Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD
“PENYUSUNAN PENILAIAN PEMBELAJARAN DI SD”

Dosen Pengampu:
Fitriyeni, S.Pd., M.Pd

Oleh:
Kelompok : 3
Kelas :4D
Anggota : Seftia Trisma Adinda (226910375)
Hafipah Giska Rahayu (226910336)
Marina Delia Ananda (226910333)
Sindika Maisyarrahmah (226910346)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
T.A. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas nikmat dan karunia nya serta rahmat
dan hidayat yang telah ia berikan kepada kita semua hingga penulis bisa menyelesaikan tugas yang
berjudul “Penyusunan penilaian pembelajaran di SD” yang diberikan oleh ibu Fitriyeni, S.Pd.,
M.Pd sebagai dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran di SD, dimana tugas mata kuliah ini juga
dibuat untuk menambah wawasan untuk para pembaca begitupun kepada penulis.

Kemudian tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada dosen pengampu
pada mata kuliah ini yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga saya sebagai penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar.

Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna masih banyak
kekurangan dan kesalahan, namun demikian penulis berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat untuk pembaca terutama dalam hal menambah pengetahuan tentang penyusunan penilaian
pembelajaran di sd. Kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan untuk penyempurnaan
penyusunan makalah di masa yang akan datang terkhusus untuk ibu dosen agar makalah ini bisa
sempurna.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................ 3
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................... 3
C. TUJUAN PENULISAN ..................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5
A. PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN DI SD .................................... 5
B. KEDUDUKAN TES, PENGUKURAN, ASESMEN DAN EVALUASI DI SD .......... 10
C. JENIS DAN FUNGSI PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN DI SD ................. 18
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 20
A. KESIMPULAN ................................................................................................................ 20
B. SARAN.............................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian sangatlah penting dilakukan oleh guru, karena tanpa penilaian guru tidak akan bisa
melihat kompetensi peserta didik yang sudah berkembang atau tidak sama sekali. Maka
penilaian sangatlah bermanfaat bagi guru jika dilakukan. Salah satu manafaatnya ialah guru
akan mengetahui materi yang sudah diajarkan selama pembelajaran dilaksanakan dapat
dimengerti peserta didik atau tidak. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik
yang dilakukan secara sistematis, akurat dan berkesinambungan. Penilaian hasil belajar
diharapkan memudahkan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Karena berpikir tingkat tinggi akan membuat peserta didik mampu mengungkapkan
argumentasi, melakukan refleksi,dan memberikan keputusan yang tepat.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skils adalah kemampuan yang
harus dimiliki oleh siswa. Kemampuan berpikir tingkat tinggi aka membuat siswa memiliki
kemampuan berpikir. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir adalah siswa yang mampu
menerapkan pengetahuan yang telah diketahui dan mengembangkannya menjadi keterampilan.
Pada realitasnya, sekarang ini masih banyak sekolah yang terlalu kaku dan tidak mengikuti
perkembangan dalam menerapkan evaluasi pada pembelajaranya. Disini para guru seakan
belum siap dengan perkembangan kurikulum, sehingga penerapan penilaian dalam
pembelajaran masih sama seperti pada kurikulum yang digunakan tahun sebelumnya. Dalam
pembelajaranya guru hanya menerapkan penilaian dengan memberikan tugas tugas terbatas,
yang sebagian besar tidak sesuai dengan apa yang diajarkan di kelas. Penilaian hanya terbatas
bertolak pada prestasi akademik, dan guru jarang memberikan sarana untuk menilai
kemampuan siswa yang lain. Disini terjadi ke tidak sesuaian antara kurikulum yang dipakai
dengan penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran, sehingga sangat mempengaruhi tingkat
keberhasilan dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Prinsip-Prinsip Penilaian di SD?
2. Apa Kedudukan Tes, Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi di SD?
3. Apa saja Jenis dan Fungsi Penilaian dalam Pembelajaran di SD?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dan Prinsip-Prinsip Penilaian di SD.
2. Untuk Mengetahui Kedudukan Tes, Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi di SD.
3. Untuk Mengetahui Jenis dan Fungsi Penilaian dalam Pembelajaran di SD.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Penilaian di Sd
Pengertian Penilaian Menurut Ralph Tyler (1950). Penilaian merupakan sebuah proses
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan
pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Definisi yang
lebih luas dikemukakan oleh dua orang ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam, yang
menambahkan bahwa proses penilaian bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai,
tetapi digunakan untuk membuat keputusan.Anas Sudijono dalam bukunya Pengantar Evaluasi
Pendidikan, mengatakan bahwa penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu
mengandung arti: mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau
berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya.
Selanjutnya, Prof. Dr. Masroen, M.A. (1979) menegaskan bahwa istilah penilaian mempunyai
arti yang lebih luas daripada istilah pengukuran, sebab pengukuran itu sebenarnya hanyalah
merupakan suatu langkah atau tindakan yang kiranya perlu diambil dalam rangka pelaksanaan
evaluasi.

