Anda di halaman 1dari 14

Penilaian Autentik

Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab

Dosen Pengampu :

Siti Uriana Rahamawati, M.Ag.

Disusun oleh :

Muhammad Jihad 11190120000081

Alifa Rohmah 11190120000105

Uswatul Farikhah 11190120000080

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA


2021/2022
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yang baik adalah tidak hanya mengukur apa yang
hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar
lebih bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari, sehingga penilaian menjadi
bagian integral dari pengalaman pembelajaran dan melekatkan aktivitas autentik yang
dilakukan oleh siswa yang dikenali dan distimulasi oleh kemampuan siswa untuk
menciptakan atau mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di ranah yang lebih
luas.
Penilaian Autentik dianggap mampu untuk lebih mengukur secara keseluruhan hasil
belajar dari siswa karena penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan melalui hasil
belajar saja tetapi juga proses dan dengan berbagai cara. Dengan kata lain sistem
penilaian seperti ini dianggap lebih adil untuk siswa sebagai pembelajar, karena setiap
jerih payah yang siswa hasilkan akan lebih dihargai. Berdasarkan uraian pada latar
belakang, penyusun tertarik untuk menyusun makalah yang berjudul ”Penilaian
Autentik”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penyusun paparkan, maka rumusan masalah
dalam penyusunan makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian autentik?
2. Bagaimana karakteristik dari penilaian autentik?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam penilaian autentik?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan, adapun tujuan penyusunan
makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Mahasiswa mengetahui pengertian penilaian autentik.
2. Mahasiswa memahami karakteristik dari penilaian autentik.
3. Mahasiswa mampu menerapkan langkah-langkah dalam penilaian autentik.
PEMBAHASAN
(Penilaian Autentik)
A. Pengertian
Pada awalnya istilah penilaian autentik ini diperkenalkan oleh Wiggins pada tahun
1990 untuk menyesuaikan dengan yang biasa dilakukan oleh orang dewasa sebagai reaksi
(menentang) penilaian berbasis sekolah seperti mengisi titik-titik, tes tertulis, pilihan ganda,
kuis, dan jawaban singkat. Jadi dikatakan autentik dalam arti sesungguhnya dan realistis.
Apabila kita melihat di tempat kerja, orang-orang tidak diberikan tes pilihan ganda untuk
menguji bisa tidaknya mereka melakukan pekerjaan tersebut. Mereka mempunyai performansi,
kinerja atau unjuk kerja. Dalam bisnis dikatakan performance assessment. Penilaian autentik
merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada
situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan
esensial yang bermakna.
Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar
peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah penilaian merupakan
sinonim dari pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli,
nyata, valid, atau reliabel.
Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan
dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk
mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan
dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar
sekolah.
Seperti apakah bentuk penilaian autentik? Biasanya suatu penilaian autentik melibatkan
suatu tugas (task) bagi para siswa untuk menampilkan, dan sebuah kriteria penilaian atau rubrik
(rubrics) yang akan digunakan untuk menilai penampilan berdasarkan tugas tersebut.

Jenis-jenis Penilaian Autentik


Beberapa jenis penilaian autentik disajikan berikut ini.
a. Penilaian Kinerja
Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam
proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para
peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk
menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat
memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif
maupun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis
kinerja:
1) Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur
tertentu dari indikator atau sub indikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau
tindakan.
2) Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru menulis
laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik selama
melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta
didik memenuhi standar yang ditetapkan.
3) Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik
berikut predikatnya. Misalnya: 5=baik sekali, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang, 1=kurang sekali.
4) Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati
peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan
informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau
belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkah-
langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu
atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang
dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk
menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai,
khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau
keterampilan peserta didik yang akan diamati.
b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang
harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas
dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan
demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan,
penyelidikan, dan lain-lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan
untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada setiap
penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru.
1) Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data,
mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis
laporan.
2) Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
3) Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh
peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek. Dalam
kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan dan
instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek
dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat
dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus.
Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir
secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan
peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan,
patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan
karya logam. Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk
menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara
keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
c. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan
kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat
dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok,
memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar
peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi,
surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian,
sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan
perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
1) Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2) Guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
3) Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru
menyusun portofolio pembelajaran.
4) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai,
disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5) Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6) Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio
yang dihasilkan.
7) Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
d. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi penilaian autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang
lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim
dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban
dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-
tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi,
jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin
bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya
sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang
sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan
malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi
pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang
sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola
jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-response).
Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi
kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang
lebih tinggi atau kompleks.

B. Karakteristik dari Penilaian Autentik


1. Tugas Autentik
Tugas autentik merupakan suatu tugas yang meminta siswa melakukan atau
menampilkannya dianggap autentik apabila: (1) siswa diminta untuk mengkonstruk respons
mereka sendiri, bukan sekedar memilih dari yang tersedia; (2) tugas merupakan tantangan yang
mirip (serupa) yang dihadapkan dalam (dunia) kenyataan sesungguhnya.
Terdapat lima kriteria task untuk penilaian autentik, yaitu: 1) tugas tersebut bermakna
baik bagi siswa maupun bagi guru; 2) tugas disusun bersama atau melibatkan siswa; 3) tugas
tersebut menuntut siswa menemukan dan menganalisis informasi sama baiknya dengan menarik
kesimpulan tentang hal tersebut; 4) tugas tersebut meminta siswa untuk mengkomunikasikan
hasil dengan jelas; 5) tugas tersebut mengharuskan siswa untuk bekerja atau melakukan.
Ada dua hal yang perlu dipilih dalam menyiapkan tugas dalam penilaian autentik, yaitu
keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities). Selanjutnya ada lima dimensi yang perlu
dipertimbangkan pada saat menyiapkan task yang autentik pada pembelajaran sains. Pertama,
durasi atau lama waktu pengerjaan tugas. Kedua, jumlah tugas terstruktur yang perlu dilalui
siswa. Ketiga, partisipasi individu, kelompok atau kombinasi keduanya. Keempat, fokus
evaluasi: pada produk atau pada proses. Kelima, keragaman cara-cara komunikatif yang dapat
digunakan siswa untuk menunjukkan kinerjanya.
2. Tipe Tugas Autentik
Tugas-tugas penilaian kinerja dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, yakni:
a. computer adaptive testing (tidak berbentuk tes obyektif), yang menuntut peserta tes dapat
mengekspresikan diri untuk dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang nyata;
b. tes pilihan ganda diperluas, dengam memberikan alasan terhadap jawaban yang dipilih;
c. extended response atau open ended question juga dapat digunakan;
d. group performance assessment (tugas-tugas kelompok) atau individual performance
assessment (tugas perorangan);
e. interview berupa pertanyaan lisan dari asesor; observasi partisipatif;
f. portofolio sebagai kumpulan hasil karya siswa;
g. projek, expo atau demonstrasi;
h. constructed response, yang siswa perlu mengkonstruk sendiri jawabannya.
3. Kriteria Penilaian (Rubrics)
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa penilaian autentik atau penilaian berbasis kinerja
terdiri dari tasks + rubrics. Selanjutnya akan diuraikan tentang “rubrics”. Rubrics merupakan
alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau tugas.
Secara singkat scoring rubrics terdiri dari beberapa komponen, yaitu: (1) dimensi, (2)
definisi dan contoh, (3) skala, dan (4) standar. Dimensi akan dijadikan dasar menilai kinerja
siswa. Definisi dan contoh merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi. Skala ditetapkan
karena akan digunakan untuk menilai dimensi, sedangkan standar ditentukan untuk setiap
kategori kinerja.
Walaupun suatu rubrik atau scoring rubrics sudah disusun sebaik-baiknya, tetapi harus
disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang sudah disusun itu sempurna atau satu-satunya kriteria
untuk menilai kinerja siswa dalam bidang tertentu. Dari satu tugas bisa saja disusun lebih dari
satu rubrik. Oleh karena itu perlu pula dikembangkan alat untuk menilai suatu rubrik.
Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai suatu rubrik.
a. Seberapa jauh rubrik tersebut (jelas) berhubungan langsung dengan kriteria yang dinilai?
b. Seberapa jauh rubrik tersebut mencakup keseluruhan dimiensi kinerja yang dinilai?
c. Apakah kriteria yang dipilih sudah menggunakan standar yang secara umum berlaku dalam
bidang kinerja yang dinilai?
d. Sejauh mana dimensi & skala yang digunakan terdefinisi dengan baik?
e. Jika menggunakan skala numeric sejauh mana angka-angka yang digunakan itu memang
secara adil telah menggambarkan perbedaan dari setiap kategori kinerja?
f. Seberapa jauh selisih skor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda?
g. Apakah rubrik yang digunakan dipahami oleh siswa?
h. Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari bias?
i. Apakah rubrik mudah digunakan, cukup praktis dan mudah diadministra-sikannya?
4. Deskriptor dan Level Kinerja
Rubrik di atas melibatkan komponen lain yang umum digunakan dalam penilaian
autentik atau penilaian berbasis kinerja, yaitu deskriptor. Deskriptor mengeksplisitkan tingkat
kinerja siswa pada masing-masing level dari suatu penampilan. Contohnya seperti rumusan
standar minimal dalam perumusan tujuan pembelajaran khusus. Deskriptor digunakan untuk
memperjelas harapan atau aspek yang dinilai. Selain itu descriptor juga membantu penilai (rater)
lebih konsisten dan lebih obyektif. Bagi guru yang melaksanakan penilaian autentik, deskriptor
membantu memperoleh umpan balik yang lebih baik.
C. Langkah-langkah dalam Menciptakan Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
1. Langkah 1 Mengidentifikasi standar Seperti tujuan umum (goal).
Standar merupakan pernyataan yang harus diketahui dan dapat dilakukan siswa, tetapi
ruang lingkupnya lebih sempit dan lebih mudah dicapai daripada tujuan umum. Biasanya
standar merupakan satu pernyataan singkat yang harus diketahui atau mampu dilakukan
siswa pada poin tertentu. Agar operasional, rumusan standar hendaknya dapat diobservasi
dan dapat diukur. Contoh: siswa mampu menjumlah dua digit angka dengan benar;
menjelaskan proses fotosintesis; mengidentifikasi sebab dan akibat perang mikroba;
menggunakan pinhole camera untuk menciptakan “kertas” positif dan “kertas” negatif.
Jadi, standar harus ditulis dengan jelas, operasional, tidak ambigu dan tidak rancu, tidak
terlalu luas atau terlalu sempit, mengarahkan pembelajaran dan melakukan penilaian.
2. Langkah 2 Memilih suatu tugas autentik.
Dalam memilih tugas autentik, pertama-tama kita perlu mengkaji standar yang kita buat,
dan mengkaji kenyataan (dunia) sesungguhnya. Misalnya daripada meminta siswa
menyelesaikan soal pecahan, lebih baik kita siapkan tugas memecahkan masalah
pembagian martabak untuk suatu keluarga beranak tujuh agar setiap anggota keluarga
mempunyai bagian yang sama.
3. Langkah 3 Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks) .
Kriteria tidak lain adalah indikator-indikator dari kinerja yang baik pada sebuah tugas.
Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan apakah indikator-indikator
tersebut sekuensial (memerlukan urutan) atau tidak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1) Batasi jumlah kriteria, hanya pada unsur-unsur yang esensial dari suatu tugas (antara 3-4, di
bawah 10);
2) Tidak perlu mengukur setiap detil tugas;
3) Kriteria yang lebih sedikit untuk tugas-tugas yang lebih kecil atau sederhana.
Contoh tes singkat atau kuis diberikan berikut ini sebagai latihan
a. Tugas 1: Tuliskan tiga kriteria bagi seorang petugas laboratorium yang baik!
b. Tugas 2: Tuliskan tiga kriteria presentasi lisan yang baik!
4. Langkah 4 Menciptakan standar kriteria atau rubrik (rubrics)
a. Menyiapkan suatu rubrik analitis
Dalam rubrik tidak selalu diperlukan descriptor. Deskriptor merupakan karakteristik perilaku
yang terkait dengan level-level tertentu, seperti observasi mendalam, prediksinya beralasan,
kesimpulannya berdasarkan hasil observasi.
b. Menyiapkan suatu rubrik yang holistic
Dalam rubrik holistic, dilakukan pertimbangan seberapa baik seseorang telah menampilkan
tugasnya dengan mempertimbangkan kriteria secara keseluruhan. Sebagai contoh, dalam
presentasi dapat disiapkan rubrik keseluruhan sebagai berikut.
Aspek Persentasi Oral Kriteria Penilaian Presentasi Oral
Penguasaan (Mastery)  Selalu melakukan kontak pandang
 Volume selalu sesuai
 Antusiasme hadir selama presentasi
 Rangkuman sangat akurat
Kemahiran (Proficiency) - Biasanya melakukan kontak pandangan
- Volume biasanya sesuai
- Antusiasme muncul pada kebanyakan
presentasi
- Hanya 1-2 kesalahan dalam rangkuman
Pengembangan  Kadang-kadang melakukan kontak
pandangan
 Volume kadang-kadang memadai
 Sewaktu-waktu antusiasme dalam
presentasi
 Beberapa kesalahan dalam rangkuman
Ketidakakuratan  Tak pernah atau jarang melakukan
kontak pandangan
 Volume tidak memadai
 Jarang tampak antusiasme dalam
presentasi
 Banyak kekeliruan dalam rangkuman

c. Mencek rubrik yang telah dibuat


Untuk keperluan pengecekan rubrik yang telah dibuat sebaiknya kita meminta kepada rekan
kerja sesama guru untuk merevieuwnya, atau meminta siswa mengenai kejelasannya. Masukan
dari mereka dapat digunakan untuk memperbaiki standar yang telah kita siapkan. Ada baiknya
kita juga memeriksa atau mencek apakah rubrik tersebut dapat dikelola dengan mudah.
Bayangkan penampilan atau kinerja siswa ketika sedang melakukannya.
PENUTUP
Setelah penyusun memaparka, maka penyusun menyimpulkan bahwa:
1. Penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk
menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan
keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.
2. Jenis-jenis penilaian autentik yaitu penilaian kinerja, proyek, portofolio, dan tertulis.
a. Penilaian kinerja yang digunakan untuk menilai partisipasi dan keaktifan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
b. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh
peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
c. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
tertentu.
d. Penilaian tertulis merupakan bentuk penilaian dengan cara tertulis yang dapat berupa pilihan
ganda, essai, menjodohkan, benar-salah, dan sebagainya.
3. Kriteria dari penilaian autentik yaitu penilaian yang berbasis pada kinerja yang terdiri terdiri
dari tasks + rubrics.
4. Langkah-langkah penilaian autentik terdiri dari:
a. Mengidentifikasi standar Seperti tujuan umum (goal)
b. Memilih suatu tugas otentik
c. Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks)
DAFTAR REFERENSI
Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses Dan Produk Dalam
Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep dasar, Tahapan Pengembangan dan Contoh.
Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI
Muijs, Daniel & David Reynolds. 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sudarwan, Prof., (2013). Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran, Makalah pada Workshop
Kurikulum. Jakarta. http://www.the-scientist.com/?articles.view/articleNo/24488/title/The-
Scientific-Approach/: diakses 28 Mei 2021.
Zainul, A. 2001. Alternative Assessment Applied Approach Mengajar di Perguruan Tinggi. Jakarta:
Ditjen Dikti Depdiknas.
s

Anda mungkin juga menyukai