Anda di halaman 1dari 29

EVALUASI PENDIDIKAN

(Disusun untuk memenuhi tugas Pengembangan Sistem Evaluasi PAI )

Dosen pengampu: Vera Wahyuni, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 3 (PAI 5D):

Meliyana (2011098)

Riyansyah (2011099)

Fahmi Aufa (2011107)

Noverika Nur Afifah (2011115)

Afiqah Dwi Cahyanti (2011119)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis


kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang berang benderang.

Makalah yang berjudul Evaluasi Pendidikan ini disusun guna


memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Sistem Evaluasi PAI yang
diampuh oleh Ibu Vera Wahyuni, M.Pd. yang mana pada makalah ini akan
membahas mengenai Evaluasi Pendidikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Vera Wahyuni, M.Pd.


selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Sistem Evaluasi PAI
yang telah memberikan tugas ini, sehingga bisa menambah ilmu penulis. Tak
lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
penulis dalam pembuatan makalah ini. Penulis berharap makalah ini bisa
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Penulis juga menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini
lebih baik lagi.

Keramat, 17 September 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ....................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi Pendidikan .............................................................................. 3
B. Karakteristik dan Fungsi Evaluasi Pendidikan ......................................................... 4
C. Kedudukan Evaluasi dalam system Pendidikan ............................................11

D. Sistem Evaluasi Pendidikan.........................................................................16


E. Tujuan dan Kegunaan Evaluasi Pendidikan..................................................17
F. Evaluasi dalam Belajar Mengajar.................................................................20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 25
B. Saran ..................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata evaluasi sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masa
sekarang, apalagi dalam dunia pendidikan. Evaluasi dapat diartikan juga
sebuah penilaian. Salah satu teknik dalam memperbaiki proses pendidikan
yang paling efektif ialah dengan mengadakan evaluasi tes hasil belajar.
Hasil tes diproses lalu dari hasil pengolahan itu dapat diketahui
komponen-komponen manakah dari proses belajar-mengajar itu yang
masih perlu diperbaiki.
Sekarang ini banyak orang yang melakukan kegiatan evaluasi,
tetapi belum memiliki pemahaman terhadap definisi evaluasi itu sendiri.
Hal tersebut pastinya akan menimbulkan masalah dalam proses pendidikan
pada umumnya, dan proses pembelajaran pada khususnya. Karena
aktivitas evaluasi tidak mempunyai syarat evaluasi sebagai suatu konsep
pendidikan, dan banyak aktivitas evaluasi yang tidak sesuai dengan
kaidah-kaidah yang ada.
Maka dari itu seorang calon guru harus dibekali bagaimana cara
mengevaluasi pembelajaran yang baik dan sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan. Karena evaluasi bukan tentang suatu teknik untuk
mengklasifikasikan keberhasilan atau kegagalan dalam belajar, tetapi juga
sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Evaluasi Pendidikan?
2. Apa saja Karakteristik dan Fungsi Evaluasi Pendidikan?
3. Apa Kedudukan Evaluasi dalam system Pendidikan?
4. Apa Sistem Evaluasi Pendidikan?
5. Apa Tujuan dan kegunaan Evaluasi Pendidikan?
6. Apa saja Evaluasi dalam Belajar Mengajar?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, karakteristik dan fungsi evaluasi
pendidikan.
2. Untuk mengetahui kedudukan, sistem, tujuan dan kegunaan Evaluasi
Pendidikan.
3. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi dalam belajar mengajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi dan Evaluasi Pendidikan


Stufflebeam dan Shinkfield berpendapat tentang definisi evaluasi
merupakan suatu investigasi, penelitian, penyelidikan, atau pemeriksaan yang
sistematik terhadap nilai suatu objek. Dilihat dari sisi prosesnya evaluasi
adalah proses merencanakan, memperoleh, melaporkan, dan menggunakan
informasi deskriptif dan mempertimbangkan beberapa manfaat objek, nilai
signifikansi dan kejujuran dalam rangka memandu pengambilan keputusan,
akuntabilitas, dukungan, menyebarkan praktik-praktik yang efektif serta
meningkatkan pemahaman tentang fenomena-fenomena yang terlibat. 1
Mehren dan Lehmann juga berpendapat tentang pengertian evaluasi.
Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif
keputusan. Pengertian ini merujuk bahwa evaluasi memiliki pengertian proses
yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data dan
berdasarkan informasi atau data tersebut dibuat suatu keputusan.
Evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang nilai, harga atau
manfaat dari suatu objek. Evaluasi harus dilakukan secara resmi atau formal
dan sistematik, bukan dilakukan sekedar formalitas dan asal-asalan.
Evaluasi juga memilki pengertian sebuah proses atau kegiatan
pemilihan, pengumpulan, analisis, dan penyajian informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program
selanjutnya. Evaluasi pendidikan diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan,
yang merupakan proses pengukuran akan efektivitas strategi yang dijalankan