Dalam panduan penyusunan KTSP, BSNP, 2006 menyebutkan bahwa penilaian merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses
dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan pengertian dari para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta
didik.
1) Pengukuran
Semua kegiatan di dunia ini tidak akan bisa lepas dari masalah pengukuran. Keberhasilan
suatu program pendidikan hanya dapat diketahui setelah dilakukan pengukuran. Semua
kegiatan penelitian yang dilakukan dalam berbagai bidang selalu melibatkan pengukuran
baik pengukuran yang bersifat kualitatif ataupun kuantitatif. Produk yang dihasilkan dari
suatu teknologi selalu menggunakan pengukuran sehingga dapat dihasilkan produk yang
mempunyai presisi tinggi. Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka
dari suatu objek yang diukur. Gronlund dan Linn (1990) secara sederhana merumuskan
pengukuran sebagai “Measurement is limited quantitative descriptions of pupil behavior,
that is the results of measurement are always expressed in numbers ”. Rumusan yang sama
diberikan oleh Nitko (1983): Measurement refers to quantitative aspects of describing the
characteristics or attributes of persons. Penentuan angka ini merupakan suatu upaya untuk
menggambarkan karakteristik suatu objek. Untuk dapat menghasilkan angka (yang
merupakan hasil pengukuran) maka diperlukan alat ukur.

Dalam melakukan pengukuran kita harus berupaya agar kesalahan pengukurannya sekecil
mungkin. Untuk itu diperlukan alat ukur yang dapat menghasilkan hasil pengukuran yang
valid dan reliabel. Jika dalam melakukan pengukuran kita banyak melakukan kesalahan
maka hasil pengukurannya tidak dapat menggambarkan skor yang sebenarnya dari objek
yang kita ukur.Kesalahan pengukuran dapat bersumber dari tiga hal yaitu: alat ukur, objek
yang diukur, atau orang yang melakukan pengukuran. Kesalahan pengukuran tersebut dapat
bersifat acak (random) atau dapat juga bersifat sistematis. Kesalahan acak disebabkan karena
adanya perbedaan kondisi fisik dan mental yang diukur dan yang mengukur. Sedangkan
kesalahan sistematis bersumber dari kesalahan alat ukur, yang diukur, atau yang mengukur.
Contoh: guru dapat melakukan kesalahan sistematis jika dalam memberi skor, guru tersebut
cenderung memberi skor yang murah atau cenderung memberi skor mahal pada seluruh
siswa. Tetapi jika dalam memberi skor kepada siswa, guru tidak melakukannya secara
konsisten maka akan terjadi bias dalam pengukuran.

2) Asesmen
Di lapangan banyak guru yang belum mengetahui dengan benar konsep asesmen dan
evaluasi. Satu istilah yang sering digunakan untuk mewadahi kegiatan asesmen dan evaluasi
adalah penilaian. Penggunaan istilah penilaian untuk mewadahi kedua kegiatan tersebut
sebenarnya tidak terlalu salah karena dalam konsep asesmen dan evaluasi mengandung unsur
pengambilan kesimpulan. Menurut Hanna (1993): “Assessment is the process of collecting,
interpreting, and synthesizing information to aid in decision making. Assessment
synonymous with measurement plus observation. It concerns drawing inferences from these
data sources. The primary purpose of assessment is to increase student’s learning and
development rather than simply to grade or rank student performance (Morgan & O’Reilly,
1999).

Jadi asesmen merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa yang
diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil
belajar dan perkembangan belajar siswa. Berbagai jenis tagihan yang digunakan dalam
asesmen antara lain: kuis, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan akhir
semester, laporan kerja dan lain sebagainya. Contoh: guru memberi tugas kepada siswa
untuk mengarang yang harus dikumpulkan pada tanggal yang telah ditetapkan. Setelah siswa
mengumpulkan karangan, guru memeriksa dan memberi umpan balik kepada siswa untuk
diperbaiki lagi. Hasil pemeriksaan dikembalikan kepada siswa untuk diperbaiki.Siswa
kemudian memperbaiki karangannya sesuai dengan masukan guru. Setelah memperbaiki
karangannya, siswa mengumpulkan kembali karangannya kepada guru untuk dinilai. Dari
kegiatan seperti ini, guru dapat menilai hasil dan perkembangan belajar siswa.

