Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ EVALUASI HASIL BELAJAR “

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Psikolog Pendidikan

dengan dosen pengampu Galuh Kartika Dewi , M.Pd

Disusun oleh :

1. Erlina Fitrianti (2086206027)


2. Desi Adinda Putri (2086206023)
3. Nur Aisyah (2086206039)
4. Sunanti (2086206045)

Pogram studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar


STKIP PGRI Sidoarjo 2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur,atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Oleh karena itu, kami berhasil menyusun sebuah
Makalah yang berjudul “EVALUASI HASIL BELAJAR”.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah pada baginda junjungan nabi besar
Muhammad Saw. Yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir.

Makalah ini disusun dengan segala keterbatasan kami, dan dengan bantuan beberapa pihak,
akhirnya dapat terselesaikan.

Untuk itu pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada:

1. Ayah dan ibu tercinta yang telah member do’a dan motivasi yang lebih.

2. Ibu Galuh Kartika Dewi , M.Pd yang selalu membimbing kami.

3. Teman-teman yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Namun kami berharap
semoga makalah ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kritik dan saran pembaca akan
kami sambut dengan baik, demi kesempurnaan makalah ini

Sidoarjo, September 2020


DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Hasil Belajar

B. Prinsip-prinsip Evaluasi Hasil Belajar

C. Alat-alat Evaluasi Hasil Belajar

D. Peran guru dalam proses Evaluasi Hasil Belajar

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Evaluasi adalah proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk
menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran. Dalam
merancang sistem pengajaran, setelah tujuan-tujuan dirumuskan, langkah pertama yang harus
dikerjakan adalah mempersiapkan rencana evaluasi yang menyeluruh sebagai rencana awal.

Dengan adanya evaluasi, diharapkan dapat membuat pembelajaran lebih baik dan
kekurangan dalam pembelajaran dapat diperbaiki. Sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Dalam makalah ini akan dijelaskan evaluasi hasil belajar, yang diharapkan bisa menambah
wawasan bagi calon pendidik terutama calon guru sekolah dasar.

B. Rumusan Masalah

1.         Apa pengertian evaluasi hasil belajar?


2.         Apa saja prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar ?
3.         Alat apa yang digunakan untuk evaluasi hasil belajar?
4.         Bagaimana peran guru dalam proses Evaluasi Hasil Belajar?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian evaluasi hasil belajar

2. Mengetahui prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar

3. Mengetahu alat yang digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar

4. Mengetahui peran guru dalam proses evaluasi hasil belajar


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Hasil Belajar

Secara bahasa, evaluasi adalah terjemahan dari kata evaluation (B.Inggris). Kata
evaluation berasal dari value yang artinya nilai. Kata evaluation dengan demikian
diterjemahakan juga dengan penilaian. Sehingga antara “penilaian” dan “evaluasi” dapat
dipandang sebagai semakna. Dalam bahasa Arab penilaian diartikan al-taqdir.

Secara istilah, evaluasi diartikan sebagai suatu tindakan atau proses untuk menentukan


nilai dari suatu obyek. Istilah (term) ini pada awalnya dikaitkan dengan prestasi belajar siswa,
akan tetapi seiring dengan perkembangan waktu, term ini telah memasuki setiap aspek
kehidupan manusia. Tokoh yang mempopulerkan term ini pertama kali adalah Ralph Tyler.

Ketika kata evaluasi ini dirangkai dengan kata ”hasil belajar” (Evaluasi Hasil
Belajar) berarti, suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan siswa setelah
melakukan proses pembelajaran pada waktu tertentu. 

Evaluasi Hasil Belajar peserta didik perlu dilakukan agar diketahui  perkembangan


mereka dari waktu ke waktu. Evaluasi hasil belajar peserta didik yang dimaksud adalah untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat menampilkan performa sesuai yang telah
diterapkan. Tanggung jawab untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik berada ditangan
peserta didik.

