PENDIDIKAN
BUKU AJAR
D4 BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
TIMUR1 2022
PENYUSUN
AISYAH, S.TP.,M.Hum
2
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
EVALUASI BERBASIS KOMPETENSI
Latar Belakang
masalah sosial yang ada. Sejauh ini, pendidikan di negara kita masih
kurikulum kita saat ini ialah kurang tepatnya kurikulum dengan mata
pelajaran yang terlalu banyak, dan tidak berfokus pada hal-hal yang
program, serta telah mencapai tujuan secara efisien dan efektif, atau
Pada sebagian guru masih ada yang berasumsi yang kurang tepat.
Asumsi yang tidak pada tempatnya misalnya, adalah hal biasa jika
1
ayat 1 UU RI No.20 tahun 2003 tentang sisdiknas yang menyatakan
berpikir.
2
sikap sebagai hasil belajar. Dengan demikian dalam pembelajaran
dimiliki oleh peserta didik maka tentu hal ini dapat menentukan
1. Secara etimologi
akar katanya value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam
2. Secara Terminologi
3
a. Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan
4
Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemajuan
Nasional Pendidikan
melakukan penilaian melalui tes dan non tes. Tes meliputi tes lisan,
pengamatan (observasi).
5
Penilaian Berbasis Kompetensi adalah suatu penilian guru
seseorang.
6
B. Tujuan Evaluasi Berbasis Kompetensi
belajar siswa
yang baik adalah” evaluasi dan hasil langsung, evaluasi dan transfer,
7
Dalam proses pembelajaran, guru sering melakukan kegiatan
didik.
yang logis dan rasional. Peserta didik tidak dapat disebut telah
satu situasi tertentu saja, maka hasil belajar itu dapat disebut hasil
8
situasi baru. Penguasaan materi seperti ini tidak lebih dari
palsu, baik untuk informasi bagi peserta didik maupun untuk tujuan
lain, berarti evaluasi itu palsu. Jika peserta didik hanya memiliki
ataupu tidak terjadi, dan sampai dimana pula telah tercapai hasil
9
dapat di organisasi sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai
hasil yang optimal. Anda dapat mengetahui proses apa yang dilalui
sholat itu.
10
prinsip konteks, vokalisasi, sosialisasi, imdividualisasi, dan urutan
(sequence).
Seorang peserta didik tidak dapat belajar dengan baik, karena ia tidak
Peserta didik tidak dapat belajar dengan baik, karena tidak mempunyai
transfer hasil belajar dan proses belajar yang dijalani oleh peserta
didik.
E. Prinsip-prinsip Evaluasi
11
aspek operasionalnya. Evaluasi tidak hanya ditujukan pada salah
sekolah, guru itu sendiri, dan bahkan dengan pihak murid. Dengan
dalam mengevaluasi.
kenyataan yang ada. Katakanlah yang hijau itu hijau dan yang
12
kuning, dan yang kuning itu hijau. Sebagai contoh, apabila seorang
guru itu sukes dalam mengajar, maka katakanlah bahwa guru ini
sukses, dan sebaliknya apabila jika guru itu kurang berhasil dalam
fakta. Dari data dan fakta inilah dapat mengolah untuk kemudian
diambil suatu kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta yang dapat
5. Berdasarkan kriteria yang valid, selain perlu adanya data dan fakta,
13
penemuan kelemahan yang kemudian harus diusahakan jalan
pemecahannya.
1. Tujuan pembelajaran
3. Evaluasi
Tujuan
KBM Evaluasi
pemikirannya ke KBM.
14
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh
Seperti yang sudah disebutkan dalam nomor (1) KBM dirancang dan
disebutkan pula dalam nomor (2) bahwa alat evaluasi juga disusun
pengetahuan.
15
BAB II
KESAHIHAN DAN KETERANDALAN EVALUASI
Latar Belakang
terhadap hasil dari suatu instrument evaluasi atau tes, dan tidak terhadap
A. Pengertian Kesahihan
instrument evaluasi atau tes, dan tidak terhadap instrument itu sendiri
16
menekankan pada hasil/perolehan evaluasi, bukan pada kegiatan
barometer tanpa diragukan lagi adalah alat pengukur yang valid untuk
benar, sahih, dan abash untuk mengukur tinggi rendahnya suhu udara.
17
1. Kesahihan isi (content validation)
(Arikunto, 1990:64).
D. Pengertian Keterandalan
bagaimanakah keajegan skor tes atau hasil evaluasi lain yang berasal
18
menjamin bahwa hasil evaluasi yang andal (Reliable) akan selalu
orang perorang tetap pada posisi yang relative sama dalam satu
Tes acuan norma (norm reference test) tingkat kesulitan tes yang
4. Objektifitas (objectifity)
sama (yang dimiliki oleh siswa satu dengan siswa yang lain)
19
Uraian faktor-faktor yang mempengaruhi keterandalan yang
20
BAB III
Latar Belakang
21
antara sebelumdan sesudah melaksanakan kegiatan belajar. Jadi Hasil
Kita sebagai calon pengajar ingin mengetahui apa hasil usaha kita
bagi murid. Apakah murid itu bias berubah kea rah yang di inginkan dan di
tidak, apakah bahan yang kita ajarkan telah di kuasai sampai taraf yang
ideal atau belum, apakah sikapnya lebih positif terhadap nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat atau tidak, untuk itu kita perlu mengadakan
secara sistematis tentang pengaruh usaha kita untuk di analisa agar dapat
Oleh karena itu, didalam makalah ini kita akan membahas poin
22
A. Pengertian Evaluasi Hasil Belajar
kata evaluation (B. Inggris). Kata Evaluation berasal dari value yang
diartikan al-taqdir.
proses untuk menentukan nilai dari suatu obyek. Istilah (term) ini pada
pengumpulan data guna menentukan sejauh mana, dalam hal apa dan
4
23
membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran
siswa tidak sesuai dengan kunci maka ia dinilai tidak menguasai dan
seterusnya.
24
bentuk jihad pada zaman Rasul dengan jihad pada zaman
yang mendahuluinya.
pemberian bobot bagi tiap-tiap item soal dan pemberian skor bagi
25
angka juga) yang dijadikan sebagai simbul dari penilaian yang
sebenarnya.
26
siswa dengan kunci) dan diakhiri dengan penilaian (diambil keputusan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
pembelajaran tersebut.
27
Kedua, untuk akreditasi. Dalam UU.No.20/2003 Bab 1 Pasal
lembaga pendidikan.
28
kesulitan belajar, dimana hasilnya dapat digunakan sebagai
harus mengulangi
29
untuk mengetahui taraf efisiensi metode yang digunakan dalam proses
belajar mengajar.
D. Sasaran Evaluasi
1. InPut
a. Kemampuan
b. Kepribadian
tes kepribadian.
c. Sikap
30
karena sikap ini sangat menonjol dalam pergaulan maka
sikap.
2. Intelegensi
intelegensi.
3. Transformasi
harapkan, yaitu :
a. Kurikulum/materi
c. Media
d. Sistem administrasi
4. Out Put
31
E. Prinsip dan Prosedur Penilaian
pelaksanaannya berkesinambungan.
32
kurikulum. Adapun beberapa prosedur evaluasi kualitatif dan
c. Penentuan metodologi
d. Pengembangan instrument
33
BAB IV
METODE EVALUASI
Latar Belakang
ada. Sejarah ini, pendidikan di Negara kita masih semrawut, terutama soal
pengaturan kurikulum. Kritik terhadap kurikulum kita saat ini ialah kurang
tepatnya kurikulum dengan mata pelajaran yang terlalu banyak, dan tidak
berfokus pada hal-hal yang seharusnya diberikan. Dan yang paling parah
pada setiap system pendidikan kita yaitu kurangnya evaluasi yang efektif.
didik.
tiga bidang yaitu (1) tujuan yang personal dan yang berkaitan dengan
diingini pada peserta didik (2) tujuan social yang berkaitan dengan
34
pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, seni dan profesi. Proses
dalam makalah.
dalam bahasa arab di sebut al kimat. Istilah nilai ini di populerkan oleh
para filsufat, dalam hal ini, plato merupakan filsuf yang pertama kali
nilai sebagai muara bagi epistemology dan antologi filsafat. Kata nilai
popular.
35
diharapkan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman
belajarnya.
memberi arti :
36
memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk
diagnosti.
1. EVALUASI FORMATIF
37
dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa
Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang
dibahas.
38
bagaimana sebenarnya evaluasi ini. di antaranya adalah
sebagai berikut:
proses belajar-mengajar.
b. Manfaat Evaluasi
berikut:
belum
39
Manfaat bagi program sekolah:
c. Waktu Pelaksanaan
40
menilai perkembangan segi afektif ini diperlukan periode
penting.
41
(TKP) yang bersangkutan dengan soal telah dicapai atau
berikut:
42
pelajaran yang bersangkutan dengan soal tes perlu
2. EVALUASI SUMATIF
43
sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit
44
3. Untuk mengisi catatan kemampuan siswa (Arikunto, 1996:
36)
c. Waktu Pelaksanaan
pengajaran.
45
antaranya untuk menentukan kenaikan kelas atau lulus
soal”.
46
kriteria mutlak dan 2) penilaian yang bersumber pada norma
relatif (kelompok)
dua cara:
peserta didik.
47
d) Mengubah skor ke dalam skala penilaian
yang dikehendaki
sebagai berikut:
c) Mengadakan seleksi
1. EVALUASI DIAGNOSTIK
yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini
48
yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat
telah dipelajarinya.
- menentukan siswa
kelompoknya
setiap program
pembelajaran
secara berimbang
- memilih yang
berhubungan
dengan tingkah
49
laku fisik, mental
dan perasaan
standar mutlak
dan relative
50
BAB V
Latar Belakang
suatu ide. Evaluasi terhadap ide ini dapat dilakukan pada waktu pertama
kali suatu kurikulum dikemukakan atau pada akhir dari kurikulum. Evaluasi
evaluasi tersebu akan diketahui hal-hal yang telah dan belum tercapai.
51
Dengan evaluasi diharapkan bisa dilakukan perbaikan-perbaikan di masa
mendatang.
pendidikan. Arti umum tersebut adalah penilaian dan kata itu dapat
52
awal dalam supervisim yaitu mengumpulkan data yang tepat agar
Buatpengumpulam
Buat jadwal jadwal pengumpulam data
53
(1). Koherensi
(2). Penyebaran sumber
(3). Tanggapan pemakai
(4). Tanggapan pelaksana
(5). “Cost- Effectivenesss ”
(6). Kemampuan
generative
(7). Dampak
(8). Pengarahan kebijakan
(9). “Cost – Benefit
analysis” (10). Efek
Analisis data
Kriteria – Deskriptif
1. Kriteria internal
54
a. Kriteria internal yang dipergunakan adalah koherensi.
f. Kemampuan generative
2. Kriteria eksternal
yang segera tampak atau yang tidak segera tampak, dan biaya
langsung.
c. Efek pelipatgandaan
55
kait-mengait dan bekerja sama satu dengan lain untuk mencapai
2009:9).
program yang akan dievaluasi maka dalam hal ini dikutip deskripsi
56
program memiliki komponen-komponen yang menjadi faktor penting
sebagai berikut:
1. Pendidik.
2. Peserta didik.
3. Materi/kurikulum.
5. Pengelolaan.
6. Lingkungan.
57
yang harus ada dalam evaluasi program pendidikan secara garis
sebagai berikut :
1) Fungsi pemantauan
yang diinginkan.
2) Sasaran pemantauan
58
Sasaran pemantauan yaitu dengan menemukan Hal-hal
3) Pelaku pemantauan
59
BAB VI
Latar Belakang
Indonesia sering disebut dengan teori tes klasik. Teori tes klasik
macam asumsi yang ada dalam teori tes klasik ini. Allen & Yen (1979: 67 -
60
dibidang Psikologi. Teori tes klasik dikenal juga dengan sebutan teori
skor murni (true score theory). Hal ini berkaitan dengan fokus kajian
teori tes klasik yang ingin melihat nilai skor murni dari skor tampak
kronologi model ini, tetapi juga sebagai kontras dengan lebih teori
psikometri yang lebih baru yang disebut sebagai sebagai Teori Respon
Butir (Item Response Theory), yang sering kali disebut juga dengan
individu (X). Setiap tes memiliki eror (E) yang menyertai setiap hasil
pengukuran dalam mengukur sifat manusia. Skor murni (T) dan error
juga dapat dipastikan benar dan salahnya yaitu misalnya jika jawaban
61
Sedangkan IRT berfokus pada probabilitas dalam menjawab setiap
skor 0.
tampat terdapat skor murni (T) dan error pengukuran (E) yang tidak
murni (T), dan eror pengukuran (E) bersifat aditif. Skor tampak (X)
62
Asumsi pertama teori tes klasik adalah bahwa terdapat hubungan
dilambangkan dengan X = T + E.
63
Korelasi antara eror pengukuran dan skor murni adalah nol.
distribusi eror kedua tes tersebut tidak berkorelasi satu sama lain.
64
= T' )dan varian skor-skor kesalahannya sama ( ). Dalam
Asumsi terakhir dari teori tes klasik menyatakan tentang definisi tes
dimana C12 adalah sebuah bilangan konstanta, maka kedua tes itu
validitas adalah formula penting yang disarikan dari teori tes klasik.
65
BAB VII
KONSTRUKSI TES
Latar Belakang
skalanya. Dalam kontalu kita akan membuat skalanya, apakah valid dan
tersebut.
yang sama, juga mengukur komponen tertentu yang spesifik bagi masing-
masing tes tersebut. Faktor yang spesifik dan hanya diungkap oleh tes
66
Misalnya orang yang sudah lulus sarjana IQ G Factornya 73, skor
itu bisa jadi tekniknya yang salah, mungkin pada saat tes terlalu banyak
orang, spekernya tidak bagus, duduknya paling ujung dan jauh sehingga
instruksi yang diberikan tidak terdengar. Isu pendidikan kita yang paling
tinggi. Sekarang ini para lulusan sekolah menengah kita sedang sibuk
cita.
memang tidak bisa dipungkiri bahwa sampai saat inipun masih banyak
oleh perguruan tinggi kita; misalnya saja PTN pernah menerapkan tes
67
kandidat mahasiswa baru menggunakan tes psikologis (psycho-test), tes
daripada itu Tes Potensi Akademik (TPA) yang dibuat oleh Overseas
Oleh karena itu, kita perlu mengetahui salah satu alat ukur tes yang
dapat dijadikan sebagai alah satu penilaian, salah satunya yaitu kontruksi
Sehingga pada akhirnya, hal ini dapat melahirkan peserta didik yang
psikomotorik.
1. Perbandingan
masalah-masalah psikologis
2. Pengertian tes
(Brown)
68
b. Pengukuran obyektif, standard, sampel perilaku (Anastasi)
(cronbach)
3. Simpulan
4. Pengukuran psikologis
69
lain. Atribut tidak dapat diukur secara langsung tetapi lewat
hasil ukur).
thorndike)
tujuan instruksionalnya.
70
ukuran sample dari domain, menentukan kategori “mastery”
adverb)
dalam item.
71
3. Mengidentifikasikan hambatan yang akan dihadapi dalam
tobe tested
scoring
a. hasil belajar
b. intelegensia
c. potensi intelektual
belajar
72
3) bagaimana proses belajar terjadi
oleh tesintelegensi
faktor tertentu
definisinya
a. materi projektif
73
b. materi non projektif
masing-masing bagiannya
bobotnya
mengerjakan soal
74
9. Menyusun kisi-kisi (test blue print)
atas
dikontak
e. Penelaahan soal:
75
1) aspek teknis
2) aspek substansi
3) spek editorial
76
Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk
2) Tes Objektif
1) Tes Formatif
77
b) Merupakan penguatan bagi peserta didik.
2) Tes Summatif
3) Tes Penempatan
4) Tes Diagnostik
78
F. Ciri – cirri Tes Yang Baik
memiliki:
a. Validitas
b. Reliabilitas
ketetapan.
c. Objektivitas
79
mempengaruhi. hal ini terutama terjadi pada sistem scoringnya.
d. Praktikabilitas
e. Ekonomis
80
BAB VIII
ANALISIS
TES
Latar Belakang
Usaha yang lebih baik yaitu untuk selalu meningkatkan mutu tes
yang disusun oleh seorang tenaga pendidik, namun hal ini tidak
bahwa hasil karyanya adalah yang terbaik atau setidak – tidaknya sudah
cukup baik.
menyusun soal – soal tes, juga masih sukar menyadari bahwa tesnya
masih belum sempurna. Oleh karena itu, cara yang paling baik adalah
secara jujur melihat hasil yang diperoleh oleh siswa, masalah inilah yang
81
analisis tes juga ada beberapa yang harus kita perhatikan,
diantaranya:
apabila dikenai sebuah tes akan tercermin hasilnya dalam suatu kurva
berada di ekor kiri, dan sebagaian kecil yang lain berada di ekor kanan
kurva.
terlalu mudah. Tentu saja interpretasi terhadap soal tes akan lain
secara objektif terhadap tes yang kita susun. Ada 4 (empat)cara untuk
82
a. Cara pertama meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-
b. Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal
informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.
penting dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler (content validity).
tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehingga setiap soal
kebanyakan dari soal – soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi.
83
2) Analisis tingkat kesukaran tiap butir soal,
memahami bagaimana wujud tes yang baik, bagaimana butir soal yang
Kritik terhadap tes bentuk pilihan ganda yang dianggap lebih buruk dari
bersumber pada tes pilihan ganda yang buruk. Tes pilihan ganda (tes
obyektif) yang baik, yang dianalisis dari berbagai segi dan digunakan sesuai
tujuan pendidikan, akan lebih baik dibanding tes bentuk uraian yang tidak
dianalisis. Oleh sebab itu tes bentuk apapun perlu dianalisis agar dapat
guru/dosen, dan bukan psikotes yang dibuat para ahli atau THB yang
dibakukan.
Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang
valid (absah = sah) adalah tes benar-benar mengukur apa yang hendak diukur.
Tes matematika kelas dua SMP, hendaknya benar-benar mengukur hasil belajar
matematika siswa SMP kelas dua ; bukan siswa SMP kelas tiga atau siswa SD
kelas enam. Dan bukan mengukur hasil belajar dalam bidang studi lainnya.
84
Tes yang disusun untuk mengukur hasil belajar mata pelajaran kimia
belajar matematika atau bahasa, atau kimia untuk kelas lainnya. Dengan kata
lain, validitas tes menunjukkan tingkat ketepatan tes dalam mengukur sasaran
yang hendak diukur.Ada empat macam validitas tes hasil belajar, yakni:
berikut ini:
a. Apakah bahasa dan susunan kalimat (redaksi) tiap butir soal cukup jelas dan
d. Jangan sampai siswa tahu isi jawabannya tetapi tidak tahu bagaimana cara
e. Apakah tes itu telah disusun berdasar kaidah/prinsip penulisan butir soal?
Tes yang tidak mengikuti kaidah penulisan butir soal akan tampak
Walaupun analisis ini tergolong paling lemah, namun lebih baik daripada tidak
ada analisis sama sekali. Tentu saja akan lebih baik bila suatu tes dianalisis
lebih lanjut.
prinsipnya dilakukan pemeriksaan terhadap tiap butir soal, apakah soal sudah
85
hendak diukur atau dengan indikator keberhasilan siswa. Cara yang lazim ialah
mencocokkan tiap butir soal dengan kisi-kisi yang disusun berdasarkan GBPP
penyebaran soal-soal sesuai dengan aspek atau pokok bahasan yang hendak
diukur, tingkat kesukaran dan jenis soal. Kisi-kisi itu harus disusun
diteskan.
b. Apakah terdapat butir soal yang menyimpang, atau menuntut jawaban di luar
melakukan analisis validitas isi diperlukan adanya kisi-kisi tes yang disusun
korelasi antara tes bersangkutan dengan tes lain sebagai kriterianya. Yang
dapat digunakan sebagai kriteria adalah tes yang sudah dianggap valid, atau
nilai mata pelajaran yang sama yang dipandang cukup obyektif. Sebagai contoh,
skor tes Bahasa Inggris buatan guru dikorelasikan dengan skor tes Bahasa
86
dengan nilai rata-rata Matematika.Dengan rumus korelasi Pearson’s Product
tidak terlalu sulit, apalagi bila menggunakan komputer. Kesulitan utama dalam
menentukan validitas kriteria ialah mencari skor tes yang akan dijadikan kriteria.
Bila kriterianya buruk atau tidak valid, maka validitas tes yang diperoleh akan
percuma saja.
tertentu. Cara menghitungnya sama seperti validitas kriteria, dalam hal ini skor
nilai UAN ( Ujian Akhir Nasional ) di SMA, dengan prestasi belajar di perguruan
Suatu tes yang baik biasanya memiliki angka validitas 0,50 atau lebih;
tentu saja angka itu makin tinggi makin baik. Suatu tes dengan angka validitas
kurang dari 0,50 belum tentu buruk. Mungkin kriterianya yang buruk atau keliru
menentukan criteria.
sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang
adalah tes yang menghasilkan skor secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun
diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda-beda. Sebaiknya, tes yang tidak
reliabel seperti karet untuk mengukur panjang, hasil pengukuran dengan karet
87
Ada tiga cara mengetahui reliabilitas tes. Pada prinsipnya diperoleh
dengan menghitung koefisien korelasi antara dua kelompok skor tes. Tiga cara
Suatu tes (yakni tes yang akan dihitung reliabilitasnya), diteskan terhadap
kelompok siswa tertentu dua kali dengan jangka waktu tertentu (misalnya satu
Contoh:
A 15 3 20 3
B 20 1 25 1
C 9 5 15 5
D 18 2 23 2
E 12 4 18 4
semua siswa.
Cara ini mengharuskan adanya dua tes yang parallel, yakni dua tes yang
disusun dengan tujuan yang sama (hanya sedikit perbedaan redaksi, isi atau
88
susunan kalimatnya). Dua tes tersebut diadministrasikan pada satu kelompok
siswa dengan perbedaan waktu beberapa hari saja. Skor dari kedua macam tes
tersebut dikorelasikan dengan teknik yang sama seperti pada metode tes-retest.
kali percobaan diatasi dengan metode ketiga ini yaitu metode belah dua. Dalam
dengan metode ketiga ini tidak dapat demikian.Pada waktu membelah dua dan
sebagai berikut:
Contoh:
2 × 𝑟½½
𝑟11 =
(1 + 𝑟½½)
Di mana:
Contoh:
Banyak pemakai metode ini salah membelah hasil tes pada waktu,
subjek peserta tes dan setengah yang lain kemudian hasil kedua kelompok ini
89
dikorelasikan. Yang benar adalah membelah item atau butir soal. Tidak akan
keliru kiranya bagi pemakai metode ini harus ingat bahwa banyaknya butir soal
a. Membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang selanjutnya disebut
b. Membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu setengah jumlah
pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang
memadai.[7] Ada dua jenis analisis butir soal, yakni analisis tingkat kesukaran
soal dan analisis daya pembeda disamping validitas dan reliabitas. Menganalisis
tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal mana yang termasuk mudah,
dari segi kesanggupan tes tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk ke
dalam kategori lemah atau rendah dan kategori kuat atau tinggi
pertanyaan tes.
efektif ialah dengan jalan mengevaluasi test hasil belajar yang diperoleh hasil
belajar dari proses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan kata lain, hasil test itu
kita oleh sedemikian rupa sehingga dari hasil pengolahan itu dapat diketahui
lemah.
90
Pengolahan test hasil belajar dalam rangka memperbaiki proses belajar-
3. Dalam pasal ini khusus akan di bicarakan cara yang pertama,yaitu teknik
thorndike dan hagen(1977), analisis terhadap soal-soal (items) tes yang telah di
jawaban soal itu merupakan informasi diagnostik untuk meneliti pelajaran dari
Jadi, tujuan khususnya dari items analysis ialah mencari soal tes mana
yang baik dan mana yang tidak baik,dan mengapa items atau soal itu di katakan
baik atau tidak baik. Dengan mengetahui soal-soal yang tidak baik itu selanjutnya
kita dapat mencari kemungkinan sebab-sebab mengapa item itu tidak baik.
Dengan membuat analisis soal, sedikitnya kita dapat mengetahui tiga hal penting
1. Sampai dimana tingkat atau taraf kesukaran soal itu (difficulty levelof an
item).
yang bodoh.
91
3. Apakah semua alternatif jawaban (options) menarik jawaban-jawaban
ataukah ada yang demikian tidak menarik tidak menarik sehingga tidak tidak
a. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukan taraf
soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukan bahwa soalnya
terlalu mudah.
0,0 1,0
Sukar Mudah
92
Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P (p
fasilitas, karena semakin mudah soal itu, semakin besar pula bilangan
indeks kesukaran.
Di mana:
P = Indeks kesukaran
b. Daya Pembeda
93
bodoh disebut pandai. Dengan demikian ada tiga titik pada daya
pembeda, yaitu:
-1,000,00 1,00
Jawab benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, maka soal
itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda.Demikian pula jika
semua siswa baik pandai maupun bodoh tidak dapat menjawab dengan
pembeda.Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh
dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut, jika diujikan
anak yang lemah hasilnya lebih tinggi. Atau bila diiberikan kepada kedua
kategori siswa tersebut, hasilnya sama aja. Dengan demikian, tes yang
aneh bila anak pandai tidak lulus, tetapi anak bodoh lulus dengan baik
94
Cara yang biasa dilakukan dalam analisis daya pembeda adalah
dengan menggunakan tabel atau kriteria dari Rose dan Stanley seperti
berikut.
Di mana:
SR -
Contoh:
kelompok
rendah (SR)
1 6 1 5
2 6 1 5
3 5 2 3
4 6 1 5
5 2 1 1
6 5 1 4
7 2 1 1
8 7 1 6
9 7 1 6
95
10 4 2 2
11 3 1 2
12 6 1 2
13 2 1 5
14 6 1 1
15 5 2 3
Yang dimaksud pola jawaban disini adalah distribusi testee dalam hal
menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda.Pola jawaban soal
b, c, atau d atau yang tidak memilih pilihan manapun (blangko). Dalam istilah
berfungsi sebagai pengecoh dengan baiik atau tidak. Pengecoh yang tidak
dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelek, terlalu menyolok
berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang
besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang
menguasai bahan.
96
97
3) Ditulis kembali, karena kurang baik.
suatu pekerjaan yang sulit, sehingga apabila masih dapat diperbaiki, sebaiknya
diperbaiki saja, tidak dibuang.Suatu distraktor dapat dikatakan berfungsi baik jika
98
BAB IX
MANAJEMEN PENGUJIAN
Latar Belakang
pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam
bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris
2000:220)
maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan
evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan
mahasiswa, dan tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih
baik,maka dari itu Jadi secara umum evaluasi adalah suatu proses sistemik umtuk
99
Tes dikatakan baik sebagai alat ukur apabila memenuhi persyaratan tes,
yaitu memiliki: (1) validitas, (2) reliabilitas, (3) objektifitas, (4) praktisibilitas dan (5)
ekonomis. Sebuah tes dikatan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa
yang hendak diukur. Tes dikatakan reliable apabila memberikan hasil yang tepat
melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Sebuah tes
dikatakan memiliki praktisibilitas tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis yaitu
tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu
mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan, terutama dalam menyusun soal tes.
100
tes sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam menyusun soal. Bahkan
biasanya lebih tinggi lagi yaitu tingkat karisidenan, agar evaluasi yang dilakukan
melalui penilaian dengan menggunakan tes sesuai dengan yang diharapkan maka
dilaksanakan tersebut.
tersebut dilaksanakan oleh orang atau beberapa orang yang ada dalam
manajemen, karena itu tidak mudah memberi arti universal yang dapat
101
kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang didalam
persoalan.
media barang, uang dan sarana yang akan diserahkan dan dikoordinasikan
aktifitas manajemen
akan dipelajari.
dan efesien sehingga segala sesuatu yang dihasilkan dapat tertata dan
102
Para ahli mempunyai pendapatyang berbeda tentang fungsi
1. Perencanaan (planning)
terbatas.
2. Pengorganisasian (organizing)
3. Pengggerakan (actuating)
103
4. Pengawasan (controlling)
perbaikan.
5. Penilaian (evaluating)
104
dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai
didefinisikan berdasarkan:
keputusan,
105
umum dapat diartikan sebagai kegiatan atau proses penentuan
mengajar.
yaitu meter, atau mengukur berat badan dengan satuan berat yaitu
peserta didik.
dan ujian akhir tahun untuk kenaikan kelas di sekolah. Dalam bahan
1. Keterpaduan
107
2. Keterlibatan peserta didik
3. Koherensi
hendak diukur
4. Pedagogis
5. Akuntabel
C. Tekhnik Pengujian
non Tes.
yang lain.
108
b. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa
yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota
keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner
tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban
dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada
jawaban dan pendapat nya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia
ketahui.
tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang ia anggap sesuai.
109
yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informsi-informasi yang
diperlukan saja.
yaitu :
yang diamati.
2. Teknik Tes
a. Formatif
110
strengths and weakness of instruction in its developing stages, for
111
keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini adalah
tujuan (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK yang akan dicapai
telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh
gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap
tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang
b. Sumatif
akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu
peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya.
112
Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes
c. Diagnostik
dilakukan terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi
guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal
D. Prosedur Pelaksanaan
besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan out put. Apabila
113
pembelajaran. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan
3. Penulisan tes
7. Penyajian tes
8. Skoring
tes selanjutnya.
2. Penyusunan Kisi-Kisi
dan isi dari apa yang akan diujikan, serta memberikan perincian
114
3. Penulisan Soal
langkah penting untuk dapat menghasilkan alat ukur atau tes yang
jelas pula jawaban apa yang dituntut. Mutu setiap butir soal akan
terlihat oleh penulis soal. Review dan revisi soal ini idealnya
dilakukan oleh orang lain (bukan si penulis soal) dan terdiri dari
5. Ujicoba Soal
24
115
115
6. Perakitan Soal
7. Penyajian Tes
116
116
selanjutnya.
117
117
pelajaran.
118
118
DAFTAR PUSTAKA
119
119
(file:///C:/Users/E10-30/Downloads/evaluasi/membuat-laporan-
hasil-evaluasi.html)
120