3) Evaluasi
Jika kita bicara asesmen dan evaluasi dalam pembelajaran maka lingkup asesmen hanya pada
individu siswa dalam kelas sedangkan lingkup evaluasi adalah seluruh komponen dalam
program pembelajaran tersebut. Evaluasi merupakan penilaian keseluruhan program
pendidikan mulai perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan
penilaian (asesmen) serta pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru,
manajemen pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan. Evaluasi bertujuan
untuk meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan
programnya. Agar dapat meningkatkan kualitas, kinerja, dan produktivitas maka kegiatan
evaluasi selalu didahului dengan kegiatan pengukuran dan asesmen.

Tyler seperti dikutip oleh Mardapi, D. (2004) menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses
penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai. Banyak definisi evaluasi yang
disampaikan oleh para ahli tetapi pada hakekatnya evaluasi selalu memuat masalah
informasi dan kebijakan yaitu informasi tentang pelaksanaan dan keberhasilan suatu
program yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kebijakan berikutnya. Kalau Anda
akan mengevaluasi program pembelajaran yang telah Anda lakukan maka Anda harus
mengevaluasi pelaksanaan dan keberhasilan dari program pembelajaran yang telah Anda
rencanakan. Hasil evaluasi pembelajaran diharapkan dapat mendorong guru untuk mengajar
lebih baik dan mendorong siswa untuk belajar lebih baik. Dalam dunia pendidikan memang
terdapat dua pengertian tentang penilaian yaitu penilaian dalam arti asesmen dan penilaian
dalam arti evaluasi. Penilaian dalam arti asesmen merupakan suatu kegiatan untuk
memperoleh informasi pencapaian hasil belajar dan kemajuan belajar siswa serta
mengefektifkan penggunaan informasi tersebut untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sedangkan penilaian dalam arti evaluasi merupakan suatukegiatan yang dirancang untuk
mengukur keefektifan suatu sistem pendidikan secara keseluruhan. Nah, pada mata kuliah
ini, konsep penilaian hasil belajar yang kita gunakan adalah penilaian dalam arti asesmen.

