Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EVALUASI PENDIDIKAN

“ Konsep Evaluasi Pendidikan ”

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh:

1. Ahmad Aji Nurfahmi (19591020)


2. Fesa Arianti(19591082)

Dosen Pengampu :
Wiwin Arbaini Wahyuningsih, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) CURUP
2021/2022
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................. i

Daftar Isi...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evaluasi Pendidikan……………………………………
2.2 Urgensi Evaluasi Pendidikan……………………………………….
2.3 Tujuan Evaluasi …………………………………………………….
2.4 Fungsi Evaluasi Dalam Pendidikan…………………………………
2.5 Ciri Ciri Evaluasi …………………………………………………..
2.6 Prinsip Evaluasi pendidikan ……………………………………….
2.7 Obyek dan Subyek Evaluasi Pendidikan …………………………..

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.....................................................................................

Daftar Pustaka..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Evaluasi bukan lagi merupakan hal yang asing dalam kehidupan masa sekarang, apalagi
dalam dunia pendidikan. Istilah evaluasi mempunyai padanan kata dalam bahasa Indonesia, yaitu
penilaian. Salah satu cara untuk memperbaiki proses pendidikan yang paling efektif ialah dengan
mengadakan evaluasi tes hasil belajar. Hasil tes itu diolah sedemikian rupa sehingga dari hasil
pengolahan itu dapat diketahui komponen-komponen manakah dari proses belajar-mengajar itu
yang masih lemah.
Sekarang ini banyak orang yang melakukan kegiatan evaluasi, tetapi tidak mempunyai
pemahaman terhadap istilah evaluasi tersebut. Hal ini tentunya akan menimbulkan masalah
dalam proses pendidikan pada umumnya, dan proses pembelajaran pada khususnya. Karena
aktivitas evaluasi tidak mempunyai syarat evaluasi sebagai suatu konsep pendidikan, dan banyak
aktivitas evaluasi yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada.
Oleh karena itu guru atau calon guru harus dibekali bagaimana cara mengevaluasi
pembelajaran yang baik dan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Karena evaluasi bukan
hanya suatu proses untuk mengklasifikasikan keberhasilan atau kegagalan dalam belajar, tetapi
juga sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengajaran.
1.2 Rumusan Masalah

1. apa pengertian evaluasi pendidikan?

2. apa urgensi evaluasi dalam pendidikan?

3. apa tujuan dan evaluasi pendidikan?

4. apa obyek dan subyek evaluasi pendidikan?

1.3 Tujuan

1. Mampu memahami tujuan dari Teknik pelaksanaan evaluasi pembelajaran


2. Mampu memahami fungsi dari laporan hasil evaluasi pembelajaran
3. Mampu memahami tujuan dan evaluasi pendidikan
4. Mampu memahami obyek dan subyek evaluasi pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Evaluasi Pendidikan


A.  Pengertian
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa
Arab  Al-Taqdir yang dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Evaluasi pendidikan
(educational evaluation = al-taqdir al-Tarbawiy ) diartikan sebagai penilaian dalam
(bidang) pendidikanatau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan.
adapun dari segi istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W.
Brown (1977)[1] Evaluation refer to the act or process to determining the value of
something. Menurut devinisi ini maka evaluasi merujuk kepada atau mengandung
pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Educational evaluation is the estimation of the growth and progress of pupils toward
objectives or value in the curriculum. (evaluasi pendidikan adalah penaksiran/penilaian
terhadap pertumbuhan dan kemajuan murid-murid kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai
yang telah ditetapkan dalam kurikulum).[2]
Evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga
dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.

Terdapat 4 istilah yang berhubungan satu sama lain, tetapi pada dasarnya
memiliki makna yang berbeda, yaitu tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi.
1.      Tes merupakan alat atau prosedur berupa daftar pertanyaan atau perintah-perintah
yang harus dikerjakan yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan
cara atau aturan yang sudag ditentukan.
2.      Pengukuran (measurement) adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar
ukuran tertentu. Pengukuran bersifat kuantitatif.
3.      Penilaian (assesment) berarti menilai sesuatu. Yang mengandung arti mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit dan
sebagainya. Penilaian sifatnya kualitatif.
4.      Evaluasi (evaluation) mencakup tes, pengukuran dan penilaian yaitu untuk
menentukan sejauh mana sesuatu itu berharga, bermutu atau bernilai.

