Anda di halaman 1dari 17

MODEL-MODEL EVALUASI KURIKULUM

Dosen Pengampu : Giri Haryono M.Pd.

DISUSUN OLEH :

Ari Apriansah (2011109)

Afiqah Dwi Cahyanti (2011119)

Fahmi Aufa (2011107)

Yalsya Marhama (2011108)

Zarifah Embun Inayah (2011102)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
menganugerahkan kepada kita sekian banyak nikmat, mau’nah, inayah serta
hidayahNya. Sehingga dengan itu semua kita mampu menjalankan segala bentuk
amanah yang dibebankan kepada kita.

Ucapan terimakasih yang tiada terhingga penulis sampaikan kepada Bapak


Giri Haryono, selaku dosen pengampu atas segala bimbingan, arahan dan ilmu yang
disampaikan, semoga amal ibadah beliau dicatat oleh Allah SWT sebagai amal jariyah
yang pahalanya tiada terputus, aamiin.

Selanjutnya, syukur Alhamdulillah, makalah yang berjudul “Model-model


Evaluasi Kurikulum” ini dapat selesai, meskipun masih banyak terdapat kekurangan.
Dengan harapan, setelah makalah ini dipresentasikan, kekurangan yang ada bisa
ditambahi dan disempurnakan. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak.

Kace, 31 Maret 2022

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

ii
B. Rumusan Masalah ................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Evaluasi Kurikulum................................................................. 3

B. Tujuan Evaluasi Kurikulum ..................................................... 8

C. Prinsip-prinsip Evaluasi Kurikulum ......................................... 9

D. Peranan Evaluasi Kurikulum ................................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 11

B. Saran ....................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 12

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,


organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari
tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan
evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum
tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Tulisan ini akan membahas
mengenai pengertian evaluasi kurikulum, pentingnya evaluasi kurikulum dan masalah
yang dihadapi dalam melaksanakan evaluasi kurikulum.Selama ini model kurikulum
yang berlaku adalah model kurikulum yang bersifat akademik. Kurikulum yang
demikian cenderung terlalu berorientasi pada isi atau bahan pelajaran.

Berdasarkan hasil beberapa penelitian ternyata model kurikulum yang


demikian kurang mampu meningkatkan kemampuan anak didik secara optimal. Hal
ini terbukti dari rendahnya kualitas pendidikan kita dibandingkan dengan negara lain.
Sebagai contoh bahwa di beberapa negara Asean menunjukkan bahwa keterampilan
membaca siswa berada pada tingkat terendah. Bukti ini hanya sebagian kecil saja dari
keterpurukan output pembelajaran yang selama ini dikembangkan berdasarkan
kurikulum akademik yang berlaku.

Dampak lain dari implementasi kurikulum akademik ini ternyata tidak mampu
memberikan nilai etika, moral, dan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan siswa
dimanapun ia berada. Maka dengan adanya evaluasi diharapkan dapat memperbaiki
aspek-aspek diatas sehingga model kurikulum yang diterapkan sesuai dengan
kemampuan.

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi Kurikulum adalah usaha sistematis dalam mengumpulkan
informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan
mengenai proses pelaksanaa, nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu
konteks tertentu.1 Evaluasi Kurikulum memiliki fungsi secara formatif dan
sumatif. Fungsi formatif suatu kurikulum hanya dapat dilaksanakan ketika
evaluasi itu berkenaan dengan proses dan bukan berfokus pada hasil.
Sebaliknya, fungsi sumatif dilaksanakan setelah proses kurikulum dalam
kurun waktu tertentu selesai, seperti dalam waktu satu semester atau satu
tahun.
Evaluasi dalam proses pembelajaran, yaitu ketika suatu proses
dilaksanakan oleh sekolah dan ketika guru mengambil sebagian dari tugas
orang tua dalam mendidik maka pada waktu itu pekerjaan evaluasi sudah
hadir.2 Hal ini menujukkan bahwa pelaksanaan evaluasi sudah dianggap
terlaksana jika seorang guru dalam proses mengajar menyaksikan proses
belajar yang dilakukan oleh siswa tersebut.
Monitoring dan evaluasi kurikulum merupakan dua kegiatan terpadu
dan saling berkaiatan sebagai upaya untuk pengendalian suatu program. Hal
yang terpenting dari pelaksanaan evaluasi adalah upaya untuk mendapatkan
data atau info terkait pelaksanaan program. Data-data tersebut bisa
dimanfaatkan untuk memperbaiki program selanjutnya.
Hasil evaluasi tersebut digunakan guru untuk berbagai hal seperti
menemukan kelemahan belajar peserta didik, menentukan apakah seorang
peserta didik boleh mempelajari materi pelajaran yang lebih lanjut, naik kelas,
atau dianggap sudah dapat menyelesaikan seluruh pelajaran di sekolah
tersebut, menyempurnakan materi/bahan ajar atau proses pembelajaran. 3 Hal

1 Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.3.


