran dan belajar.
Dapatkah penilaian meningkatkan standar? Jawaban singkat dari pertanyaan ini adalah
ya, dapat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara signifikan menggunakan penilaian untuk
belajar (assessment for learning) lebih efektif bagi guru dalam memperbaiki kualitas
pembelajaran.
Penilaian juga harus berperan sebagai suatu sarana untuk meningkatkan kualitas belajar
setiap siswa. Adapun suatu kejelasan dan hubungan tak terpisahkan antara penilaian,
kurikulum, dan pembelajaran.
Darling Hammond (1994) berpendapat bahwa usaha untuk menaikan standar pelajaran
dan prestasi harus bertolak pada perubahan strategi penilaian.
Kemudian pernyataan tersebut diperkuat kembali oleh Wedeen, Winter, dan Broad Fott
(2002), bahwa penggunaan penilaian dalam pembelajaran secara signifikan lebih efektif bagi
guru dalam memperbaiki kualitas pembelajaran.
b. Peran Penilaian dan Evaluasi dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran
Untuk menuju kualitas pembelajaran yang baik, diperlukan sistem penilaian yang baik
pula. Agar penilaian dapat berfungsi dengan baik, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,
maka sangat perlu untuk menetapkan standar penilaian yang akan menjadi dasar dan acuan
bagi guru dan praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu kerjasama yang baik dari beberapa pihak
terkait, seperti guru, siswa dan sekolah. Ketiga pihak tersebut memiliki peranan yang
berbeda-beda sesuai dengan proporsi masing-masing. Jika masing-masing pihak
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana mestinya maka akan tercipta suatu
suasana yang kondusif, dinamis, dan terarah untuk perbaikan kualitas pembelajaran melalui
perbaikan sistem penilaian.
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui
kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi tidak mungkin dipisahkan
dari belajar, maka harus diberikan secara wajar agar tidak merugikan.
Dalam menjalankan evaluasi, pelajar sendiri harus turut mempunyai saham secara aktif.
Evaluasi pembelajaran berfungsi untuk :
 Pengembangan
Untuk pengembangan sutau program pendidikan, yang meliputi:
1) program studi,
2) kurikulum, program pembelajaran,
3) desain belajar mengajar, yang pada hakikatnya adalah pengembangan dalam bidang
perencanaan.

20
4) Menetapkan kedudukan suatu program pembelajaran berdasarkan ukuran/kriteria tertentu,
sehingga suatu program dapat dipercaya, diyakini dan dapat dilaksanakan terus, atau
sebaliknya program itu harus diperbaiki/disempurnakan.
5) Evaluasi itu sendiri dalam kaitannya dengan pembelajaran akan berpengaruh terhadap
apakah tujuan pembelajaran itu tercapai atau tidak.
Dengan demikian kegiatan evaluasi sangat penting untuk mengukur sejauh mana
keberhasilan siswa maupun guru dalam proses belajar mengajar.
Lebih jauh tentang peranan evaluasi dalam pendidikan dijelaskan oleh Worthen dan Sanders
(Worthen, 1987:5) yaitu:
1) Menjadi dasar pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan.
2) Mengukur prestasi siswa
3) Mengevaluasi kurikulum
4) Mengakreditasi sekolah
5) Memantau pemanfaatan dana masyarakat.
6) Memperbaiki materi dan program pendidikan.
Evaluasi pembelajaran berperan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses
pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
c. Pihak yang Berkaitan Langsung dengan Pelaksanaan Kegiatan Penilaian dalam
Pembelajaran
Agar penilaian berfungsi dengan baik, maka sangat perlu untuk meletakan standar,
yang akan menjadi dasar dan pijakan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam melakukan
kegiatan penilaian.
Oleh karena itu, ada beberapa pihak yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan kegiatan
ini, yaitu:
1) Peran Guru
Peranan guru dalam penilaian lebih efektif jika mampu memanfaatkan informasi hasil
penilaian melalui umpan balik. Umpan balik merupakan sarana bagi guru dan siswa untuk
mengetahui sejauh mana kemajuan pembelajaran yang telah dilakukan.
Boud (1995), memberikan panduan bagi guru dalam memberikan umpan balik pada
siswa yaitu:
Realistik; 2) Spesifik; 3) Sensitif terhadap tujuan yang bersangkutan; 4) Tepat waktu; 5)
Jelas; 6) Tidak menghakimi; 7) Tidak membanding membandingkan; 8) Tekun; 9) Terus
terang;10) Positif; dan 11) Hati–hati.
Untuk dapat memaksimalkan peranannya guru dituntut memiliki profesional yang tinggi. Ada
lima hal yang harus dimiliki oleh guru agar dapat dikatakan profesional yaitu:
 Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya

21
 Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara
mengajarkannya pada siswa
 Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi
 Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari
pengalamannya
 Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesi
Kelima hal tersebut dikaitkan dengan tujuan penilaian dielaborasi oleh Boud (1995),
Peranan Guru dan Tujuannya dalam penilaian.
Guru sebagai monitoring : Memberikan umpan balik dan bantuan kepada setiap siswa
Guru sebagai petunjuk jalan :Mengumpulkan informasi untuk diagnostik kelompok siswa
melalui pekerjaan yang telah dikerjakan
Guru sebagai akuntan : Memperbaiki dan memelihara catatan prestasi dan kemajuan siswa
Guru sebagai reporter : Melaporkan pada orang tua, siswa, dan pengurus sekolah tentang
prestasi dan kemajuan siswa
Guru sebagai direktur program : Membuat keputusan dan revisi praktik pengajaran
2) Peranan Siswa
Keikutsertaan siswa di dalam proses penilaian menjadi penting apabila standar yang
digunakan biasa diwujudkan untuk semua siswa.
Brown (1994), menekankan unsur strategis agar senantiasa sadar akan kekuatan dan
kelemahan dengan mengatakan bahwa “para siswa berhasil menjalankan yang terbaik apabila
mereka memiliki pemahaman yang mendalam akan kelebihan dan kelemahan mereka sendiri
dan akses dalam menyusun strategi untuk belajar”.
Mengambil bagian dalam penilaian berarti memberikan peluang kepada para siswa
untuk merefleksikan apa yang mereka pelajari dengan membuat rangkaian yang jelas dalam
isi dan pikiran. Sehingga diharapkan mereka menemukan sendiri kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki, yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menetapkan tahapan belajar
selanjutnya yang lebih baik.
Rudd dan Gunstone (1993), mengidentifikasi beberapa keuntungan yang diperoleh dengan
perlibatan siswa dalam proses penilaian diri yaitu:
 Mengembangkan kemampuan siswa untuk merencanakan dan berpikir menyeluruh
menyangkut hasil dan ketrampilan mereka
 Menciptakan kesadaran siswa akan pentingnya menilai pekerjaan mereka sendiri
 Mengembangkan kemampuan siswa untuk saling mengevaluasi penilaian diri satu sama
lain asalkan kritik membangun
 Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengatur sumber daya dan waktu secara
efektif

3) Peranan Sekolah
Sekolah merupakan pusat kegiatan belajar-mengajar dalam proses pendidikan. Baik buruknya
kualitas pendidikan dapat dilihat dari tingkat kualitas sekolah, dengan alasan, antara lain:

22
 Sekolah merupakan induk kegiatan pembelajaran yang secara otomatis merupakan induk
kegiatan penilaian.
 Sekolah sebagai suatu institusi yang menaungi semua aktivitas belajarmengajar,
memiliki peranan yang sangat besar dalam upaya melakukan reformasi penilaian, yang
memihak pada bagaimana para siswa dapat memperoleh nilai tambah dalam proses
pendidikan.
 Peran sekolah menciptakan suatu kondisi (kultur) yang kondusif sehingga kegiatan
penilaian dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
 Peranan sekolah dalam upaya membentuk siswa menjadi manusia yang berkualitas
melalui penilaian digambarkan secara gambling oleh Stenberg, (1996), yang
mengatakan: …sekolah mempengaruhi intelegensi dengan beberapa cara, yang paling
terkenal yaitu dengan penyampaian informasi…
 Sekolah merupakan tempat dimana para siswa diarahkan agar dapat meningkatkan
kualitas belajar mereka, dengan mengatakan: “mempromosikan pembelajaran anak-anak
merupakan tujuan utama sekolah (Broadfoot, (2002).
Dengan demikian Evaluasi penilaian hasil pembelajaran merupakan jantung dari proses
tersebut. Proses tersebut dapat menyediakan lingkup kerja dimana tujuan pendidikan dapat
dibentuk dan kemudian para murid dapat ditabelkan dan dinyatakan.
Hasil pemantauan, akan menghasilkan suatu dasar untuk merencanakan langkah
selanjutnya dalam merespon kebutuhan anak-anak. Sehinnga pada akhirnya, menjada satu-
kesatuan dari proses pendidikan, secara terus menerus menyediakan „feedback and feed
foorward’. Oleh karena itu, hal tersebut perlu disatukan secara sistematis dengan strategi dan
praktik mengajar pada semua tingkat.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian evaluasi belajar
Evaluasi belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk menentukan penilaian terhadap
individu/peserta didik guna mencapai perubahan yang positif.
2. Pengertian, fungsi dan penggolongan teknik tes
Teknik tes ialah suatu teknik dalam evaluasi yang digunakan untukmengetahui hasil belajar
murid dengan mempergunakan alat tes.
Fungsi teknik tes ialah Sebagai alat pengukur terhadap pesertadidik dan sebagai alat
pengukur keberhasilan program pengajaran.
Teknik tes digolongkan menjadi:
a. Menurut sifatnya : Tes Verbal dan Tes Non Verbal
b. Menurut tujuannya : Tes Bakat (Aptitude Test), Tes Intelegensi (Intellegenci Test), Tes
Prestasi Belajar (Achievement Test), TesDiagnostik (Diagnostic Test), Tes Sikap (Atitude
Testt) danTesMinat.
c. Menurut pembuatannya : Tes Terstandar (Standard Direct Test)dan Tes Buatan Guru
(Teacher Made Test)
d. Menurut bentuk soalnya : Tes Objektif (Objective Test) dan Tes Uraian (Essay Test)
e. Ditinjau dari objek yang dites : Tes Individual dan Tes Kelompok
3.Dalam evaluasi pendidikan, ada empat komponen yang saling terkait dan merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan yaitu, evaluasi, penilaian, pengukuran, dan tes dan non tes.
Artinya, kegiatan evaluasi harus melibatkan ketiga kegiatan lainnya.
Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses
sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.Evaluasi pembelajaran diartikan sebagai penentuan kesesuaian antara tampilan
siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang dievaluasi adalah karakteristik siswa
dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut dalam
ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif
(pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap, minat, dan motivasi), dan psikomotor
(ketrampilan, gerak, dan tindakan).
Tampilan tersebut dapat dievaluasi secara lisan, tertulis, maupun perbuatan. Dengan demikian
mengevaluasi di sini adalah menentukan apakah tampilan siswa telah sesuai dengan tujuan
instruksional yang telah dirumuskan atau belum.
Untuk menuju kualitas pembelajaran yang baik, diperlukan sistem penilaian yang baik pula.
Agar penilaian dapat berfungsi dengan baik, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,

24
maka sangat perlu untuk menetapkan standar penilaian yang akan menjadi dasar dan acuan
bagi guru dan praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu kerjasama yang baik dari beberapa pihak terkait,
seperti guru, siswa dan sekolah. Ketiga pihak tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda
sesuai dengan proporsi masing-masing. Jika masing-masing pihak melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagaimana mestinya maka akan tercipta suatu suasana yang kondusif,
dinamis, dan terarah untuk perbaikan kualitas pembelajaran melalui perbaikan sistem
penilaian.

25
DAFTAR PUSTAKA

Rahman, A. A., dan Cut Eva Nasryah. (2019). Evaluasi Pembelajaran. Jawa Timur: Uwais
Inspirasi Indonesia.
Ratnawulan, E., dan H. A. Rusdiana. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Pustaka
Setia.
Rizqiyah, L. (2018). Teknik Tes dan Non Tes sebagai Alat Evaluasi Belajar. (Makalah,
Universitas Nurul Jadid, 2018).

26

Anda mungkin juga menyukai