Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“Asessmen Dan Evaluasi Dalam Pembelajaran Efektif”

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Pada Matakuliah Manajemen


Pembelajaran Efektif

Dosen Pengampu:

Dr. Fetri Yeni J, M. Pd


Fitri Maiziani, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Ahmad Yusup 18004048


Lara Febri Dwi Putri 18004021
Nurhasana 18004030
Sendy Rahmadayani 18004038
Veona Hartanti 18004042

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Analisis Terhadap Permasalahan Pembelajaran” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas pada matakuliah Manajemen Pembelajaran Efektif. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kelompok mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu, selaku dosen
mata kuliah Manajemen Pembelajaran Efektif yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni. Kelompok juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini. Kelpmpok menyadari, makalah yang
kelompok tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kelompok nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Padang, 28 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
A. Perspektif tentang Asesmen dan Evaluasi.................................................... 4
B. Dukungan Teoritis dan Empiris ................................................................... 6
C. Tes-Tes Terstandar ....................................................................................... 8
D. Program Asesmen Kelas oleh Guru ........................................................... 11
E. Hal-hal yang Spesifik dalam Asesmen Tradisional. .................................. 15
F. Asesmen-asesmen Alternatif...................................................................... 17
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang di
dalamnya terdapat interaksi positif antara guru dengan siswa dengan
menggunakan segala potensi dansumber yang ada untuk menciptakan
kondisi belajar yang aktif dan menyenangkan. Pembelajaran
dikondisikan agar mampu mendorong kreatifitas anak secara
keseluruhan,membuat siswa aktif, mencapai tujuan pembelajaran secara
efektif dan berlangsung dalam kondisi menyenangkan. Pembelajaran
yang baik sudah tentu harus memiliki tujuan, banyak tujuan
pembelajaran telah dirumuskan oleh para ahli. Semuanya menuju
idealisasi pembelajaran. Guru yang professional harus mampu
mewujudkan atau paling tidak mendekati praktik pembelajaran yang
ideal. Tujuan pembelajaran yang ideal adalah agar murid mampu
mewujudkan perilaku belajar yang efektif.
Peserta didik memilik gaya belajar yang unik dan mungkin berbeda
satu sama lain. Oleh karena itu, untuk mengadakan asesmen terhadap
hasil belajar, maka pendidik harus menerapkan teknik asesmen yang
bervariasi dan berlangsung secara berkesinambungan sehingga
memungkinkannya untuk memperoleh umpan balik (feedback) yang
menguntungkan seluruh peserta didik. Asesmen merupakan
pengumpulan bukti yang dilakukan secara sengaja, sistematis,dan
berkelanjutan serta digunakan untuk menilai kompetensi siswa atau
metode dan proses yang digunakan untuk mengumpulkan umpan balik
tentang seberapa baik siswa belajar. Dapat dilakukan di awal, di akhir
(sesudah) maupun saat pembelajaran sedang berlangsung. Asesmen
dapat berupa tes atau non tes. Asesmen berupa nontes misalnya
penggunaan metode, observasi, wawancara, monitoring tingkah laku.
Hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Proses yang
mencakup yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mendemonstrasikan kompetensinya, mengumpulkan dan mencatat

1
bukti-bukti demonstrasi kompetensi-kompetensi siswa dan
menggunakan bukti-bukti untuk membuat penilaian secara menyeluruh
demonstrasi atau kinerja dalam kompetensi-kompetensi tersebut.
Asesmen bertujuan untuk memberikan umpan balik mengenai
kemajuan belajar siswa untuk siswa, orang tua, dan guru serta
meningkatkan belajar (pembelajaran) dan perkembangan siswa.
Berhubungan dengan proses pembelajaran, menurut Stiggins
(1994), asesmen merupakan penilaian terhadap tiga komponen
pembelajaran, yaitu proses, kemajuan (progress), dan hasil (outcome).
Proses asesmen dapat membantu guru memonitor siswa secara
kronologis dalam pembelajaran sehingga proses asesmen ini merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri (Wiggins,
1984 ; Popham, 1995). Jadi, asesmen merupakan penilaian terhadap
suatu proses pembelajaran secara utuh, tanpa mengabaikan hasil dari
prosesnya.
Sedangkan, evaluasi menurut Cronbach (dalam Harris, 1985)
merupakan sebuah pemeriksaan terhadap akibat-akibat dari
dilaksanakannya suatu program. Lebih lanjut, dalam hal pembelajaran
dan tujuannya, evaluasi merupakan proses untuk menentukan sampai
sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai dan membuat
keputusan selanjutnya (Purwanto, 2002). Jadi, dalam evaluasi, akibat
atau hasil dari suatu program adalah hal lebih awal dilihat untuk
kemudian menelusuri proses-proses yang telah terjadi. Terdapat juga
standar yang ditentukan untuk dibandingkan dengan realita yang diukur
dalam evaluasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan membuat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Perspektif tentang Asessment dan Evaluasi?
2. Bagaimana Dukungan Teoritis dan Empiris?
3. Bagaimana Tes-tes Testandar?
4. Bagaimana Program Asesmen Kelas oleh Guru ?