Prinsip-Prinsip Penilaian
Agar penilaian yang Anda lakukan benar-benar dapat memberi gambaran yang sebenarnya
tentang pencapaian hasil belajar siswa maka dalam melakukan penilaian Anda perlu
memperhatikan prinsip-prinsip penilaian berikut :
1. Berorientasi pada pencapaian kompetensi.
Penilaian yang Anda lakukan harus berfungsi untuk mengukur ketercapaian siswa dalam
pencapaian kompetensi seperti yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
2. Valid
Penilaian yang Anda lakukan harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk itu
Anda memerlukan alat ukur yang dapat menghasilkan hasil pengukuran yang valid dan
reliabel.
Contoh: pada akhir pembelajaran IPA siswa diharapkan dapat mempraktekkan cara
mencangkok yang baik dan benar. Untuk mencapai kompetensi tersebut Anda tidak dapat
menilainya hanya dengan menggunakan tes tertulis (paper and pencil test). Jika hanya itu
yang Anda lakukan, Anda hanya akan dapat mengukur pengetahuan siswa tentang
mencangkok. Agar Anda dapat mengetahui keterampilan siswa dalam mencangkok, Anda
perlu menilai unjuk kerja siswa. Untuk keperluan tersebut, Anda dapat memberi tugas (task)
kepada siswa untuk mempraktekkan cara mencangkok. Untuk menilai keterampilan siswa
dalam mencangkok, Anda harus membuat pedoman pengamatan yang dilengkapi dengan
kriteria penskorannya (rubric). Kemudian gunakanlah rubrik tersebut untuk menilai
kemampuan siswa dalam mencangkok. Dengan cara seperti itulah kompetensi siswa dalam
mencangkok dapat terukur dengan tepat.
3. Adil
Penilaian yang Anda lakukan harus adil untuk seluruh siswa. Siswa harus memperoleh
kesempatan dan perlakuan yang sama. Contoh penilaian tidak adil yang sering kita temukan
di lapangan, misalnya dalam tes tertulis guru menyediakan 10 butir soal. Semua siswa
diwajibkan mengerjakan butir soal nomor 1 – 5 dan setiap siswa diberi kebebasan untuk
memilih 2 dari 5 butir soal nomor 6 – 10. Dari contoh tersebut tampak bahwa semua siswa
mendapat perlakuan yang sama hanya untuk mengerjakan butir soal nomor 1 – 5 tetapi tidak
mendapat perlakuan yang sama untuk 2 butir soal pilihan yang diambil dari butir soal nomor
6 – 10.
4. Objektif
Dalam menilai hasil belajar siswa Anda harus dapat menjaga objektivitas proses dan hasil
penilaian. Objektivitas penilaian dipengaruhi oleh unsur subjektivitas penilai. Unsur
subjektivitas dapat mempengaruhi penilaian pada saat pelaksanaan, penskoran, dan
pengambilan keputusan hasil belajar siswa. Hallo effect, carry over effect, order effect, serta
mechanic effect dapat menjadi penyebab tingginya unsur subjektivitas hasil penskoran.
5. Berkesinambungan
Penilaian yang Anda lakukan harus terencana, bertahap, teratur, terus menerus dan
berkesinambungan untuk memperoleh informasi hasil belajar dan perkembangan belajar
siswa. Pengambilan keputusan pencapaian hasil belajar siswa tidak boleh dilakukan hanya
berdasar informasi hasil belajar siswa pada tes akhir semester saja tetapi harus diputuskan
berdasar informasi hasil belajar siswa dari berbagai sumber yang diperoleh secara
berkesinambungan. Hasil belajar harus dianalisis dan ditindaklanjuti dengan pemberian
umpan balik sehingga dapat diperoleh catatan tentang perkembangan belajar siswa.
Informasi tersebut juga harus dapat dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran pada
semester berikutnya. Dengan demikian penilaian harus merupakan bagian integral dari
pembelajaran. Dengan melakukan penilaian secara berkelanjutan, Anda tidak hanya
melakukan penilaian dalam arti asesmen tetapi Anda juga dapat melakukan evaluasi
terhadap program pembelajaran yang telah Anda laksanakan.
6. Menyeluruh
Prinsip menyeluruh dalam penilaian mengandung arti bahwa penilaian yang Anda lakukan
harus mampu menilai keseluruhan kompetensi yang terdapat dalam kurikulum yang
mungkin meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
7. Terbuka
Kriteria penilaian harus terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan hasil belajar
siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
8. Bermakna
Hasil penilaian hendaknya mempunyai makna bagi siswa dan juga pihak-pihak yang
berkepentingan. Hasil penilaian hendaknya dapat memberikan gambaran mengenai tingkat
pencapaian hasil belajar siswa, keunggulan dan kelemahan siswa, minat, serta potensi siswa
dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Adapun prinsip penilaian yaitu :
1. Penilaian hendaknya dilaksanakan kepada hasil
2. pengukuran yang komprehensif.
3. Harus dibedakan antara penskoran dan penilaian
4. Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan
5. bagian integral dari proses belajar mengajar.
6. Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas
7. bagi siswa dan bagi pengajar sendiri.

B. Kedudukan Tes, Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi di Sd


1. Tes
Philips (1979: 1-2) menyatakan bahwa "a test is commonly defined as a tool or instrument
of measurement that is used to obtain data about a specific trait or characteristic of an
individual or a group". Johnson & Robert T. Johnson (2002: 62) menyatakan "tests are given
to assess student learning, to increase student learning, and to guide instruction". Mardapi
(2008: 67) menyatakan bahwa tes adalah sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban,
atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat
kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang di kenai tes.
Berdasarkan atas ketiga pengertian di atas dapat dikatakan bahwa tes merupakan serangkaian
butir pertanyaan dan/atau pernyataan untuk mengungkap karakteristik atau kemampuan
seseorang.

Hasil tes biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan belajar, meningkatkan aktivitas
belajar, dan meningkatkan kegiatan pembelajaran. Tes sebagai bagian dari kegiatan
pengukuran dibedakan dari jenis pengukuran lain (non tes). Salah satu aspek yang
membedakan adalah "jawabannya". Tes, pada umumnya, menuntut jawaban "benar" atau
"salah". Sementara itu, non tes tidak selalu dan sangat tergantung dari karakteristik aspek
yang diukur.