2.2 Urgensi Evaluasi Dalam Pendidikan


Evaluasi merupakan kata yang secara harfiah dapat dipahami sebagai penilaian. Dari sisi
terminologis dibuat definisinya dalam berbagai perspektif, yang paling sering dikemukakan
adalah konsep evaluasi sebagai suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan
sesuatu. Sistematik yang dimaksud adalah menilai sesuatu secara terencana dan terarah
berdasarkan tujuan yang jelas dan hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan
keputusan. Istilah ini tidak sering dipertukarkan dengan istilah measurement (pengukuran).
Padahal konsepnya sudah jelas, evaluasi menjawab pertanyaan tentang “what value”,
sementara pengukuran menjawab pertanyaan “how much”. Kalimat pertama Stiggins (1992)
dalam ITEMS (Instructional Topics in Educational Measurement) adalah the quality of
instruction is a function of teachers’ understanding of the strengths and weaknesses of their
students. Kualitas pembelajaran merupakan penentu terhadap pemahaman guru terhadap
kekuatan dan kelamahan peserta didiknya. Pernyataan ini juga sekaligus menjadi isyarat kuat
bahwa dalam konteks pendidikan, evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus
dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guru akan mengetahui
perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan
kepribadian peserta didik.
Guru juga dapat memahami efektivitas metode pembelajaran yang digunakan termasuk
memberikan feedback hasil pembelajaran kepada anak. Guna mewujudkan hal tersebut, prasyarat
yang harus dipenuhi dibahasakan Stiggins dalam akhir paragraf … sound instruction requires the
sound classroom-level assessment of student achievement. Pembelajaran yang berkualitas
tergantung sangat pada penilaian kelas yang berkualitas pula. Karakter utama penilaian kelas
yang berkualitas adalah penilaian kelas yang dapat berfungsi sebagai assessment for learning
yang harus diimbangi dengan assessment of lerning untuk mengetahui hasil pembelajaran secara
menyeluruh.

Sehingga fungsi penilaian sebagai ruang untuk seleksi, penempatan dan diagnostik dapat
terpenuhi secara maksimal. Konsep ini bertaut utuh dengan usaha peningkatan kualitas
pendidikan yang dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem
penilaian. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas
belajar yang baik juga. Pada gilirannya, sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk
menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi anak untuk belajar yang lebih baik lagi.
Sehubungan dengan itu, dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mampu
mengajar dengan baik tetapi juga mampu melakukan evaluasi dengan baik pula. Evaluasi yang
tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, tetapi juga evaluasi terhadap input, output
maupun kualitas pembelajaran.
Selama ini sebagian besar guru hanya mengikuti apa yang ada di dalam buku. Padahal
dalam kenyataannya, yang tertulis dalam buku pelajaran dan pelaksanaan pembelajaran dalam
kelas baik di sekolah maupun di perguruan tinggi proporsi terbesarnya adalah “pengetahuan”,
sedangkan keterampilan proporsinya lebih kecil, apalagi sikap/karakter. Sementara penilaian
pembelajaran menghendaki penilaian menyeluruh meliputi kognitif, afektif dan psykomotor.
Pada kondisi ini, evaluasi memegang peranan penting agar guru mengetahui lebih lanjut kondisi
siswa, terlepas dari pemanfaatan hasil evaluasi, apakah untuk meng-eskplore siswa berdasarkan
pengetahuan, bakat, karakter atau dasar lainnya.
Dibutuhkan keseriusan untuk benar-benar dilakukannya sinkronisasi suasana batin
kurikulum dengan apa yang termuat di buku pelajaran, karena hampir semua guru menjadikan
buku ajar sebagai “kitab suci” yang tak terbantah. Dengan sinkronisasi mendalam, melibatkan
para pakar dan praktisi pendidikan akan dapat mengatasi masalah assessment for learning dan
assessment of learning. Setidaknya proses pembelajaran yang berkualitas tidak akan berbeda
jauh hasilnya dengan ujian di akhir program pembelajaran. Artinya ujian nasional tidak perlu
dimasalahkan, hanya perlu diperbaiki apa yang harus dan tidak harus untuk diuji. Apakah yang
diuji sesuai bakat anak atau semua mata pelajaran. Jika hanya salah satu aspek yang diuji, akan
bermuara pada laporan kemajuan hasil belajar anak.
Misalnya, anak diuji sesuai bakat maka sejak dini harus dilakukan test bakat yang baik,
kemudian diuji secara nasional sesuai bakat masing-masing. Nah, bagaimana dengan ijazah anak
jika hanya bakat yang akan diuji, apakah akan lulus dan hanya dapat melanjutkan ke jurusan
sesuai bakat masing-masing? Intinya, dengan melakukan evaluasi yang baik pada proses dan
akhir pembelajaran, guru dan lembaga pendidikan akan dapat memahami banyak hal tentang
anak didiknya. Tidak hanya tingkat pengetahuan anak, tetapi termasuk minat dan bakat. Hasil
inilah yang perlu dikembangkan guru dan wali murid dalam membina anak didik lebih lanjut dan
juga untuk mengarahkan anak (jika melanjutkan pendidikan) sesuai pengetahuan, minat dan
bakatnya.