2
5. Bagaimana Hal-hal yang Spesifik dalam Asesmen Tradisional?
6. Bagaimana Asesmen-asesmen Alternatif?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan
penulisan makalah ini, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perspektif tentang asesmen dan evaluasi.
2. Untuk mengetahui dukungan teoritis dan empiris.
3. Untuk mengetahui tes-tes terstandar.
4. Untuk mengetahui program asesmen kelas oleh guru.
5. Untuk mengetahui Hal-hal yang Spesifik dalam Asesmen Tradisional.
6. Untuk mengetahui asesmen-asesmen alternatif.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perspektif tentang Asesmen dan Evaluasi


1. Pengertian Asesment
Assesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Herman, et al. (1992)
menyatakan asses berasal dari bahasa Perancis yaitu “assidire” yang berarti
“to sit beside” (duduk di samping), yang memiliki makna mengenal
perkembangan masing-masing individu dari dekat. Ternyata didalam
assesmen guru tidak hanya melakukan penilaian, namun guru melihat
proses kemajuan belajar siswa, sehingga guru dengan mudah dapat
memberikan bantuan secara individual kepada masing-masing siswa yang
mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Assesmen merupakan
implementasi dari berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian
untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau
ketercapaian.. Asesmen dapat juga secara luas merujuk pada banyak sumber
bukti dan aspek dari pengetahuan, pengertian, sikap dan keterampilan anak
didik. Atau bisa juga merujuk pada suatu kejadian atau instrumen tertentu,
misalnya asesmen portofolio.

Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai


penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara
itu asesmen diartikan oleh Kumano (2001) sebagai “ The process of
Collecting data which shows the development of learning”. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat
untuk penilaian proses belajar siswa. Namun meskipun proses belajar siswa
merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga
tetap tidak dikesampingkan.

Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang


secara kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu,
maka Popham (1995) menyatakan bahwa asesmen sudah seharusnya
merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan hal yang

4
terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan bahwa pada hakikatnya asesmen
menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa. Berkaitan dengan hal
tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam mengungkap
penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya mengungkap konsep yang
telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana
suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat
menilai hasil dan proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan
belajarnya.

2. Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah proses sistematis pengumpulan, pengolahan, dan
penyimpulan informasi tentang suatu objek, untuk selanjutnya diberikan
pertimbangan nilai atas objek tersebut berdasarkan pada suatu kriteria
tertentu. Substansi komponen evaluasi ada tiga jenis, yaitu objek, keputusan
(judgement), dan kriteria.
a. Objek diartikan sebagai hal yang akan dinilai. Untuk dapat memberikan
nilai yang tepat dan akurat. Dibutuhkan informasi yang cukup tentang
objek yang bersangkutan. Oleh karena itu, perlu data yang memadai
yang tentunya mampu menggambarkan keadaan terkait yang dinilai
tersebut.
b. Judgemen artinya proses pertimbangan yang dilakuakn oleh penialai
untuk menentukan nilai atas suatu objek. Pada proses pertimbangan,
penilai membandingkan sejumlah data dan informasi terkait objek yang
berhasil dikumpulkan dengan kriteria atau standar yang telah dibuat.
c. Kriteria adalah ketentuan minimal untuk menentukan suatu posisi nilai
atau kualitas tertentu

Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data


yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut
Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan
hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution
(2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses
pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh
melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes

5
maupun non tes. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah
pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga
dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-
alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses
yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai
sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto,
2002).

B. Dukungan Teoritis dan Empiris


1. Perbedaan Asesmen dan Evaluasi
Secara terperinci perbedaan antara asesmen dan evaluasi dapat dilihat
di bawah ini.
a. Menurut Frith dan Machintosh, asesmen berkaitan tentang sejauh mana
anak memperoleh manfaat dari sebuah proses pengajaran. Evaluasi
berkaitan dengan efektivitas proses pembelajaran.
b. Evaluasi lebih abstrak dan luas dari pada asesmen, namun menurut
Linn dan Gronlund asesmen lebih luas dalam hal keberagaman
prosedur pemerolehan informasi yang dapat digunakan.
c. Menurut Terms, asesmen memakan waktu yang panjang karena
menyangkut proses yang berkelanjutan, sedang evaluasi dilaksanakan
secara berkala.
d. Asesmen lebih terfokus pada mencari data tentang anak didik, sedang
evaluasi dapat lebih luas dari itu (pencapaian tujuan belajar, tingkat
penguasaan guru, pengajaran kelas, efektivitas metode/media, dan lain-
lain).

2. Teknik Asesmen
Dilihat dari tekniknya, asesmen proses dan hasil belajar dibedakan
menjadi dua macam yaitu dengan Teknik Tes dan Non Tes:
a. Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang
yang dites, dan berdasarkan hasil menunaikan tugas-tugas tersebut,
akan dapat ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu pada orang

6
tersebut. Tes sebagai alat ukur sangat banyak macamnya dan luas
penggunaannya.
b. Teknik nontes dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung
ataupun tak langsung, angket ataupun wawancara. Dapat pula
dilakukan dengan Sosiometri, teknik non tes digunakan sebagai
pelengkap dan digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam
pengambilan keputusan penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini
dapat bersifat lebih menyeluruh pada semua aspek kehidupan anak.

3. Prosedur Evaluasi
Prosedur yang dimaksud adalah langkah-langkah pokok yang harus
ditempuh dalam kegiatan evaluasi, yaitu:
a. Membuat perencanaan, yang meliputi: menyusun kisi-kisi dan uji coba.
Untuk menyusun kisi-kisi ini sebelumnya guru harus mempelajari
silabus mata pelajaran karena tidak mungin kisi-kisi dibuat tanpa
adanya silabus. Guru harus memperhatikan domain dan jenjang
kemampuan yang akan diukur, kemudian guru membuat soal yang
sesuai dengan kisi-kisi, menyusun lembar jawaban siswa, membuat
kunci jawaban, dan membuat pedoman pengolahan skor. Selanjutnya
melaksanakan uji coba.
b. Pelaksanaan evaluasi
Dalam pelaksanaan evaluasi guru (tes maupun non tes) guru harus
memperhatikan tempat dan suasana atau dapat menyusun tata tertib
pelaksanaan evaluasi.
c. Pengolahan data

Setelah semua data kita kumpulkan data tersebut harus diolah.


Mengolah data berarti ingin memberikan nilai dan makna mengenai
kualitas hasil pekerjaan murid-murid.
d. Penafsiran hasil evaluasi

Penafsiran tehadap suatu hasil evaluasi harus didasarkan atas


kriteria tertentu yang disebut norma. Berdasarkan norma ini kita dapat
menafsirkan bahwa peserta didik mencapai taraf kesiapan yang

7
memadai atau tidak, ada kemajuan yang berarti atau tidak, serta ada
kesulitan atau tidak.
e. Laporan

Semua kegiatan dan hasil evaluasi harus dilaporkan kepada


berbagai pihak yang berkepentingan. Dimaksudkan agar hasil yang
dicapai dapat diketahui oleh berbagai pihak dan dapat menentukan
langkah selanjutnya.

C. Tes-Tes Terstandar
1. Teknik Non-
Tes
Non tes adalah alat mengevaluasi yang biasanya di gunakan untuk
menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada
beberapa non-tes sebagai alat evaluasi, diantaranya:
a. Skala Bertingkat
Skala bertingkat menggambarkan suatu nilai yang berwujud angka
terhadap suatu hasil penentuan. Kita dapat menilai hampir segala aspek
dengan skala. Dengan maksud agar pencatatannya objektif, maka
penilaian terhadap penampilan atau pengambaran kepribadian seseorang
disiapkan dalam bentuk skala.
b. Kuesioner
Kuesioner juga dapat diartikan angket yang digunakan sebagai alat
bantu dalam rangka pengukuran dan penilaian hasil belajar. Dengan
adanya angket yang harus diisi oleh siswa maka guru akan mengetahui
keadaan, pengalaman, pengetahuan dan tingkah. Angket atau soal
kuesioner dapat di berikan secara langsung dan dijawab atau diisi
langsung oleh objeknya, ini dikatakan kuesioner langsung. Dan jika
angket atau soal kuesioner dikirim dan diisi oleh orang lain (sanak
saudaranya), namun soalnya dituju untuk objek, ini disebut kuesioner
tidak langsung. Dengan cara tes ini lebih menghemat waktu dan tenaga.

c. Daftar Cocok

8
Daftar cocok adalah deretan pertanyaan yang singkat serta mudah
dipahami oleh penjawabnya dengan cara menconteng saja.
d. Wawancara
Wawancara juga disebut dengan interview, secara umum adalah
proses pengumpulan keterangan yang dilakukang dengan tanya jawab
lisan sepihak, bertatap muka langsung, dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan. Wawancara dapat dibedakan dengan dua jenis: 1. wawancara
terpimpin,yang materi pertanyaannya telah terstruktur dengan tujuannya
2. wawacara bebas, yang materi yang ditanyakan bebas tidak terstruktur
akan tetapi mempunyai tujuan. Objeknya bisa pada siswa langsung atau
orang tuanya.
e. Pengamatan
Pengamatan atau observasi adalah sebuah cara menghimpun data
yang dilakukan oleh guru kepada peserta didiknya dengan cara
pengamatan yang teliti dan mencatat hasil pengamatan secara sistematis.
Observasi atau pengamatan dapat dibedakan menjadi 3 bentuk:
1) Pengamatan partisipan adalah pengamatan yang pengamatnya
langsung memasuki dan mengikuti kegiatan yang sedang diamati.
Seperti pengamatan tentang pertanian, maka pengamat harus
bergabung menjadi petani.

2) Pengamatan sistematik adalah observasi dimana faktor yang diamati


sudah didaftar secara sistematis, dan sudah diatur menurut
kategorinya. Pengamatan ini dilakukan di luar dari kelompok yang
ingin diamati.
3) Pengamatan eksperimental akan terjadi jika pengamat tidak
berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan
unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi
dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.
f. Riwayat hidup
Riwayat hidup juga bisa kita katakan curiculum vitae (CV) atau
gambaran hidup peserta didik, dalam segala aspek. Dengan mengkaji atau
menganalisis dokumen atau riwayat hidupnya maka seorang guru akan

9
dapat menarik kesimpulan tentang tingkah laku atau kepribadian dan sikap
dari peserta didik. Soal-soal yang biasa digunakan seperti. Nama siswa,
status dalam keluarga, agama yang dianut, prestasinya dll.

2. Teknik
Tes
Sebagai alat pengukur dan penilai, tes ada beberapa macam model
menurut pemakain dan waktu atau kapan digunakannya tes tersebut
Model-model tes tersebut, yaitu:
a. Tes Diagnostik
Tes ini adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-
kelemahan siswa sehingga dengan mengetahui kelemahan siswa tersebut,
maka kita bisa memperlakukan siswa tersebut dengan tepat. Materi tes
yang ditanya dalam tes diagnostik biasanya mengenai hal- hal tertentu
yang juga merupakan pengalaman sulit bagi siswa. Tes ini dapat
dilaksanakan dengan cara lisan, tulisan, atau dengan mengkolaborasi
kedua cara tes. Dalam catatan, tes ini hanya untuk memeriksa, jika hasil
pemeriksaan tersebut membuktikan kelemahan daya serap siswa terhadap
suatu pembelajaran. Maka akan dilakukan pembimbingan secara khusus
kepadanya.
b. Tes Formatif
Tes ini merupakan tes hasil belajar yang tujuannya untuk
mengetahui sejauh mana siswa menguasai pelajaran setelah mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan, tes ini
dilaksanakan biasanya di tengah-tengah perjalanan program
pembelajaran. Tes ini juga disebut dengan “ujian harian”. Materi tes ini
adalah materi yang telah di sampaikan kepada siswa sebelumnya. Soalnya
bisa dalam tingkat mudah maupun sulit. Dalam tes ini, jika siswa telah
menguasai materi yang telah diajarkan dengan baik, maka guru akan
menyampaikan materi selanjutnya. Dan apabila materi belum dapat
dikuasai secara menyeluruh, maka guru harus mengajarkan bagian materi
yang belum dipahami.
c. Tes Sumatif

10
Tes ini tidak asing bagi siswa, karena tes ini adalah tes akhir dari
program pembelajaran. Tes ini juga bisa disebut EBTA, tes akhir
semestes, UAN. Tes ini dilaksanakan pada akhir program pembelajaran.
Seperti setiap akhir semester, akhir tahun. Materinya yang dites adalah
materi yang telah diajarkan selama satu semester. Dengan demikian materi
ini lebih banyak dari materi yang ada pada tes formatif. Tes ini biasanya
dilakukan dengan cara tulisan, dan biasanya siswa memperoleh soal yang
sama satu sama lain. Tes ini memiliki tingkat tes yang sukar atau lebih
berat dari tes formatif. Dengan ada tes ini maka kita bisa menentukan
peringkat atau rangking siswa selama program pembelajaran, dan juga tes
ini menentukan kelayakan seorang siswa untuk mengikuti program
pembelajaran selanjutnya.

D. Program Asesmen Kelas oleh Guru


Asesmen merupakan proses mengumpulkan informasi tentang
kemajuan siswa dengan menggunakan bermacam-macam prosedur.
Pengembangan sistem penilaian berbasis kompetensi dasar mencakup
beberapa hal, yaitu: (1) standar kompetensi, adalah kemampuan yang harus
dimiliki oleh lulusan dalam setiap mata pelajaran yang memiliki implikasi
yang sangat signifikan dalam perencanaan, metodologi dan pengelolaan
penilaian, (2) kompetensi dasar, adalah kemampuan minimal dalam rangka
mata pelajaran yang harus dimiliki lulusan; (3) rencana penilaian, jadwal
kegiatan penilaian dalam satu semester dikembangkan bersamaan dengan
pengembangan silabus; (4) proses penilaian, pemilihan dan pengembangan
teknik penilaian, sistem pencatatan dan pengelolaan proses; dan (5) proses
implementasi menggunakan berbagai teknik penilaian.
1. Penilaian Kelas
Penilaian kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan
pendidik yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian
kompetensi atau hasil belajar peserta didik selama mengikuti proses
pembelajaran. Untuk kepentingan itu dilakukan pengumpulan data
sebagai informasi akurat untuk pengambilan keputusan. Pengumpulan

11
data dengan prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi
dasar atau indikator yang akan dinilai yang dalam subunit terdahulu kita
sebut dengan asesmen. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai
teknik, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap,
penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian
produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja peserta didik (portfolio),
dan penilaian diri (self assessment).

Beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh model asesmen


yang lain (sumber Balitbang Depdiknas, 2006), seperti berikut:

a. Dalam asesmen berbasis kelas, pengumpulan data sebagai informasi


kemajuan belajar baik formal maupun informal harus selalu
dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, hal ini
memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk
menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya.
b. Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak untuk dibandingkan
dengan hasil belajar siswa lain ataupun prestasi kelompok, tetapi
dengan prestasi atau kemampuan yang dimiliki sebelumnya; atau
dengan kompetensi yang dipersyaratkan, sehingga dengan demikian
siswa tidak terdiskriminasi dalam klasifikasi lulus atau tidak lulus,
pintar atau bodoh, bisa masuk ranking berapa, dan sebagainya, tetapi
lebih diarahkan pada fungsi motivasi, dan bantuan agar siswa dapat
mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.
c. Pengumpulan informasi dalam asesmen berbasis kelas ini harus
dilakukan dengan menggunakan variasi cara, dilakukan secara
berkesinambungan sehingga gambaran kemampuan siswa dapat lebih
lengkap terdeteksi, dan terpotret secara akurat.
d. Dalam pelaksanaannya siswa tidak sekedar dilatih memilih jawaban
yang tersedia, tetapi lebih dituntut untuk dapat mengeksplorasi dan
memotivasi diri untuk mengerahkan potensinya dalam menanggapi
dan memecahkan masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri dan
sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
e. Proses pengumpulan informasi untuk dapat menentukan ada tidaknya

12
kemajuan belajar yang dicapai siswa dan perlu tidaknya siswa
diberikan bantuan secara terencana, bertahap, dan berkesinambungan,
sehingga dengan demikian siswa diberi kesempatan memperbaiki
prestasi belajarnya, dengan pemberian bantuan dan bimbingan yang
sesuai.
f. Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses belajar-mengajar
(PBM) tetapi dapat dilaksanakan ketika PBM sedang berlangsung
(penilaian proses). Hasil kerja atau karya siswa yang berbentuk 2
dimensi yang dapat dikumpulkan dalam portofolio dan yang
berbentuk 3 dimensi (produk) terutama dihasilkan melalui PBM.
Karya tersebut dapat juga bersumber atau berasal dari berbagai
kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan sekolah, kegiatan OSIS, kegiatan
lomba antar sekolah, bahkan kegiatan hobi pribadi. Dengan demikian,
penilaian kelas mengurangi dikhotomi antara PBM dan kegiatan
penilaian serta antara kegiatan intrakurikuler dan kegiatan
kokurikuler dan ekstrakurikuler.
g. Kriteria penilaian karya siswa dapat dibahas, dikompromikan antara
guru dengan para siswa sebelum karya itu mulai dikerjakan; dengan
demikian siswa mengetahui kriteria yang akan digunakan dalam
penilaian, agar berusaha mencapai harapan (expectations) (standar
yang dituntut) guru, dan mendorong siswa untuk mengarahkan karya-
karya nya sesuai dengan kriteria yang telah disepakati.
2. Tujuan Asesmen Berbasis kelas
a. Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat
mengetahui seberapa jauh siswa dapat mencapai tingkat pencapai
kompetensi yang dipersyaratkan, baik selama mengikuti
pembelajaran dan setelah proses pembelajaran berlangsung.

b. Saat melaksanakan asesmen ini, Anda sebagai pendidik juga akan bisa
langsung memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga
tidak pelu lagi menunda atau menunggu ulangan semester untuk bisa
mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian
kompetensi.

13
c. Dalam asesmen berbasis kelas ini, Anda juga secara terus menerus
dapat melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap
peserta didik, sekaligus Anda dapat mendiagnosis kesulitan belajar
yang dialami peserta didik sehingga secara tepat dapat menentukan
siswa mana yang perlu pengayaan dan siswa yang perlu pembelajaran
remedial untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.

d. Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang


dilakukan terus menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai
umpan balik bagi Anda untuk memperbaiki metode, pendekatan,
kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan
kebutuhan materi dan juga kebutuhan siswa.

e. Hasil-hasil pemantauan tersebut, kemudian dapat Anda jadikan


sebagai landasan untuk memilih alternatif jenis dan model penilaian
mana yang tepat untuk digunakan pada materi tertentu dan pada mata
pelajaran tertentu, yang sudah barang tentu akan berbeda. Anda
sebagai pendidik yang tahu persis pertimbangan pemilihannya

f. Hasil dari asesmen ini dapat pula memberikan informasi kepada orang
tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu
menunggu akhir semester atau akhir tahun. Komunikasi antara
pendidik, orang tua dan komite harus dijalin dan dilakukan terus
menerus sesuai kebutuhan
3. Fungsi Asesmen Berbasis kelas
Secara rinci fungsi dari penilaian kelas dapat dijelaskan sebagai
berikut (Diknas, 2006):
a. Kalau tujuan pembelajaran adalah pencapaian standar kompetensi
maupun kompetensi dasar, maka penilaian kelas ini dapat
menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah menguasai
suatu kompetensi.
b. Asesmen berbasis kelas dapat berfungsi pula sebagai landasan
pelaksanaan evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka
membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan

14
tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program,
pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan, dalam hal ini
terkait erat dengan peran guru sebagai pendidik sekaligus
pembimbing.
c. Sejalan dengan tujuan asesmen yang telah dikemukakan di atas maka
salah satu fungsi asesmen berbasis kelas ini adalah menemukan
kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang
membantu pendidik menentukan apakah seorang siswa perlu
mengikuti remedial atau justru memerlukan program pengayaan.
d. Dengan demikian asesmen juga akan berfungsi sebagai upaya
pendidik untuk dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses
pembelajaran yang telah dilakukan ataupun yang sedang berlangsung.
Temuan ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar penentuan
langkah perbaikan proses pembelajaran berikutnya, guna peningkatan
capaian hasil belajar siswa .
e. Kesemuanya dapat dipakai sebagai kontrol bagi guru sebagai
pendidik dan semua stake holder pendidikan dalam lingkup sekolah
tentang gambaran kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar
peserta didik.
E. Hal-hal yang Spesifik dalam Asesmen Tradisional.
1. Istilah Asesmen Tradisional
Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994)
sebagai penilaian proses, kemajuan dan hasil belajar siswa (outcomes).
Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano (2001) sebagai “The
process of Collecting data wich shows the development of learning”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah
yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa.
Namun meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting
yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak
dikesampingkan.Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan
sarana yang secara kronologis membantu guru dalam memonitor siswa.

15
oleh karena itu, maka Popham (1995) menyatakan bahwa asesmen sudah
seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan hal
yang terpisahkan. Resnick (1985)manyatakan bahwa pada hahikatnya
asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa. berkaitan
dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam
mengungkapkan penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya
mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses
perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini
asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dari proses belajar siswa, akan
tetapi juga kemajuan belajarnya.
Salah satu bentuk penilaian adalah asesmen tradisional. Menurut
Muller (2008), asesmen tradisional adalah penilaian yang mengacu pada
ukuran tes pilihan ganda (forced-choice), tes melengkapi (fill-in-the-
blanks), tes benar salah (true-false), menjodohkan dan semacamnya.
Siswa secara khas memilih suatu jawaban atau mengingat informasi untuk
melengkapi penilaian.
a. Terdapat beberapa ciri-ciri asesmen tradisional diantaranya adalah :
Penilaian dilakukan untuk menilai kemampuan siswa dalam
memberikan jawaban yang benar.
b. Tes yang diberikan tidak berhubungan dengan realitas kehidupan
siswa.
c. Tes terpisah dari pembelajaran yang dilakukan siswa.
d. Dapat diskor dengan reliabilitas tinggi.
e. Hasil tes diberikan dalam bentuk skor.
2. Manfaat dan Tujuan Asesmen Tradisional
a. Manfaat Asesmen Tradisional adalah
1) Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan setelah
proses pembelajaran berlangsung.
2) Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar
mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian
kompetensi.
3) Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar

16
yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan
dan remidial.
4) Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode,
pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.

5) Untuk memberikan pilihan alternatif penilaian guru.


6) Untuk memberikan informasi kepada orangtua dan komite
sekolah tentang efektivitas pendidikan.

b. Tujuan
1) Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar,
2) Memonitor kemajuan siswa,
3) Menentukan jenjang kemampuan siswa,
4) Menentukan efektivitas pembelajaran,
5) Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran,
6) Mengevaluasi kinerja guru kelas,
7) Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru

F. Asesmen-asesmen Alternatif
1. Hakikat Asesmen Alternatif
Menurut Blaustein, D. et al. dalam Sudjana (2008:45) “Asesmen
adalah proses mengumpulkan informasi dan membuat keputusan
berdasarkan informasi itu”. Dalam mengumpulkan informasi ini guru
biasanya menggunakan paper and pencil test atau disebut dengan asesmen
formal atau asesmen konvensional. Disebut demikian karena metode
inilah yang biasa digunakan oleh guru. Metode paper and pencil test hanya
dapat mengukur kemampuan kognitif peserta didik namun belum dapat
mengukur hasil belajar dari Asesment Tradisional diantaranya adalah
:peserta didik secara holistik. Apabila perubahan kurikulum di Indonesia
ditelaah lebih jauh, maka dapat dipahami perubahan tersebut tidak hanya
dipandang sekedar penyesuaian substansi materi dan format kurikulum
dengan tuntutan perkembangan zaman, tetapi juga pergeseran paradigma.
Selanjutnya implikasi dari diterapkannya standar kompetensi adalah
proses asesmen yang dilakukan oleh guru baik yang bersifat formatif

17
maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Dengan demikian
dalam melakukan asesmen guru memerlukan instrumen selain paper and
pencil test, artinya diperlukan asesmen yang lain atau alternatif.

Asesmen alternatif tidak menghilangkan asesmen dengan metode


paper and pencil test, tetapi merupakan bentuk asesmen lain yang dapat
mengukur kemampuan peserta didik yang tidak dapat dijangkau dengan
penilaian konvensional. Asesmen alternatif diartikan sebagai pemanfaatan
pendekatan non-tradisional untuk mengases kinerja atau hasil belajar
peserta didik. Ada kalanya asesmen alternatif juga dapat disebut dengan
asesmen otentik atau asesmen kinerja.

2. Jenis Asesmen Alternatif


Menurut Mertler, dalam Classroom Assessment: A Practical Guide
for Educators, bentuk penilaian berdasarkan alat penilaian dalam asesmen
alternative berupa asesmen kinerja (Performance Assessment), asesmen
informal (informal assessment), observasi (Observation), penggunaan
pertanyaan (Questioning), Presentasi (Presentation), diskusi (Discusions),
Projek (Project) , investigasi atau penyelidikan (Investigation), Portofolio
(Portofolio), Jurnal (Journal), Wawancara (Interview), Konferensi, dan
Evaluasi diri oleh siswa (Self Evaluation).
a. Asesmen Informal (Informal Assessment)
Asesmen informal adalah asesmen yang dilakukan secara spontan
atau tidak direncanakan dan ketika asesmen ini dilakukan, peserta didik
tidak menyadari bahwa mereka sedang dinilai dengan kata lain asesmen
informal dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Ada dua jenis
strategi yang digunakan dalam asesmen informal ini yaitu observasi guru
(teacher observations) dan pertanyaan dari guru (teacher questions).
Adapun kelebihan dari asesmen informal antara lain:
1) Pendidik dapat melakukan pengasesan secara terus-menerus, mulai
dari awal sampai akhir pembelajaran.
2) Dalam melakukan pengamatan untuk pengasesan berjalan secara
alami atau spontan sesuai dengan kondisi, tanpa ada perencanaan
sebelumnya.

18
3) Bentuk pengasesan bisa bervariasi sesuai dengan kondisi kelas.
Kelemahan dari asesmen informal antara lain :
1) Dalam asesmen informal dibutuhkan penarikan kesimpulan dari
catatan sehari-hari yang telah terkumpul.
2) Asesmen ini seringkali terlupakan oleh para pendidik karena
dilakukan secara spontan dan terus-menerus.
3) Terkadang pendidik tidak menyediakan cukup waktu untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan, jadi disini siswa dituntut untuk
secara spontan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
b. Asesmen Unjuk Kerja atau Asesmen Kinerja (Performance
Assessment)
Asesmen kinerja disebut juga dengan asesmen perbuatan (unjuk
kerja). Asesmen kinerja dilakukan untuk menilai tugas-tugas yang
dilakukan oleh peserta didik, sehingga guru dapat memiliki informasi
yang lengkap tentang peserta didik.
Menurut Hibbard tugas-tugas kinerja menghendaki:
1) Penerapan konsep-konsep dan informasi penunjang penting lainnya
2) Budaya kerja yang penting bagi studi atau kerja ilmiah
3) Literasi sains.
Asesmen kinerja (Performance Assessment) pada dasarnya
adalah asesmen autentik, karena dalam asesmen ini peserta didik
dituntut untuk mendemonstrasikan inkuiri ilmiah mereka, melakukan
penalaran dan keterampilan dalam menyelesaikan berbagai tugas
menarik dan menantang dalam konteks kehidupan nyata. Asesmen
unjuk kerja merupakan proses asesmen yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Asesmen
ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang
menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti, praktikum,
praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik,
bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi dll.
Asesmen kinerja ini memiliki karakteristik yaitu sebagai berikut:
1) Membolehkan peserta didik untuk menunjukkan secara langsung
kinerja atau kemampuannya
2) Membutuhkan beberapa prosedur asesmen subjektif (misalnya

19
dengan menggunakan skala rata-rata (rating scales), daftar cek
(checklist) atau rubrik (rubrics)
3) Ada kesempatan yang besar untuk mengembangkan asesmen kinerja
ini dalam proses pembelajaran.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asesmen merupakan proses untuk mendapatkan informasi dalam
bentuk apapun yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan tentang siswa, baik yang menyangkut kurikulum, proses
pembelajaran, iklim sekolah maupun kebijakan sekolah. Sedangkan
evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang (evaluator)
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu program (yang telah
dibuat melalui asesmen) telah tercapai dan dilakukan secara
berkesinambungan. Jadi, asesmen dan evaluasi merupakan dua proses
yang saling berkaitan dan berkesinambungan untuk mengetahui dan
menilai hasil pembelajaran yang sudah dilakukan, sejauh mana
pemahaman siswa dalam materi yang diberikan dan keefektifan program
pembelajaran yang diterapkan agar dapat dipertanggungjawabkan kepada
instansi terkait, siswa itu sendiri dan orang tua siswa.
B. Saran
Dengan telah diselesaikannya makalah ini, penulis berharap kita
semua baik itu penulis sendiri maupun pembaca dari makalah ini bisa lebih
mengerti dan memahami mengenai Asesmen dan Evaluasi dalam
Pembelajaran Efektif. Maka dari itu, diharapkan bagi pendidik mampu
menerapkan Asesmen dan Evaluasi dalam Pembelajaran Efektif.

21
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment


Term. Jakarta: Ministry of Education and Culture.

Arikunto,S. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:


Bumi aksara. Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi
Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Balitbang Depdiknas. (2006). Panduan Penilaian Berbasis Kelas.


Jakarta: Depdiknas.

Brookhart, Susan M. and Anthony, Nitko J.(2007). Educational


Assesment of Student. Fifth edition. New Jersey: Meril
Prentice Hall.

Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi


Siswa. Bandung : ITB

Poerwanti, E. (2001). Evaluasi pembelajaran, Modul Akta


mengajar. UMM Press. Purwanto, N. (2002). Prinsip-
Prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosda Karya.

Sudiyono, A. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.

22

Anda mungkin juga menyukai