Anda di halaman 1dari 25

KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu: Ismatun Nihayah,M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Eva Winarni Aprelia (20211700101005)


Meli Karmila (20211700101014)
Salsabila Safa M (20211700101026)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS PESANTREN KH ABDUL CHALIM
2024

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. akhirnya penulis dapat
menyusun makalah konsep dasar evaluasi pembelajaran ini dalam rangka
menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kami pada Mata Kuliah evaluasi
pembelajaran. Setelah penulis melaksanakan penulisan dan mencari sumber
informasi yang diperlukan dalam penyusunan makalah ini, penulis dapat
mengetahui dan memahami apa saja yang berkaitan dengan konsep dasar evaluasi
pembelajaran yang meliputi definisi evaluasi, kedudukannya, tujuan dan fungsi,
ruang lingkup, prinsip-prinsip, dan jenis evaluasi pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan


kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan yang berupa saran
dan kritikan yang membangun dari Bapak/Ibu Dosen serta rekan-rekan pembaca.

Mojokerto, 21 Februari 2024

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Contents
KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN....................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2

A. Definisi Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran ........................................................ 2

B. Kedudukan Evaluasi dalam Pembelajaran .............................................................. 8

C. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran ........................................................... 12

E. Prinsip-Prinsip Umum Evaluasi .......................................................................... 155

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 18

A. Simpulan ............................................................................................................... 18

B. Saran ..................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 19

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi seluruh rakyat
Indonesia. Di dalam dunia pendidikan terdapat kompetensi yang harus di miliki
oleh subjek dan objek pendidikan yaitu pendidik dan peserta didik. Di dalam
makalah yang akan kita buat di sini akan membahas salah satu kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang pendidik yaitu evaluasi pembelajaran khususnya
mengenai konsep dasar evaluasi pembelajaran. kompetensi ini sejalan dengan
tugas dan tanggung jawab pendidik dalam pembelajaran termasuk di dalamnya
melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik. Kompetensi
tersebut juga sejalan dengan instrumen penilaian kemampuan guru yaitu
melakukan evaluasi pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah konsep dasar evaluasi
pembelajaran ini adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Apa Definisi Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran ?
2. Bagaimana Kedudukan Evaluasi dalam Pembelajaran ?
3. Apa Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran ?
4. Apa saja Prinsip-prinsip Umum Evaluasi ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam penyusunan makalah konsep dasar evaluasi
pembelajaran ini adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Evaluasi, Penilaian dan
Pengukuran
2. Untuk mengetahui Kedudukan Evaluasi dalam pembelajaran
3. Untuk mengetahui Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran
4. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Umum Evaluasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran


Evaluasi dalam sistem pembelajaran (maksudnya pembelajaran sebagai suatu
sistem), evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus
ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang
diperoleh dari evaluasi dapat dijadikan balikan (feed-back) bagi guru dalam
memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran. Ada
beberapa istilah yang sering digunakan dan disalahgunakan dalam praktik
evaluasi, yaitu tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Secara konsepsional
istilah-istilah tersebut berbeda satu sama lain, tetapi mempunyai hubungan yang
sangat erat. Istilah "tes" berasal dari bahasa latin "testum" yang berarti sebuah
piring atau jambangan dari tanah liat. Istilah tes ini kemudian dipergunakan dalam
lapangan psikologi, yaitu suatu cara untuk menyelidiki seseorang. Penyelidikan
tersebut dilakukan mulai dari pemberian suatu tugas kepada seseorang atau untuk
menyelesaikan suatu masalah tertentu. Gilbert Sax (1980) mengemukakan "a test
may be defined as a task or series of task used to obtain systematic observations
presumed to be respresentative of educational or psychological traits or
attributes". Dalam pengertian ini, Sax menekankan tes sebagai suatu tugas atau
rangkaian tugas. Istilah tugas dapat berbentuk soal atau petintah/suruhan lain yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil kuantitatif atau kualitatif dari
pelaksanaan tugas itu digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tersebut
terhadap seseorang.1

Sementara itu, S. Hamid Hasan (1988) menjelaskan tes adalah alat


pengumpulan data dari konstruksi butir (soal) yang dipergunakan."Rumusan ini
lebih terfokus pada tes sebagai alat pengumpul data.Memang pengumpulan data
bukan hanya ada dalam prosedur evaluasi.Untuk mengumpulkan data evaluasi
tentu orang memerlukan suatu alat, antara lain tes. Tes dapat berupa pertanyaan.

1
Zainal Arifin, EVALUASI PEBELAJARAN, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014),
hlm.2-3.

2
Oleh sebab itu, setiap jenis pertanyaan yang dipergunakan, rumusan pertanyaan
yang diberikan, pola jawaban yang disediakan atau dirancang harus memenuhi
suatu perangkat kriteria yang ketat. Demikia pula waktu yang disediakan untuk
menjawab soal-soal serta administrasi penyelenggaraan tes diatur secara khusus
pola. Persyaratan-persyaratan ini berbeda dengan alat pengumpulan data lainnya.

Megenai istilah pengukuran, Ahmann dan Glock dalam S. Hamid Hasan


(1988) menjelaskan “ in the last analysis measurement is only a part. although a
very subtansial part of evaluation . It provides information upon which an
evaluation can be based... Education measurement is the process that attemps to
obtain a quantified representation of the degree to which a trait is possessed by a
pupil”.Pendapat ini `hampir ama dengan pendapat Thorndike dan Hagen (1972),
Mehrens dan Hagen (1978), (Nitko (1983) dan Walsh dan Betz (1985).
Berdasarkan beberapa pengertian tentang pengukuran yang dikemukakan diaatas,
dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru,
gedung, sekolah, meja belajar, white board, dan sebagainya. Dalam proses
pengukuran, tentu guru harus menggunakan alat ukur (tes atau non-tes). Alat ukur
tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat validitas dan rehabilitas yag tinggi.
Dalam bidang pendidikan, psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya,
kegiatan pengukuran biasanya menggunakan tes.Dalam sejarah
perkembangannya, aturan mengenai pemberian angka ini didasarkan pada teori
pengukuran psikologi yang dinamakan psychometric. Meskipun demikian, boleh
saja suatu kejadian penilaian dilakukan tanpa melalui proses pengukuran.

Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah assessment, bukan dari
istilah evaluation. Depdikbud (1994) mengemukakan “penilaian adalah suatu
kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa”. Kata
“menyeluruh” mengandung arti bahwa penilaian tidak hanya ditujukan pada
penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup aspek pengetahan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Selanjutnya, Grounlund mengartikan

3
“penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan
interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah
mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses atau hasil
belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan kriteria dan
pertimbangan tertentu. Keputusan yang dimaksud adalah keputusan tentang
kenaikan kelas dan kelulusan.

keputusan tentang peserta didik meliputi tiga pengelolan belajar penempatan


peserta didik sesuai dengan jenjang jenis program pendidikan, bimbingan, dan
konseling, dan menyeleksi peserta didik untuk pendidikan lebih lanjut. Keputusan
penilaian terhadap suatu hasil belajar sangat bermmanfaat untuk membantu
peserta didik merefleksi apa yang mereka ketahui, bagaimana mereka belajar, dan
mendorong tanggung jawab dalam belajar. Pegambilan keputusan perlu
menggunakan pertimbangan yang berbeda-beda dan membandingkan hasil
penilaian.Pengambilan keputusan harus membimbing peserta didik untuk
melakukan perbaikan pencapaian hasil belajar.

Penilaian harus dipandang sebagai salah satu faktor penting yang menentukan
keberhasilan proses dan hasil belajar, bukan hanya sebagai cara yang
dipergunakan untuk menilai hasil belajar. Kegiatan penilaian harus dapat
memberikan informasi kepada guru untuk meningkatkan kemampuan
mengajarnya dan membantu peserta didik mencapai perkembangan belajar secara
optimal.Implikasinya adalah kegiatan penilaian harus digunakan sebagai cara atau
teknik untuk mendidik sesuai degan prinsip pedagogis. Guru harus menyadari
bahwa kemajuan belajar peserta didik merupakan salah satu indikator
keberhasilannya dalam pembelajaran. Jika sebagian besar peserta didik tidak
berhasil dalam belajarnya berarti pula merupakan kegagalan bagi guru itu sendiri.

Selanjutnya tentag istilah evaluasi, akan dikemukakan beberapa pendapat dari


para pakar evaluasi. Menurut Carl H. Witherington (1952) “ an evaluation is a
declaration that something has or does not have value”. Hal senada dikemukakan

4
pula oleh Wand dan Brown (1957), bahwa evaluasi berarti “ ...refer to the act or
process to determining the value of something”.Kedua pendapat ini menegaskan
pentingya nilai (value) dalam evaluasi.Padahal, dalam evaluasi bukan hanya
berkaitan dengan nilai tetapi juga arti atau makna. Jadi, evaluasi adalah suatu
proses untuk menggambarkan peserta didik dan menimbangnya dari segi nilai dan
arti. Definisi ini menegaskan bahwa evaluasi berkaitan dengan nilai dan arti.

Proses dan hasil evaluasi dangat dipengaruhi oleh beragam pengamatan, latar
belakang dan pengalaman praktis evaluator itu sendiri. Dari beberapa rumusan
tentang evaluasi ini, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya evaluasi
adalahsuatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas
(nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dana kriteria tertentu dalam
rangka pembuatan keputusan. Berdasarkan pengertian ini, ada beberapa hal yang
perlu dijelaskan lanjut, yaitu:

1. Evaluasi adalah suau proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh
dari kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang menyangkut tentang
nilai arti, sedangkan kegiatan untuk sampai pada pemberian nilai dan arti itu
adalah evaluasi. Membahas tentang evaluasi berarti mempelajari bagaimana
proses pemberian pertimbangan mengenai kualitas sesuatu.
2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu, terutama yang
berkenaan dengan nilai dan arti.
3. Dalam prosese evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement).
Pemberian pertimbangan ini pada dasarnya merupakan konsep dsar evaluasi.
Melalui pertimbangan inilah ditentukan nilai/makna dari sesuatu yang sedang
dievaluasi. Tanpa pemberian pertimbangan, suatu kegiatan bukanlah
termasuk kategori kegiatan evaluasi.
4. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan kriteria
tertentu. Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan arti yang diberikan
bukanlah suatu proses yang dapat diklasifikasikan sebagai evaluasi. Kriteria
ini penting dibuat oleh evaluator dengan pertimbangan (a) hasil evaluasi
dapat dipertangggungjawabkan secara ilmiah (b) evaluator lebih percaya diri

5
(c) menghindari adanya unsur subjektivitas (d) memungkinkan hasul evaluasi
akan sama sekalipun dilakukan pada waktu dan orang yang berbeda (e)
memberikan kemudahan bagi evaluator dalam melakukan penafsiran hasil
evaluasi.
Berdasarkan pengertian tentang tes, pengukuran, penilaian evaluasi yang
telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis evaluasi atau penilaian
yang mempermudahkan tes secara intensif sebagai alat pengumpulan data, seperti
penilaian hasil belajar.Walaupun dalam perkembangan terakhir tentang jenis
evaluasi atau penilaian seperti ini menunjukkan bahwa tes bukan satu-satunya alat
pengumpulan data.
Antara penilaian dan evaluasi sebenarnya memiliki persamaan dan
perbedaan.Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau
menentukan nilai sesuatu. Disamping itu, alat yang digunakan untuk
mengumpulkan datanya juga sama, sedangankan perbedaannya adalah terletak
pada ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit
dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja, seperti
prestasi belajar peserta didik. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam
konteks internal, yakni orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam
proses pembelajaran yang bersangkutan. Misalnya, guru menilai prestasi belajar
peserta didik, supervisor menilai kinerja guru, dan sebagainya. Ruang lingkup
evaluasi lebih luas, mencakup semua komponen dalam suatu sistem pendidikan,
sistem kurikulum, sistem pembelajaran dan dapat dilakukan tidak hanya pihak
internal tetapi juga pihak eksternal, seperti konsultasi mengevaluasi suatu program
atau kurikulum.
Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi
pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument)
pengukuran.Pengukuran lebih membatasi pada gambaran yang bersifat kuantitatif
(angka-angka) tentang kemajuan belajar pserta didik, sedangkan evaluasi dan
penilaian lebih bersifat kualitatif.Disamping itu, evaluasi dan penilaian pada
hakikatnya merupakan suatu prose membuat keputusan tentang nilai suatu
objek.Keputusan penilaian tidak hanya didasarkan pada hasi pengukuran, tetapi

6
dapat pula disadarkan pada hasil pengamatan dan wawancara.Untuk lebih
jelasnya, perhatikan gambar berikut ini.
Perhatikan juga ilustrasi berikut ini.
Bu Elin ingin mengetahui apakah peserta didiknya sudah menguasai
kompetensi dasar dalam mata pelajaran Teknologi informasi dan
komunikasi.Untuk itu Bu Elin memberikan tes tertulis dalam bentuk objektif
pilihan ganda sebanyak 50 soal kepada peserta didiknya (artinya Bu Elin sudah
menggunakan tes).Selanjutnya, Bu Elin memeriksa lembar jawaban peserta didik
sesuai dengan kunci jawaban, kemudian sesuai dengan rumus tertentu dihitung
skor mentahnya.Ternyata, skor mentah yang diperoleh peserta didik sangat
bervariasi, ada yang memperoleh akor 25, 36, 44, 47, dan seterusnya (sampai
disini sudah terjadi pengukuran), angka atau skor-skor tersebut tentu belum
mempunyai nilai/makna dan arti apa-apa.Untuk memperoleh nilai nilai dan arti
setiap skor tersebut, Bu Elin melakukan pengolahan skor dengan pendekatan
tertentu.Hasil pengolahan dan penafsiran dalam skala 0-10 menunjukkan bahwa
skor 25 memperoleh nilai 5 (berarti tidak menguasai) skor 36 memperoleh nilai 6
(berarti cukup menguasai), akoe 44 memperoleh nilai 8 (berarti menguasai), dan
skor 47 memperoleh nilai 9 (berarti sangat menguasai). Sampai disini sudah
terjadi proses penilaian. Ini contoh ruang lingkup penilaian hasil belajar.Jika Bu
Elin menilai seluruh komponen pembelajaran, maka berarti terjadi evaluasi.
Dengan demikian, pengertian evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka
pengendalian, penjaminan, dan penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran
terhadap berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan pertimbangan dan
kriteria tertentu, sebagai bentuk pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Sedangkan penilaian penilaian hasil belajar adalah suatu proses
atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menilai pencapaian proses dan
hasil belajar peserta didik.

7
B. Kedudukan Evaluasi dalam Pembelajaran
Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempit pembelajaran
dapat diartikan Sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan seseorang dapat
melakukan kegiatan belajar, sedangkan belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan dan pengelaman.
Perubahan tingkah laku tersebut bukan karena pengaruh obat-obatan atau zat
kimia lainnya dan cenderung bersifat permanen. Istilah “pembelajaran”
(instruction) berbeda dengan istilah “pengajaran” (teaching). Kata “pengejaran”
lebih bersifat formal dan hanya ada didalam konteks guru dengan peserta didik
dikelas secara formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan belajar peserta
didik diluar kelas Yang mungkin saja tidak dihadiri guru secara fisik.2

Kata “pembelajaran” lebih menekankan pada kegiatan belajar peserta didik


secara sungguh-sungguh yang melibatkan aspek intelektual, emosional dan sosial,
sedangkan kata “pengajaran”. Dalam arti luas, pembelajaran adalah suatu proses
atau kegiatan yang sistematisdan sistemik, yang bersifat interaktif dan
komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan
lingkungan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan
belajar peserta didik, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan.

Berdasarkan rumusan di atas, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan lebih
lanjut, yaitu:

1. Pembelajaran adalah suatu program. Ciri suatu program adalah sistematik,


sistemik dan terencana. Sistematik artinya keteraturan, dalam hal ini
pembelajaran harus dilakukan dengan urutan langkah-langkah tertentu, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penilaian, dan setiap langkah
juga harus bersyarat. Sistemik menunjukan suatu sistem artinya didalam
pembelajaran terdapat komponen, antara lain tujuan, materi, metode, media,
sumber belajar, evaluasi, peserta didik, lingkungan dan guru yang saling
berhubungan dan ketergantungan satu sama lain serta berlangsung secara
2
Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

8
terencana dan sistemik. Suatu program terdiri atas serangkaian tindakan atau
kejadian yang telah direncanakan dan disusun melalui proses pemikiran yang
matang. Perencanaan program merupakan instrumen penting untuk
merealisasikannya dalam situasi nyata.
2. Setelah pembelajaran berproses, tentu guru perlu mengetahui kefektifan dan
efesiensi semua komponen yang ada dalam proses pembelajaran. Begitu juga
ketika peserta didik selesai mengikuti proses pembelajaran, tentu mereka
ingin mengetahui sejauh mana kemampuan hasil uang ingin dicapai. Untuk
itu guru harus melakukan penilaian hasil belajar. Dalam pembelajaran
terdapat proses sebab akibat. Oleh karena itu, guru sebagai “figur sentral”,
harus mampu menetapkan strategi pembelajaran yang tepat,sehingga
mendorong perbuatan belajar peserta didik yang aktif, produktif dan efisien.
3. Pembelajaran bersifat interaktif dan komunikatif. Interaktif artinya kegiatan
pembelajaran merupakan kegiatan yang bersifat multiarah anatara guru,
peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan yang saling memengaruhi,
tidak didominasi oleh satu komponen saja. Nana Sy. Sukmadinata (2001)
menjelaskan “interaksi ini bukan hanya pada apa dan bagaimana, tetapi lebih
jauh dari itu, yaitu pada tingkat mengapa, tingkat mencari makna, baik makna
sosial maupun makna pribadi. Sedangkan komunikatif artinya bahwa sifat
komunikasi antara peserta didik dengan guru atau sebaliknya, sesama peserta
didik, dan sesama guru harus saling mengerti dan menerima serta memahami.
Untuk itu, baik guru maupun peserta didik juga mampu menggunakan bahasa
yang baik dan benar dalam keseharian. Sehingga dapat mengundang
antusiasme peserta didik untuk memperhatikan dan menyimak materi
pelajaran.
4. Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya dapat menciptakan kondisi-
kondisi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar peserta didik.
Kondisi-kondisi yang dimaksud, antara lain: memberi tugas, mengadakan
diskusi, tanya jawab, mendorong peserta didik berani mengemukakan
pendapat, melakukan evaluasi atau penialaian. Hal ini yang dimaksudkan
(Furqon, 2001) bahwa “assessment as intruction”, maksudnya, “assessment

9
and teaching can be one and the same”, untuk itu guru harus banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik sehingga terjadi kegiatan atau
tindakan belajar.
5. Proses pembelajaran dimaksudkan agar guru dapat mencapai tujuan
pembelajaran dan peserta didik dapat menguasai kompetensi yang telah
ditetepkan. Tujuan kompetensi pembelajaran itu biasanya harus sudah
dirancang dalam perencanaan pembelajaran yang berbentuk tujuan
pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Untuk
mngetahui sejauh mana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran atau
menguasai isi kompetensi tertentu, maka guru perlu melakukan tindakan
evaluasi.
Jadi proses pembelajaran, guru akan mengatur seluruh rangkaian kegiatan
pembelajaran, mulai dari membuat desaint pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, mengajar atau pembelajaran atau membelajarakan, serta
melakukan evaluasi pembelajaran termasuk proses dan hasil belajar yang
efektif. Peran peserta didik adalah bertindak belajar yaitu mengalami proses
belajar, mencapai hasil belajar dan menggunakan hasil belajar yang
digolongkan sebagai “dampak pengiring”. Melalui belajar, maka kemampuan
mental peserta didik semakin meningkat, hal itu sesuai dengan perkembangan
peserta didik yang beremanasipasi diri sehingga menjadi utuh dan mandiri.
Dalam kedudakan evaluasi pembelajaran perlu diketahui adanya prestasi.
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam
bahasa Indonesia menjadi prestasi, yang berarti hasil usaha. Sedangkan istilah
prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi
belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil
belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi
banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan anatara lain dalam
kesenian, olah araga, dan pendidikan khususnya pembelajaran.
Prestasi belajar merupakan suatau masalah yang bersifat perenial dalam
sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehupannya manusia selalu
mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi

10
belajar (achievement)semakin terasa penting untuk dibahas, karena mempunyai
beberapa fungsi utama anatara lain:
1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasi peserta didik.
2. Prsetasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli
psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan
(couryosity) dan merupakan kebutuan umum manusia”.
3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inofasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadukan pendorong bagi perta
didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan
sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan
indikator produktivitas suaru institusi pendidikan.
5. Prestasi blajar dapat dijadikan sebagai indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama
yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang dihharapakan dapat
menyerap seluruh materi pembelajaran.
Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar diatas, maka betapa
pentingnya kita mengetahui dan memehami prestasi belajar peserta didik, baik
secara perseorangan maupun kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanay
sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai
indikator kualitas institusi pendidikan. Sebagai mana yang dikemukan oleh
Cronbach (1970) bahwa kegunaan prestasi bekajar banyak ragamnya, antara lain
“sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperlun diagnotis, untuk
keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan
penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk
menentukan kebijakan sekolah”.
Sebagaimana telah dikemukakan diatas, bahwa pembelajaran sebagai suatu
sistem memiliki berbagai komponen yang saling interaksi, berintelasi dan
berinterpendensi. Salah satu komponen pembelajaran adaah evaluasi. Begitu juga

11
dalam prosedur pembelajaran, salah satu langkah yang harus ditempuh guru
adalah evaluasi. Dengan demikian, dilihat dari berbagai konteks pembelajaran,
evaluasi mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis karena evaluasi
merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri.

C. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran


1. Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Dalam setiap kegiatan evaluasi, langkah pertama yang harus diperhatikan
adalah tujuan evaluasi. Penentuan tujuan evaluasi sangat bergantung pada jenis
evaluasi yang digunakan. Jika kita ingin melakukan kegiatan evaluasi, terlepas
dari jenis evaluasi apa yang digunakan, maka guru harus mengetahui dan
memahami terlebih dahulu tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Bila tidak, maka
guru akan mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi. Tujuan
evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem
pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media,
sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri. Tujuan khusus
evaluasi pembelajaran disesuaikan dengan jenis evaluasi pembelajaran itu sendiri,
seperti evaluasi perencanaan dan pengembangan, evaluasi monitoring, evaluasi
dampak, evaluasi efisiensi-ekonomis, dan evaluasi program komprehensif.
Menurut Kellough dan Kellough dalam Swearingen (2006) tujuan penilaian
adalah untuk membantu belajar peserta didik, mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan peserta didik, menilai efektivitas strategi pembelajaran, menilai dan
meningkatkan efektivitas program kurikulum, menilai dan meningkatkan
efektivitas pembelajaran, menyediakan data yang membantu dalam membuat
keputusan, komunikasi dan melibatkan orang tua peserta didik.
Adapun tujuan penilaian hasil belajar adalah:
a. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang
telah diberikan
b. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik
terhadap program pembelajaran

12
c. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta
didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan
d. Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat dijadikan
dasar bagi guru untuk memberikan pembinaan dan pengembangan lebih
lanjut, sedangkan kelemahannya dapat dijadikan acuan untuk memberikan
bantuan atau bimbingan
e. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai
dengan jenis pendidikan tertentu
f. Untuk menentukan kenaikan kelas
g. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Seorang guru perlu mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sebab
pengetahuan mengenai kemajuan peserta didik mempunyai bermacam-macam
kegunaan. Pertama, melalui pengetahuan itu kita dapat mengetahui kedudukan
peseta didik dalam kelompoknya. Kedua, apabila pengetahuan tentang kemajuan
peserta didik tadi digabungkan dengan pengetahuan tentang kapasitas
(kemampuan dasar) peserta didik, maka ia dapat dipergunakan sebagai petunjuk
mengenai kesungguhan usaha anak dalam menempuh program pendidikannya.
2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran
fungsi evaluasi memang cukup luas, bergantung dari sudut mana kita
melihatnya. Bila kita lihat secara menyeluruh, fungsi evaluasi adalah sebagai
berikut:
a. Secara psikologis, peserta didik selalu butuh untuk mengetahui sejauh
mana kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.
b. Secara sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah peserta
didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat.
c. Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam
menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan
kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta membantu guru
dalam usaha memperbaiki proses pembelajarannya.

13
d. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui kedudukan peserta didik dalam
kelompok, apakah dia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang
pandai.
e. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam
menempuh program pendidikannya.
f. Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memberikan bimbingan dan
seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun
kenaikan kelas.
g. Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang
kemajuan peserta didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang
berwenang, kepala sekolah, guru-guru, dan peserta didik itu sendiri.
Adapun fungsi evaluasi pembelajaran adalah: pertama, untuk perbaikan dan
pengembangan sistem pembelajaran. Sebagaimana kita ketahui bahwa
pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki berbagai komponen, seperti tujuan,
materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan, guru dan peserta. Dengan
demikian, perbaikan dan pengembangan pembelajaran bukan hanya terhadap
proses dan hasil belajar melainkan harus diarahkan pada semua komponen
pembelajaran tersebut. Kedua, untuk akreditasi. Dalam UU No.20/2003 Bab 1
Pasal 1 Ayat 22 dijelaskan bahwa “akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan
program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan”.
Salah satu komponen akreditasi adalah pembelajaran. Artinya, fungsi akreditasi
dapat dilaksanakan jika hasil evaluasi pembelajaran digunakan sebagai dasar
akreditasi lembaga pendidikan.
Berdasarkan aspek belajar peserta didik, fungsi evaluasi meliputi :3
a. Fungsi selektif
b. Fungsi diagnostik
c. Fungsi formatif
d. Fungsi sumatif

3
Shodiq Abdullah, EVALUASI PEMBELAJARAN, (Semarang : PUSTAKA RIZKI PUTRA,
2012), hlm. 7-9.

14
D. Prinsip-Prinsip Umum Evaluasi
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi
harus bertitik tolak dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut :
1. Kontinuitas
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental arena pembelajaran itu
sendiri adalah suatu proses yang kontinu. Oleh sebab itu, evaluasi pun harus
dilakukan secara kontinu. Hasil evaluasi yang diperoleh pada suatu waktu harus
senantiasa dihubungkan dengan hasil-hasil pada waktu sebelumnya, sehingga
dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti tentang perkembangan peserta
didik. Perkembangan belajar peserta didik tidak dapat dilihat dari dimensi produk
saja, tetapi juga dimensi proses bahkan dari dimensi input.
2. Komprehensif
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, guru harus mengambil
seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi. Misalnya, jika objek evaluasi itu adalah
peserta didik, maka seluruh aspek kepribadian peserta didik itu harus di evaluasi,
baik yang menyangkut kognitif, afektif maupun psikomotor begitu jug dengan
objek-objek evaluasi yang lain.
3. Adil dan Objekif
Dalam melaksanakan evaluasi, guru harus berlaku adil tanpa pilih kasih. Kata
“adil” dan “objektif” memang mudah diucapkan, tetapi sulit dilaksanakan.
Meskipun demikia, kewajiban manusia adalah harus berikhtiar. Semua peserta
didik harus diberlakukan sama tanpa “pandang bulu”. Guru juga hendaknya
bertindak secara objektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Oleh sebab itu, sikap like and dislike, perasaan, keinginan, dan prasangka yang
bersifat neatif harus dijauhkan. Evaluasi harus didasarkan atas kenyataan (data da
fakta) yang sebenarnya, bukan hasil manipulasi atau rekayasa.

4. Kooperatif
Dalam kegiatan evaluasi guru hendaknya bekerja sama dengan semua pihak,
seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, termasuk dengan

15
peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa puas
dengan hasil evaluasi, dan pihak-pihak tersebut merasa dihargai.
5. Praktis
Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik oleh guru itu sendiri yang
menyusun alat evaluasi maupun orang lain yag akan menggunakan alat tersebut.
Untuk itu harus diperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.
Dalam konteks penilaian hasil belajar, Depdiknas (2003) mengemukakan
prinsip-prinsip umum penilaian adalah mengukur hasil-hasil belajar yang telah
ditentukan dengan jelas dan sesuai dengan kompetensi serta tujuan pembelajaran,
mengukur sampel tingkah laku yang representatif dari hasil belajar dan bahan-
bahan yang tercakup dalam pengajaran mencakup jenis-jenis instrumen penilaian
yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan, direncanakan
sedemikian rupa agarhasilnya sesuai dengan yang digunakan secara khusus dibuat
dengna reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara hti-hati dan
dipakai untuk memperbaiki proses dan hasil belajar.4
Disamping itu, guru harus memperhatikan pula hal-hal teknis, antara lain :
1. Penilaian hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang
harus dinilai, materi yang akan dinilai, alat penilaian dan interpretasi hasil
penilaian.
2. Penilaian harus menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran.
3. Untuk memperoleh hasil yang objektif, penialain harus menggunakan
berbagai alat instrumen, baik yang berbentuk tes maupun non tes.
4. Pemilihan alat penilaian harus sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.
5. Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreativitas
peserta didik, proyek, dan portofolio.
6. Objek penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai.
7. Penilaian harus mengacu kepada prinsip diferensiasi, yaitu memberikan
peluang kepada peserta didik untuk menunjukkan apa yang diketahui, apa
yang dipahami dan apa yang dapat dilakukan

4
Zainal Arifin. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

16
8. Penilaian tidak bersifat diskriminatif. Artinya, guru harus berlaku adil dan
bersikap jujur kepada semua peserta didik, serta bertanggung jawab ekpada
semua pihak.
9. Penilaian harus diikuti dengan bertindak lajut(follow-up).
10. Penilaian harus berorientasi pada kecakapan hidup dan bersifat mendidik.

17
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas berkaitan dengan konsep dasar evaluasi
pembelajaran maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa sebagai calon pendidik
harus mengetahui dan menguasai evaluasi pembelajaran berkaitan dengan definisi,
kedudukan, tujuan dan fungsi, ruang lingkup, prinsip-prinsip umum serta jenis-
jenis evaluasi pemebalajran sebagai bekal calon pendidik untuk masuk di dunia
pendidikan.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan
dan penyusunan kalimat, kami mohon maaf. Untuk itu kami sangat membutuhkan
kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya, semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2014. EVALUASI PEMBELAJARAN. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya Offset.

Abdullah, Shodiq. 2012. EVALUASI PEMBELAJARAN. Semarang : PUSTAKA


RIZKI PUTRA.

Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.


Zainal Arifin. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

19
20

Anda mungkin juga menyukai