2.3 Tujuan Evaluasi


Evaluasi dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
1. Tujuan umum
a. Untuk mengumpulkan data yang dijadikan bukti mengenai perkembangan atau kemajuan
yang dialami siswa dalam proses pembelajaran.
b. Untuk memungkinkan para guru menilai aktifitas atau pengalaman mengajar yang telah
dilaksanakan.
c. Mengetahui tingkat efektifitas metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam
proses pembelajaran.
2. Tujuan khusus
a.  Untuk memotivasi siswa dalam menempuh program pendidikan.
b.  Untuk mencari dan menentukan faktor-faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan siswa
dalam mengikutu program pendidikan.
c. Untuk memberikan bimingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat
siswa.
d. Untuk memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan oleh orang
tua dan lembaga pendidikan.
e. Untuk mengetahui mutu proses pembelajaran, baik cara belajar siswa maupun metode yang
digunakan guru dalam mengajar.

2.4 Fungsi Evaluasi dalam Pendidikan

Secara umum evaluasi dalam pendidikan memiliki fungsi untuk mengetahui gambaran
kondisi siswa dalam proses pembelajaran serta memberikan umpan balik bagi guru berdasarkan
hasil kegiatan evaluasi. Kegiatan dan hasil evaluasi dalam konteks pendidikan dan pembelajaran
yang dilakukan di sekolah mempunyai fungsi, diantaranya:
1. Fungsi penempatan
Kegiatan evaluasi, guru dapat menyeleksi siswa. Contohnya: memilih siswa untuk diterima
di sekolah tertentu, menentukan siswa apakah naik kelas atau tidak, menentukan siswa yang
akan mendapat beasiswa, dan sebagainya
2. Fungsi formatif
Kegiatan evaluasi, guru dapat mengetahui keberhasilan siswa setelah mengikuti satu pokok
bahasan/tema dari kegiatan pembelajaran tertentu. Kegiatan ini disajikan di tengah program
pengajaran untuk memantau kemajuan belajar siswa untuk memberikan umpan balik baik
kepada siswa maupun guru. Berdasarkan data yang diperoleh guru dapat melakukan
tindakan lebih lanjut bagi siswa yang telah menguasai dan yang belum menguasai
pembelajaran. Siswa yang telah menguasai materi pembelajaran diberikan pengayaan oleh
guru, sedangkan bagi siswa yang belum menguasai materi pembelajaran diberikan
pengajaran remidial.
3. Fungsi diagnostik
Kegiatan evaluasi dapat mendeteksi kelemahan atau kesulitan yang dialami oleh siswa.
Berbagai kelemahan dan kesulitan merupakan bahan yang dapat dijadikan pertimbangan
guru dalam mencari bahan alternatif untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
siswa.

2.5 CIRI-CIRI EVALUASI


Ciri-ciri evaluasi pembelajaran antara lain :
1. Penilaian dilakukan secara tidak langsung
Maksudnya, jika seorang guru ingin mengetahui mana dari siswanya yang cerdas
atau kurang cerdas maka dalam evaluasi yang diukur bukanlah kecerdasan atau
kekurangan peserta didik, tetapi indikator atau hal-hal yang menandai bahwa seseorang
itu bisa disebut pandai dan kurang pandai.
2. Bersifat relatif
Salah satu cirri evaluasi adalah bersifat relative karena nilai seorang siswa tidak selalu
konstan dari waktu ke waktu, tetapi bisa saja berubah-ubah.

3. Bersifat kuantitatif
Dalam evaluasi pembelajaran biasanya dilakukan pengukuran dengan menggunakan
simbol bilangan (angka) sebagai hasil untuk pengukurannya. Hasil pengukuran berupa
angka-angka ini kemudian dianalisis dan diinterpretasikan kedalam kata-kata (kualitatif).
Sering terjadi kesalahan dimana sumber-sumber kesalahan biasanya terletak pada: Alat
ukur (soal tes), Pengukur/guru, Yang dinilai (Peserta didik), dan Situasi dimana
penilaian berlangsung.
Menggunakan satuan unit-unit atau satuan-satuan yang tepat, seperti sangat memuaskan,
memuaskan, cukup memuaskan, kurang memusakan, dan tidak memuaskan.

2.6 Prinsip-Prinsip Evaluasi


Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru yang menjadi faktor pendukung atau
penunjang dalam melakukan evaluasi.
1. Prinsip berkesinambungan (continuity)
Bahwa evaluasi hasil belajar yang baik adalah yang dilaksanakan secara terus-
menerus (kontinu). Dengan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur,
terencana dan terjadwal memungkinkan guru untuk memperoleh informasi yang
dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan dan perkembangan peserta didik
dari awal hingga akhir program pembelajaran.
2. Prinsip menyeluruh (comprehensive)
Evaluasi hasil belajar dapat terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut
dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh, mencakup seluruh aspek tingkah laku
siswa, baik aspek berpikir (kognitif), aspek nilai atau sikap (afekitf), maupun
keterampilan (psikomotor).
3. Prinsip objektivitas (objktivity)
Suatu evaluasi dikatakan emiliki objektivitas apabila dalam pelaksanaannya tidak
ada faktor subjektif yang mempengaruhi.

4. Prinsip penggunaan kriteria


Penggunaan kriteria yang diperlukan dalam evaluasi
adalah pada saat memasuki tingkat pengukuran, baik pengukuran dengan
menggunakan standar mutlak (patokan) maupun standar relatif.
5.  Prinsip kegunan
Evaluasi yang dilakukan hendaknya merupakan sesuatu yang bermanfaat, baik bagi
siswa maupun bagi pelaksana.

