Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASESMEN PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

OLEH:

HIJRIAH (A20222009)

MATA KULIAH : ASESSMEN PEMBELAJARAN SAINS

DOSEN : Prof. Dr. H. Tahril, M.Si., M.Pd.I., M.P

PENDIDIKAN SAINS PROGRAM MAGISTER

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarganya, para sahabatnya serta kami selaku umatnya. Semoga kita mampu

meneladani beliau sebagai manusia yang berguna.

Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu

tugas dari mata kuliah Asesmen Pembelajaran Sains dengan judul “Asesmen

Pembelajaran Fisika di SMA”. Semoga dengan diberikannya tugas ini kami dapat

meningkatkan pemahaman tentang mata kuliah Asesmen Pembelajaran Sains dan

dapat meningkatkan kualitas belajar kami.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat

membangun agar makalah kami menjadi lebih baik dan berguna di masa yang akan

datang.

Palu, 7 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Pengertian Asesmen Pembelajaran ........................................................... 3

B. Asesmen Pembelajaran Sains di SMA ..................................................... 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 20

A. Kesimpulan ............................................................................................... 20

B. Saran ......................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asesmen merupakan bagian yang penting dan tidak terpisahkan dari proses

pembelajaran. Harus diketahui bahwa tidak mungkin untuk menyelenggarakan

pembelajaran yang efektif tanpa adanya asesmen yang baik. Asesmen merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran karena asesmen merupakan

pengumpulan data ketercapaian target pembelajaran yang dilakukan secara

berkelanjutan.

Asesmen dapat membantu guru untuk memahami kelebihan dan

kekurangan yang dialami siswa dalam belajar. Semakin berkualitas kegiatan

asesmen pembelajaran, maka pemahaman guru tentang kelebihan dan kekurangan

siswa dalam memepelajari materi pelajaran akan semakin baik. Dengan

melaksanakan asesmen yang berkualitas dan menganalisisnya untuk mendapatkan

informasi tentang kesulitan belajar siswa, guru memiliki acuan untuk mengambil

keputusan yang efektif dalam proses pembelajarannya.

Pentingnya peranan asesmen dalam pembelajaran telah ditekankan dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian

Pendidikan. Pada Bagian E tentang penilaian oleh pendidik, disebutkan bahwa

penilaian hasil belajar oleh pendidik harus dilakukan secara berkesinambungan,

bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik, serta untuk

meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Beberapa langkah kegiatan

1
penilaian diantaranya adalah sebagai berikut. (1) Mengembangkan indikator

pencapaian KD dan memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun

silabus pembelajaran, (2) Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian

sesuai dengan bentuk dan teknik yang dipilih, (3) Melaksanakan tes, pengamatan,

penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan, (4) Mengolah hasil penilaian

untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan peserta didik, (5)

Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai

balikan/komentar yang mendidik, (6) Memanfaatkan hasil penilaian untuk

perbaikan pembelajaran (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 20,

2007).

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Asesmen Pembelajaran

2. Asesmen Formatif dan Pemanfaatannya

3. Teknik Tes dalam Asesmen

4. Non Tes dalam Instrumen

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian asesmen pembelajaran

2. Untuk mengetahui asesmen formatif dan pemanfaatannya

3. Untuk mengetahui teknik tes dalam asesmen

4. Untuk mengetahui non tes dalam instrumen

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asesmen Pembelajaran

Asesmen merupakan istilah umum yang digunakan untuk didefinisikan

sebagai sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang

digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa,

kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan, metode atau instrumen

pendidikan lainnya, lembaga, organisasi atau institusi resmi yang

menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu. Dinyatakan pula oleh Linn dan

Gronlund (dalam Uno & Koni, 2013), asesmen (penilaian) adalah suatu istilah

umum yang meliputi prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi

tentang belajar siswa (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan format

penilaian kemajuan belajar siswa. Asesmen sering pula disebut sebagai salah satu

bentuk penilaian, sedangkan penilaian merupakan salah satu komponen dalam

evaluasi. Ruang lingkup asesmen sangat luas dibandingkan dengan evaluasi.

Tindakan suatu pengukuran yang bersifat kuantitatif dan penilaian yang bersifat

kualitatif adalah bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari asesmen.

Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan

informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan

keputusan tentang siswa, baik yang menyangkut kurikulum, program pembelajaran,

iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Asesmen secara sederhana

dapat diartikan sebagai proses pengukuran dan nonpengukuran untuk memperoleh

3
data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu. Dalam pelaksanaan asesmen

pembelajaran guru dihadapkan pada 3 istilah yang sering digunakan secara

bersama, yaitu pengukuran, penilaian, dan tes.

1. Pengukuran

Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang

dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala, peristiwa atau

benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Dalam proses

pembelajaran guru juga melakukan pengukuran terhadap proses dan hasil

belajar yang hasilnya berupa angka-angka yang mencerminkan capaian dan

proses dan hasil belajar tersebut. Proses pembelajaran tersebut bersifat

kuantitatif dan belum dapat memberikan makna apapun karena belum

menyatakan tingkat kualitas dari apa yang diukur. Angka hasil pengukuran ini

biasa disebut skor mentah. Amgka hasil pengukuran baru mempunyai makna

bila dibandingkan dengan kriteria atau patokan tertentu.

2. Penilaian (Evaluasi)

Evaluasi adalah proses pemberian makna atau ketetapan kualitas hasil

pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut

dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses pengukuran

atau dapat pula ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat

berupa proses/kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok dan berbagai

patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah

ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan penilaian

acuan patokan atau penilaian acuan kriteria (PAP/PAK), sedangkan kriteria

4
ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada

keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan

Norma/Penilaian Aacuan Relatif (PAN/PAR).

3. Tes

Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah

pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat

pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan

dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa pada dasarnya tes merupakan alat ukur yang sering digunakan dalam

asesmen pembelajaran selain alat ukur lain. Dalam pelaksanaan proses

asesmen pembelajaran, guru selalu berhadapan dengan konsep-konsep

evaluasi, pengukuran, dan tes yang dalam penerapannya sering dilakukan

secara simultan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan asesmen antara lain

adalah:

a. Berorientasi pada kompetensi, asesmen harus mampu menentukan apakah

siswa telah mencapai kompetensi yang dimaksudkan dalam kurikulum.

b. Menyeluruh, asesmen hendaknya menilai siswa secara menyeluruh,

mencakup semua aspek perilaku yakni kognitif, afektif dan psikomotor.

c. Valid, Asesmen harus dapat memberikan informasi yang akurat tentang

hasil belajar siswa.

5
d. Adil dan terbuka, Asesmen harus adil terhadap semua siswa dan semua

kriteria dan pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi semua

pihak.

e. Mendidik, Asesmen merupakan penghargaan bagi siswa yang berhasil dan

sebagai pemicu bagi siswa yang kurang berhasil.

f. Menyeluruh, Asesmen dilakukan dengan memanfaatkan berbagai teknik

dan prosedur untuk mengumpulkan berbagai bukti hasil belajar siswa yang

meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

g. Berkesinambungan, Asesmen hendaknya dilakukan secara terencana dan

terus-menerus.

h. Bermakna, Asesmen yang dihasilkan diharapkan benar-benar

menggambarkan perilaku yang sesungguhnya dari siswa. Karena tidak ada

satupun bentuk asesmen yang dapat menghadirkan gambaran yang otentik,

maka diharapkan guru menggunakan berbagai bentuk asesmen.

1. Tujuan dan Fungsi Asesmen

Menurut Buchori (1980) dalam pendidikan orang mengadakan evaluasi

memenuhi dua tujuan, yaitu (1) untuk mengetahui kemajuan anak atau siswa setelah

siswa tersebut menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu, dan (2)untuk

mengetahui tingkat efisiensi metode-metode pendidikan yang dipergunakan

pendidikan selama jangka waktu tertentu.

6
Sedangkan Suharsimi Arikunto (1996) mengatakan bahwa tujuan atau

fungsi evaluasi ada beberapa hal, yaitu (1) penilaian berfungsi selektif, (2) penilaian

berfungsi diagnostik, (3) penilaian berfungsi sebagai penempatan, dan (4) penilaian

berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.

Tujuan penyelenggaraan asesmen bagi guru adalah untuk dapat menentukan

apakah siswa berhasil atau tidak dalam mencapai tujuan atau kompetensi yang

diinginkan. Pemahaman guru tentang keberhasilan dan kegagalan yang dialami

siswa berguna untuk mengevaluasi proses pembelajaran, sementara mengetahui

kelemahan siswa dapat menjadi masukan dalam mengembangkan proses

pembelajaran remedial dalam rangka membantu siswa yang mengatasi kesulitan

belajarnya. Dengan asesmen yang baik, guru juga dapat mengetahui apakah siswa-

siswanya mengalami kemajuan dalam belajarnya ataukah tidak. Hasil-hasil

asesmen merupakan bukti ketercapaian tujuan belajar oleh siswa.