Beberapa istilah yang terkait dengan bidang kajian tes, yaitu testing, testee, dan tester.
Testing adalah waktu di mana tes dilaksanakan, atau waktu pelaksanaan tes. Testee adalah
orang yang dikenai tes, atau orang yang mengerjakan tes. Tester adalah orang melakukan
tes, atau pelaksana tes.

a. Jenis tes
Sebagai pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis adalah sebagai berikut.
1) Tes Seleksi
Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan siswa baru, dimana hasil tes digunakan
untuk memilih peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon
peserta didik yang mengikuti tes. Materi tes pada tes seleksi merupakan materi
prasyarat untuk mengikuti program pendidikan yang akan diikuti calon peserta didik.
Materi yang diujikan terdiri atas butir-butir yang cukup sulit, sehingga calon-calon
yang tergolong memiliki kemampuan yang tinggi yang dimungkinkan dapat menjawab
butir-butir yang diujikan.
2) Tes Awal
Tes awal sering dikenal dengan pre tes, tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah
dapat dikuasai oleh peserta didik. Tes ini dilaksanakan sebelum materi atau bahan
pelajaran diberikan kepada peserta didik.
3) Tes Akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran sudah dikuasai dengan
sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Materi tes akhir bahan-bahan pelajaran yang
telah diajarkan kepada peserta didik, dan soal yang dibuat sama dengan soal tes awal.
Dengan demikian jika hasil post-test lebih baik dari pre tes maka pada umumnya dapat
diartikan bahwa program pengajaran telah berjalan dan berhasil dengan sebaik-
baiknya.
4) Tes Diagnostik
Tes ini dilaksanakan untuk menentukan secara tepat jenis kesukaran yang dihadapi
oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan diketahui jenis-jenis
kesukaran yang dihadapi peserta didik, maka dapat dicarikan upaya berupa therapy
yang tepat. Tes diagnostik juga bertujuan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan
"apakah peserta didik sudah dapat mengusai pengetahuan yang merupakan dasar atau
landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?" Materi yang ditanyakan
dalam tes diagnostik ditekankan pada bahan-bahan yang sulit dipahami peserta didik.
Tes ini dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis serta tes perbuatan.
5) Tes Formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah
peserta didik telah memahami dan menguasai materi ajar di dalam proses pembelajaran
yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Tes formatif dilaksanakan setelah
suatu pokok bahasan selesai diberikan. Materi tes formatif ditekankan pada bahan-
bahan pelajaran yang diajarkan, butir-butir soal terdiri atas butir-butir soal yang
tergolong mudah maupun yang termasuk kategori sukar.
6) Tes Sumatif
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan
program pembelajaran selesai diberikan. Tes sumatif disusun atas dasar materi
pelajaran diberikan selama satu catur wulan. atau satu semester, dengan demikian
materi tes sumatif jauh lebih banyak dari pada tes formatif. Umumnya tes sumatif
dilaksanakan secara tertulis dengan tujuan agar semua peserta didik memperoleh soal
yang sama. Butir-butir soal yang diujikan dalam tes sumatif pada umumnya. lebih sulit
daripada butir-butir tes formatif. Tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan
nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, sehingga dapat ditentukan: (a) kedudukan
dari masing- masing peserta didik ditengah-tengah kelompoknya, (b) dapat tidaknya
peserta didik untuk mengikuti program pengajaran berikutnya, (c) kemajuan peserta
didik untuk diinformasikan kepada pihak orang tua yang tertuang dalam bentuk Rapor
atau Surat Tanda Tamat Belajar.
7) Jenis tes menurut individu yang dites
Tes ini dibedakan menjadi; (1) tes individual yakni tes dimana saat pelaksanaan
kegiatan tes guru hanya menghadapi seorang peserta didik dan (2) tes kelompok yakni
tes dimana guru menghadapi sejumlah peserta didik.
8) Jenis tes menurut jawaban
Berdasarkan jawaban yang dikehendaki tes dibedakan menjadi; (1) tes verbal yakni tes
yang menghendaki jawaban yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau
kalimat baik secara lisan ataupun secara tertulis dan (2) tes yang menghendaki jawaban
peserta didik bukan berupa ungkapan atau kalimat melainkan berupa tindakan atau
tingkah laku yang melibatkan gerakan otot. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur
tujuan-tujuan yang berkaitan dengan aspek psikomotor.

