Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MODEL EVALUASI PEMBELAJARAN DARI TINGKAT


SATUAN PENDIDIKAN MA/SMA/SMK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pengembangan Sistem Evaluasi PAI

Dosen Pengampu: Dr.H.Nur Cholid, M.Ag,M.Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 11

Enggar Dwi Maulina 21106011140

Ahmad Aqib Khaerul Anwar 21106011155

Muhammad Alfi Pratama 21106011203

Muti Mufaati 21106011338

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS WAHID HASYIM

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami,sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Model Evalausi Pembelajaran
dari Satuan Pendidikan Tingkat SMA/SMK”.

Tidak lupa kami ucapkan kepada Bpk Dr.H.Nur Cholid, M.Ag,M.Pd. selaku
pengampu mata kuliah Pengembangan sistem Evaluasi pai yang membimbing
kami menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
temanteman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.

Makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Pengembangan


sistem Evaluasi pai,yang bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Kewajiaban Mencari Ilmu. Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat
kesalahan atau kekeliruan yang kami tidak ketahui, mungkin teman teman atau
dosen dapat memberikan kritik & saran. Sekian terimakasih

Semarang, 9 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Masalah...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Pengertian Model Evaluasi Program Pembelajaran............................3


B. Model Evaluasi Program Pembelajaran..............................................5
C. Ruang Lingkup dan Langkah-Langkah Evaluasi Program
Pembelajaran…...................................................................................10
D. Manfaat dan Tujuan dari Model Evaluasi Pembelajaran di
MA/SMA/SMK…...............................................................................11
BAB III PENUTUPAN...................................................................................13

A. Kesimpulan..........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian atau evaluasi merupakan hal yang sangat penting dalam
pendidikan. Perubahan paradigma kurikulum membawa implikasi terhadap
paradigma evaluasi atau penilaian, oleh sebab itu, guru dituntut untuk
memiliki
pemahaman dan kemampuan yang memadai baik secara konseptual maupun
secara praktikal dalam bidang evaluasi pembelajaran untuk menentukan
apakah penguasaan kompetensi sebagai tujuan pembelajaran telah berhasil
dikuasai oleh siswa atau belum.1
Melalui evaluasi, guru dapat mengetahui tingkat ketercapaian
pembelajaran. Dalam melakukan evaluasi hasil belajar, guru sebaiknya tidak
hanya mendasarkan penilaian secara langsung dari hasil belajar siswa. Akan
tetapi, harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut
Anas Sudijono, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
kekeliruan dalam melakukan evaluasi hasil belajar siswa, yaitu; “faktor alat
ukur, faktor evaluator, faktor siswa dan faktor situasi2

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah
evaluasi pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung
jawab guru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran. Termasuk
di dalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Kompetensi
tersebut sejalan pula dengan instrumen penilaian kemampuan guru, yang salah
satu indikatornya adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Hal ini
menunjukan bahwa pada semua model kompetensi dasar guru selalu
menggambarkan dan mensyaratkan adanya kemampuan guru dalam
mengevaluasi pembelajaran. Sebab kemampuan melakukan evaluasi
pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki oleh
setiap guru dan calon guru.

1
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran:Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta; Kencana, 2011), hal. 349
2
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Guruan (Jakarta: RajaGrafindo, 2009) hal. 42

1
Terdapat model – model evaluasi pembelajaran

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian model evaluasi program pembelajaran?


2. Apa saja macam – macam model evaluasi program pembelajaran?
3. Apa saja ruang lingkup dan langkah – langkah evaluasi program
pembelajaran ?
4. Apa saja manfaat dan tujuan evalusi pembelajaran di MA/SMA/SMK?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian model evaluasi program pembelajaran
2. Untuk mengetahui macam – macam model evaluasi program pembelajaran
3. Untuk mengetahui ruang lingkup dan langkah – langkah evaluasi program
pembelajaran
4. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan evalusi pembelajaran di
MA/SMA/SMK

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Evaluasi Program Pembelajaran


Evaluasi menurut menurut para ahli berdasarkan pengambilan Keputusan:
1. Stufflebeam: sebagai proses menggambarkan, memperoleh, dan
menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu
alternatif Keputusan.
2. Grounlund: proses menilai sesuatu berdasarkan kinerja atau tujuan
yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diikuti dengan
pengambilan Keputusan atas objek yang dievaluasi.