2. Peranan Asesmen dalam Pembelajaran

Dalam pembelajaran terdapat pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

harus dicapai oleh siswa. Melalui kegiatan asesmen guru akan mendapatkan

berbagai informasi tentang pencapaian siswa terhadap pengetahuan, sikap, dan

keterampilan tersebut. Dari informasi inilah guru melakukan analisis dan membuat

kesimpulan tentang pembelajaran siswa. Selanjutnya berbagai kesimpulan akan

memberikan pertimbangan tentang keputusan-keputusan yang harus diambil dalam

proses pembelajaran berikutnya.

7
Dalam perencanaan, program pengembangan, dan pelaksanaan asesmen

perlu mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah

sebagai berikut:

a) Asesmen seharusnya menggambarkan keterampilan, sikap dan konsep-konsep

yang telah dibangun oleh siswa berdasarkan kriteria tertentu.

b) Asesmen seharusnya memungkinkan guru, orang tua siswa dan siswa untuk

menganalisis belajar dan kesulitan-kesulitannya (formatif).

c) Asesmen seharusnya disepakati oleh dua atau lebih guru yang bekerjasama.

d) Asesmen seharusnya cocok dengan perencanaan menyeluruh pengembangan

dankemajuan siswa (prograsif dan berkembang).

e) Asesmen seharusnya berkaitan dengan program pembelajaran yang

dikembangkan oleh guru dan sekolah.

f) Asesmen seharusnya memungkinkan adanya ketidakpastian dalam

pengamatan (dinilai dalam keputusan).

g) Asesmen seharusnya mampu menggambarkan kemajuan siswa secara jujur,

relevan dan akurat (valid dan reliabel).

h) Asesmen seharusnya memiliki makna yang seragam untuk guru, orang tua

siswa dan siswa yang berbeda (dapat diinterpretasikan dan dikomunikasikan).

Berkaitan dengan ragam kegiatan asesmen yang dilakukan dalam

pembelajaran, asesmen dapat dipilah menjadi dua bagian besar yakni asesmen

sumatif dan asesmen formatif. Asesmen sumatif merupakan kegiatan yang

menghasilkan angka dan tingkatan yang dimanfaatkan untuk menentukan

penampilan siswa. Pada akhirnya, keputusan-keputusan pada asesmen sumatif

8
digunakan untuk menentukan penghargaan pada siswa di akhir masa pembelajaran.

Di lain pihak, asesmen formatif merupakan kegiatan yang memberikan umpan balik

terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.

Dalam praktik pembelajaran fisika, umumnya asesmen sumatif lebih

banyak mendapatkan perhatian guru dibandingkan dengan asesmen formatif.

Penggunaan asesmen sumatif yang lebih menonjol ini memiliki beberapa

kelemahan. (1) Asesmen sumatif hanya dititik beratkan pada ujian akhir. (2)

Asesmen sumatif yang dikembangan oleh pemerintah atau pihak luar sekolah

menafikan peranan asesmen yang dilakukan guru (3) Asesmen sumatif tidak

memberikan kontribusi positif pada motivasi siswa dalam belajar. (5) Tidak

mendorong penilaian yang mendalam melainkan hanya permukaan saja. (6)

Menyumbang peningkatan stress pada siswa.

B. Asesmen Pembelajaran Sains di SMA pada Kurikulum 2013

Kurikulum memiliki fungsi dan peran yang sangat penting dan strategis.

Meskipun bukan satu-satunya faktor utama keberhasilan proses pendidikan,

kurikulum menjadi petunjuk dan arah terhadap keberhasilan pendidikan.

Kurikulum menjadi penuntun bagi para pelaksana pendidikan (pendidik, tenaga

kependidikan) untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuannya dalam

mengembangkan dan menjabarkan berbagai materi dan perangkat pembelajaran.

Oleh karena itu, pendidik dan tenaga kependidikan yang baik adalah yang mampu

memahami kurikulum dan mengimplementasikannya pada proses pembelajaran.

Namun demikian, perubahan, pengembangan, dan perbaikan terus dilakukan

9
seiring dengan tututan dan perubahan zaman dalam berbagai aspek kehidupan-

globalisasi.

Kehadiran kurikulum 2013 diharapkan mampu melengkapi kekurangan

kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 disusun

dengan mengembangkan dan memperkuat sikap, pengetahuan, dan keterampilan

secara berimbang. Penekanan pembelajaran diarahkan pada penguasaan

pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan sikap spiritual dan

sosial sesuai dengan kerakteristik Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

diharapkan akan menumbuhkan budaya keagamaan (religious culture) di sekolah.

Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Oleh karenanya Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti penting

diajarakan dalam rangka untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah

Swt dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur,

adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik

personal maupun sosial, sebagaimana tujuan pendidikan nasional tersebut.

Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 ini adalah penyempurnaan pola

pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi,

penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat

menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Oleh

karena itu, implementasi Kurikulum 2013 diyakini sebagai langkah strategis dalam

10
menyiapkan dan menghadapi tantangan globalisasi dan tuntutan masyarakat

Indonesia masa depan.

Strategi implementasi kurikulum berarti rancangan kegiatan untuk

melaksanakan kurikulum secara efektif dan efisien. Implementasi kurikulum berarti

penerapan kurikulum dalam proses pembelajaran yang dapat memberi pengaruh

terhadap perubahan perilaku peserta didik. Mengimplementasikan kurikulum

secara efektif, diperlukan kesiapan guru, baik kesiapan administrasi pembelajaran,

maupun kesiapan mental. Sebab, dalam implementasi kurikulum sangat mungkin

terjadi munculnya perbedaan antara perencanaan dengan realita sifatnya lokal dan

kontekstual.

Implementasi kurikulum 2013 yang berbaris kararkter dan kompetensi,

memerankan guru sebagai pembentuk karakter dan kompetensi peserta didik, yang

harus kreatif dalam memilih dan memilah, serta mengembangkan metode dan

materi pelajaran. Guru harus profesional dalam membentuk karakter dan

kompetensi peserta didik sesuai dengan karakteristik individual masing-masing dan

harus tampil menyenangkan dihadapan peserta didik dalam kondisi dan suasana

bagaimanapun.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013

tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menuliskan bahwa,

“sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup

pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk

setiap satuan pendidikan.” Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan

perolehan (proses psikologis) yang berbeda.

11
12

Karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta

mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah

(scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu

mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian

(discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk

menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat

disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya

berbasis pemecahan masalah (project based learning). Rincian gradasi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan.

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela (2013) menulis “Kurikulum 2013

dan implementasinya dalam Pembelajaran.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa

K-13 menuntut agar dalam pelaksanaan pembelajaran siswa diberi kebebasan

berpikir memahami masalah, membangun strategi penyelesaian masalah,

mengajukan ide-ide secara bebas dan terbuka. Kegiatan guru dalam pembelajaran

adalah melatih dan membimbing siswa berpikir kritis dan kreatif dalam

menyelesaikan masalah.

Guru harus berupaya untuk mengorganisasikan kerjasama dalam kelompok

belajar, melatih siswa berkomunikasi menggunakan grafik, diagram, skema, dan

variabel. Diharapkan seluruh hasil kerja selalu dipresentasikan di depan kelas untuk

menemukan berbagai konsep, hasil penyelesaian masalah, aturan serta prinsip yang

ditemukan melalui proses pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya ditekankan pada

satu aspek saja tetapi keseimbangan pada aspek afektif, aspek psikomotorik, dan

aspek kognitif.
13

Mengacu pada ketiga kompetensi tersebut, dalam pelaksanaan

pembelajaran pun harus disetting sedemikian rupa sehingga apa yang menjadi

tujuan utama pembelajaran dapat tercapai. Berkenaan dengan hal ini ada beberapa

prinsip yang harus diperhatikan bersama oleh para guru dalam melaksanakan

pembelajaran diantaranya: (1) berpusat pada peserta didik, (2), mengembangkan

kreatifitas peserta didik; (3), menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang;

(4) bermuatan nilai, etika, dan kinestetika; (5) menyediakan pengalaman belajar

yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang

menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien dan bermakna.

Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dari komponen-

komponen yang ada di dalamnya, komponen-komponen proses pembelajaran

adalah “peserta didik, guru, tujuan pembelajaran, materi/isi, metode, media, dan

evaluasi”.

Pada penerapan di lapangan, guru salah satunya harus menggunakan

pendekatan ilmiah (scientific), karena pendekatan ini lebih efektif hasilnya

dibandingkan pendekatan tradisional. Lalu bagaimanakah kriteria sebuah

pendekatan pembelajaran sehingga dapat dikatakan sebagai pendekatan ilmiah atau

pendekatan scientific? Berikut ini 7 kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat

dikatakan sebagai pembelajaran scientific, yaitu:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan

dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,

legenda, atau dongeng semata.


14

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari

prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang

menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat

dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat

perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon

materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik

sistem penyajiannya.

Selanjutnya, langkah-langkah pembelajaran pada pendekatan scientific

(pendekatan ilmiah) dijelaskan pada gambar berikut.

Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific

akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan
15

keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka

diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif,

dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

terintegrasi. Perhatikan diagram berikut. Adapun penjelasan dari diagram

pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga

ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta

didik “tahu mengapa”.

2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar

peserta didik “tahu bagaimana”.

3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar

peserta didik “tahu apa.”

4. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan

untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki

kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta

didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

5. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.

6. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana

dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk

jejaring untuk semua mata pelajaran.


16

Evaluasi Pembelajaran pada Kurikulum 2013

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru pada saat melaksanakan

penilaian untuk implementasi kurikulum 2013 sebagai berikut:

1. Sahih adalah penilaian yang didasarkan pada data yang memang

mencermingkan kemampuan yang ingin diukur.

2. Objektif adalah penilaian yang didasarkan pada prosedur dan kriteria yang

jelas dan tidak boleh dipengaruhi oleh subjektivitas penilai (guru).

3. Adil adalah suatu penilaian yang tidak menguntungkan atau merugikan siswa

hanya karena mereka (bisa jadi) kebutuhan khusus serta memiliki perbedaan

latar belakang agama, budaya, adat istidat, status sosial, ekonomi, dan gender.

4. Terpadu adalah penilaian dikatakan memenuhi prinsip apabila guru yang

merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran.

5. Transparan, adalah dimana kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan

yang digunakan diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan.

6. Menyeluruh dan berkesinambungan adalah mencakup segala aspek

kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai. Dengan

demikian akan dapat memantau perkembangan kemampuan siswa.

7. Sistematis adalah penialaian yang dilakukan oleh guru harus terencana dan

dilakukan secara bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku.

8. Akuntabel adalah penialaian yang proses dan hasilnya dapat

dipertanggungjawabkan baik dari segi teknik, prosedur maupun hasilnya.

9. Edukatif adalah penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan

pendidikan siswa.
17

Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes,

pengukuran, dan penilaian.

1. Tes merupakan salah satu cara menaksir besarnya kemampuan seseorang

secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau

pertanyaan.

2. Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas

sesuatu. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja

belajar, white board, dan sebagainya.

3. Assessment atau penilaian sebagai kegiatan mengumpulkan data hasil

pengukuran berdasarkan kriteria dan aturan-aturan yang sudah ditentukan

sehingga menjadi sebuah kesimpulan akhir atau bisa juga dikatakan penilaian

adalah sebuah jalan untuk mentafsirkan data yang sudah ditemukan.

Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup

penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan

harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester yang diuraikan

sebagai berikut.

1. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif

untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan

(input), proses, sampai keluaran (output) pembelajaran. Penilaian otentik

bersifat alami, apa adanya, tidak dalam suasana tertekan.


18

2. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik

secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang

telah ditetapkan.

3. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk

menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan

perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas dalam kurung

waktu tertentu.

4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian

kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,

untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.

5. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk

menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu sub-tema.

Ulangan harian terintegrasi dengan proses pembelajaran lebih untuk mengukur

aspek pengetahuan, dalam bentuk tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik

untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan

8–9 minggu kegiatan pembelajaran.

7. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik

untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.

Selain penilaian di atas, ada beberapa jenis penilaian antara lain: (1) Ujian

Tingkat Kompetensi (UTK) merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh

satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan

UTK meliputi sejumlah kompetensi dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti


19

pada tingkat kompetensi tersebut; dan (2) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi

(UMTK) merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk

mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah

Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat

kompetensi tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kurikulum 2013 adalah bentuk pengembangan dari kurikulum sebelumnya

yaitu kurikulum KTSP, yang implementasinya dimulai pada Tahun 2013.

Kurikulum 2013 ini lebih menekankan kepada kompetensi dan karakter pada

peserta didik. Dimana tujuannya untuk menjadikan manusia yang mampu

menghadapi tantangan zaman, manusia terdidik yang beriman dan bertaqwa

kepada Allah Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Dengan demikian untuk mewujudkan itu semua maka guru dituntut untuk secara

profesional merancang Strategi pembelajaran afektif dan bermakna,

mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat,

menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif,

serta menetapkan kriteria keberhasilan. kurikulum pendidikan memberikan ruang

dan pemahaman kepada pembelajar dalam menciptakan konsepnya sendiri sebagai

bagian dari dunia.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih

banyak kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dan diperlukan saran dan

kritiknya agar makalah ini bisa lebih baik dan dapat berguna bagi kita semua.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara


Buchori, M. 1980. Teknik-Teknik Evaluasi dalam Pendidikan. Bandung: Jemmars
Julfahnur, dkk. 2019. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SMA.
INA-Rxiv. January 2. doi:10.17605/OSF.OI/P6XYH.
Mirna, dkk. 2020. Analisis Penerapan Kurikulum 2013dalam Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran. Institut Agama Islam Bone
Uno & Koni. 2013. Asssessment Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

21

Anda mungkin juga menyukai