1
Riinawati, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Thema Pubhlising, 2021),
hlm. 14-15

3
untuk mencapai tujuan perusahaan. Hasil dari evaluasi selanjutnya akan
digunakan sebagai analisis program selanjutnya. 2
Evaluasi merupakan kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu
program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau
tidak, serta dapat digunakan untuk melihat efisiensi pelaksanaannya.
Sedangkan evaluasi pendidikan dalam bahasa Arab sering disebut
dengan al-taqdir altarbiyah yang diartikan sebagai penilaian dalam bidang
pendidikan atau penilaian mengenai hal yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan. Secara terminologi, beberapa ahli memberikan pendapat tentang
pengertian evaluasi diantaranya:
Jadi evaluasi pendidikan dapat didefinisikan kegiatan identifikasi
untuk melihat apakah suatu program pendidikan yang telah direncanakan
telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, serta dapat digunakan untuk
melihat tingkat efisiensi pelaksanaan kedepannya. 3

B. Karakteristik dan Fungsi Evaluasi Pendidikan


1. Karakteristik Evaluasi Pendidikan
Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas proses dan
hasil pembelajaran. Pentingnya evaluasi dalam pembelajaran, dapat dilihat
dari tujuan serta fungsi evaluasi maupun sistem pembelajaran itu sendiri.
Evaluasi tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran, sehingga guru wajib
melakukan evaluasi pembelajaran.4

Suharsimi Arikunto (2008:57-62), menyatakan bahwa suatu tes


dapat dikatakan baik apabila memenuhi lima persyaratan, yaitu: validitas,
reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis.

a) Validitas

2
Ibid, hlm. 16
3
Ibid, hlm. 16-17
4
Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Pustaka Setia,
2015), hlm.76.

4
Alat ukur yang di katakan valid, apabila alat ukur itu dapat
dengan tepat mengukur apa yang hendak di ukur. Dengan kata lain
validitas berkaitan dnegan “ketepatan” dengan alat ukur.

Tes sebagai salah satu alat ukur hasil belajar dapat di katakan
valid apabila tes itu tepat mengukur hasil belajar yang hendak di ukur.
Dengan tes yang valid akan menghasilkan data hasil belajar yang valid
juga.5

Contoh untuk mengukur tingkat partisipasi siswa dalam proses


pembelajaran, bukan di ukur melalui skor nilai yang di peroleh pada
waktu ulangan, tetapi di lihat melalui:

1. Kehadiran
2. Terpusatnya perhatian
3. Ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan oleh
guru dalam arti relevan pada Permasalahannya.

Nilai yang di peroleh pada waktu ulangan, bukan


menggambarkan partisipasi, tetapi menggambarkan prestasi belajar.
Ada beberapa macam validitas, yaitu validitas logis (logical validity),
validitas isi (content validity), validitas konstruk (conctruct validity),
validitas ramalan (predicetive validity).

Untuk tes hasil belajar, aspek validitas yang paling penting itu
adalah validitas isi. yang di maksud dengan validitas isi adalah ukuran
yang menunjukan sejauh mana skor dalam tes berhubungan dengan
penguasaan peserta tes dalam bidang studi yang di uji melalui
perangkat tes tersebut.

Untuk mengetahui tingkat validitas isi tes, di perlukan adanya


penilaian ahli yang nenguasai bidang studi tersebut. Jadi bersifat

5
Ibid, hlm. 77

5
analisis kualitatif. Orang yang tidak menguasai isi bidang studi yang di
tes tentu saja tidak dapat melakukan penilaian tentang tes isi tes.

b) Reliabilitas
Kata realibilitas dalam bahasa indonesia di ambil dari kata
reliability dalam bahasa inggris , berasal dari kata asal reliable yang
artinya dapat di percaya.Seorang di katakan dapat di percaya jika orang
tersebut selalu bicara konsisten, tidak pernah berubah-ubah
6
pembicaraannya dari waktu ke waktu.

Demikian halnya juga dengan tes. Tes tersebut di katakan dapat


di percaya (reliable), antara lain cirinya :

1. Jika memberikan hasil yang tetap atau ajek (konsisten) apabila di


teskan berkali-kali.

2. Jika kepada siswa di berikan tes yang sama yang pada waktu yang
berlainan , maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan
(rangking) yang sama atau ajek dalam kelompoknya.
Ajek atau tetap tidak selalu harus sama, tetapi mengikuti
perubahan secara tetap. Jika keadaan A mula-mula berada lebih rendah
di bandingkan deng B, maka jika di adakan pengukuran ulang, si A
tetap berada lebih rendah daripada B. Itulah yang di katakan tetap,
yaitu tetap dalam kedudukan siswa di antara anggota kelompok yang
lain. Jika di hubungkan dengan validitas maka validitas berhubungan
dengan ketepatan sedangkan reliabilitas berhubungan dengan
ketetapan.

c) Objektivitas
Objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang
memengaruhinya. Lawan dari objektif adaalah subjektif, artinya
terdapat unsur pribadi yang masuk memengaruhi. Sebuah tes di
katakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak

6
Ibid.,hlm.78.

6
ada faktor subjektif yang memengaruhi terutama dalam sistem
skoringnya.

Ada dua faktor yang memengaruhi subjektivitas dari suatu tes,


yaitu bentuk tes dan penilai.7

1. Bentuk tes uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada


penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri.
Dengan demikian maka hasil dari seorang siswa yang mengerjakan
soal dari sebuah tes, akan memperoleh skor yang berbeda apabila
di nilai oleh dua orang. Itulah sebabnya pada waktu sekarang ini
ada kecenderungan penggunaan tes objektif di berbagai bidang.
Untuk menghindari masuknya unsur subjektivitas dari penilai, jadi
sistem skoringnya dapat di lakukan dengan sebaik-baiknya, antara
lain dengan membuat pedoman skoring terlebih dahulu.

2. Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara lebih leluasa


terutama dalam bentuk tes uraian. Faktor-faktor yang memengaruhi
subjektivitas penilai antara lain : kesan penilai terhadap siswa
(hallo effect), bentuk tulisan, gaya bahasa yang di gunakan peserta
tes, waktu mengadakan penilaian, kelelahan dan sebagainya.
Untuk menghindari atau mengurangi masuknya unsur subjektivitas
dalam penilaian maka penilaian harus di laksanakan:
1) Secara kontinu (terus menerus) sehingga akan di peroleh
gambaran yang lebih jelas tentang keadaan siswa.
2) Secara komprehensif (menyeluruh) yaitu mencakup keseluruhan
materi, mencakup berbagai aspek berpikir (ingatan, pemahaman,
analisis, aplikasi dan sebagainya), dan melalui berbagai cara
yaitu tes tertulis, tes lisan, serta tes perbuatan,pengamatan dan
sebagainya
d) Praktikabilitas

7
Ibid.,hlm.79.

7
Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi
apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.

Tes yang praktis adalah tes meliputi:

1) Mudah di laksanakan, artinya tidak menuntut peralatan yang


2) banyak dan memberi kebebasan kepada semua siswa untuk
mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh
siswa.
3) Mudah pemeriksaannya, artinya tes itu di lengkapi dengan kunci
jawaban ataupun pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk
objektif, pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika
dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.
4) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan
oleh orang lain.
e) Ekonomis
Maksud dari ekonomis ini adalah bahwa pelaksanaan tes
tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak
dan waktu yang lama.

2. Fungsi Evaluasi Pendidikan


Berdasarkan pada UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 58 (1)
evaluasi hasil belajar siswa dilakukan untuk memantau proses, kemajuan
dan juga perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan.8

Fungsi dari evaluasi pendidikan adalah sebagai berikut :

a. Fungsi sumatif, adalah untuk memberikan umpan balik (feed back)


bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Yang dimaksud
dari umpan balik adalah segala informasi balik yang menyangkut
output maupun transformasi. Hal ini diperlukan sekali untuk
memperbaiki input maupun transformasi. Bagi lulusan yang kurang

8
Muhammad Ilyas Ismail, Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dasar, Prin, Teknik dan
Prosedur, ( Depok : PT RajaGrafindo, 2020), hlm.6.

8
bermutu atau yang belum memenuhi harapan akan merangsang semua
pihak untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan penyebab
kurang bermutunya lulusan.
b. Fungsi formatif, adalah untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi yang telah
ditentukan. 9
c. Fungsi rasional, adalah sebagai dasar untuk membuat perencanaan
kegiatan pembelajaran berikutnya.
d. Fungsi seleksi, evaluasi berfungsi untuk menyeleksi siswa ke tahap
berikutnya misalnya menentukan kenaikan kelas, penjurusan,
beasiswa, mewakili kelas atau satuan pendidikan dalam kegiatan
perlombaan dan seleksi lain-lainnya. Dengan cara melaksanakan
penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi ataupun
penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai
tujuan, yaitu :

1. Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.

2. Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas ataupun tingkat


berikutnya.
3. Untuk memilih siswa yang berhak mendapatkan beasiswa.
4. Untuk memilih siswa yang berhak meninggalkan sekolah dan
lainnya.
e. Fungsi diagnostik, adalah untuk mengetahui kelemahan siswa dalam
kegiatan pembelajaran dan penyebabnya. Jadi, dengan penilaian
sebenarnya guru melakukan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan
dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini
akan lebih mudah untuk mencari cara mengatasinya.
f. Fungsi sebagai pengukur keberhasilan, evaluasi ini berfungsi untuk
mengukur keberhasilan sebuah proses pembelajaran yang telah

9
Riinawati, Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Yogyakarta: Thema Publishing, 2021),
hlm.29.

9
ditetapkan oleh guru. Fungsi ini maksudnya untuk mengetahui sejauh
mana suatu program berhasil diterapkan. Dari keberhasilan program
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor guru, metode mengajar,
kurikulum dan sistem administrasi.
g. Fungsi penempatan, hasil dari evaluasi nantinya dijadikan acuan oleh
guru untuk menentukan siswa yang berhak menjadi juara kelas atau
masuk ke dalam kelas unggulan atau percepatan. Alasan dari
timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap
kemampuan individual.
Adapun Evaluasi dalam bidang pendidikan dan pengajaran
mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai berikut :10

1) Untuk mengetahui bagaimana taraf kesiapan dari siswa untuk


menempuh sesuatu pendidikan tertentu. Jadi artinya apakah seorang
siswa sudah cukup siap untuk diberikan pendidikan tertentu atau
belum.
2) Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses
pendidikan yang telah dilaksanakan.
3) Untuk mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang diberikan pada
siswa dapat dilanjutkan dengan bahan yang baru atau perlu
mengulangi kembali bahan ajar yang telah lalu.
4) Untuk mendapatkan bahan-bahan informasi dalam memberikan
bimbingan tentang jenis-jenis pendidikan yang cocok untuk siswa.
5) Untuk mendapatkan bahan-bahan informasi guna menentukan apakah
seorang siswa dapat mengikuti jenjang kelas yang lebih tinggi atau
perlu mengulangi kembali bahan-bahan yang telah lalu.
6) Untuk membandingkan prestasi yang dicapai oleh siswa sudah sesuai
dengan kapasitasnya atau belum.
7) Sebagai prediksi kematangan siswa untuk dilepas di lingkungan
masyarakat atau belum.

10
Ibadullah Malawi dan Endang Sri Maruti, Evaluasi Pendidikan, (Jawa Timur: CV. AE
Media Grafika, 2016), hlm.3.

10
8) Untuk mengadakan seleksi bagi calon pada suatu jabatan atau jenis
pendidikan tertentu.
9) Untuk meneliti mengenai taraf efisiensi metode yang digunakan dalam
proses belajar mengajar di kelas.

C. Kedudukan Evaluasi dalam Sistem Pendidikan


Dalam evaluasi selalu mengandung proses, proses evaluasi harus tepat
terhadap tipe tujuan yang biasanya dinyatakan dalam bahasa perilaku.
Dikarenakan tidak semua perilaku dapat dinyatakan dengan alat evaluasi yang
sama maka evaluasi menjadi salah satu yang sulit dan menantang yang harus
disadari oleh guru.11

Menurut undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003


tentang sistem pendidikan nasional pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan
dalam rangka mengendalikan mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk
akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, diantaranya yaitu terhadap peserta didik, lembaga dan juga
program pendidikan.

Kedudukan evaluasi dalam belajar dan pembelajaran sungguh sangat


penting, dan bahkan dapat dipandang sebagai bagian yang tidak bisa
terpisahkan dengan keseluruhan proses pembelajaran. Di katakan Penting
karena dengan adanya evaluasi pembelajaran tersebut dapat mencapai tujuan
atau belum, faktor juga menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran
tersebut berhasil atau belum berhasil.

Evaluasi pendidikan mencakup semua komponen, proses pelaksanaan


dan produk pendidikan secara total dan di dalamnya terakomodir 3 konsep,
yaitu : memberikan pertimbangan (judgement), nilai (value) dan arti (worth).
Dengan demikian evaluasi pendidikan dapat berupa:

11
Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Pustaka Setia,
2015), hlm.16.

11
1) Evaluasi context / tujuan / kebijakan
Suatu kebijakan dapat dikatakan berhasil jika telah sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelum kebijakan tersebut diimplementasikan.12

Dalam proses implementasi kebijakan banyak faktor yang


mempengaruhi berhasil tidaknya kebijakan tersebut. Keberhasilan kebijakan
dapat ditentukan oleh tingkat Implementabillity kebijakan yang terdiri dari isi
program (content of policy) dan kondisi lingkungan yang mempunyai kaitan
pengaruh terhadap implementasi (context of policy).

Menurut Cherles O. Jones (1971), evaluasi kebijakan adalah kegiatan


yang dapat menyumbangkan pengertian yang besar nilainya dan juga dapat
membantu penyempurnaan pelaksanaan kebijakan beserta perkembangannya.
Sedangkan menurut William N. Dunn (1967), evaluasi dapat disamakan
dengan penaksiran pemberian angka dan penilaian. Evaluasi kebijakan penting
untuk mengetahui beberapa hal mengenai kebijakan yang sedang atau telah
dilaksanakan. Alasan diperlukannya evaluasi ini, antara lain adalah:

a. Untuk mengetahui keberhasilan dan tingkat efektivitas suatu kebijakan,


pemenuhan aspek akuntabilitas publik, menunjukkan manfaat kebijakan
pada stakeholder, dan yang tidak kalah penting adalah evaluasi kebijakan
diperlukan agar tidak terjadi kesalahan yang sama.
b. Evaluasi dapat dilakukan dengan melihat pada tingkat implementabillity
kebijakan yang terdiri dari isi program (content of policy) dan kondisi
lingkungan kebijakan (context of policy).
c. Pada isi program terdapat kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi
implementasi kebijakan, manfaat yang bisa diperoleh, derajat perubahan,
letak pengambilan keputusan, pelaksana program, serta sumber daya yang
digunakan.
d. Pada kondisi lingkungan terdapat kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan
strategi dari aktor yang terlibat, karakter lembaga dan rezim yang

12
Ibid.,hlm.17.

12
berkuasa, serta tingkat kepatuhan dan respon dari pelaksana dan kelompok
sasaran.
Dari penjelasan yang di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
lingkungan kebijakan adalah kegiatan yang dapat memberikan pengertian dan
penilaian terhadap suatu kebijakan jika dilihat dari kondisi lingkungan
kebijakan (context of policy) yang bertujuan untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya suatu kebijakan.

2) Evaluasi input
Evaluasi input, seperti evaluasi terhadap peserta didik, pendidik,
prasarana dan sarana, kurikulum/program, serta input lingkungan. Input
pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk
berlangsungnya proses.13

a. Input sumber daya meliputi sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru


termasuk guru BP, karyawan, siswa) dan sumberdaya selebihnya
(peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dan lainnya.).
b. Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan
perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dsb.
c. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran- sasaran yang
hendak dicapai oleh sekolah.
Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung
dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari
tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula
mutu input tersebut.

3) Evaluasi proses
Yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap proses atau kegiatan
pendidikanpembelajaran yang sedang berlangsung. Proses Pendidikan juga
merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu
dari hasil proses disebut output.
13
Ibid.,hlm.18.

13
Dalam pendidikan berskala mikro (ditingkat sekolah), proses yang
dimaksud adalah:

a. Proses pengambilan keputusan


b. Proses pengelolaan kelembagaan
c. Proses pengelolaan program
d. Proses belajar mengajar
e. Proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar
memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibanding dengan proses-proses
lainnya.
4) Evaluasi hasil / produk
Evaluasi Output yaitu bahan jadi yang dihasilkan oleh tranformasi
(siswa lulusan sekolah). Seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi selama
mengikuti program Alat ukur: test pencapaian/achievement test.

Sehubungan dengan output pendidikan adalah merupakan kinerja


sekolah.

a. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari


proses/perilaku sekolah.
b. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya,
produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan
kerjanya dan moral kerjanya.
5) Evaluasi “outcomes” ( dampak)
Menurut Rossi dan freeman, (1985), evaluasi dampak adalah sebuah
evaluasi yang mengukur taraf atau tingkat ketercapaian sebuah program dalam
menyebabkan perubahan seseorang dalam kehidupan yang selanjutnya.14

Studi ini melihat pada aspek dampak (outcome) tertentu dari sebuah
produk (output) kebijakan. Produk atau hasil kebijakan (policy output), akan
berbeda dengan dampak kebijakan (policy impact). Output kebijakan adalah
produk dan implementasi kebijakan. Sedangkan dampak (outcome/impact)

14
Ibid.,hlm.19.

14
dari sebuah kebijakan merupakan efek kebijakan dalam konteks yang
sesungguhnya.

Secara keseluruhan evaluasi pendidikan terbagi menjadi tiga :

a) Awal kegiatan pendidikan.


Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapan ,
kemampuan peserta didik sehingga memungkinkan tenaga pengajar
menyusun rancangan pendidikan sesuai dengan peserta didik, dengan
selalu berpijak pada kompetensi yang akan di capai.

b) Pada saat proses pendidikan atau belajar mengajar sedang berlangsung.


Evaluasi ini bisa juga di katakan sebagai evaluasi proses
pelaksanaan pembelajaran dan komponen pendidikan. Evaluasi proses di
awali pada tahap pertama pembelajaran di laksanakan dan secara runtun
sampai pada akhir pendidikan. Melalaui evaluasi proses akan tampak jelas
rencana – rencana penddidikan yang telah di susun dapat dilaksanan
dengan baik.

c) Pada akhir kegiatan pendidikan atau pembelajaran.


Kegiatan pendidikan atau pembelajaran termasuk upaya untuk
menentukan tingkat pencapaian peserta didik dalam belajar. Evaluasi
seperti ini dapat juga di lakukan pada akhir satuan mata
pelajaran.Pembelajaran yakni suatu system yang memiliki komponen yang
saling berinteraksi, berinterelasi dan berinterdependensi, salah satu
komponen nya adalah evaluasi, dengan adanya evaluasi proses
pembelajaran ini menjadi bukti bahwa evaluasi mempunyai kedudukan
dan peranan yang sangat penting terhadap pembelajaran dan tidak bisa
15
dipisahkan satu sama lainnya.

Evaluasi merupakan umpan balik dalam proses pendidikan dengan


mendapatkan segala informasi yang berhasil diperoleh selama proses

15
Ibid, hlm. 20

15
pendidikan yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan,
masukan dan transformasi yang ada dalam proses pendidikan itu sendiri.

D. Sistem Evaluasi Pendidikan


Evaluasi sebagai alat yang digunakan dalam rangka melakukan
kegiatan evaluasi. Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan
secara komplementer (saling melengkapi sesuai dengan kompetensi yang
dinilai.). Dalam konteks evaluasi hasil proses pembelajaran di sekolah
dikenal 2 macam teknik, yaitu teknik tes, maka evaluasi dilakukan dengan
cara menguji peserta didik, sedangkan teknik non test, maka evaluasi
dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik.16
1. Teknik tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka
pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan yang berbentuk
pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-
pertanyaan atau perintah- perintah .Ditinjau dari segi fungsi teknik tes
sebagai alat pengukur perkembangan belajar peserta didik, tes
dibedakan menjadi tiga golongan:
a. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan- kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-
kelemahan siswa tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang
tepat .
b. Tes formatif, adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui sudah
sejauh manakah peserta didik telah terbentuk sesuai dengan tujuan
pengajaran yang telah ditentukan setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Di sekolah tes formatif
ini dikenal dengan istilah ulangan harian.
c. Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah
sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan, di sekolah
tes ini dikenal dengan ulangan umum, di mana hasilnya digunakan

16
Ibid, hlm. 21

16
untuk mengisi nilai raport atau mengisi Surat Tanda Tamat Belajar
(STTB) atau Ijazah .
Apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara
memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu, tes tertulis dan tes lisan.
2. Teknik non tes yaitu evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan
dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan cara:
a. Skala bertingkat (rating scale) skala menggambarkan suatu nilai
yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan.
b. Questioner (Angket) yaitu sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi
oleh orang yang akan diukur (responden) .
c. Daftar cocok (check list) yaitu deretan pernyataan di mana
responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (√) di
tempat yang sudah disediakan.
d. Wawancara(Interview) suatu metode atau cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab
sepihak.
e. Pengamatan (observation) suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara
sistematis.17

E. Tujuan dan Kegunan Evaluasi Pendidikan

1. Tujuan Evaluasi Pendidikan

Pendidikan Secara umum evaluasi merupakan salah satu rangkaian


kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja atau produktivitas suatu
suatu lembaga dalam melaksanakan programnya.18

17
Akhmad Riadi, Problematika Sistem Evaluasi pembelajaran , Kopertais, 2017, hlm. 5-
6
18
Elis RatnaWulan, dkk, EVALUASI PEMBELAJARAN, Bandung : Penerbit Pustaka
Setia ,2013, hal. 8.

17
a. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang
terjadi dalam proses pembelajaran.
b. Melalui evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang telah
dicapai dan mana yang belum.
c. Evaluasi memberikan informasi bagi kelas dan pendidik untuk
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
d. Evaluasi sebagai komponen pengajaran adalah proses untuk mengetahui
keberhasilan program pengajaran dan merupakan proses penilaian yang
bertujuan untuk mengetahui kesukarankesukaran yang melekat pada
proses belajar.
e. Evaluasi dalam pendidikan dilaksanakan untuk memperoleh informasi
tentang aspek yang berkaitan dengan pendidikan.
Sedangkan secara khususus tujuan evaluasi pendidikan, menurut
Gronlund, antara lain:
a. Untuk memberikan klarifikasi tentang sifat hasil pembelajaran yang
telah dilaksanakan,
b. Memberikan informasi tentang ketercapaian tujuan jangka pendek yang
telah dilaksanakan,
c. Memberikan masukan untuk kemajuan pembelajaran,
d. Memberikan informasi tentang kesulitan dalam pembelajaran dan untuk
memilih pengalaman pembelajaran di masa yang akan datang.19

Pada prinsipnya tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk melihat dan


mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Dalam
kapasitasnya proses pembelajaran memiliki tiga hal penting yaitu,
input, transformasi dan output, untuk dievaluasi.

a. Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap
menjalani proses pembelajaran.

19
Rinawati, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta : Thema Publishing, 2021, hal.
35.

18
b. Transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses
pembelajaran yaitu ; guru, media dan bahan beljar, metode pengajaran,
sarana penunjang dan sistem administrasi.

c. Output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.

Menurut Zainal Arifin, memandang, jika kita ingin melakukan kegiatan


evaluasi, terlepas dari jenis evaluasi apa yang digunakan, terdapat tuga
hal yang perlu diperhatikan, antara lain: 20

a. Guru harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu tentang tujuan


dan fungsi evaluasi. Bila tidak, maka guru akan mengalami kesulitan
merencanakan dan melaksanakan evaluasi. Hampir setiap orang yang
membahas evaluasi pula tentang tujuan dan fungsi evaluasi.
b. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan
efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan
materi, metode, media sumber belajar, lingkungan maupun sistem
penilaian itu sendiri.
c. Tujuan khusus evaluasi pembelajaran disesuaikan dengan jenis evaluasi
pembelajaran itu sendiri, seperti evaluasi perencanaan dan
pengembangan, evaluasi monitoring, evaluasi dampak, evaluasi
efisinensi-ekonomi, dan evaluasi program komprehensif.

Sedangkan Daryanto, mengkhususkan, bahwa tujuan utama


melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian
tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak
lanjutnya. Tindak lanjut termaksud merupakan fungsi evaluasi dan
dapat berupa:

a. Penempatan pada tempat yang tepat

b. Pemberian umpan balik

20
Arief AuliaRahmat, Evaluasi Pembelajaran, Sidoarjo : Uwais Inspirasi Indonesia,
2019, Hal. 8.

19
c. Diagnosis kesulitan belajar siswa

d. Penentuan kelulusan

2. Kegunaan Hasil Evaluasi Pendidikan

Informasi evaluasi dapat digunakan untuk kegiatan, diantaranya:

a. Membantu memutuskan kesesuaian dan keberlangsungan dari tujuan


pembelajaran, kegunaan materi pembelajaran,

b. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari strategi pengajaran


(metode dan teknik belajar-mengajar) yang digunakan. yaitu, input,
transformasi dan output, untuk dievaluasi.21

F. Evaluasi dalam Belajar Mengajar


Untuk mengetahui kedudukan peserta didik didalam kelas atau
kelompok. Dengan demikian guru dapat mengklasifikasikan apakah peserta
didik termasuk kelompok yang pandai, sedang, cukup, atau kurang dikelasnya
dibandingkan.22dan dalam pembelajaran yakini ada juga teknik evaluasi
dalam pembelajaran,Ada dua hal teknik evaluasi untuk menilai kualitas siswa
yaitu:

1. Tes, merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar


atau salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang
membutuhkan jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan
tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau
mengungkap aspek tetentu dari orang yang dikenai tes. Hasil tes
merupakan informasi tentang karakteristik seseorang atau sekelompok
orang. Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya tingkat
kemampuan manusia secara tidak langsung, yaitu melalui respons

21
Elis RatnaWulan Ratnawulan, Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Pustaka
Setia, 2015), hal. 9.

20
seseorang terhadap sjumlah stimulusatau pertanyaan. Oleh karena itu, agar
diperoleh informasi yang akurat dibutuhkan tes yang handal.23

Hasil tes bisa digunakan untuk memantau perkembangan mutu


pendidikan. Hasil tes untuk tujuan ini harus baik, yaitu memilki kesalahan
pengukuran yang sekecil mungkin. Kesalahan Kesalahan pengukuran ini
dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu kesalahan acak dan sistemik.
Kesalahan acak disebabkan karena kesalahan dalam menentukan sampel
isi tes, variasi emosi seseorang, termasuk variasi emosi pemeriksa lembar
jawaban jika lembar jawaban peserta tes diperiksa secara manual.
Sedangkan keslahan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan karena
soal tes terlalu mudah atau terlalu sukar. Ada pendidik yang cenderung
membuat tes yang terlalu sulit, tetapi ada juga yang cenderung selalu
membuat tes yang mudah. Selain itu ada pula pendidik yang pemurah,dan
ada yang mahal dalam memberi skor. Hal-hal ini merupakan sumber
kesalahan yang sistemik.24

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam kaitan dengan tes,


yaitu testing, testee, dan tester. Testing adalah waktu dimana tes
dilaksanakan, atau waktu pelaksanaan tes. Testee adalah orang yang
dikenai tes, atau orang yang mengerjakan tes. Sedangkan tester adalah
orang melakukan tes, atau pelaksana tes.

2. Non tes merupakan bagian yang tidak terpisahkan, satu kesatuan yang utuh
dengan pembelajaran. Dalam konsep kurikulum berbasis kompentensi
seperti K13, menuntut terpenuhinya tiga ranah sebagai indikator
keberhasilan. Tiga ranah ini adalah kemampuan berpikir, keterampilan
melakukan pekerjaan, dan perilaku. Setiap siswa memiliki potensi pada

23
Mansyur, Asesmen Pembelajaran di Sekolah Cetakan I, (Yogyakarta: Multi Presindo,
2009), hlm. 142

21
dua ranah, yaitu kemampuan berpikir dan ketarampilan, namun
tingkatannya dari satu siswa ke siswa yang lain bisa berbeda.25

Ada siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi, namun


keterampilan rendah. Demikian juga sebaliknya, ada peserta didik yang
memiliki kemampuan berpikir rendah, namun memiliki keterampilan yang
tinggi. Ada pula peserta didik yang memiliki kemampuan berpikirnya
biasa, demikian pula keterampilannya juga biasa, tidak ada yang menonjol.
Namun jarang sekali ada peserta didik yang memiliki kemampuan
berpikirnya rendah dan keterampilannya rendah. Karena apabila demikian,
sulit bagi peserta didik untuk bisa hidup dimasyarakat, karena tidak
memiliki potensi untuk hidup di masyarakat.

Hampir semua pelajaran memerlukan kemampuan berpikir.


Kemampuan berpikir termasuk pada ranah kognitif, meliputi kemampuan
menghapal, kemampuan memahami, kemampuan menerapkan,
kemampuan menganalisis, kemampuan menevaluasi, dan kemampuan
mencipta atau dalam istilah taksonomi hasil revisi taksonomi Bloom yaitu
mampu untuk menguasai dimensi proses kognitif.

Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan


menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada
dilapangan. Kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan
menstransfer pengetahuan ke berbagai situasi sesuai dengan konteksnya.
Hal ini berkaitan dengan pembelajaran kontekstual. Hampir semua mata
pelajaran berkaitan dengan kemampuan kognitif, karena didalamnya
diperlukan kemampuan berpikir untuk memahaminya.26

Kemampuan yang kedua adalah keterampilan psikomotor, yaitu


kemampuan yang berkaitan dengan gerak, yaitu yang menggunakan otot
seperti lari, melompat, melukis, berbicara, menbongkar dan memasang

25
Ibid, hlm. 158.
26
J. Umar, Pengembangan Sistem Penilaian untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan
Nasional di Era Global (Cet. I; Yogyakarta: HEPI, 2007), hlm. 140.

22
peralatan, dan sebagainya. Peringkat kemampuan psikomotorik ada lima,
yaitu gerakan reflek, garakan dasar, kemampuan perseptul, kemampuan
fisik, gerakan terampil, dan komunikasi nondiskursip.

Gerakan reflek adalah respon motor atau gerak tenpa sadar yang
muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah
pada keterampilan komplek yang khusus. Siswa yang telah mencapai
kompetensi dasar pada ranah ini mampu melakukan tugas dalam bentuk
keterampilan sesuai dengan standar atau kriteria.27

Kemampuan perceptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan


kemampuan motor atau gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk
mengembangkan gerakan yang paling terampil. Gerakan termpil adalah
gerakan yang mampu dilakuakan siswa sehingga menghasilkajn produk
yang optimal, seperti keterampilan melakukan gerak tari, keterampilan
mengendarai sepeda atau sepeda motor.

Untuk mencapai gerakan terampil, pesertab didik harus belajar


secarasistemati melalui langkah-langkah tertentu. Gerakan yang telah
dipelajari peserta didik akan tersimpan lama, sehingga apabila siswa salah
dalam mempelajari gerakan psikomotot maka sulit untuk memperbaikinya.

Oleh karena itu guru harus merancang dengan baik pembelajaran


psikomotor sehingga mencapai standarAda dua acuan yang digunakan
dalam melakukan teknik penilaian dalam evaluasi, yaitu acuan norma dan
acuan kriteria. Kedua acuan ini menggunakan asumsi yang berbeda
tentang kemampuan seseorang. Teknik analisis butir pada kedua acuan ini
ada yang sama namun ada yang berbeda. 28

Dilihat dari perencanaan tes dan penafsiran hasil tes, pengukuran


dalam bidang pendidikan bisa didasarkan acuan norma atau acuan kriteria.
Acuan norma dan kriteria dalam memilih bahan tes pada prinsispnya tidak

27
Zamproni, Pengembangan Sistem Penilaian Pendidikan Menengah yang Menerapkan
KBK dalam Kerangka Otonomi Daerah ,Cet. II, ( Yogyakarta: HEPI, 2004), hlm. 356.
28
Ibid, hlm. 16

23
berbeda, namun dalam penafsiran hasil tes yang berbeda. Perbedaan ini
disebabkan asumsi yang berbeda.

Dua acuan yang digunakan dalam teknik menyiapkan tes dan


menafsirkan hasil tes, yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Kedua acuan
ini menggunakan asumsi yang berbeda tentang kemampuan seseorang.
Penafsiran hasil tes antara kedua acuan ini berbeda sehingga menghasilkan
informasi yang berbeda maknanya. Pemilihan acuan yang tepat ditentukan
oleh karakteristik bidang studi yang akan diukur dan tujuan yang akan
dicapai. 29

29
Ibid. Hlm. 18

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaluasi pendidikan dapat didefinisikan kegiatan identifikasi untuk
melihat apakah suatu program pendidikan yang telah direncanakan telah
tercapai atau belum, berharga atau tidak, serta dapat digunakan untuk
melihat tingkat efisiensi pelaksanaan kedepannya.
Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran. Pentingnya evaluasi dalam pembelajaran, dapat dilihat dari
tujuan serta fungsi evaluasi maupun sistem pembelajaran itu sendiri.
Evaluasi tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran, sehingga guru wajib
melakukan evaluasi pembelajaran.
Untuk mengetahui kedudukan peserta didik didalam kelas atau
kelompok. Dengan demikian guru dapat mengklasifikasikan apakah
peserta didik termasuk kelompok yang pandai, sedang, cukup, atau kurang
dikelasnya dibandingkan.
B. Saran
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah yang akan
datang menjadi lebih baik lagi.

25
DAFTAR PUSTAKA

AuliaArief Rahmat. 2019. Evaluasi Pembelajaran. Sidoarjo. Uwais Inspirasi


Indonesia.
Ilyas Muhammad Ismail. 2020. Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dasar Prin
Teknik dan Prosedur. Depok. PT RajaGrafindo.

J. Umar. 2007. Pengembangan Sistem Penilaian untuk Meningkatkan Mutu


Pendidikan Nasional di Era Global . Yogyakarta. HEPI.

Malawi Ibadullah , Sri Endang Maruti. 2016. Evaluasi Pendidikan. Jawa Timur.
CV. AE Media Grafika.

Mansyur. 2009. Asesmen Pembelajaran di Sekolah Cetakan I. Yogyakarta. Multi


Presindo.

Riadi Akhmad. 2017. Problematika Sistem Evaluasi pembelajaran. Kopertais.

Rinawati. 2021. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta. Thema Publishing.

Rusdiana, Elis Ratnawulan . 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung. Pustaka


Setia.

Zamproni. 2004. Pengembangan Sistem Penilaian Pendidikan Menengah yang


Menerapkan KBK dalam Kerangka Otonomi Daerah Cet. II. Yogyakarta.
HEPI.

26

Anda mungkin juga menyukai