2.7 Objek dan Subjek Evaluasi Pendidikan


Objek dan Subjek Evaluasi Pendidikan.Objek evaluasi Objek atau sasaran
evaluasi merupakan segala sesuatu yang menjadi pusat untuk dilakukan evaluasi,
penilaian atau pengukuran karena keinginan untuk mendapatkan informasi dari yang
akan dijadikan evaluasi, penilaian dan pengukuran. Ada tiga objek penilaian dalam
evaluasi pembelajaran, yakni input, transformasi dan output.
a. Input Input (masukan)
adalah bahan mentah yang akan dimasukkan dalam transformasi pendidikan. Input
evaluasi adalah siswa, dan yang menjadi objek evaluasi pendidikan pada input siswa
adalah prestasi atau hasil belajar, sikap, motivasi, intelegensi, bakat, kecerdasan
emosional, minat dan kepribadian.
1. Hasil belajar atau prestasi belajar. Hasil belajar adalah sejumlah kemampuan
(kognitif, afektif dan psikomotor) yang telah dikuasi siswa setelah selesainya suatu
pelaksanaan program pembelajaran. Sedangkan prestasi belajar adalah sejumlah
kemampuan (kognitif, afektif dan psikomotor) yang telah dikuasai siswa setelah
melakukan program pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, misalnya pada akhir
semester, atau pada akhir kegiatan satuan pendidikan dalam bentuk hasil ujian
sekolah atau ujian nasional.
2. Sikap. Sikap di ukur dengan menggunakan instrument skala sikap, seperti skala
sikap yang dikembangkan oleh likert, thurstone, semantic differensial.
3. Motivasi. Motivasi di ukur dengan menggunakan skala tertentu yang dikembangkan
dari teori-teori motivasi.
4. Intelegensi. Intelegensi diukur dengan menggunakan tes intelegensi, seperti tes
intelegensi multiple, tes weschler.
5. Bakat. Tes bakat di ukur dengan menggunakan tes bakat, seperti tes bakat seni, tes
bakat mekanik, tes bakat olahraga, tes bakat numerik.
6. Kecerdasan emosional. Tes ini dapat di ukur dengan menggunakan skala yang
dikembangkan dari teori-teori kecerdasan emosional seperti ECI (Emotional
Competence Intellegence).
7. Minat. Minat dapat di ukur dengan menggunakan instrumenyang dikembangkan
dari teori-teori minat.
8. Kepribadian, tes ini dapat di ukur dengan menggunakan tes kepribadian seperti
Minnesota Multiphasic Personality Inventory(MMPI)

b. Transformasi
Merupakan mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan
jadi. Unsure-unsur transformasi yang dapat dijadikan objek evaluasi pendidikan
meliputi :

(1) kurikulum atau materi pemblajaran


(2) metode dan cara penilaian
(3) sarana pendidikan / media
(4) system administrasi
(5) guru dan personil lainnya

c. Output
Adalah bahan jadi yang dihasilkan dari proses transformasi. Dan output evaluasi
pendidikan adalah siswa yang menjadi lulusan lembaga pendidikan tertentu.
Evaluasi terhadap lulusan dilakukan untuk mengerahui seberapa besar tingkat
pencapaian/prestasi belajar siswa selama mengikuti program pembelajaran di
sekolah. Alat evaluasi yang digunakan adalah tes dalam bentuk tes pencapaian
atauachievement test.

3. Subjek evaluasi
Subjek evaluasi berarti personal yang melakukan kegiatan evaluasi. Dan yang
menjadi subjek evaluasi tergantug kapabilitas individu tersebut, seperti mampu
menganalisis dan meninterpretasikan hasil evaluasi. Misalnya; subjek evaluasi
prestasi belajar adalah guru
a. Subjek tes kemampuan bakat, minat dan yang lainnya yang menggunakan
instrument atau skala-skala tertentu bisa meminta bantuan pada ahlinya yang
telah di persiapkan.
b. Subjek tes kepribadian adalah psikolog atau individu lain yang telah di
persiapkan secara khusus.
BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau
proses penentuan nilai pendidikann sehingga dapat diketahui mutu atau hasil belajar yang dapat
dijadikan sebagai peningkatan kualitas penbelajaran. evaluasi bukan hanya suatu proses untuk
mengklasifikasikan keberhasilan atau kegagalan dalam belajar, tetapi juga sangat penting untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto.Suharsimi,1990,Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,Jakarta: Bina Aksara

Purwanto.Ngalim,1994,Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran,Bandung: Remaja


Rosdakarya

Sudaryanto,2014, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia

Sudijono.Anas,1996,Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo Persada

http://www.perkuliahan.com/langkah-langkah-dalam-evaluasi-pendidikan/ diakses pada 20 maret


2016
[1] Anas Sudijono,Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Raja Grafindo
Persada.1996)hlm.1
[2] M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran,(Bandung:
Remaja Rosdakarya.1994)hlm.3
[3] Sudaryono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia,2014)
hlm.8-9
[4] http://www.perkuliahan.com/langkah-langkah-dalam-evaluasi-pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai