Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENILAIAN AUTENTIK KURIKULUM 2013

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal

Dosen Pengampu: Drs. Sukarjo, M.Pd.

Disusun oleh:

Adinda Silvia Ningrum (1401418145)

ROMBEL C

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penilaian atau asesmen merupakan salah satu kegiatan terpenting tetapi
juga paling banyak diperdebatkan, yang melibatkan guru. Penilaian juga
merupakan alat yang tak ternilai harganya bagi guru dan sistem pendidikan,
yang memungkinkan guru untuk merencanakan pembelajarannya dengan
lebih baik dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan murid-
muridnya, dan ini membantu pihak guru maupun sekolah untuk melihat
apakah murid-murid benar-benar belajar dari apa yang diajarkan. Guru
kemudian dapat menyesuaikan pengajarannya bila hal ini tidak terjadi.
Penilaian juga dapat memungkinkan guru untuk melihat seberapa jauh
kinerja murid untuk melihat seberapa jauh kinerja murid mereka
dibandingkan norma nasional yang ada.
Istilah penilaian mengacu pada semua informasi yang dikumpulkan
tentang murid di kelas oleh guru, baik melalui formal, esai, dan pekerjaan
rumah, atau secara informal melalui observasi atau interaksi.
Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yang baik tidak hanya mengukur
apa yang hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan
motivasi kepada siswa agar lebih bertanggung jawab atas apa yang mereka
pelajari, sehingga penilaian melekatkan aktivitas autentik yang dilakukan
oleh siswa yang dikenali dan distimulasi oleh kemampuan siswa untuk
menciptakan atau mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di ranah
yang lebih luas.
Autentic assessment dianggap mampu untuk lebih mengukur secara
keseluruhan hasil belajar dari siswa karena penilaian ini menilai kemajuan
belajar bukan melulu hasil tetapi juga proses dan dengan berbagai cara.
Dengan kata lain sistem penilaian seperti ini dianggap lebih adil untuk siswa
sebagai pembelajar, karena setiap jerih payah yang siswa hasilkan akan
lebih dihargai.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penyusun paparkan, maka rumusan
masalah dalam penyusunan makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Penilaian Autentik?
2. Bagaimana Ciri-Ciri Penilaian Autentik?
3. Apa Sajakah Jenis-Jenis Penilaian Autentik?
4. Bagaimana Konsep Penilaian Autentik?
5. Bagaimana Hubungan Penilaian Autentik dengan Kurikulum 2013?

1.3. Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan, adapun tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian dari Penilaian Autentik.
2. Ciri-Ciri Penilaian Autentik
3. Jenis-Jenis Penilaian Autentik
4. Konsep Penilaian Autentik
5. Hubungan Penilaian Autentik dengan Kurikulum 2013

1.4. Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan :
1. Dapat meningkatkan wawasan para pembaca mengenai asesmen.
2. Dapat memberikan informasi ilmiah mengenai penilaian autentik
(Authentic Assessment).

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)


Penilaian autentik berasal dari dua kosa kata yaitu penilaian dan autentik.
Penilaian itu sendiri berasal dari kata dasar nilai. Pengertian nilai itu sendiri
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI) yaitu:

a. Pertama, harga (dalam arti taksiran harga)


b. Kedua, arga uang (dibandingkan dengan harga uang yang lain)
c. Ketiga, angka kepandaian; biji; ponten
d. Keempat, banyak sedikitnya isi; kadar; mutu
e. Keempat, sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan
f. Kelima, sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan
hakikatnya

Sedangkan pengertian penilaian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia


(KBBI) adalah proses, cara, perbuatan menilai; pemberian nilan (biji, kadar,
mutu, harga).

Dari definisi yang telah disebutkan diatas dapat diambil bahwa


pengertian penilaian secara umum adalah pengambilan suatu keputusan
terhadap suatu objek dengan ukuran tertentu, dan penilaian bersifat
kualitatif dan kuantitatif.

Penilaian yang dalam bahasa inggris yaitu Evaluation atau Assesment.


Pada akhir suatu program dalam dunia pendidikan biasanya diadakan
penilaian. Hal ini dilakukan tidak lain untuk mengetahui seberapa
siswa/peserta didik memahami pelajaran yang sudah diberikan.

Dalam dunia pendidikan, penilaian adalah proses memberikan atau


menentukan kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Penilaian hasil proses belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-
hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu (Sudjana, 2012).

2.2. Ciri-Ciri Penilaian Autentik


Penilaian hasil belajar peserta didik merupakan sesuatu yang sangat
penting dan strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian tersebut
harus dilakukan secara berkesinambungan atau berkelanjutan untuk
memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk
meningkatkan efektifitas pembelajaran. Dengan penilaian hasil belajar
yang baik akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam perbaikan
kualitas proses belajar mengajar. Berikut ciri-ciri penilaian autentik adalah:
1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran yakni kinerja dan hasil atau
produk.
2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
3. Menggunakan berbagai cara dan sumber
4. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian
5. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik mencerminkan bagian-
bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus
dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan
setiap hari
Penilaian harus menekankan kedalam pengetahuan dan keahlian peserta
didik, bukan keluasannya (kuantitas).

2.3. Jenis-jenis Penilaian Autentik (Authentic Assessment)


Beberapa jenis asesmen autentik disajikan berikut ini.
a. Penilaian Kinerja
Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta
didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru
dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan
unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan
kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat
memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam
bentuk laporan naratif maupun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda
untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
1. Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau
tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau sub indikator yang
harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.
2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan
dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan
oleh masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari
laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik
memenuhi standar yang ditetapkan.
3. Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan
menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5=baik
sekali, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang, 1=kurang sekali.
4. Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru
dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu,
dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari
memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil
atau belum.

b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut
periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi
yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan
demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman,
mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik
memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan,
dan pengetahuannya. Karena itu, pada setiap penilaian proyek,
setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru.
1) Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna
atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
2) Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta
didik.
3) Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan
atau dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk
proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan
data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat
menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan
penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.

c. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan
kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi
tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang
dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang
relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh
topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah
kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu
periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru,
meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan objek
penilaian dalam menggunakan penilaian portofolio (Baskoro &
Wihaskoro, 2016), diantaranya adalah:
1. Karya siswa adalah karya peserta didik sendiri.
2. Saling percaya anatara guru dan peserta didik.
3. Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik.
4. Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru.
5. Kepuasan
6. Kesesuaian
7. Penilaian proses dan hasil
8. Penilaian dan pembelajaran

d. Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik
mampu mengingat, memahami, mengorganisaasikan, menerapkan,
menganalisis, mengsintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas
materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk urauan sebisa
mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan
ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

2.4. KONSEP PENILAIAN AUTENTIK


Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini
menunjukkan rah yang lebih luas. Konsep-konsep tersebut pada umumnya
berkisar pada pandangan sebagai berikut:
1. Penilaian tidak hanya diarahkan kepada tujuan-tujuan
pendidikan yang telah ditetpkan, tetapi juga terhadap tujuan-tujuan
yang tersembunyi, termasuk efek samping yang mungkin timbul.
2. Penilaian tidak hanya melalui pengukuran perilaku siwa, tetapi juga
melakukan pengkajian terhadap komponen-komponen pendidikan, baik
masukan proses maupun keluaran.

3. Penilaian tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui tercapai tidaknya


tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga mengetahui apakah
tujuan-tujuan tersebut penting bagi siswa dan bagaimana siswa
mencapainya.
4. Mengingat luasnya tujuan objek penilaian, maka alat yang digunakan
dalam penilaian sangant beraneka ragam, tidak hanya terbatas pada
tes, tetapi juga alat penilaian bukan tes (Sudjana, 2012).
Penilaian autentik berbeda dengan panilaian tradisional dalam beberapa
aspek. Pada penilaian tradisional peserta didik cenderung memilih respon
yang tersedia. Contoh dari penilaian tradisional adalah alat instrumen
yang digunakan berupa soal pilihan ganda, penjodohan, dan sebagainya.
Sedangkan pada penilaian autentik, peserta didik menampilkan atau
mengerjakan suatu tugas. Alat instrumen penilaian yang digunakan dalam
penilaian autentik adalah soal esai, observasi, dan lain sebagainya. Pada
penilaian tradisional kemampuan berpikir yang dinilai cenderung dalam
level memahami dan menerapkan, serta fokusnya adalah guru. Pada
penilaian autentik kemampuan berpikir yang dinilai adalah level konstruksi
dan aplikasi, serta fokus peserta didik. Bukti level kemampuan peserta
didik pada penilaian tradisional adalah tidak langsung, sedangkan penilaian
autentik bukti kemampuan peserta didik adalah langsung, yaitu bisa
diamati.
Penilaian autentik mencakup 3 (tiga) ranah hasil belajar yaitu ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

2.5. PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK


Penilaian autentik adalah komponen penting bagi dunia pendidikan
khususnya sejak dari reformasi pendidikan. Wiggins (1993) menegaskan
bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes
pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal
mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah
gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan,

dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata


mereka di luar sekolah atau masyarakat (Sigit, 2014).
Seiring berjalannya waktu banyak sekali perubahan dalam dunia
pendidikan khususnya dalam pembaruan kurikulum. Sejak diterapkannya
sistem kurikulum 2013 pada tahun 2014 yang oleh mantan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh. Perubahan paradigma
pendidikan dan kurikulum menuntut para pendidik untuk melakukan
penilaian yang tidak hanya melihat hasil belajar peserta didiknya, melainkan
proses dan bagaimana mereka mererapkannya pada kehidupan sahari-hari.
Berikut adalah bagaimana hubungan penilaian autentik dengan
Kurikulum 2013
1. Penilaian Autentik Dan Tuntutan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah
Rahayu (2014), diantara beberapa penilaian autentik dalam
penerapan kurikulum
2013 antara lain:
a) Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
b) Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkaran hasil belajar
pesert didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar,
membangun jejaring, dan lain-lain.
c) Penilaian autentik cenderng fokus terhadap tugas-tugas
kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik
menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih
autentik.
d) Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu
dalam pembelajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk
mata pelajaran yang sesuai.
e) Penilaian aautentik sering dikontradiksikan dengan penilain yang
menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah,
menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola
pilihan seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena
memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara ademik.
f) Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara
tim, atau guru bekerjasama dengan peserta didik.

g) Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting.


Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktifitas belajar lebih
baik ketika mereka tahu bagaimana dinilai.
h) Peserta didik diminta untuk merefleksika dan mengevaluasi
kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman
yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong
kemampuan belajar yang lebih tinggi.
i) Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang
berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kejaian keilmuan, dan
pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.
j) Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru
mengajar, kegiatan siswa belajar, motibasi dan keterlibatan peserta
didik, serta keterampilah belajar.
k) Karena penilaian itu merupakan dari proses pembelajaran, guru dan
pesera didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja.
l) Dalam beberap kasus,, peserta didik bahkan berkontribusi untuk
mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
m) Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan
mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang
subjek.
n) Penilaian autentik harus mamp menggambarkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki
oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya,
dalam hal apa mereka sudah tau belum mampu menerapkan
perolehan belajar, dan sebagainya.
o) Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang
sudah layak dilanjutkan dan utnuk apa pula kegiatan remedial harus
dilakukan (Dahlan, 2014).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Setelah penyusun memaparkan pembahasan pada Bab II, maka penyusun
menyimpulkan bahwa:
1. Penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya
diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang
mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial
yang bermakna.
2. Jenis-jenis penilaian autentik yaitu penilaian kinerja, proyek, portofolio,
dan tertulis.
a. Penilaian kinerja yang digunakan untuk menilai partisipasi dan
keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang
harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
c. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan
kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.
d. Penilaian tertulis merupakan bentuk penilaian dengan cara tertulis yang
dapat berupa pilihan ganda, essai, menjodohkan, benar-salah, dan
sebagainya.
3. Kriteria dari penilaian autentik yaitu penilaian yang berbasis pada kinerja
yang terdiri terdiri dari tasks + rubrics.
4. Langkah-langkah penilaian autentik terdiri dari:
a. Mengidentifikasi standar Seperti tujuan umum (goal)
b. Memilih suatu tugas otentik
c. Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks)

3.2. Saran

Saran penyusun dalam makalah ini yaitu agar sekiranya dosen


pembimbing menerima dan bersedia memberikan bimbingan kepada
penyusun jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan-
kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, N. (2012). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengjar. Bandung: PT


REMAJA RODAKARYA.
Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses Dan
Produk Dalam Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha

Sudarwan, Prof., (2013). Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran,


Makalah pada Workshop Kurikulum. Jakarta. 

https://www.silabus.web.id/implementasi-penilaian-autentik/

Anda mungkin juga menyukai