2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami,sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Model Evalausi Pembelajaran
dari Satuan Pendidikan Tingkat SMA/SMK”.
Tidak lupa kami ucapkan kepada Bpk Dr.H.Nur Cholid, M.Ag,M.Pd. selaku
pengampu mata kuliah Pengembangan sistem Evaluasi pai yang membimbing
kami menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
temanteman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Masalah...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Kesimpulan..........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian atau evaluasi merupakan hal yang sangat penting dalam
pendidikan. Perubahan paradigma kurikulum membawa implikasi terhadap
paradigma evaluasi atau penilaian, oleh sebab itu, guru dituntut untuk
memiliki
pemahaman dan kemampuan yang memadai baik secara konseptual maupun
secara praktikal dalam bidang evaluasi pembelajaran untuk menentukan
apakah penguasaan kompetensi sebagai tujuan pembelajaran telah berhasil
dikuasai oleh siswa atau belum.1
Melalui evaluasi, guru dapat mengetahui tingkat ketercapaian
pembelajaran. Dalam melakukan evaluasi hasil belajar, guru sebaiknya tidak
hanya mendasarkan penilaian secara langsung dari hasil belajar siswa. Akan
tetapi, harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut
Anas Sudijono, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
kekeliruan dalam melakukan evaluasi hasil belajar siswa, yaitu; “faktor alat
ukur, faktor evaluator, faktor siswa dan faktor situasi2
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah
evaluasi pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung
jawab guru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran. Termasuk
di dalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Kompetensi
tersebut sejalan pula dengan instrumen penilaian kemampuan guru, yang salah
satu indikatornya adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Hal ini
menunjukan bahwa pada semua model kompetensi dasar guru selalu
menggambarkan dan mensyaratkan adanya kemampuan guru dalam
mengevaluasi pembelajaran. Sebab kemampuan melakukan evaluasi
pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki oleh
setiap guru dan calon guru.
1
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran:Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta; Kencana, 2011), hal. 349
2
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Guruan (Jakarta: RajaGrafindo, 2009) hal. 42
1
Terdapat model – model evaluasi pembelajaran
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Gronlound: proses yang sistematis tentang mengumpulkan,
menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan
sejauhmana tujuan pembelajaran teklah tercapai.
4. Worthen and Sanders: memberikan pendapat tentang definisi
evaluasi sebagai penentu nilai suatu hal, meliputi pengumpulan
informasi yang digunakan untuk memutuskan nilai keberhasilan
suatu program, produk, prosedur, tujuan, atau manfaat pada desain
pendekatan alternatif untuk mempertahankan tujuan khusus. 3
Ciri khas dari evaluasi diantara lain:
1. Sebagai kegiatan yang sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah
dilakukan secara berkesinambungan
2. Dalam pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang
akurat untuk menunjang Keputusan yang akan diambil.
3. Evaluasi dalam Pendidikan tidak pernah lepas dari tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Evaluasi Program menurut para ahli:
1. Ralph tyler: evaluasi program adalah proses untuk mengetahui
apakah tujuan Pendidikan sudah dapat terealisasikan.
Perkembangan selanjuytnya bahwa evaluasi program adalah Upaya
menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil
Keputusan.
2. Joint Commite yang dikutib oleh Misykat dari Brinkerhof, bahwa
evaluasi program adalah aktivitas investigasi yang sistematis
tentang sesuatu yang berharga dan bernilai dari suatu obyek.
3. McNamara evaluasi program mengumpulkan informasi tentang
suatu program atau bebrapa aspek dari suatu program guna
membuat kepustusan penting tentang program tersebut, Keputusan
yang diambil dijadikan sebagai indicator penilaian kinerja atau
assessment performance pada setiap tahapan evaluasi dalam tiga
kategori yaitu rendah, moderat, dan tinggi.
3
Misykat malik Ibrahim, PENELITIAN EVALUASI BIDANG PENDIDIKAN (Pendekatan Kualitatif),
(Makasar: Alauddin University Press, 2018), hlm. 1
4
Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan
program yaitu:
4
Misykat malik Ibrahim, PENELITIAN EVALUASI BIDANG PENDIDIKAN (Pendekatan Kualitatif),
(Makasar: Alauddin University Press, 2018), hlm. 6
5
untuk evaluasi adalah suatu kerangka kerja yang komprehensif untuk
membimbing evaluasi program, proyek, personil, produk, institusi, dan
sistem. Model ini diperkenalkan oleh Daniel Stufflebeam pada tahun
1966 untuk memandu evaluasi yang diamanatkan proyek, didanai
pemerintah federal AS karena proyek-proyek ini muncul tidak bisa
memenuhi persyaratan untuk dikendalikan, memanipulasi variabel-
percobaan, yang kemudian dianggap sebagai standar emas untuk
evaluasi program. Sejak itu, model ini telah banyak dilakukan dan
dikembangkan lebih lanjut. Mereka menerapkan atau mengontrak
orang lain untuk menerapkan model ini termasuk pejabat pemerintah,
pejabat yayasan, staf program dan proyek, personil bantuan
internasional, administrator sekolah, dokter, pemimpin militer, dan
evaluator. Model ini dikonfigurasi untuk digunakan dalam evaluasi
internal yang dilakukan oleh evaluator organisasi, dalam evaluasi diri
yang dilakukan oleh tim proyek atau penyedia layanan individu, dan
dalam evaluasi eksternal kontrak. Telah digunakan di seluruh.
Model CIPP terbentuk dari empat dimensi evaluasi yaitu:
a) evaluasi Contex
b) Input
c) Proces
d) Product.
Keempat evaluasi ini merupakan suatu rangkaian keutuhan,
walaupun dalam pelaksanaannya seseorang dapat saja hanya
melakukan satu jenis atau kombinasi dari dua atau lebih dimensi
evaluasi, namun sesungguhnya kekuatan model terletak dari rangkaian
kegiatan keempat jenis evaluasi itu sendiri. Dalam pandangan
Stufflebeam, bahwa tujuan yang paling penting adalah bukan
membuktikan, tetapi memperbaiki. “the CIPP approach is based on
the view that the most important purpose of evaluation is not prove but
to improve” 5
5
Dr. Eny Winaryati, M.Pd., Muhammad Munsarif, M.Kom. Dr. Mardiana, M.Pd.I., Dr. Suwahono,
M.Pd., Model-Model Evaluasi, Aplikasi dan Kombinasinya, (Jogjakarta: Penerbit KBM Indonesia,
2021), hlm. 43
6
2. Measurrement Evaluation Model.
Model ini menitik beratkan peranan kegiatan pengukuran
dalam melaksanakan proses evaluasi. Adanya pengaburan batas antara
pengukuran dan evaluasi. Menurut R. Thorndike: “If anything exists, it
exists in quantity, and if it exists in quantity it can be measured”.
Pengukuran dipandang sebagai kegiatan menentukan besarnya suatu
(atribute) tertentu yang dimiliki oleh obek, orang maupun peristiwa,
dalam bentuk unit ukuran tertentu. Pengukuran digunakan untuk
berbagai aspek tingkah laku dengan tujuan untuk melihat perbedaan-
perbedaan individual atau kelompok, yang hasilnya diperlukan dalam
rangka seleksi, bimbingan, dan perencanaan pendidikan bagi para
siswa di sekolah.
Ruang lingkup objek kegiatan evaluasi adalah tingkah laku,
terutama tingkah laku siswa. Aspek tingkah laku yang dinilai meliputi:
kemampuan hasil belajar, kemampuan pembawaan (intelgensi, bakat),
minat, sikap, dan aspek-aspek kepribadian siswa. Menitikberatkan
pada pengukuran terhadap hasil belajar yang dicapai siswa pada
masing-masing bidang pelajaran dengan menggunakan tes. Hasil
belajar disini adalah bidang pengetahuan (kognitif) yang mencakup
berbagai tingkat kemampuan, yang evaluasinya menggunakan
prosedur yang distandarisasikan.
3. Congruence Model.
Pendidikan adalah sebagai proses yakni: tujuan pendidikan,
pengalaman belajar, penilaian hasil belajar. Menurut model dengan
tokohnya Raph W, Tyler, John B, Carrol, Lee J. Cronbach ini, evaluasi
adalah sebagai kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan
pendidikan telah dicapai siswa dalam bentuk hasil belajar. Dengan kata
lain, evaluasi pada dasarnya ingin memperoleh gambaran mengenai
efektivitas dari sistem pendidikan dalam mencapai tujuannya. Pada
akhirnya dapat dicapai baik individu maupun kelompok, dapat diambil
keputusan tentang tindakan-tindakan apa yang perlu diambil
sehubungan dengan sistem pendidikan dan siswa yang bersangkutan.
7
Bagi kepntingan sistem pendidikan, hasil evaluasi digunakan sebagai
umpan balik untuk kebutuhan memperbaki bagian-bagian sistem yang
masih “lemah” Memberikan info bagi pihak luar sejauh mana tujuan-
tujuan yang telah dicapai oleh sistem pendidikan tsb. Adalah usaha
untuk memeriksa kesesuaian (congruence) antara tujuan-tujuan
pendidikan yang diinginkan dan hasil belajar yang telah dicapai.
Termasuk didalamnya perubahan tingkah laku anak didik, hasilnya
digunakan untuk penyempurnaan sistem bimbingan siswa,
memberikan informasi kepada pihak luar.
Langkah pokok model Congruence.
a) Merumuskan dan mempertegas tujuan-tujuan pengajaran.
Masing-masing tujuan diperjelas rumusannya, sahingga
memberikan arah yang tegas dalam perencanaan evaluasi yang
akan dilakukan.
b) Menetapkan “test situation” yang diperlukan. Menetapkan
jenis-jenis situasi yang akan memungkinkanpara siswa untuk
memperhatikan tingkah laku yang akan dievalusi.
c) Menyusun alat evalusi Menyusun alat evaluasi yang cocok
untuk digunakan dalam menilai jenis tingkah laku yang
tergambar dalam tujuan
d) Menggunakan hasil evaluasi Mengolah hasil sedemikian rupa
agar dapat memenuhi tujuan diadakanya evaluasi.
e) Melakukan evaluasi, mana yang perlu disempurnakan, bagian
mana yang belum dicapai oleh siswa, untuk dilakukan
pembimbimbngan yang lebh terarah. 6
4. Educational System Evaluation Model
Tokoh model evaluasi ini adalah Daniel L, Stufflebeam,
Michael Scriven, Robert E. Stake, Malcolm M Provus. Model evaluasi
ini bertitik tolak bahwa suatu sistem pendidikan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, karakteristik anak didik maupun lingkungan sekitar
6
Dr. Eny Winaryati, M.Pd., Muhammad Munsarif, M.Kom. Dr. Mardiana, M.Pd.I., Dr. Suwahono,
M.Pd., Model-Model Evaluasi, Aplikasi dan Kombinasinya, (Jogjakarta: Penerbit KBM Indonesia,
2021), hlm 47-48
8
anak didik, tujuan sistem dan peralatan yang dipakai, serta prosedur
dan mekanisme pelaksanaan sistem. Membandingkan performance dari
berbagai dimensi sistem yang sedang dikembangkan dengan sejumlah
kriteria tertentu. Malcolm M. Provus dalam pembahasannya mengenai
The Discrepancy Evaluation Model mengemukakan bahwa The
Discrepancy Evaluation Models (Malcolm M Provus). There can be
non evaluation without discrepancy information; the can be non
discrepancy without standards or criteria. Perlu ditetapkan dengan
tegas kriteria yang akan dijadikan ukuran untuk mengevaluasi
performeance dari masing-masing dimensi. Kegiatan evaluasi harus
sampai pada judgment baik buruknya, efektif tidaknya sistem
pendidikan. Robert E Stake dalam bukunya The Countenance of
Educational Evaluation, bahwa from relative judgment as well as from
absolute judgment, we obtain an overal or composite rating of merit, a
rating to be used an making an educatonal dicision. Dalam
mangadakan judgment dapat menggunakan standar mutlak/relatif
dalam bentuk perbadingan dengan sistem pendidikan yang lain.
Beberapa hal penting terkait dengan model ini adalah bahwa
berbagai dimensi sistem sebagai suatu keseluruhan objek evaluasi.
Gene V Class dalam tulisannya yang berjudul: Two generation of
Evaluation Models, menegaskan bahwa “The complete and detailed
description of what contitutes of educational program is a concern of
the educational system evaluation model”.
5. Alkin Model (The UCLA Evaluation Model)
Marvin Alkin merupakan orang yang fokus pada evaluasi dan
pengambilan keputusan. Model awal Alkin (1972b) memiliki banyak
kesamaan dengan model CIPP Stufflebeam. Perbedaan utama antara
karya Alkin dan Stufflebeam adalah pengakuan Alkin bahwa proses
dan produk memiliki dimensi sumatif dan formatif. Marvin Alkin
(1991) menempatkan pandangannya Dimana evaluasi sebagai
"berorientasi pengguna" dalam rangka untuk meningkatkan
kemanfaatannya. Alkin lebih focus pada pengguna sebagai kelanjutan
9
evaluasi yang berfokus pada pemanfaatan. Alkin sangat menolak
keterlibatan evaluator sebagai penilai suatu agen. Alkin lebih suka
bekerja dengan pengguna utama di awal proses evaluasi untuk
menetapkan sistem nilai untuk menilai data hasil potensial.
Model evaluasi menurut Alkin adalah proses pelayanan
terhadap pengambilan keputusan dengan memilih informasi yang
sesuai, mengumpulkan dan analisis informasi untuk mendapat data
ringkas yang berguna dalam rangka pengambil Keputusan guna
memilih alternatif terbaik. 7
C. Ruang Lingkup dan Langkah-Langkah Evaluasi Program Pembelajaran
Dalam hal evaluasi kecakapan atau kepandaian, maka ruang
lingkup evaluasi pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1. Sikap dan kebiasaan, motivasi, minat, dan bakat dari siswa yang
bersangkutan. Kriterianya adalah bagaimana siswa bersikap terhadap
guru, mata pelajaran, orangtua, lingkungan, metode, dan media serta
penilaian belajar. Bagaimana pula kebiasaan, sikap, dan tanggung
jawab mereka terhadap tugas guru. Bagaimana motivasi dan minat
belajar mereka, dan bagaimana kedisiplinan mereka dalam menaati tata
tertib.
2. Pengetahuan dan pemahaman anak didik. Kriterianya adalah sampai di
mana tingkat pemahaman anak didik terhadap materi yang diajarkan;
pemahaman mereka akan lingkungan sekolah, kelas, dan masyarakat di
sekitarnya; dan semacamnya.
3. Kecerdasan anak didik. Kriterianya adalah sampai di mana Tingkat
kecakapan anak didik dalam memecahkan soal atau materi yang
diujikan; bagaimana guru mampu memaksimalkan potensi kecerdasan
anak didik; dan semacamnya.
4. Perkembangan jasmani anak didik. Kriterianya adalah bagaimana
perkembangan jasmani anak didik; bagaimana anak didik
7
Dr. Eny Winaryati, M.Pd., Muhammad Munsarif, M.Kom. Dr. Mardiana, M.Pd.I., Dr. Suwahono,
M.Pd., Model-Model Evaluasi, Aplikasi dan Kombinasinya, (Jogjakarta: Penerbit KBM Indonesia,
2021), hlm 48-49
10
memaksimalkan potensi jasmaninya dalam bidang olahraga; apa
prestasi yang didapatkan dari jasmaninya itu; dan semacamnya.
5. Keterampilan personal anak didik. Kriterianya adalah apakah anak
didik memiliki keterampilan khusus; apakah anak didik mampu
memaksimalkan keterampilan tersebut; dan semacamnya. Sedangkan
evaluasi terhadap penyesuaian persona sosial ruang lingkupnya adalah
meliputi tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
a) Domain kognitif, yang memiliki enam jenjang kemampuan,
yaitu: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis),
dan evaluasi (evaluation).
b) Domain afektif, yang merupakan internalisasi sikap yang
menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila anak
didik sadar akan nilai yang diterima, kemudian bersikap sesuai
dengan nilai tersebut dan kemudian nilai tersebut
terinternalisasi di dalam dirinya. Ada empat jenjang
kemampuan afektif, yaitu: kemampuan menerima (receiving),
kemampuan menanggapi (responding), kemampuan menilai
(valuing), dan kemampuan mengatur segala sesuatu
(organizing).
c) Domain psikomotorik yang merupakan kemampuan dalam hal
menggerakkan tubuh atau bagian-bagiannya dari gerakan yang
sederhana hingga yang sulit.8
8
Haryanto, Evaluasi Pembelajaran (KJonsep dan Manajemen, (Yogyakarta: UNY Press, 2020), Hlm.
73-78
11
3. Merancang instrumen evaluasi: Instrumen evaluasi yang digunakan
harus valid dan reliabel.
4. Melaksanakan evaluasi: Evaluasi dilaksanakan sesuai dengan
instrumen evaluasi yang telah dirancang.
5. Menganalisis data: Data yang dikumpulkan dianalisis untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan.
6. Menyusun laporan evaluasi: Laporan evaluasi disusun secara
sistematis dan mudah dipahami.
9
Ashiong P. Munthe, Artikel, PENTINGNYA EVALUASI PROGRAM DI INSTITUSI PENDIDIKAN:Sebuah
Pengantar, Penegrtian, Tujuan dan Manfaat, Scholaria, Vol. 5, No. 2 Mei 2015, hlm. 7-8 dikutip
dari laman
https://www.researchgate.net/publication/315109775_PENTINGYA_EVALUASI_PROGRAM_DI_IN
STITUSI_PENDIDIKAN_Sebuah_Pengantar_Pengertian_Tujuan_dan_Manfaat
12
2. Untuk menjamin cara kaerja yang efekstif dan efisien yang membawa
organisasi pada penggunaan sumber daya yang dimiliki secra efisien
dan ekonomis
3. Untuk memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, penyimpangan
dilihat dari aspek-aspek tertentu.
10
Haryanto, Evaluasi Pembelajaran (KJonsep dan Manajemen, (Yogyakarta: UNY Press, 2020),
Hlm. 68-69
13
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa sumber yang ditemukan, terdapat berbagai model
evaluasi pembelajaran yang digunakan di berbagai sekolah, termasuk
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Beberapa model evaluasi yang disebutkan dalam sumber tersebut antara lain
Model Evaluasi CIPP, Model Evaluasi Measurrement, model evaluasi
congruence, educational system evaluation model dan Model Evaluasi Alkin.
Model-model ini digunakan untuk mengevaluasi berbagai aspek pembelajaran,
mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana, hingga pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan penilaian. Hasil evaluasi program pembelajaran
menunjukkan bahwa program-program tersebut telah dilaksanakan dengan
baik, namun juga menekankan pentingnya evaluasi secara komprehensif guna
mendapatkan hasil yang optimal.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model-model evaluasi
pembelajaran yang digunakan di MAN, SMA, dan SMK mencakup berbagai
aspek, dan penting untuk dilakukan secara komprehensif guna memastikan
pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal
15
DAFTAR PUSTAKA
16