2 Ibid.,3.
3 Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.3.
2
ini menunjukkan bahwa evaluasi mempunyai peran yang sangat penting guna
mengetahui perkembangan kemajuan proses belajar yang dilakukan.
Pelaksanaan evaluasi berfungsi untuk mengetahui kelemahan dan
kelebihan program yang telah dilakukan. Jika ada kelemahan maka dilakukan
revisi/perbaikan program tersebut. Tahan evaluasi dan umpan baik, yakni
evaluasi pelaksanaan programnya sehingga ditemukan titik-titik kelebihan dan
kelemahannya, dan evaluasi tersebut akan diperoleh umpan baik untuk
selanjutnya direvisi programnya untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran.4
Secara historis, pelaksanaan evaluasi sebagaimana disampaikan oleh
Hamid Hasan pada awal abad ke-20, yaitu Rice melakukan evaluasi terhadap
program pendidikan di Amerika serikat. Focus utama evaluasinya masih pada
hasil belajar walaupun aspek proses belajar telah mendapat perhatian. 5 Awal
mulanya, evaluasi hanya memfokuskan pada hasil yang dicapai oleh siswa
tersebut dalam pembelajaran walau dalam menentukan hasil sangat
dipengaruhi oleh proses dalam pembelajaran yang dilaksanakan.
Evaluasi dalam rangka meningkatkan efektivitas program pendidikan
termasuk juga mutu pendidikan bisa dilakukan dengan beberapa program
pendidikan, diantaranya yaitu : (1) stimulus eksternal, (2) program-program
khusus, (3) karakteristik-karakteristik khusus dalam konteks sekolah, (4)
kemitraan sekolah dengan stakeholders, (5) perencanaan dan pengembangan
kurikulum, (6) kepemimpinan profesional, (7) pengalaman guru, (8)
lingkungan belajar, (9) waktu belajar, dan (10) monitoring kemajuan. 6
Evaluasi lebih tertuju pada kajian terhadap hasil dari program yang telah
dilaksanakan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dan merupakan
suatu proses yang sistematis guna mengumpulkan, menganalisis, dan
menafsirkan data untuk mengetahui komponen program-program mana yang
telah berhasil atau program-program mana yang mengalami gagal. Hal ini

4 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan


Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm.177.
5 Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum….. 5.
6 J. Schereens, Menjadikan Sekolah Efektif, (Jakarta: Logos, 2003), hlm.157.
3
dapat digunakan untuk bahan koreksi guna perbaikan ataupun pengambilan
keputusan dalam menentukan arah kebijakan program selanjutnya.
Banyak sekali model evaluasi kurikulum mulai dari yang sederhana
sampai dengan yang kompleks. Namun, Yatim Riyanto membatasi pada
bentuk berikut ini :
a. Model Educational System Evaluation, yang terdiri dari Model
CIPP, Model EPIC, Model CEMREL, Model Atkinson dan Model
Stake.
b. Model Evaluasi antara lain : Model Measurement, Model
Congruence dan Model Illuminatif.7
Penjelasan tentang Model Educational System Evallution yaitu sebagai
berikut :
1. Model CIPP (Contex, Input, Process, dan Product)
Contex adalah penilaian yang berkaitan dengan usaha-usaha
penemuan kebutuhan-kebutuhan murid dengan berbagai masalah
yang bersifat deskriptif dan kompratif. Input (masukan), yakni
penilaian yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
cara menggunakan sumber-sumber untuk mencapai tujuan.
Penilaian ini berfungsi untuk mencari informasi yang
dipergunakan menilai adanya beberapa alternative strategi yang
dapat dipilih. Akhirnya penilaian ini mampu memberikan bantuan
kepada pengambil keputusan untuk memilih dan merancang
prosedur yang kiraya sesuai untuk mencapai tujuan program.
Proses, yaitu penilaian yang dilakukan pada saat program
berlangsung sehingga mampu menggambarkan kejadian-kejadian
prosedur untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dalam desain
pembelajaran. Product, yaitu penilaian yang berupaya untuk
mengukur dan menafsirkan pencapaian suatu program.

7 Yatim Riyanto, Pengembangan Kurikulum …. 63-66


4
2. Model EPIC (Evaliation Program Innovative Curiculum) Menurut model
ini, evaluasi kurikulum mencakup tiga aspek yaitu sebagai berikut :
a) Perilaku yang meliputi aspek penilaian kognitif, afektif, dan
psikomotor.
b) Pembelajaran adalah penilaian terhadap organisasi, isi metode,
fasilitas, dan biaya.
c) Insitusi yakni penilaian yang berkaitan dengan siswa , guru,
administrator, spesialisasi pendidikan, keluarga, dan
masyarakat.
3. Model CEMREL (Central Midwestern Regional Education) Model
ini menitik beratkan pada tiga aspek sebagai berikut :
a) Focus evaluasi yang menekankan penilaian terhadap siswa
mediator dan material.
b) Peranan evaluasi adalah evaluasi yang berkaitan dengan
kegiatan yang sedang berjalan dan evaluasi akhir kegiatan.
c) Kata yakni penilaian yang bersumber pada skala respons,
kuesioner dan observasi.
4. Model Atkinson
Model ini dikembangkan oleh Atkinson. Menurutnya, Evaluasi
Kurikulum adalah penilaian yang diarahkan pada tiga domain
sebagai berikut :
a) Sturuktur adalah penilaian yang berhubungan dengan masalah
perencanaan sekolah dan organisasi sekolah.
b) Proses, yakni penilaian yang berkaitan dengan proses
pembelajaran yang sedang berlangsung.
c) Produk, yaitu penilaian yang mencakup sebagai hasil dari
belajar siswa.
5. Model Stake (The stake congruence Contigency Model)
Model stake pelaksanaan dalam evaluasi mencakup deskripsi
(pemerian) dan judgment (pertimbangan) mengenai program
5
pendidikan. Program pendidikan ada tiga fase, yaitu antecendent
(pendahuluan), transaction (transaksi), dan outcomes (hasil).
Model ini dikembangkan oleh Robert E. Stake dari University
of Illinois. Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam
evaluasi, yaitu description dan judgment, dan membedakan adanya
tiga tahap, yaitu: antecedent (context), transaction/process, dan
outcomes. Deskripsi menyangkut dua hal yang menunjukkan
posisi sesuatu yang menjadi sasaran evaluasi, yaitu: apa tujuan
yang diharapkan oleh program, dan apa yang sesungguhnya
terjadi. Evaluator menunjukkan langkah pertimbangan yang
mengacu pada standar. 8
Stufflebeam & Shinkfield menjelaskan tiga tahap evaluasi
program model Stake, yaitu: antecedents, transaction, dan
outcomes. Antecedents mengacu pada informasi dasar yang terkait,
kondisi/kejadian apa yang ada sebelum implementasi program.
Menurut Stake, informasi pada tipe ini misalnya, terkait dengan
kegiatan belajar mengajar sebelumnya, dan terkait dengan
outcome, seperti: apakah siswa telah makan pagi sebelum datang
ke sekolah, apakah siswa telah menyelesaikan pekerjaan
rumahnya, apakah siswa tidur malam dengan cukup. Untuk
mendeskripsikan secara lengkap dan menetapkan sebuah program
atau pembelajaran pada suatu waktu. Stake mengusulkan bahwa
evaluator harus mengidentifikasi dan menganalisis kondisi yang
berhubungan dengan antecendent.9
Pada tahap transactions, apakah yang sebenarnya terjadi
selama program dilaksanakan, apakah program yang sedang
dilaksanakan itu sesuai dengan rencana program. Termasuk tahap

8 B.R. Worthen & Sanders J.R., Educational Evaluation: Theory And Practice, (Ohio:
Charles A. Jones Publishing Company, 1981), hlm. 113.
9 D.L. Stufflebeam & Shinfield A.J., Systematic Evaluation, (Boston: Kluwer Nijhof
Publishing, 1985), hlm. 217-219.
6
ini adalah informasi yang dialami oleh peserta didik berkaitan
dengan guru, orang tua, konselor, tutor, dan peserta didik lainnya.
Stake menganjurkan kepada evaluator agar bertindak secara bijak
dalam proses pelaksanaan evaluasi, sehingga dapat melihat
aktualisasi program. Sedangkan outcomes, berkaitan dengan apa
yang dicapai dengan program tersebut, apakah program itu
dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan termasuk di
dalamnya: kemampuan, prestasi, sikap dan tujuan.

B. Tujuan Evaluasi Kurikulum

Tujuan evaluasi kurikulum yaitu mengungkapkan proses pelaksanaan kurikulum


secara keseluruhan, ditinjau dari berbagai aspek. Adapun indikator kinerja yang
dievaluasi adalah evektivitas, efisiensi, relevansi, dan kelayakan program. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan acuan dan gambaran program kedepan.
Sementara itu, menurut ibrahim diadakanya evaluasi kurikulum dimaksudkan
untuk keperluan berikut:

1. Perbaikan Program Peranan evaluasi, yaitu lebih bersifat kontruktif, informasi


hasil evaluasi dijadikan masukan perbaikan yang diperlukan di dalam program
kurikulum yang sedang dikembangkan. Evaluasi kurikulum dipandang sebagai
proses dan hasil yang relevan untuk dijadikan acuan pengembangan kurikulum
yang akan dilaksanakan.

7
2. Pertanggungjawaban Kepada Berbagai Pihak Evaluasi kurikulum menjadi
bentuk laporan yang harus dipertanggung jawaban dari pengembang kurikulum
kepada pihak-pihak yang bersangkutan, diantaranya: Pemerintah, orang tua,
pelaksana satuan pendidikan, masyarakat, dan semua pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung ikut serta dalam pengembangan kurikulum yang
bersangkutan.

3. Penentuan Tindak Lanjut Hasil Pengembangan Tindak lanjut hasil


pengembang kurikulum dapat berbentuk jawaban atas dua kemungkinan
pertanyaan. Pertama, apakah kurikulum baru tersebut akan atau tidak akan
disebarluaskan ke dalam sistem yang ada? Kedua, dalam kondisi yang bagaimana
dan dengan cara yang bagaimana pula kurikulum baru tersebut akan
disebarluaskan ke dalam sistem yang ada?10

Fungsi Evaluasi Kurikulum Di dalam pendidkan formal evaluasi begitu


penting keberadaanya, dengan adanya evaluai guru menjadi tahu nilai arti
kinerjanya selama melaksanakan proses belajar mengajar, sedangkan bgai
pengembang kurikulum evaluasi dapat memberikan informasi untuk perencanaan
perbaikan kurikulum yang akan ditetapkan dan dimasukkan ke dalam sistem.
Selain hal tersebut, ada beberapa fungsi evaluasi kurikulum pendidikan:

1. Sebagai umpan balik bagi peserta didik.

2. Sebagai alat untuk mengetahui ketercapaian peserta didik mencapai tujuan yang
telah dietapkan.

3. Memberi informasi dan acuan untuk pengembangan program kurikulum.

4. Sebaga dasar peserta didik secara individual untuk memutuskan masa depan
sehubungan dengan bidang pekerjaan dan pengembangan karir.

5. Untuk pengembang kurikulum dalam khusus yang ingin dicapai

10 Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: Rajawali, 2012), hal.91.


8
6. Sebagai umpan balik semua pihak yang berkepentingan dalam pendidikan
disekolah, seperti; orang tua, tenaga pendidik, pengembang kurikulum, untuk
perguruan tinggi, pemakai lulusan, untuk orang yang mengambil kebijakan
pendidikan termasuk juga untuk masyarakat.11

C. Prinsip-prinsip Evaluasi Kurikulum

Evaluasi kurikulum pada intinya ditujukan untuk mengetahui sejauh mana


peserta didik mampu mencapi tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan merupakan
acuan dari keseluruhan komponen yang ada di dalam kurikulum. Baik komponen
bahan, metode maupun evaluasi. Apa yang dipelajari siswa agar memperoleh
pengalaman belajar sesuai dengan tujuan tercermin dari isi kurikulum. Bagaiaman
Isi kurikulum luas dan dalamnya ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian bila ingin diketahui apakah tujuan itu tercapai seluruhnya atau
tidak, maka seluruh komponen menjadi dasar melakukan evaluasi.
Dalam pelaksanaan evaluasi kadang-kadang dipengaruhi oleh faktor subyektif
guru. Bila ini terjadi maka hasil evaluasi tidak dapat menggambarkan keadaan
yang sebenarnya dari hasil yng dicapai. Dengan demikian, bila diinginkan agar
hasil evaluasi dapat menggambarkan keadaan sebenarnya dari hasil belajar atau
hasil kurikulum, maka evaluasi perlu dilakukan secara obyektif.12

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam melukukan evaluasi kurikulum perlu


memegang beberapa prinsip sebagai berikut:

1. Evaluasi mengacu kepada tujuan

2. Evaluasi bersifat komprehensif atau menyeluruh

3. Evaluasi dilaksanakan secara obyektif. 11

11 Mohammad Mustafid Hamdi, EVALUSI KURIKULUM PENDIDIKAN, Jurnal Manajemen


Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 1, Oktober 2020, hal 70.
9
C. Peranan Evaluasi Kurikulum

Peranan evaluasi dalam kurikulum setidaknya berkenaan dengan tiga hal, yaitu:

1. Evaluasi sebagai moral judgement

Salah satu peranan evaluasi kurikulum adalah sebagi moral judgement yang
akan digunakan untuk pengambilan dan tindakan selanjutnya. Dalam hal ini
mengandung dua hal, yaitu:

a. Evaluasi berisi suatu skala nilai moral.

b. Evaluasi berisi suatu perangkat criteria kritis.

2. Evaluasi sebagai penentuan keputusan

12
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2009), hal.127.

Evaluasi kurikulum memiliki peran sebagai penentu keputusan pendidikan


oleh pihak-pihak yang berkepentingan seperti; guru, murid, orang tua, kepala
sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum dan lain sebagainya. Dengan
menggunakan prinsip, setiap individu di atas menentukan keputusannya sesuai
dengan posisinya. Yang mana besar kecilnya peranan keputusan yang diambil
seseorang sesuai lingkup tanggung jawabnya. Serta lingkup masalah yang
dihadapinya pada suatu saat.

Adapun beberapa hasil evaluasi dijadikan acuan peserta didik untuk


menentukan sejauh mana ia dapat mencapi tujuan yang telah diharapkan. Dengan
kata lain, keputusan yang diambl peserta didk pasti berkenaan dengan
kepentingan dirinya. Sebagaimana dengan pihak-pihak yang berkepentingan
lainnya.
10
3. Evaluasi sebagai konsensus nilai Evaluasi sebagai tradisi test mental serta
eksperiman, yang mana konsesus ini berupa kerangka kerja yang penilannya
dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, yang bersifat behavioral, penggunaan
analisis statistic dari pre test dan post test dan lainnya.12

12 Tedjo Narsoyo Reksoatmojo. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan


Kejuruan. (Bandung: PT Refika Aditama. 2010), hal. 40.

11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaluasi Kurikulum adalah usaha sistematis dalam mengumpulkan
informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan
mengenai proses pelaksanaa, nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks
tertentu.13 Evaluasi Kurikulum memiliki fungsi secara formatif dan sumatif.
Fungsi formatif suatu kurikulum hanya dapat dilaksanakan ketika evaluasi itu
berkenaan dengan proses dan bukan berfokus pada hasil. Sebaliknya, fungsi
sumatif dilaksanakan setelah proses kurikulum dalam kurun waktu tertentu
selesai, seperti dalam waktu satu semester atau satu tahun.

Model evaluasi kurikulum mulai dari yang sederhana sampai dengan


yang kompleks. Namun, Yatim Riyanto membatasi pada bentuk berikut ini :

1. Model Educational System Evaluation, yang terdiri dari Model


CIPP, Model EPIC, Model CEMREL, Model Atkinson dan Model
Stake.

2. Model Evaluasi antara lain : Model Measurement, Model


Congruence dan Model Illuminatif.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menjadi referensi atau
pedoman bagi pendidik dalam menentukan metode pembelajaran yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Untuk selanjutnya, penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran


yang membangun apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kekeliruan.

12

13 Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.3.


DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhammad, 2009, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah (Bandung: Sinar Baru


Algensindo,).
Hamdi Mohammad Mustafid, 2020, EVALUSI KURIKULUM PENDIDIKAN,
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 1.
Hasan Hamid, 2009, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya).
Muhaimin, 2014, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,).
Reksoatmojo Tedjo Narsoyo. 2010, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan. (Bandung: PT Refika Aditama).
Rusman, 2012, Manajemen Kurikulum (Jakarta: Rajawali)
Sanders J.R & B.R. Worthen , 1981, Educational Evaluation: Theory And Practice,
(Ohio: Charles A. Jones Publishing Company).
Schereens J, 2003, Menjadikan Sekolah Efektif, (Jakarta: Logos).
Shinfield A.J & D.L. Stufflebeam, 1985, Systematic Evaluation, (Boston: Kluwer
Nijhof Publishing).

13

Anda mungkin juga menyukai