Evaluasi menurut para ahli berdasarkan penilaian:

1. Edwint dan Gerald: suatu Tindakan atau proses untuk menentukan


nilai dari sesuatu.
2. Kufman and Thomas: proses yang digunakan untuk menilai
sejumlah konsesus antara evaluator tentnag arti evaluasi, antara
penilaian atas manfaat atau nilai guna.
3. Griffin and nix: evaluasi adalah judgment terhadap nilai atai
implikasi dari hasil pengukuran. Evaluasi selalu didahului dengan
kegiatan pengukuran (membandingkan pengamatan dengan
kriteria) dan penilaian (menjelaskan dan menafsirkan hasil
pengukuran).
Evaluasi menurut para ahli bahwa evaluasi merupakan penilitian yang
sistematik atau yang tertur tentang manfaat atau guna beberapa objek:
1. Rutman and Mowbray: evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah
untuk mengimplementasi dan outcomes suatu program yang
berguna untuk proses pembaut Keputusan.
2. Chemlimsky:suatu metode penelitian yang isitematis untuk menilai
rancanganb, implementasi dan efektivitas suatu program.

3
3. Gronlound: proses yang sistematis tentang mengumpulkan,
menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan
sejauhmana tujuan pembelajaran teklah tercapai.
4. Worthen and Sanders: memberikan pendapat tentang definisi
evaluasi sebagai penentu nilai suatu hal, meliputi pengumpulan
informasi yang digunakan untuk memutuskan nilai keberhasilan
suatu program, produk, prosedur, tujuan, atau manfaat pada desain
pendekatan alternatif untuk mempertahankan tujuan khusus. 3
Ciri khas dari evaluasi diantara lain:
1. Sebagai kegiatan yang sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah
dilakukan secara berkesinambungan
2. Dalam pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang
akurat untuk menunjang Keputusan yang akan diambil.
3. Evaluasi dalam Pendidikan tidak pernah lepas dari tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Evaluasi Program menurut para ahli:
1. Ralph tyler: evaluasi program adalah proses untuk mengetahui
apakah tujuan Pendidikan sudah dapat terealisasikan.
Perkembangan selanjuytnya bahwa evaluasi program adalah Upaya
menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil
Keputusan.
2. Joint Commite yang dikutib oleh Misykat dari Brinkerhof, bahwa
evaluasi program adalah aktivitas investigasi yang sistematis
tentang sesuatu yang berharga dan bernilai dari suatu obyek.
3. McNamara evaluasi program mengumpulkan informasi tentang
suatu program atau bebrapa aspek dari suatu program guna
membuat kepustusan penting tentang program tersebut, Keputusan
yang diambil dijadikan sebagai indicator penilaian kinerja atau
assessment performance pada setiap tahapan evaluasi dalam tiga
kategori yaitu rendah, moderat, dan tinggi.

3
Misykat malik Ibrahim, PENELITIAN EVALUASI BIDANG PENDIDIKAN (Pendekatan Kualitatif),
(Makasar: Alauddin University Press, 2018), hlm. 1

4
Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan
program yaitu:

1. Realisasi atau implementasi suatu kebijakan


2. Terjadi dalam waktu yang ralatif lama (bukan kengiatan Tunggal
tetapi jamak dan berkelanjutan)
3. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
Purwanto mengemukakan ciri-ciri program evaluasi, yaitu:
1. Desain atau rancangan program evaluasi yaitu komprehensif
2. Perubahan-perubahan tingkah laku individu harus mendasari
penilaian pertumbuhan dan perkembangan
3. Hasil evaluasi harus disusun dan dikelompokkan sedemikian rupa
sehingga memudahkan interprestasi yang berarti
4. Program evaluasi haruslah berkesinambungan dan saling berkaitan.
Menurut Brinkerhof dalam pelaksanaan evaluasi setidaknya ada 7 elemen
yang harus dilakukan, yaitu:
1. focus pada apa yang akan dievaluasi
2. memiliki rancangan evaluasi
3. mengumpulkan informasi
4. menganalisi dan menginterpretasikan informasi
5. membuat laporan
6. pengaturan/pengelolaan evaluasi
7. evaluasi untuk evaluasi 4
B. Model Evaluasi Program Pembelajaran
1. Model CIPP.
Model ini dikembangkan oleh Komite Studi Evaluasi yang dibntuk
oleh Komite Penasehat Riset (Research Advisory Commitee) Phi Delta
Kappa, yang diketahuai oleh Stuffelbeam. Pada waktu memimpin tim
ini ia bekerja di Ohio State University. Organisasi ini menugaskan
kepada tuffelbeam dan kawan-kawannya, untuk berkarya
mengembangkan pemikiran tentang evalausi Pendidikan. Model CIPP

4
Misykat malik Ibrahim, PENELITIAN EVALUASI BIDANG PENDIDIKAN (Pendekatan Kualitatif),
(Makasar: Alauddin University Press, 2018), hlm. 6

5
untuk evaluasi adalah suatu kerangka kerja yang komprehensif untuk
membimbing evaluasi program, proyek, personil, produk, institusi, dan
sistem. Model ini diperkenalkan oleh Daniel Stufflebeam pada tahun
1966 untuk memandu evaluasi yang diamanatkan proyek, didanai
pemerintah federal AS karena proyek-proyek ini muncul tidak bisa
memenuhi persyaratan untuk dikendalikan, memanipulasi variabel-
percobaan, yang kemudian dianggap sebagai standar emas untuk
evaluasi program. Sejak itu, model ini telah banyak dilakukan dan
dikembangkan lebih lanjut. Mereka menerapkan atau mengontrak
orang lain untuk menerapkan model ini termasuk pejabat pemerintah,
pejabat yayasan, staf program dan proyek, personil bantuan
internasional, administrator sekolah, dokter, pemimpin militer, dan
evaluator. Model ini dikonfigurasi untuk digunakan dalam evaluasi
internal yang dilakukan oleh evaluator organisasi, dalam evaluasi diri
yang dilakukan oleh tim proyek atau penyedia layanan individu, dan
dalam evaluasi eksternal kontrak. Telah digunakan di seluruh.
Model CIPP terbentuk dari empat dimensi evaluasi yaitu:
a) evaluasi Contex
b) Input
c) Proces
d) Product.
Keempat evaluasi ini merupakan suatu rangkaian keutuhan,
walaupun dalam pelaksanaannya seseorang dapat saja hanya
melakukan satu jenis atau kombinasi dari dua atau lebih dimensi
evaluasi, namun sesungguhnya kekuatan model terletak dari rangkaian
kegiatan keempat jenis evaluasi itu sendiri. Dalam pandangan
Stufflebeam, bahwa tujuan yang paling penting adalah bukan
membuktikan, tetapi memperbaiki. “the CIPP approach is based on
the view that the most important purpose of evaluation is not prove but
to improve” 5

5
Dr. Eny Winaryati, M.Pd., Muhammad Munsarif, M.Kom. Dr. Mardiana, M.Pd.I., Dr. Suwahono,
M.Pd., Model-Model Evaluasi, Aplikasi dan Kombinasinya, (Jogjakarta: Penerbit KBM Indonesia,
2021), hlm. 43

6
2. Measurrement Evaluation Model.
Model ini menitik beratkan peranan kegiatan pengukuran
dalam melaksanakan proses evaluasi. Adanya pengaburan batas antara
pengukuran dan evaluasi. Menurut R. Thorndike: “If anything exists, it
exists in quantity, and if it exists in quantity it can be measured”.
Pengukuran dipandang sebagai kegiatan menentukan besarnya suatu
(atribute) tertentu yang dimiliki oleh obek, orang maupun peristiwa,
dalam bentuk unit ukuran tertentu. Pengukuran digunakan untuk
berbagai aspek tingkah laku dengan tujuan untuk melihat perbedaan-
perbedaan individual atau kelompok, yang hasilnya diperlukan dalam
rangka seleksi, bimbingan, dan perencanaan pendidikan bagi para
siswa di sekolah.
Ruang lingkup objek kegiatan evaluasi adalah tingkah laku,
terutama tingkah laku siswa. Aspek tingkah laku yang dinilai meliputi:
kemampuan hasil belajar, kemampuan pembawaan (intelgensi, bakat),
minat, sikap, dan aspek-aspek kepribadian siswa. Menitikberatkan
pada pengukuran terhadap hasil belajar yang dicapai siswa pada
masing-masing bidang pelajaran dengan menggunakan tes. Hasil
belajar disini adalah bidang pengetahuan (kognitif) yang mencakup
berbagai tingkat kemampuan, yang evaluasinya menggunakan
prosedur yang distandarisasikan.
3. Congruence Model.
Pendidikan adalah sebagai proses yakni: tujuan pendidikan,
pengalaman belajar, penilaian hasil belajar. Menurut model dengan
tokohnya Raph W, Tyler, John B, Carrol, Lee J. Cronbach ini, evaluasi
adalah sebagai kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan
pendidikan telah dicapai siswa dalam bentuk hasil belajar. Dengan kata
lain, evaluasi pada dasarnya ingin memperoleh gambaran mengenai
efektivitas dari sistem pendidikan dalam mencapai tujuannya. Pada
akhirnya dapat dicapai baik individu maupun kelompok, dapat diambil
keputusan tentang tindakan-tindakan apa yang perlu diambil
sehubungan dengan sistem pendidikan dan siswa yang bersangkutan.

7
Bagi kepntingan sistem pendidikan, hasil evaluasi digunakan sebagai
umpan balik untuk kebutuhan memperbaki bagian-bagian sistem yang
masih “lemah” Memberikan info bagi pihak luar sejauh mana tujuan-
tujuan yang telah dicapai oleh sistem pendidikan tsb. Adalah usaha
untuk memeriksa kesesuaian (congruence) antara tujuan-tujuan
pendidikan yang diinginkan dan hasil belajar yang telah dicapai.
Termasuk didalamnya perubahan tingkah laku anak didik, hasilnya
digunakan untuk penyempurnaan sistem bimbingan siswa,
memberikan informasi kepada pihak luar.
Langkah pokok model Congruence.
a) Merumuskan dan mempertegas tujuan-tujuan pengajaran.
Masing-masing tujuan diperjelas rumusannya, sahingga
memberikan arah yang tegas dalam perencanaan evaluasi yang
akan dilakukan.
b) Menetapkan “test situation” yang diperlukan. Menetapkan
jenis-jenis situasi yang akan memungkinkanpara siswa untuk
memperhatikan tingkah laku yang akan dievalusi.
c) Menyusun alat evalusi Menyusun alat evaluasi yang cocok
untuk digunakan dalam menilai jenis tingkah laku yang
tergambar dalam tujuan
d) Menggunakan hasil evaluasi Mengolah hasil sedemikian rupa
agar dapat memenuhi tujuan diadakanya evaluasi.
e) Melakukan evaluasi, mana yang perlu disempurnakan, bagian
mana yang belum dicapai oleh siswa, untuk dilakukan
pembimbimbngan yang lebh terarah. 6
4. Educational System Evaluation Model
Tokoh model evaluasi ini adalah Daniel L, Stufflebeam,
Michael Scriven, Robert E. Stake, Malcolm M Provus. Model evaluasi
ini bertitik tolak bahwa suatu sistem pendidikan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, karakteristik anak didik maupun lingkungan sekitar

6
Dr. Eny Winaryati, M.Pd., Muhammad Munsarif, M.Kom. Dr. Mardiana, M.Pd.I., Dr. Suwahono,
M.Pd., Model-Model Evaluasi, Aplikasi dan Kombinasinya, (Jogjakarta: Penerbit KBM Indonesia,
2021), hlm 47-48

8
anak didik, tujuan sistem dan peralatan yang dipakai, serta prosedur
dan mekanisme pelaksanaan sistem. Membandingkan performance dari
berbagai dimensi sistem yang sedang dikembangkan dengan sejumlah
kriteria tertentu. Malcolm M. Provus dalam pembahasannya mengenai
The Discrepancy Evaluation Model mengemukakan bahwa The
Discrepancy Evaluation Models (Malcolm M Provus). There can be
non evaluation without discrepancy information; the can be non
discrepancy without standards or criteria. Perlu ditetapkan dengan
tegas kriteria yang akan dijadikan ukuran untuk mengevaluasi
performeance dari masing-masing dimensi. Kegiatan evaluasi harus
sampai pada judgment baik buruknya, efektif tidaknya sistem
pendidikan. Robert E Stake dalam bukunya The Countenance of
Educational Evaluation, bahwa from relative judgment as well as from
absolute judgment, we obtain an overal or composite rating of merit, a
rating to be used an making an educatonal dicision. Dalam
mangadakan judgment dapat menggunakan standar mutlak/relatif
dalam bentuk perbadingan dengan sistem pendidikan yang lain.
Beberapa hal penting terkait dengan model ini adalah bahwa
berbagai dimensi sistem sebagai suatu keseluruhan objek evaluasi.
Gene V Class dalam tulisannya yang berjudul: Two generation of
Evaluation Models, menegaskan bahwa “The complete and detailed
description of what contitutes of educational program is a concern of
the educational system evaluation model”.
5. Alkin Model (The UCLA Evaluation Model)
Marvin Alkin merupakan orang yang fokus pada evaluasi dan
pengambilan keputusan. Model awal Alkin (1972b) memiliki banyak
kesamaan dengan model CIPP Stufflebeam. Perbedaan utama antara
karya Alkin dan Stufflebeam adalah pengakuan Alkin bahwa proses
dan produk memiliki dimensi sumatif dan formatif. Marvin Alkin
(1991) menempatkan pandangannya Dimana evaluasi sebagai
"berorientasi pengguna" dalam rangka untuk meningkatkan
kemanfaatannya. Alkin lebih focus pada pengguna sebagai kelanjutan

9
evaluasi yang berfokus pada pemanfaatan. Alkin sangat menolak
keterlibatan evaluator sebagai penilai suatu agen. Alkin lebih suka
bekerja dengan pengguna utama di awal proses evaluasi untuk
menetapkan sistem nilai untuk menilai data hasil potensial.
Model evaluasi menurut Alkin adalah proses pelayanan
terhadap pengambilan keputusan dengan memilih informasi yang
sesuai, mengumpulkan dan analisis informasi untuk mendapat data
ringkas yang berguna dalam rangka pengambil Keputusan guna
memilih alternatif terbaik. 7
C. Ruang Lingkup dan Langkah-Langkah Evaluasi Program Pembelajaran
Dalam hal evaluasi kecakapan atau kepandaian, maka ruang
lingkup evaluasi pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1. Sikap dan kebiasaan, motivasi, minat, dan bakat dari siswa yang
bersangkutan. Kriterianya adalah bagaimana siswa bersikap terhadap
guru, mata pelajaran, orangtua, lingkungan, metode, dan media serta
penilaian belajar. Bagaimana pula kebiasaan, sikap, dan tanggung
jawab mereka terhadap tugas guru. Bagaimana motivasi dan minat
belajar mereka, dan bagaimana kedisiplinan mereka dalam menaati tata
tertib.
2. Pengetahuan dan pemahaman anak didik. Kriterianya adalah sampai di
mana tingkat pemahaman anak didik terhadap materi yang diajarkan;
pemahaman mereka akan lingkungan sekolah, kelas, dan masyarakat di
sekitarnya; dan semacamnya.
3. Kecerdasan anak didik. Kriterianya adalah sampai di mana Tingkat
kecakapan anak didik dalam memecahkan soal atau materi yang
diujikan; bagaimana guru mampu memaksimalkan potensi kecerdasan
anak didik; dan semacamnya.
4. Perkembangan jasmani anak didik. Kriterianya adalah bagaimana
perkembangan jasmani anak didik; bagaimana anak didik

7
Dr. Eny Winaryati, M.Pd., Muhammad Munsarif, M.Kom. Dr. Mardiana, M.Pd.I., Dr. Suwahono,
M.Pd., Model-Model Evaluasi, Aplikasi dan Kombinasinya, (Jogjakarta: Penerbit KBM Indonesia,
2021), hlm 48-49

10
memaksimalkan potensi jasmaninya dalam bidang olahraga; apa
prestasi yang didapatkan dari jasmaninya itu; dan semacamnya.
5. Keterampilan personal anak didik. Kriterianya adalah apakah anak
didik memiliki keterampilan khusus; apakah anak didik mampu
memaksimalkan keterampilan tersebut; dan semacamnya. Sedangkan
evaluasi terhadap penyesuaian persona sosial ruang lingkupnya adalah
meliputi tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
a) Domain kognitif, yang memiliki enam jenjang kemampuan,
yaitu: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis),
dan evaluasi (evaluation).
b) Domain afektif, yang merupakan internalisasi sikap yang
menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila anak
didik sadar akan nilai yang diterima, kemudian bersikap sesuai
dengan nilai tersebut dan kemudian nilai tersebut
terinternalisasi di dalam dirinya. Ada empat jenjang
kemampuan afektif, yaitu: kemampuan menerima (receiving),
kemampuan menanggapi (responding), kemampuan menilai
(valuing), dan kemampuan mengatur segala sesuatu
(organizing).
c) Domain psikomotorik yang merupakan kemampuan dalam hal
menggerakkan tubuh atau bagian-bagiannya dari gerakan yang
sederhana hingga yang sulit.8

Berikut merupakan langkah-langkah menerapkan model


evaluasi program pembelajaran, diantaranya:

1. Menentukan tujuan evaluasi: Tujuan evaluasi perlu didefinisikan


dengan jelas agar model evaluasi yang dipilih dapat tepat sasaran.
2. Memilih model evaluasi: Model evaluasi yang dipilih harus sesuai
dengan tujuan evaluasi dan karakteristik program pembelajaran.

8
Haryanto, Evaluasi Pembelajaran (KJonsep dan Manajemen, (Yogyakarta: UNY Press, 2020), Hlm.
73-78

11
3. Merancang instrumen evaluasi: Instrumen evaluasi yang digunakan
harus valid dan reliabel.
4. Melaksanakan evaluasi: Evaluasi dilaksanakan sesuai dengan
instrumen evaluasi yang telah dirancang.
5. Menganalisis data: Data yang dikumpulkan dianalisis untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan.
6. Menyusun laporan evaluasi: Laporan evaluasi disusun secara
sistematis dan mudah dipahami.

Dengan menerapkan model evaluasi program pembelajaran yang


tepat, maka efektivitas program pembelajaran dapat diukur secara
objektif dan terpercaya.

D. Manfaat dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran di MA/SMA/SMK


Manfaat dari adanya evaluasi program pembelajaran sebagai berikut:
1. Memberikan masukan apakah suatu program dihentikan atau
diteruskan
2. Memberitahukan prosedur mana yang perlu diperbaiki
3. Memberitahukan stategi, atau teknik yang perlu dihilangkan/diganti
4. Memberikan masukan apakah program yang sama dapat diterapkan di
tempat lain
5. Memberikan masukan dana harus dialokasikan ke mana
6. Memberikan masukan apakah teori/pendekatan tentang program dapat
diterima/ditolak.9
Tujuan Evaluasi Program Pembelajaran:
1. Untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu periode kerja,
apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai, dan apa yang perlu
mendapat perhatian khusus

9
Ashiong P. Munthe, Artikel, PENTINGNYA EVALUASI PROGRAM DI INSTITUSI PENDIDIKAN:Sebuah
Pengantar, Penegrtian, Tujuan dan Manfaat, Scholaria, Vol. 5, No. 2 Mei 2015, hlm. 7-8 dikutip
dari laman
https://www.researchgate.net/publication/315109775_PENTINGYA_EVALUASI_PROGRAM_DI_IN
STITUSI_PENDIDIKAN_Sebuah_Pengantar_Pengertian_Tujuan_dan_Manfaat

12
2. Untuk menjamin cara kaerja yang efekstif dan efisien yang membawa
organisasi pada penggunaan sumber daya yang dimiliki secra efisien
dan ekonomis
3. Untuk memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, penyimpangan
dilihat dari aspek-aspek tertentu.

Tujuan Evaluasi Pembelajaran sebelumnya telah dijelaskan bahwa


dalam upaya untuk melakukan evaluasi, penentuan tujuan sangatlah
penting agar evaluasi tersebut bisa sesuai dengan yang diharapkan secara
efektif dan efisien. Dengan adanya tujuan, ada tolok ukur dari keberhasilan
program, sehingga hasil dari program tersebut itulah yang kemudian akan
dijadikan dasar bagi evaluasi. Karena itulah, mengingat pentingnya
evaluasi ini, maka memahami tujuan dan fungsi dari diadakannya evaluasi
tersebut tentu merupakan sesuatu yang harus diketahui. Menurut Weiss,
tujuan evaluasi adalah untuk mengukur hasil dari program yang
diselaraskan dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dan hal ini
dilakukan sebagai alat untuk memberikan dasar bagi pembuatan keputusan
tentang program agar program tersebut di masa depan bisa lebih baik.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, tujuan dari evaluasi adalah


untuk mengukur keberhasilan program. Keberhasilan tersebut bukan
hanyatampak dalam bentuk hasil, tetapi juga diukur dari segi waktu,
kelancaran, dana, tenaga, dan sebagainya. Dari pembahasan di atas, pada
dasarnya ruang lingkup evaluasi pembelajaran ini mengarah pada
bagaimana segala tujuan dari pembelajaran itu bisa tercapai sesuai dengan
yang diharapkan sehingga anak didik akan berhasil dalam proses
pembelajarannya dalam artian mempunyai kecakapan dan keahlian serta
kematangan dalam memahami pembelajaran yang dialaminya. Proses
untuk mencapai tujuan itulah yang menjadi pokok dari ruang lingkup
evaluasi pembelajaran itu sendiri.10

10
Haryanto, Evaluasi Pembelajaran (KJonsep dan Manajemen, (Yogyakarta: UNY Press, 2020),
Hlm. 68-69

13
14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa sumber yang ditemukan, terdapat berbagai model
evaluasi pembelajaran yang digunakan di berbagai sekolah, termasuk
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Beberapa model evaluasi yang disebutkan dalam sumber tersebut antara lain
Model Evaluasi CIPP, Model Evaluasi Measurrement, model evaluasi
congruence, educational system evaluation model dan Model Evaluasi Alkin.
Model-model ini digunakan untuk mengevaluasi berbagai aspek pembelajaran,
mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana, hingga pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan penilaian. Hasil evaluasi program pembelajaran
menunjukkan bahwa program-program tersebut telah dilaksanakan dengan
baik, namun juga menekankan pentingnya evaluasi secara komprehensif guna
mendapatkan hasil yang optimal.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model-model evaluasi
pembelajaran yang digunakan di MAN, SMA, dan SMK mencakup berbagai
aspek, dan penting untuk dilakukan secara komprehensif guna memastikan
pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal

15
DAFTAR PUSTAKA

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Guruan. Jakarta: RajaGrafindo


Winaryati, Eny. Munsarif, Muhammad. Mardiana. Suwahono. 2021. Model-Model
Evaluasi, Aplikasi dan Kombinasinya. Jogjakarta: Penerbit KBM Indonesia
Haryanto. 2020. Evaluasi Pembelajaran (KJonsep dan Manajemen. Yogyakarta: UNY
Press
Malik Ibrahim, Misykat. 2018. PENELITIAN EVALUASI BIDANG PENDIDIKAN
(Pendekatan Kualitatif). Makasar: Alauddin University Press.
Sanjaya, Wina. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran:Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta; Kencana
P. Munthe, Ashiong. Artikel. 2015. PENTINGNYA EVALUASI PROGRAM DI
INSTITUSI PENDIDIKAN:Sebuah Pengantar, Penegrtian, Tujuan dan
Manfaat, Scholaria, Vol. 5, No. 2 dikutip dari laman
https://www.researchgate.net/publication/315109775_PENTINGYA_EVAL
UASI_PROGRAM_DI_INSTITUSI_PENDIDIKAN_Sebuah_Pengantar_P
engertian_Tujuan_dan_Manfaat

16

Anda mungkin juga menyukai