B. Prinsip-prinsip Evaluasi Hasil Belajar


Kegunaan dari evaluasi untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang dijadikan
sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta
didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Kemudian
evaluasi dalam pembelajaran juga digunakan untuk melihat tingkat efektifitas dari metode-
metode pembelajaran yang telah digunakan dalam proses pembelajaran peserta didik menjadi
lebih baik. Menjadi patokan bagi guru dan peserta didik sendiri melihat keberhasilan atau tidak
berhasil dalam mengikuti proses pembelajaran.

Suharsimi menjelaskan untuk dapat menentukan kepandaian seseorang, bukan


kepandaian yang diukur. Namun kita dapat melihat darai gejala-gejala yang tampak atau
memancar dari kepandaiannya. Salah satu contohnya adalah anak yang pandai biassanya dapat
menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh gurunya. Dalam evaluasi hassil belajar ada hal- hal
dasar yang perlu diperhatikan.
A. Prinsip-Prinsip Dasar Evaluasi Hasil Belajar

Menurut Sudijono, Evaluasi hasil belajar dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam
pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini.

1)      Prinsip Keseluruhan

Berprinsip keseluruhan atau menyeluruh atau komprehensif adalah evaluasi tersebut


dilaksanakan secara bulat, utuh, menyeluruh. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa dalam
pelaksanaannya evaluasi tidak dapat dilaksanakan secara terpisah, tetapi mencakup berbagai
aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi
pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati.

Dalam hubungan ini, evaluasi diharapkan tidak hanya menggambarkan aspek kognitif,
tetapi juga aspek psikomotor dan afektif pun diharapkan terangkum dalam evaluasi. Jika
dikaitkan dengan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, penilaian bukan hanya
menggambarkan pemahaman siswa terhadap materi ini, melainkan juga harus dapat
mengungkapkan sudah sejauh mana peserta didik dapat menghayati dan mengimplementasikan
materi tersebut dalam kehidupannya.

Jika prinsip evaluasi yang pertama ini dilaksanakan, akan diperoleh bahan-bahan
keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan perkembangan subjek subjek
didik yang sedang dijadikan sasaran evaluasi.

2)       Prinsip Kesinambungan

Istilah lain dari prinsip ini adalah kontinuitas. Penilaian yang berkesinambungan ini
artinya adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus, sambung-menyambung dari
waktu ke waktu. Penilaian secara berkesinambungan ini akan memungkinkan si penilai
memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau
perkembangan peserta didik sejak awal mengikuti program pendidikan sampai dengan saat-saat
mereka mengakhiri program-program pendidikan yang mereka tempuh.

3)      Prinsip Objektivitas

Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar terlepas dari faktor-
faktor yang sifatnya subjektif. Orang juga sering menyebut prinsip objektif ini dengan sebutan
“apa adanya”. Istilah apa adanya ini mengandung pengertian bahwa materi evaluasi tersebut
bersumber dari materi atau bahan ajar yang akan diberikan sesuai atau sejalan dengan tujuan
instruksional khusus pembelajaran. Ditilik dari pemberian skor dalam evaluasi, istilah apa
adanya itu mengandung pengertian bahwa pekerjaan koreksi, pemberian skor, dan penentuan
nilai terhindar dari unsur-unsur subjektivitas yang melekat pada diri tester. Di sini tester harus
dapat mengeliminasi sejauh mungkin kemungkinan-kemungkinan “hallo effect” yaitu jawaban
soal dengan tulisan yang baik mendapat skor lebih tinggi daripada jawaban soal yang tulisannya
lebih jelek padahal jawaban tersebut sama. Demikian pula “kesan masa lalu” dan lain-lain harus
disingkirkan jauh-jauh sehingga evaluasi nantinya menghasilkan nilai-nilai yang objektif.
Dengan kata lain, tester harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar menurut keadaan
yang senyatanya, tidak dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang sifatnya subjektif. Prinsip
ini sangat penting sebab apabila dalam melakukan evaluasi, subjektivitas menyelinap masuk
dalam suatu evaluasi, kemurnian pekerjaan evaluasi itu sendiri akan ternoda.

Sebenarnya bukan hanya tiga prinsip di atas yang menjadi ukuran dalam untuk
melakukan evaluasi. Dimyati dan Mujiono (2006:194-199) menyebutkan bahwa evaluasi yang
akan dilakukan juga harus mengikuti prinsip kesahihan (valid), keterandalan (reliabilitas), dan
praktis.

1)      Kesahihan

Sebuah evaluasi dikatakan valid jika evaluasi tersebut secara tepat, benar, dan sahih telah
mengungkapkan atau mengukur apa yang seharusnya diukur. Agar diperoleh hasil evaluasi
yang sahih, dibutuhkan instrumen yang memiliki/memenuhi syarat kesahihan suatu instrumen
evaluasi.

Contoh berikut dapat dijadikan sarana untuk memahami pengertian valid. Contoh yang
dimaksud adalah berupa  barometer dan termometer. Barometer adalah alat ukur yang
dipandang tepat untuk mengukur tekanan udara. Jadi, kita dapat mengatakan bahwa barometer
tanpa diragukan lagi adalah alat pengukur yang valid untuk mengukur tekanan udara. Dengan
kata lain, apa seseorang melakukan pengukuran terhadap tekanan udara dengan menggunakan
alat pengukur berupa barometer hasil pengukuran yang diperoleh itu dipandang tepat dan dapat
dipercaya. Demikian pula halnya denga termometer. Termometer adalah alat pengukur yang
dipandang tepat, benar, sahih, dan abash untuk mengukur tinggi rendahnya suhu udara. Jadi
dapat dikatakan bahwa termometer adalah adalah alat pengukur yang valid untuk mengukur
suhu udara (Sudijono, 2006:96).

Sahih atau tidaknya evaluasi tersebut ditentukan oleh faktor-faktor instrumen evaluasi itu
sendiri, administrasi evaluasi dan penskoran, respon-respon siswa (Gronlund, dalam Dimyati
dan Mujiono (2006:195). Kesahihan instrumen evaluasi diperoleh melalui hasil pemikiran dan
pengalaman. Dari dua cara tersebut, diperoleh empat macam kesahihan yanga terdiri atas
kesahihan isi (content validation), kesahihan konstruksi (contruction validity), kesahihan ada
sekarang (concurrent validity), dan kesahihan prediksi (prediction validity) (Arikunto,
1990:64).

2)      Keterandalan

Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan yaitu tingkat


kepercayaan bahwa suatu evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat. Maksud dari
pernyataan ini adalah jika suatu eveluasi dilakukan pada subjek yang sama evaluasi senantiasa
menunjukkan hasil evaluasi yang sama atau sifatnya ajeg dan stabil. Dengan demikian suatu
ujian, misalnya, dikatakan telah memiliki reliabilitas apabila skor-skor atau nilai-nilai yang
diperoleh para peserta ujian untuk pekerjaan ujiannya adalah stabil, kapan saja, dimana saja
ujian itu dilaksanakan, dan oleh siapa saja pelaksananya.
Keterandalan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

- Panjang tes (length of tes). Panjang tes berhubungan dengan banyaknya butir tes. Pada
umumnya lebih banyak butir tes, lebih tinggi keterandalan evaluasi. Hal ini terjadi karena
makin banyak soal tes, makin banyak sampel yang diukur.

- Sebaran skor (spread of scores). Besarnya sebaran skor akan membuat kemungkinan perkiraan
keterandalan lebih tinggi menjadi kenyataan.

- Tingkat kesulitan tes (difficulty of tes). Tes yang paling mudah atau paling sukar untuk
anggota-anggota kelompok yang mengerjakan cenderung menghasilkan skor tes keterandalan
yang lebih rendah. Hal ini disebabkan antara hasil tes yang mudah dan sulit keduanya salam
suatu sebaran skor yang terbatas.

-  Objektivitas (objektivity).Objektivitas suatu tes menunjuk kepada tingkat skor kemampuan


yang sama (yang dimiliki oleh para siswa) dan memperoleh hasil yang sama dalam
mengerjakan tes.

3)      Kepraktisan

Kepraktisan suatu evaluasi bermakna bahwa kemudahan-kemudahan yang ada pada


instrumen evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi, memperoleh
hasil maupun kemudahan dalam menyimpan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepraktisan
instrumen evaluasi meliputi:

- Kemudahan mengadministrasi;

- Waktu yang disediakan untuk melancarkan kegiatan evaluasi

- Kemudahan menskor;

- Kemudahan interpretasi dan aplikasi;

- Tersedianya bentuk instrumen evaluasi yang ekuivalen atau sebanding.

Menurut Suharsimi juga menjelaskan ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan
evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu:

a. Hubungan antara tujuan dengan KBM

Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh
guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, anak panah yang
menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna bahwa KBM
mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari
tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.
b.  Hubungan antara tujuan dengan evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah
tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Di
lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang
sudah dirumuskan.

c. Hubungan antara KBM dengan evaluasi

Seperti yang sudah disebutkan dalam poin (a), KBM dirancang dan disusun dengan
mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Telah disebutkan pula dalam poin (b) bahwa alat
evaluasi juga disusun dengan mengacu pada tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga
harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Sebagai misal, jika kegiatan
belajar-mengajar dilakukan oleh guru dengan menitikberatkan pada keterampilan, evaluasinya
juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek pengetahuan

C. Alat Evaluasi Hasil Belajar

Proses pengukuran, penilaian, dan evaluasi dalam pendidikan dan proses pembelajaran
baik secara langsung maupun tidak langsung  membutuhkan alat bantu yang disebut alat
evaluasi atau intrumen evaluasi. Adapun alat-alat yang dapat digunakan untuk kegiatan
evaluasi hasil belajar dengan teknik tes sebagai berikut.
1.      Performance test atau tes perbuatan
Tes perbuatan merupakan bentuk tes yang diberikan dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang
harus dilakukan testee. Dalam tes ini testee ditugasi untuk melakukan perbuatan-perbuatan
atau tindakan tertentu seperti yang dimaksudkan tester.
2.      Verbal test atau tes verbal
Tes verbal merupakan jenis tes yang jawabannya di harapkan dari testee berupa uraian dalam
bentuk bahasa. Bahasa yang dinyatakan dalam bentuk bahasa tertulis dan bahasa lisan.
Misalnya siswa diminta membuat keterangan tentang pengalaman libur semester, tes verbal
lisan misalnya siswa diminta menjelaskan pengalaman liburan semesternya di depan teman-
teman satu kelasnya.
3.        Nonverbal test
Merupakan jenis tes dalam bentuk bahasa isyarat atau gerakan tertentu. Contohnya : tes
kemanpuan dalam memahami sandi-sandi  dan perintah tertentu baik dari bunyi pluit, gerakan
bendera atau isyarat-isyarat lainnya.
4.      Essay test atau tes subjektif
Merupakan jenis tes dalam bentuk pertanyaan yang jawabannya diharapkan dari testee berupa
uraian menurut kemampuan yang dimiliki siswa
5.      Objektif test atau tes objektif
Merupakan jenis tes yang disusun dengan jawaban yang diharapkan dari testee berupa kata-
kata singkat dan pada tipe tertentu cukup hanya dengan memberikan tanda silang (x) atau (y).
6.      Supply test atau tes menyajikan
Merupakan jenis tes  yang di minya testee untuk melengkapi sebuah kalimat pertanyaan atau
pertanyaan dengan jawaban singkat yang berupa kata atau kalimat pendek
7.      Selestion test atau tes pilihan
Yaitu memberikan kemudahan siswa dalam menjawab disebabkan soal sudah dilengkapi
dengan alternatif-altenatif jawabannya dengan tugas testee adalah memilih jawaban yang
paling tepat dari daftar yang ada.

D. Peran guru dalam Evaluasi Hasil Belajar

Peran guru sebagai administrator dan evaluator selama proses pembelajaran tidak terlepas
dari peran yang harus dilakukan guru dalam proses evaluasi hasil belajar. Ada beberapa peran
penting yang harus dilakukan oleh guru dalam proses pelaksanaan evaluasi Hasil Belajar yaitu:
a.       Mempersiapkan siswa mengikuti proses evaluasi hasil belajar
Secara umum guru diingatkan agar tidak mengajar dengan tujuan utama hanya
sebagai siswa lulus sebagai  sebuah tes atau ujian. Namun demikian, materi pelajaran juga
diharapkan sesuai dengan kurikilum dalam bentuk pengembangan keterampilan  dan
mendewasakan siswa dan sedikit sedapat mungkin memang diselaraskan dengan
keterampilan-keterampilan yang mungkin dicakup dalam soal-soal evaluasi.
b.      Mengadministrasikan intrumen atau alat evaluasi hasil belajar
Kegiatan mengadministrasikan intrumen evaluasi mengcakup kegiatan perencanaan yang
meliputi kegiatan merancang dan menyusun intrumen soal. Uji coba intrumen dalam hal ini
dapat dilakukan dengan konsultasi dan pertimbangan teman guru sejawat dan mencetak
soal-soal dan pembahasannya agar siap digunakan.
c.       Membuat laporan atau mengkomunikasikan hasil evaluasi
Hasil pelaksanaan tes kemudian dibuat laporan yang selanjutnya dikomunikasikan atau
dilapokan pada berbagai pihak yang di anggap perlu mengetahuinya misalnya siswa,
orangtua siswa, pihak sekolah, dan sebagainya. Oleh sebab itu,  penting bagi guru dalam
membuat laporan dan menjelaskan hasil tes secara jujur dan terus tenang. dalam kegiatan
mengkomunikasikan hasil evaluasi paling tidak guru harus memberitaukan hasil pada
masing-masing siswa, guru membahas soal tersebut bersama siswa secara tuntas agar
siswa  memahami kekurangannya, dan guru menjelaskan hasil evaluasi pada orangtua siswa
yang bersangkutan
d.      Mengunakan hasil evaluasi untuk merencanakan program selanjutnya
Hasil tes atau evaluasi hasil belajar pada dasarnya memberikan informasi pada guru yang
dapat digunakan sebagain data dalam pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar,
mengembangkan proses pembelajaran, dan perencanaan kurikulum. Misalnya, ada beberapa
siswa yang mendapat nilai rendah maka hasil tes dapat digunakan untuk mengeksplorasi
penyebab rendahnya prestasi belajar siswa dan merencanakan proses bantuan pada siswa
tersebut, mengeksplorasi kekurangan-kekurangan dalam penjelasan materi pelajaran,
misalnya siswa belum benar-benar memahami materi atau bahkan belum disampaikan
dengan jelas, dan keluar dalam ujian, dan digunakan oleh guru sebagai dasar perbaikan
dalam pengembangan desain kurikulum yang digunakan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

  
. Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program pendidikan, perencanaan suatu program
substansi pendidikan, termasuk kurikulum dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan
kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan.
Sekolah harus menentukan batas-batas kesanggupan penyesuaian pada tuntutan-tuntutan
kehidupan waktu sekarang dan yang akan datang, yang dapat dicapai siswa sebagai hasil
pengalaman-pengalaman belajarnya. Teknik-teknik dalam evaluasi hasil belajar penting untuk
melihat hasil-hasil yang diperoleh dari penyelenggaraannya supaya bernilai praktis dalam usaha
pembangunan pendidikan modern di atas puing-puing yang lama. Dan setiap jenis atau bentuk
butir soal mempunyai cara penilaian atau scoring-nya masing-masing
DAFTAR PUSTAKA

[1] Dr. E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,


2002),hal: 1
[2]Syafaruddin dan Anzizhan, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan, (Jakarta:
Grasindo Anggota Ikapi, 2004), hal:1
[3] Djemari Mardapi. Tehnik Penyusunan instrument tes dan non tes  (Yogyakarta: Mitra
Cendikia, 2000), hal 8
[4]W.J. S. Poerwadarmita, KamusUmumBahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 1976), hal:
735
[5] Dr. E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
hal: 74
[6]W.J. S. Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1976), hal: 735
[7] Syamsu Yusuf & Nani Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : Rajawali
Press, cet -3, 2012), hal : 139
[8] Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991),
hal : 98-99
[9] Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991),
hal : 99
[10] Syamsu Yusuf & Nani Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : Rajawali
Press, cet -3, 2012), hal : 139
[11] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, cet-8, 2011), hal : 21
[12] Sunardi Nur & Sri Wahyuningsih, Psikologi Pendidikan,(Jakarta : PT Grasindo,
2002),  hal : 28

Anda mungkin juga menyukai