b. Bentuk tes
Bentuk tes secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam tes subyektif (esai)
dan tes objektif.
1) Tes esai
Tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk
uraian dengan mempergunakan bahasa sendiri. Dalam tes bentuk esai peserta didik
dituntut untuk berpikir dan menggunakan apa yang diketahui yang berkenaan dengan
pertanyaan yang harus dijawab. Tes bentuk esai memberi kebebasan kepada peserta
didik untuk menyusun dan mengemukakan jawabannya sendiri sehingga
memungkinkan peserta didik dapat menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan
pengetahuan untuk menganalisis, menghubungkan dan mengevaluasi soal yang
dihadapi.
2) Tes Objektif
Tes objektif adalah tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab
oleh peserta didik dengan jalan memilih salah satu di antara beberapa kemungkinan
jawaban yang telah disediakan atau dengan menuliskan jawabannya dengan memilih
kode-kode tertentu yang mewakili alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan.
Jawaban terhadap tes objektif bersifat "pasti" yakni hanya ada satu kemungkinan
jawaban yang benar. Jika peserta didik tidak menjawab "seperti itu" maka dinyatakan
salah. Oleh karena jawabannya bersifat pasti, jawaban peserta didik yang betul
terhadap suatu butir soal, akan dinyatakan benar oleh korektor. Karena hasil pekerjaan
peserta didik jika diperiksa oleh siapa pun akan menghasilkan skor yang sama, maka
disebut tes objektif.
Tes objektif dapat digolongkan menjadi:
1) tes objektif bentuk benar salah (true-false test);
2) tes objektif bentuk menjodohkan (matching test);
3) tes objektif bentuk melengkapi (completion test);
4) tes objektif bentuk isian singkat (fill-in test);
5) tes objektif bentuk pilihan ganda (multiple choice test).
Dari berbagai macam tes objektif tersebut di atas, tes bentuk benar salah, isian singkat,
menjodohkan merupakan alat penilaian yang hanya menilai kemampuan berpikir
rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes objektif pilihan ganda dapat
digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami dengan cakupan
materi yang luas.
Tes objektif memiliki kelemahan-kelemahan antara lain: (1) tes objektif pada
umumnya kurang dapat mengukur atau mengungkapkan proses berpikir yang tinggi.
Lebih banyak mengungkap daya ingat atau hafalan dibandingkan mengungkapkan
tingkat ke dalam berpikir peserta didik terhadap materi yang diujikan, (2) terbuka
kemungkinan bagi peserta didik untuk bermain spekulasi, tebak terka atau untung-
untungan dalam memberikan jawaban soal.
2. Pengukuran
Ebel (1972) menyatakan bahwa "measurement is a process of assigning numbers to the
individual members of a set of objects or persons for the purposes of indicating differences
among them in the degree to which they possess the characteristic being measured".
Pengukuran merupakan kegiatan pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik
tertentu yang melekat pada objek atau kegiatan atas dasar ketentuan yang berlaku.

Dalam bidang matematika, kegiatan pengukuran merupakan bentuk kegiatan yang sering
kali dilakukan sehari-hari. Tanpa adanya kegiatan pengukuran, kita susah menentukan
besaran atau kualitas suatu objek atau kegiatan.

Apabila kita ingin mengetahui keberhasilan suatu program maka dibutuhkan kegiatan
pengukuran. Kemajuan ilmu dan teknologi juga tidak bisa dilepaskan dari kegiatan
pengukuran. Pengukuran memegang peranan penting, baik dalam rangka pengembangan
ilmu dan teknologi maupun untuk pemenuhan kebutuhan hajat orang banyak.

Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh


deskripsi numerik dari suatu tingkatan peserta didik setelah mencapai karakteristik tertentu.

Menurut Guildford (1982) pengukuran adalah proses penetapan angka terhadap proses
gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran dalam kegiatan belajar bisa bersifat kuantitatif
maupun kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka sedangkan kualitatif hasilnya berupa
pernyataan kualitatif misalnya pernyataan sangat baik, baik, cukup, kurang.

Zainul dan Noehi Nasoetion (1997: 5) memberikan batasan pengukuran, yaitu merupakan
pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang
atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Untuk menaksir prestasi siswa,
guru melakukan pengukuran dengan membaca apa yang dilakukan siswa (misalnya
mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang dikatakan). Kemudian dari hasil
pengukuran dapat diambil keputusan tentang kondisi siswa misalnya dinaikkan, diluluskan,
dan sebagainya. Hasil pengukuran tersebut biasanya dinyatakan dengan score kuantitatif.
3. Asesmen atau Penilaian
Griffin dan Nix (1991: 53) menyatakan "assessment is the process of gathering information
to make informed decisions". Menurut Ashcroft dan David Palacio (1996: 26) "...assessment
requires students to demonstrate what they know, understand and can do already.." Allen &
Yen (1997: 2) mengatakan "assessment for learning is not like this at all it is usually
informal, embedded in all aspects of teaching and learning, and conducted by different
teachers as part of their own diverse and individual teaching styles". Berdasarkan atas ketiga
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa asesmen merupakan serangkaian kegiatan
pengumpulan data tentang kinerja seseorang untuk kepentingan pembuatan keputusan.

Asesmen merupakan aspek esensial dalam peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan.


Bahkan keduanya tak bisa dipisahkan. Ashcroft dan David Palacio (1996: 26) menyatakan
"assessment and learning are integral and inseparable parts of the same enterprise".

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh beragam informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta
didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Oleh karena penilaian
berfungsi membantu guru untuk merencanakan kurikulum dan pengajaran, di dalam program
belajar mengajar, kegiatan penilaian membutuhkan informasi dari setiap individu dan atau
kelompok peserta didik serta guru. Guru dapat melakukan penilaian dengan cara
mengumpulkan catatan yang diperoleh melalui ujian, produk, observasi, portofolio, unjuk
kerja serta data hasil interviu.

Sedangkan menurut Griffin dan Nix (1991) penilaian adalah suatu pernyataan berdasarkan
sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Pengertian penilaian
berhubungan erat dengan setiap bagian dari kegiatan belajar mengajar. Ini menunjukkan
bahwa proses penilaian tidak hanya menyangkut hasil belajar saja tetapi juga mencakup
karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas dan administrasi sekolah.

Instrumen penilaian bisa berupa metode atau prosedur formal maupun informal, untuk
menghasilkan informasi belajar peserta didik. Proses penilaian (tagihan) dapat berbentuk tes
baik tertulis maupun lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah.
Penilaian juga dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.

4. Evaluasi
Menurut Ornstein dan Hunkins (1998: 334) "evaluation is the process of delineating,
obtaining, and providing useful information for judging decision. alternatives". Sementara
itu, Ashcroft dan David Palacio (1996: 93) menyatakan "...evaluation is a process by which
the effectiveness of education interventions can be assessed". Berdasarkan kedua pengertian.
tersebut, evaluasi merupakan kegiatan untuk menetapkan keberhasilan atau kualitas suatu
program atau kegiatan.

Evaluasi dapat dikatakan suatu kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program
yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak berharga, dan dapat
pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan erat dengan
keputusan nilai (value judgement). Dalam dunia pendidikan dapat dilakukan evaluasi
terhadap kurikulum baru, kebijakan pendidikan sumber belajar tertentu atau etos kerja guru.

Menurut Stufflebeam dan Shinkfield dalam KTIPTK (2009: 4), evaluasi adalah penilaian
yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek. Dalam melakukan suatu
evaluasi di dalamnya ada kegiatan untuk menentukan nilai suatu program, sehingga ada
unsur judgement tentang nilai suatu program, sehingga dalam proses evaluasi ada unsur
subjektivitas.

Menurut Ornstein dan Hunkins, (1998: 334) di dalam evaluasi terkandung tiga kegiatan,
yaitu penetapan standar untuk menentukan kualitas kinerja, pengumpulan data yang relevan,
dan penerapan standar untuk menentukan kualitas kinerja. Ketiga aspek atau kegiatan ini
yang membedakan antara kegiatan evaluasi dibanding kegiatan lainnya. Tidak ada kegiatan
evaluasi jika tak ada standar.
Evaluasi memerlukan standar, karena standar akan menentukan batas- batas penerimaan atau
penolakan minimal dari mutu kinerja. Demikian pula, tanpa adanya bukti-bukti empirik
suatu kegiatan atau objek hasil kegiatan penilaian maka kegiatan evaluasi sulit dilakukan.

C. Jenis dan Fungsi Penilaian dalam Pembelajaran di Sd


Dalam pembelajaran di Sekolah Dasar (SD), terdapat beberapa jenis penilaian yang digunakan
beserta fungsinya masing-masing. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis penilaian dan
fungsi penilaian dalam pembelajaran di SD:
1) Penilaian Harian (PH) Penilaian harian dilakukan secara berkala untuk mengukur
pencapaian kompetensi siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Ini dapat berupa tes
tertulis, tes lisan, penugasan, kuis, atau bentuk penilaian lainnya.
Fungsi: Mengukur pencapaian kompetensi siswa terhadap materi yang telah diajarkan,
memberikan umpan balik kepada guru dan siswa tentang kemajuan belajar, serta
mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
2) Penilaian Tengah Semester (PTS) Penilaian tengah semester dilakukan di pertengahan
semester untuk mengukur pencapaian kompetensi siswa dalam satu semester. PTS biasanya
mencakup materi yang telah diajarkan pada paruh pertama semester.
Fungsi: Mengukur pencapaian kompetensi siswa dalam satu semester, mentransmisikan
efektivitas proses pembelajaran selama paruh pertama semester, dan memberikan umpan
balik kepada guru dan siswa untuk perbaikan pada paruh kedua semester.
3) Penilaian Akhir Semester (PAS) Penilaian akhir semester dilakukan di akhir semester untuk
mengukur pencapaian kompetensi siswa selama satu semester penuh. PAS mencakup
seluruh materi yang telah diajarkan dalam satu semester.
Fungsi: Mengukur pencapaian kompetensi siswa selama satu semester penuh, menyalakan
efektifitas proses pembelajaran selama satu semester, dan sebagai bahan pertimbangan untuk
kenaikan kelas atau perbaikan pada semester berikutnya.
4) Penilaian Akhir Tahun (PAT) Penilaian akhir tahun dilakukan di akhir tahun ajaran untuk
mengukur pencapaian kompetensi siswa selama satu tahun ajaran. PAT mencakup seluruh
materi yang telah diajarkan selama satu tahun ajaran.
Fungsi: Mengukur pencapaian kompetensi siswa selama satu tahun ajaran, menyalakan
efektifitas proses pembelajaran selama satu tahun ajaran, dan sebagai bahan pertimbangan
untuk kenaikan kelas atau perbaikan pada tahun ajaran berikutnya.
5) Penilaian Kinerja (Performance Assessment) Penilaian kinerja digunakan untuk mengukur
keterampilan dan kemampuan siswa dalam melakukan tugas atau aktivitas praktis. Ini dapat
berupa penilaian proyek, praktik, presentasi, atau refleksi.
Fungsi: Mengukur keterampilan dan kemampuan siswa dalam melakukan tugas atau
aktivitas praktis, serta memberikan penilaian yang lebih autentik dan kontekstual.
6) Penilaian Sikap Penilaian sikap dilakukan untuk mengukur sikap siswa dalam proses
pembelajaran, seperti disiplin, tanggung jawab, kejujuran, dan lainnya. Penilaian ini dapat
dilakukan melalui observasi, observasi, atau instrumen penilaian lainnya.
Fungsi: Mengukur sikap siswa dalam proses pembelajaran, seperti disiplin, tanggung jawab,
kejujuran, dan lainnya, serta mendorong terbentuknya karakter positif pada diri siswa.

Jenis-jenis penilaian tersebut memiliki fungsi yang saling melengkapi dalam memberikan
gambaran yang komprehensif tentang pencapaian dan kemajuan belajar siswa di Sekolah Dasar.
Hasil penilaian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan dalam proses
pembelajaran, serta sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait dengan
kemajuan belajar siswa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian Penilaian Menurut Ralph Tyler (1950). Penilaian merupakan sebuah proses
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan
pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Definisi yang
lebih luas dikemukakan oleh dua orang ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam, yang
menambahkan bahwa proses penilaian bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai,
tetapi digunakan untuk membuat keputusan.Anas Sudijono dalam bukunya Pengantar Evaluasi
Pendidikan, mengatakan bahwa penilaian berarti menilai sesuatu. bahwa tes merupakan
serangkaian butir pertanyaan dan/atau pernyataan untuk mengungkap karakteristik atau
kemampuan seseorang. Sebagai pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis adalah
sebagai berikut: 1) Tes Seleksi, 2) Tes Awal, 3) Tes Akhir, 4) Tes Diagnostik, 5) Tes Formatif,
6) Tes Sumatif, 7) Jenis tes menurut individu yang dites, 8) Jenis tes menurut jawaban. Dan
Jenis-jenis penilaian memiliki fungsi yang saling melengkapi dalam memberikan gambaran
yang komprehensif tentang pencapaian dan kemajuan belajar siswa di Sekolah Dasar. Hasil
penilaian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan dalam proses pembelajaran,
serta sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait dengan kemajuan
belajar siswa.

B. Saran
Semoga dalam penulisan ini kita dapat memahami lebih mendalam mengenai Penyusunan
Penilaian Pembelajaran Di Sd. Hal ini sangat penting diketahui dan dipelajari, khususnya
sebagai calon guru, sebagai bekal masa depan khususnya guru PGSD.
DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) Cet.5,hlm.
3
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 4-6.
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remadja karya,
1988), hlm. 98 – 101
Ghufron, A., & Sutama, M. P. Tes, Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi, Peran dan Fungsinya
dalam Pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai