Anda di halaman 1dari 26

TEORI BELAJAR

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan

Dosen pengampu : GALUH KARTIKA DEWI, M.Pd

Disusun oleh

Dita maulidia pertiwi ( 2086206024 )

Tanti fitria yusnita ( 2086206046 )

Seri kurwadi ( 2086206044 )

HANDIKA DHARMA YUDISTIRA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

STKIP PGRI SIDOARJO

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam penyusunan sampaikan kehadirat Allah


SWT, karena atas limpahan rahmat,karunia,dan hidayah-NYA sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini sesuai yang diharapkan.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasul\allah SAW,
yang telah membawa kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang
benderang.
Makalah ini kami susun untuk memnuhi tugas mata kuliah
psikologi pendidikan. Pembuatan makalah ini diperlukan supaya penulis
dan pembaca dapat memahami dan mengkaji tentang Teori Belajar.
Penyusun sadar bahwa dirinya hanya manusia biasa yang pasti
mempunyai banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu oenyusun
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi
pengembangan makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI

1. Halaman Judul.......................................................................................................1
2. Kata pengantar.......................................................................................................2
3. Daftar Isi................................................................................................................3
4. Pendahuluan
A. Latar belakang................................................................................................4
B. Rumusan masalah...........................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................5
5. Pembahasan...........................................................................................................6
6. Penutup..................................................................................................................25
A. Kesimpulan.....................................................................................................25
B. Saran...............................................................................................................25
Daftar pustaka...............................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam pendidikan, pada kegiatan belajar mengajar di sekolah,
penyampaian materi pelajaran kepada siswa tidak terlepas dari teori belajar.
Hal ini penting untuk memberikan pondasi pemahaman siswa dalam
mempelajari materi selanjutnya yang lebih mendalam. Belajar adalah suatu
perubahan dalam diri siswa yang disebabkan oleh pengalaman. Teori belajar
dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah mereka mengalami
kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara menyeluruh.
Belajar terjadi dengan banyak cara. Masalah yang terjadi sekarang ini
adalah kesulitan mengatasi siswa yang tidak mau belajar. Padahal tanggung
jawab guru adalah membantu siswa belajar. Tujuan pendidikan yang dipilih
guru, prosedur pelajaran, pengorganisasian kelas, merupakan proses belajar-
mengajar. Pandangan guru tentang peranan pengajaran mereka dapat
berdampak positif terhadap pengajaran. Melalui sejarah pendidikan,
pengajaran telah berubah. Banyak teori belajar yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Teori tersebut mempunyai pengaruh dan
implikasi yang berbeda-beda dalam penerapannya. Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan dibahas tentang teori belajar behavioristik, kognitif,
humanistik. Kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristik, kognitif,
dan humanistik. Tokoh-tokoh teori belajar dari tiga alairan psikologi belajar.
Dan aplikasinya dalam pendidikan agama Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi teori behavioristik, kognitif, dan humanistik?
2. Siapa tokoh teori-teori belajar dari tiga aliran psikologi belajar ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori belajar behavioristik, kognitif,
dan humanistik ?
4. Bagaimana penerapan teori belajar behavioristik, kognitif, dan humanistik
dalam pembelajaran?
5. Bagaimana cara mengaplikasikan teori belajar behavioristik, kognitif, dan
humanistik dalam pendidikan agama Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana deskripsi teori behavioristik, kognitif, dan
humanistik
2. Untuk mengetahui tokoh teori-teori belajar dari teori belajar behavioristik,
kognitif, dan humanistik
3. Untuk megetahui kelebihan dan kekurangan dari teori behavioristik,
kognitif, dan humanistik
4. Untuk megetahui penerapan teori belajar behavioristik, kognitif, dan
humanistik dalam pembelajaran
5. Untuk megetahui cara mengaplikasikan teori belajar behavioristik,
kognitif, dan humanistik dalam pendidikan agama Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar


Teori belajar adalah seperangkat pernyataan umum yang digunakan
untuk menjelaskan kenyataan mengenai belajar. Aplikasi teori belajar dalam
situasi pembelajaran membutuhkan kejelian dan kecermatan guru untuk
menangkap pesan-pesan yang terkandung dalam teori belajar. 1 Ada tiga teori
belajar yaitu teori belajar behavioristik, kognitif, dan humanistik.
1. Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.
Belajar dalam pandangan Behavioristik merupakan sebuah bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam bentuk perubahan kamampuannya
untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil dari interaksi
antara stimulus dan respons.2 Semua aliran Behavioristik timbul di Rusia
tetapi kemudian berkembang pula di Amerika dan merupakan aliran yang
mempunyai pengaruh cukup lama.
2. Pengertian Teori Belajar Kognitif
Teori ini lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar
itu sendiri. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks. Hal ini terpusat pada proses bagaimana suatu ilmu
yang berasimilasi dengan ilmu yang sebelumnya telah dikuasai siswa.
Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang siswa melalui proses
interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini
mengalir, sambung-menyambung dan menyeluruh.

1
Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press, 2007), hal. 89-90
2
Muhammad Irham, Psikologi Pendidikan, ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 147-150
3. Pengertian Teori Belajar Humanistik
Psikologi humanistik berusaha memahami tingkah laku individu
dari sudut pandang pelaku, bukan dari pengamat. Menurut aliran ini
tingkah laku individu ditentukan oleh individu itu sendiri.3 Proses belajar
harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini
menekankan pada isi dan proses belajar dan pada kenyataanya teori ini
lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuk yang paling ideal. Teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal daripada belajar apa adanya yang biasa kita
amati dalam dunia keseharian.
Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar
dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Siswa harus berusaha agar lambat laun mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori ini berusaha memahami
perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.4
Pendidik harus memperhatikan pendidikan lebih responsif terhadap
kebutuhan kasih sayang (affective) siswa. Kebutuhan afektif adalah
kebutuhan yang berhubungan dengan emosi, perasaan, nilai, sikap,
predisposisi, dan moral.5Pendekatan humanistik pada umumnya
mempunyai pandangan yang ideal yang lebih manusiawi, pribadi, dan
berpusat pada siswa yang menolak terhadap pendidikan tradisional yang
lebih berpusat pada guru.

B. Tokoh Teori-Teori Belajar dari Tiga Aliran Psikologi Belajar


1. Tokoh Teori Belajar Behavioristik
a. Edward Lee Thorndike (The Law of Effect)
Belajar adalah hubungan antara stimulus (pikiran, perasaaan,
gerakan) dan respons (pikiran, perasaan, gerakan). Apabila respons
menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara stimulus dan

3
Mustaqin, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 61.
4
Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, Op.Cit, hal. 116.
5
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2006), hal. 181.
respons semakin kuat dan sebaliknya.6Perubahan tingkah laku boleh
berwujud sesuatu yang dapat dan tidak bisa diamati.7
Faktor penting yang mempengaruhi semua belajar adalah
pernyataan kepuasan dari suatu kejadian. Ia menghapuskan bagian
negatif yang mengganggu dari hukum pengaruh (law of effect) karena
dia menemukan bahwa hukuman tidak penting. Hukuman akan
memperlemah ikatan dan tidak mempunyai effect apa-apa berbeda
dengan hadiah (reward).
Teori belajarnya mengarah pada sejumlah praktik pendidikan.
Saran umum bagi guru adalah tahu apa yang hendak diajarkan,
respons apa yang diharapkan, dan kapan harus memberikan hadiah
atau penguat. Ia menunjukan satu ikatan antara stimulus dan respons
yang terjadi dalam matematika. Ulangan yang tetap dari tabel
perkalian dengan memberikan hadiah dari guru akan membentuk
ikatan antara stimulus (berapa 7x7) dan respons (49) dalam membaca
ulangan juga di tekankan dengan menyuruh siswa belajar
menggunakan kata sesering mungkin pada berbagai tingkat kelas.
Hukum pengaruh mengarah pada pemberian hadiah yang konkret,
seperti gambar bintang yang ditempelkan pada papan kelas (untuk
siswa siswa TK dan SD) pada kertas hasil ulangan siswa, pujian
verbal. Hukum latihan mengarah pada banyaknya ulangan, praktik
dan dril untuk semua mata pelajaran.
b. Ivan Pavlow (classic conditioning: pengkondisian klasik)
Teori ini adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan
cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.
Belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan
antara stimulus dan respons. Stimulus yang diadakan selalu disertai
dengan stimulus penguat. Stimulus tadi, cepat atau lambat akan
menimbulkan respons atau perubahan yang dikendaki.8

6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda, 1995), hal.
105-106.
7
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
hal. 7.
8
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Op.Cit, hal. 107-108.
c. Watson
Menurutnya, stimulus dan respons harus berbentuk tingkah laku
yang bisa diamati. Ia mengabaikan perubahan mental yang terjadi
dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu
diketahui. Perubahan mental juga penting bagi siswa tetapi perubahan
itu tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau
belum. Ia tidak memikirkan hal-hal yang tidak bisa diukur, tetapi
mereka tetap mengakui bahwa semua hal itu penting.9
Belajar adalah suatu proses dari respons melalui pergantian dari
suatu stimulus kepada yang lain. Menurutnya, manusia dilahirkan
dengan beberapa refleks dan reaksi emosi, ketakutan, cinta, dan
marah.10Semua tingkah laku dikembangkan oleh pembentukan
hubungan stimulus dan respons baru melalui pengkondisian.
d. Clark Hull
Ia menganggap bahwa tingkah laku berfungsi untuk menjaga
kelangsungan hidupnya sehingga kebutuhan biologis dan pemuasan
menempati posisi sentral. Kebutuhan ini dikonsepkan sebagai
dorongan (lapar, haus, tidur, hilang rasa nyeri dll). Stimulus dikaitkan
dengan kebutuhan biologis yang dikaitkan dengan respon yang
bermacam-macam bentuknya.11
e. Edwin Guthrie
Belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan
respons tertentu. Hubungan antara stimulus dengan respons
merupakan faktor kritis dalam belajar, oleh karena iu diperlukan
pemberian stimulus yang sering agar hubungan menjadi lebih
langgeng. Suatu respons akan lebih kuat dan menjadi kebiasaan
apabila respons tersebut berhubungan dengan berbagai macam
stimulus. Ia menganggap bahwa hukuman pada saat yang tepat
memiliki peran penting dalam proses belajar karena akan mampu
mengubah kebiasaan seseorang.12

9
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Op.Cit, hal. 7-8.
10
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Op.Cit, hal. 129.
11
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Op.Cit, hal. 8.
12
Ibid, hal 8-9.
f. Burrhus Frederic Skinner 1904 (Pembiasaan Perilaku Respons)
Tingkah laku terbentuk dari konsekuensi yang ditimbulkan oleh
tingkah laku itu sendiri. Sejumlah perilaku atau respons yang
membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Teori ini
menyatakan bahwa anak manusia lahir tanpa warisan (kecerdasan,
bakat, perasaan dll). Semua kecakapan, kecerdasan, dan bahkan
perasaan baru timbul setelah manusia melakukan kontak dengan alam
sekitar terutama alam pendidikan. individu bisa pintar, terampil, dan
berperasaan hanya bergantung pada bagaimana individu itu dididik.13
Skinner memandang hadiah atau penguatan sebagai unsur yang
paling penting dalam proses belajar. Manusia cenderung untuk
belajar suatu respons jika segara diikuti penguatan. Ia memilih istilah
penguatan daripada hadiah karena hadiah diinterpretasikan sebagai
tingkah laku subjektif yang dihubungkan dengan kesenangan,
sedangkan penguatan adalah istilah yang netral.14
Ia memusatkan hubungan antar tingkah laku dan konsekuen.
Contoh, jika tingkah laku individu diikuti oleh konsekuensi
menyenangkan, individu akan menggunakan tingkah laku itu sesering
mungkin. Menggunakan konsekuen yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan dalam mengubah tingkah laku sering disebut operant
conditioning.15
Ia tidak menggunakan perubahan mental sebagai alat untuk
menjelaskan tingkah laku yang akan membuat masalah menjadi rumit
karena alat itu harus dijelaskan lagi. Sebagai contoh siswa berprestasi
buruk karena mengalami frustasi. Hal itu akan menimbulkan
pertanyaan apa itu frustasi yang akan memerlukan penjelasan lain.16

2. Tokoh Teori Belajar Kognitif


a. Piaget (1975)
Ia menganggap bahwa proses belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu:
13
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Op.Cit, hal. 111-112.
14
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Op.Cit, hal. 131.
15
Ibid, hal. 131.
16
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Op.Cit, hal. 9.

10
1) Asimilasi, proses penyatuan dan pengintegrasian informasi baru ke
struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.
2) Akomodasi, penyesuaian struktur kognitif dalam situasi yang baru.
3) Equilibrasi (penyeimbangan), penyesuaian berkesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi.
Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif yang dilalui siswa. Ia membaginya menjadi empat tahap
yaitu:
(1) Tahap sensori-motor (1,5 sampai 2 tahun).
(2)Tahap pra-operasional (2,3 dampai 7,8 tahun).
(3) Tahap operasional konkret (7,8 sampai 12,13,14 tahun).
(4) Tahap operasional formal (14 tahun atau lebih).
Semakin tinggi tingkat kognitif sesorang, semakin teratur dan
semakin abstrak cara berpikirnya. Guru harus memahami tahap
perkembangan siswa serta memberikan materi belajar dalam jumlah
dan jenis yang sesuai dengan tahapan itu sehingga tidak menyulitkan
siswa.17
b. Ausubel (1968)
Menurutnya siswa akan belajar dengan baik apabila pengatur
kemajuan belajar didefiniskan dan dipresentasikan dengan baik dan
tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau
informasi umum yang mencakup semua isi pelajaran yang akan
diajarkan oleh siswa.
Pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus sangat baik
sehingga guru akan mampu menemukan informasi yang sangat
abstrak, umum dan inkusif, untuk diajarkan pada siswa.Logika
berpikir guru juga dituntut sebaik mungkin agar tidak kesulitan
memilah materi pelajaran serta mengurutkan materi demi materi
kedalam struktur urutan yang logis dan mudah dipahami.18
c. Bruner (Teori free discovery learning)

17
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Op.Cit, hal. 10-11.
18
Ibid, hal. 12.
Teori ini adalah proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suau aturan (konsep, teori definisi dll) melalui contoh
yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya. Siswa
dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum.
Ia memandang bahwa teori belajar bersifat deskriptif, sedangkan
teori pembelajaran bersifat preskriptif. Misalnya, teori belajar
memprediksikan berapa usia maksimal anak untuk belajar
penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana
cara mengajarkan penjumlahan.19
Tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu
terjadi.20Pandangan kognitif melihat belajar sebagai suatu yang aktif.
Mereka berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari
informasi untuk menyelesaikan masalah, mengatur kembali, dan
mengorganisasi apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai
pelajaran baru.21
3. Tokoh Teori Belajar Humanistik
a. Arthur Combs
Tokoh ini menjelaskan bagaimana persepsi ahli-ahli psikologi
dalam memandang tingkah laku. Untuk mengerti tingkah laku
manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana dunia ini dilihat
dari sudut pandangnya. Untuk mengerti orang lain, yang penting
adalah melihat dunia sebagai yang dia lihat, dan untuk menentukan
bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia atau tentang dunianya.22

b. Maslow
Tokoh ini berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia.
Kebutuhan untuk tingkat yang paling rendah yaitu tingkat untuk bisa
survive atau mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini adalah

19
Ibid, hal. 12-13.
20
Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 35.
21
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Op.Cit, hal. 149.
22
Ibid. Hal. 183.
kebutuhan yang paling penting. Jika manusia secara fisik terpernuhi
kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan distimuli untuk
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk
memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok
mereka sendiri. Jika kebutuhan ini terpenuhi orang akan kembali
mencari kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi intelektual,
penghargaan estetis, dan akhirnya self-actualization.23
c. Rogers
Melalui bukunya Freedom to Learn and Freedom to Learn for the
80’s, menganjurkan pendekatan pendidikan sebaiknya mencoba
membuat belajar dan mengajar lebih manusiawi, lebih personal, dan
berarti. Prinsip-prinsip penting belajar humanistik menurut Rogers
yaitu keinginan untuk belajar (The Desire to Learn), belajar secara
signifikan (Significant Learning), belajar tanpa ancaman (Learning
Without Threat), belajar atas inisiatif sendiri (Self-initiated Learning),
belajar dan berubah (Learning and Change).24
d. Bloom dan Krathwohl
Mereka membagi penguasaan siswa dalam belajar menjadi tiga:
1) Kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan, yaitu: pengetahuan
(mengingat dan menghafal), pemahaman (menginterpretasikan),
aplikasi (penggunaan konsep untuk memecahkan masalah), analisis
(menjabarkan suatu konsep), sintesis (menggabungkan bagian-
bagian konsep menjadi suatu kesatuan yang utuh), evaluasi
(membandingkan nilai, ide, metode dan lain-lain).
2) Afektif yang terdiri dari lima tingkatan, yaitu pengenalan (ingin
menerima dan sadar akan adanya sesuatu), merespons (aktif
berpartisipasi), penghargaan (menerima nilai-nilai dan setia kepada
nilai-nilai tertentu), mengorganisasian yaitu menghubungkan nilai
yang dipercaya), pengamalan (menjadikan nilai sebagai bagian pola
hidupnya).

23
Ibid, hal. 183.
24
Ibid, hal. 184-186.
3) Psikomotor yaitu peniruan (menirukan gerak), penggunaan
(menggunakan konsep untuk melakukan gerak), ketepatan
(melakukan gerak dengan benar), perangkaian (melakukan
beberapa gerakan sekaligus), naturalisasi (melakukan gerak secara
wajar).
Taksonomi Bloom ini berhasil memberi inspirasi kepada banyak
pakar untuk mengembangkan teori belajar dan pembelajaran.
Taksonomi ini banyak membantu praktisi pendidikan untuk
memformulasikan tujuan belajar dalam bahasa yang mudah dipahami,
operasional, serta dapat diukur. Teori ini dijadikan pedoman untuk
membuat butir soal ujian.25

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar


1. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik
a. Kelebihan Teori Belajar Behavioristik
1) Membiasakan guru untuk bersikap teliti dan peka pada situasi dan
kondisi belajar.
2) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh
kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid
dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru
ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
4) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi
dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-
bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.26
b. Kekurangan Teori Behavioristik

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,Op.Cit, hal. 13-15.


25

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
26

Media, 2007), hal. 85.


1) Proses belajar dipandang sebagai kegiatan yang diamati langsung,
padahal belajar adalah kegiatan yang ada dalam system syaraf
manusia yang tidak terlihat kecuali melalui gejalanya.
2) Proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis sehingga
terkesan seperti mesin atau robot, padahal manusia mempunyai
kemampuan self regulation dan self control yang bersifat kognitif.
Sehingga dengan kemampuan ini, manusia bias menolak kebiasaan
yang tidak sesuai dengan dirinya.
3) Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan sangat
sulit diterima, mengingat ada perbedaan yang cukup mencolok
antara hewan dan manusia.27
c. Peran Guru dalam Aliran Teori Behavioristik
Pendidik adalah orang yang mendominasi kegiatan pembelajaran.
Tugasnya memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar, dengan
cara memberikan stimulus, penghargaan atau hukuman dalam
kegiatan pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang baik. Guru
menyampaikan materi pelajaran melalui ceramah, dan banyak
tergantung pada buku teks. Tugas guru dalam proses pembelajaran
adalah :

1) Menentukan tujuan.
2) Menentukan materi pelajaran.
3) Mengkaji materi pelajaran.
4) Menyusun sesuai dengan system informasi.
5) Menyajikan materi dan membimbing pesrta didik dengan pola
sesuai materi pelajaran.
2. Kelebihan dan Kekurangan Teori Kognitif
a. Kelebihan Teori Kognitif
1) Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih
menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada
pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.

27
Ibid, hal 85.
2) Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu
memeberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan untuk
pengembangan dan kelanjutannya diserahkan pada peserta didik,
dan pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur
pengembangan materi yang telah diberikan.
3) Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat
memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk
mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada
pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat
peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah
diberikan.
4) Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau
pembuatan satu hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal
yang sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar kognitif
peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang
belum ada atau menginovasi hal yang yang sudah ada menjadi
lebih baik lagi.
5) Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak
diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan.28
b. Kekurangan Teori Kognitif
1) Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada
kemampuan ingatan peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-
masing peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini
adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai
kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
2) Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara
peserta didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan
pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya,
karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara
yang berbeda-beda.

28
Eveline Siregar dan Hartini, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),
hal. 25.
3) Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif,
maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya
materi yang diberikan.
4) Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif
tanpa adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan
kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.
5) Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan
kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi
yang telah diterimanya.29
c. Peran Guru dalam Aliran Teori Kognitif
Peranan guru menurut teori belajar kognitif ialah bagaimana dapat
mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik.
Jika potensi yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi
dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta
akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran
yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
3. Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik
a. Kelebihan Teori Humanistik
1) Pembelajaran dengan teori ini sangat cocok diterapkan untuk
materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisisterhadap
fenomena sosial.
2) Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola
pikir, perilaku dan sikap atas kemauannya sendiri.
3) Siswa menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung
jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain.
b. Kekurangan Teori Humanistik
1) Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan
dalam proses belajar.

29
Ibid, hal. 25.
2) Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri
sendiri dalam proses belajar.
c. Peran Guru dalam Aliran Teori Humanistik
Psikologi Humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator :
1) Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana
awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
2) Fasilitator membantu untuk memperoleh dan menjelaskan tujuan-
tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok
yang bersifat umum.
3) Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa
untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya,
sebagai kekuatan pendorong yang tersembunyi di dalam belajar
yang bermakna.
4) Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk
belajar yang paling luas dan mudah untuk dimanfaatkan para siswa
untuk membantu mencapai tujuan siswa.
5) Guru menempatkan dirinya sebagai suatu sumber yang fleksibel
untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok siswa.
6) Didalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok
kelas dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-
sikap perasaan dan mencoba untuk menaggapi dengan cara yang
sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
7) Bila mana situasi dan kondisi siswa dalam kelas telah kondisional.
Fasilitator berangsur-angsur dapat berperan sebagai seorang siswa
yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut
menyatakan pandangannya sebagai seorang individu, seperti siswa
yang lain.

D. Penerapan Teori Belajar Behavioristik, Kognitif, dan Humanistik dalam


Pembelajaran
1. Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan
paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa
disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberikan
ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun
secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. Tujuan
pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan
pencapaian suatu keterampilan tertentu.
Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan
supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang
diharapkan dari penerapan teori ini adalah terbentuknya suatu perilaku
yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif,
sedangkan perilaku yang kurang sesuai mendapatkan penghargaan negatif.
Evaluasi atau penilaian didasarkan pada perilaku yang tampak.30
2. Penerapan Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran
Ada sejumlah cara untuk menggunakan model belajar kognitif dalam
kelas. Pertama kita akan melihat strategi mengajar pada umumnya,
terutama yang menyangkut rencana pembelajaran, kemudian yang kedua
kita akan memusatkan perhatian untuk membantu siswa dalam mengingat
informasi baru.
Strategi belajar sangatlah penting dalam mencapai suatu keberhasilan
pengajaran, dalam hal ini ada beberapa faktor yang mendasari strategi
mengajar yaitu; memusatkan perhatian, banyak faktor yang mempengaruhi
perhatian siswa. Dalam permulaan pelajaran, guru dapat membuat kontak
mata atau berbuat sesuatu yang mengejutkan siswa dengan maksud untuk
menarik perhatian siswa.mengidentifikasi apa yang penting, sulit, dan
tidak bisa, belajar dapat dipertinggi jika guru membantu siswa merasa
betapa pentingnya informasi baru,
Suatu strategi untuk melakukan ini adalah membuat tujuan
pembelajaran sejelas mungkin. membantu siswa mengingat kembali
informasi yang telah dipelajari sebelumnya, membantu siswa memahami

30
Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, Op.Cit, hal. 103.
dan menggabungkan informasi. Mungkin satu-satunya metode terbaik
untuk membantu siswa memahami pelajaran dan mengombinasikan
informasi yang telah ada dengan informasi baru adalah membuat setiap
pelajaran sedapat mungkin bermakna.
Strategi selanjutnya yaitu, strategi untuk membantu siswa dalam
mengingat informasi baru. Lindsy dan Norman menyampaikan tiga aturan
umum untuk memperbaiki ingatan, pertama menghafal memerlukan usaha.
Kedua materi yang harus dihafal atau diingat seharusnya berhubungan
dengan hal-hal lain. Ketiga materi dapat dibagi dalam kelompok atau
bagian-bagian kecil dan kemudian diletakkan kembali bersama-sama pola
yang berarti.31
3. Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran
Implikasi pengajaran dari sudut pandang Rogers yaitu tidak begitu
memperhatikan metodologi pengajaran. Nilai dari perencanaan kurikulum,
keahlian ilmiah guru, atau penggunaan teknologi tidak sepenting dalam
memudahkan belajar, seperti respons perasaan siswa atau mutu dari
interaksi antara siswa dan guru. Satu strategi yang disarankan Rogers
adalah memberi siswa dengan berbagai macam sumber yang
dapatmendukung dan membimbing pengalaman mereka. Strategi lain yang
disarankan Rogers adalah peer-tutoring (siswa mengajar siswa yang lain).
Rogers adalah penganjur yang kuat pada penemuannya, di mana siswa
mencari jawaban terhadap pertanyaan yang nyata, membuat penemuan
autonomus (bebas), dan menjadi pencetus dalam belajar atas inisiatifnya
sendiri. Pengajaran dalam Psikologi Humanistik meliputi:
a. Pendidikan Setara (Confluent Education)
George Brown mengembangkan Pusat Pendidikan Humanistik di
Universitas California, Sania Barbara, dimana guru belajar
mengintegrasikan pengalaman afektif dengan belajar kognitif di kelas.32
Contohnya adalah pengajaran Bahasa Inggris pada siswa umur 12 tahun
tentang buku yang berjudul Red Badge of Courage. Guru yang ingin
mengembangkan latihan ini, ingin siswanya tidak hanya mendapatkan

31
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Op.Cit, hal. 163.
32
Ibid, hal. 187.
pengertian yang lebih dalam tentang novel itu, tetapi juga memperoleh
kesadaran antar pribadi yang lebih besar dengan mendiskusikan konsep
tentang keberanian, keteguhan hati, dan kekuatan mereka sendiri.
b. Pendidikan Terbuka (Open Education)
1) Syarat-syarat belajar (Provisions for Learning). Memanipulasi
persediaan bahan pelajaran untuk memenuhi keanekaragaman dan
luasnya mata pelajaran. Anak-anak bergerak bebas di kelas,
mendorong untuk bercakap-cakap dan tidak dipisahkan ke dalam
kelompok dengan menggunakan skor tes.
2) Manusiawi, hormat, terbuka, dan hangat (Humannes, Respect,
Opennes, and Warmth). Menggunakan bahan pelajaran yang dibuat
siswa. Guru berhadapan dengan tingkah laku siswa yang
bermasalah dengan berkomunikasi dengan anak tanpa melibatkan
kelompok.
3) Mendiagnosis kejadian selama pelajaran (Diagnosis of Learning
Events). Siswa mengoreksi pekerjaan mereka sendiri. Guru
mengobservasi dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan.
4) Pengajaran (Instruction). Secara individual tidak ada tes/ buku
tugas.
5) Penilaian (evaluation). Guru mengambil catatan beberapa tes
formal.
6) Mencari kesempatan untuk menumbuhkan profesionaliisme
(Search for Opportunities for Professional Growth). Guru
menggunakan bantuan orang lain. Guru bekerja dengan teman
sejawat.
7) Persepsi guru tentang dirinya (Self-Perception of Teacher). Guru
mencoba untuk menyimpan semua persepsi tentang anak-anak di
dalam pengamatannya dan memonitor pekerjaan mereka.
8) Mengasumsikan anak-anak dan proses belajar (Assumption about
Children and the Learning Process). Suasana kelas hangat dan
diterima. Anak-anak terlibat dengan apa yang mereka kerjakan.33

33
Ibid, hal. 188-190.
Slavin menyimpulkan bahwa hasil penelitian kelas terbuka
mengatakan, pengalaman-pengalaman dari gerakan kelas terbuka
menyarankan bahwa ada keterbatasan terhadap belajar yang
diarahkan pada diri sendiri oleh siswa, terutama ketika mereka
belajar keterampilan dasar di mana begitu banyak kegiatan belajar
yang tergantung dari guru.34

E. Aplikasi Teori Behavioristik, Kognitif, dan Humanistik dalam


Pendidikan Agama Islam
1. Aplikasi Teori Behavioristik dalam PAI
Teori behavioristik ini sangat sesuai apabila diterapkan dalam
pembelajaran PAI, karena PAI adalah mata pelajaran yang orientasinya
untuk pembentukan habituasi atau pembiasaan dalam mengamalkan
agama yang telah dipelajari oleh siswa. Maka dengan teori ini diharapkan
siswa dapat menerapkan tingkah laku sesuai amalan agama dalam
kehidupan sehari-harinya. Bagi seorang guru PAI, mempergunakan teori
tingkah laku ini akan mempermudah guru untuk mencapai indikator yang
diinginkan oleh guru karena siswa secara tidak langsung telah melakukan
apa yang diharapkan guru tanpa mereka merasa dipaksa.
2. Aplikasi Teori Kognitif dalam PAI
Teori kognitif merupakan suatu teori yang dimana bertumpu pada
perkembangan daya serap otak atas informasi yang telah diterimanya.
Oleh karena itu teori ini lebih sesuai digunakan dalam mata pelajaran
Fiqih, Al-Quran dan Al-Hadis, walaupun tidak menutup kemungkinan
bahwa teori ini dapat digunakan disetiap bidang pengetahuan apapun.
Dalam kaitannya dengan materi Fiqih dan Al-Quran dan Al-Hadis
penerapan teori kognitif ini menurut penulis sangat cocok digunakan
dalam proses pembelajaran teori ini, memusatkan perhatian, banyak
faktor yang mempengaruhi perhatian siswa. Dalam permulaan pelajaran,
guru dapat membuat kontak mata atau berbuat sesuatu yang mengejutkan
sisiwa dengan maksud untuk menarik perhatian siswa.mengidentifikasi

34
Ibid, hal. 191.

22
apa yang penting, sulit, dan tidak bisa, belajar dapat dipertinggi jika guru
membantu siswa merasa betapa pentingnya informasi baru.
Suatu strategi untuk melakukan ini adalah membuat tujuan
pembelajaran sejelas mungkin. membantu siswa mengingat kembali
informasi yang telah dipelajari sebelumnya, membantu siswa memahami
dan menggabungkan informasi. Mungkin satu-satunya metode terbaik
untuk membantu siswa memahami pelajaran dan mengombinasikan
informasi yang telah ada dengan informasi baru adalah membuat setiap
pelajaran sedapat mungkin bermakna.
Dengan adanya langkah tersebut diharapkan materi tentang Fiqih dan
Al-Quran dan Al-Hadis dapat mudah dipahami sisiwa dan titik akhir
siswa mampu mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan strategi
yang dipakai atau digunakan dalam pembelajaran ini dengan Discovery
Learning. Dengan hal itu diharapkan para siswa mudah dalam mengkap
suatu informasi baru dan selalu diingat jangka panjangnya.
3. Aplikasi Teori Humanistik dalam PAI
Pengalaman emosional dan karateristik khusus individu dalam belajar
perlu diperhatikan oleh guru dalam merencanakan pembelajaran.
Seseorang akan dapat belajar dengan baik apabila mempunyai pengertian
tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke
arah mana ia akan berkembang. Dengan demikian teori belajar humanistik
mampu menjelaskan bagaimana tujuan ideal tersebut dapat dicapai.
Teori belajar humanistik dapat diterapkan dalam pembelajaran tauhid,
akhlak, akan sangat membantu para pendidik dalam memahani arah
belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran
apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan
untuk mencapai tujuannya. Contoh pembelajaran kooperatif dari teori
humanistik ini ialah mengemas materi pembelajaran akhlak, fiqh atau
tauhid dengan strategi pemebelajaran jigsaw. Murid dimasukkan ke dalam
tim-tim kecil yang bersifat heterogen, kemudian tim diberi bahan
pelajaran.
Murid mempelajari bagian masing-masing bersama-sama dengan
anggota tim lain yang mendapat bahan serupa. Setelah itu mereka kembali
ke kelompoknya masing-masing untuk mengajarkan bagian yang telah
dipelajarinya bersama dengan anggota tim lain tersebut, kepada teman-
teman dalam timnya sendiri. Akhirnya semua anggota tim dites mengenai
seluruh bahan pelajaran. Adapun skor yang diperoleh murid dapat
ditentukan melalui dua cara, yakni skor untuk masing-masing murid dan
skor yang digunakan untuk membuat skor tim.
Meskipun teori ini masih sulit diterapkan ke dalam langkah-langkah
pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangannya begitu
besar. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah
dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru dalam
memahami hakekat manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam
menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan
tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta
pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang dicita-
citakan tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada tiga teori belajar yaitu teori belajar behavioristik, kognitif, dan
humanistik.
1. Teori behavioristik
Teori behavioristik ini sangat sesuai apabila diterapkan dalam
pembelajaran PAI, karena PAI adalah mata pelajaran yang orientasinya
untuk pembentukan habituasi atau pembiasaan dalam mengamalkan
agama yang telah dipelajari oleh siswa.
2. Teori kognitif
Teori kognitif merupakan suatu teori yang dimana bertumpu pada
perkembangan daya serap otak atas informasi yang telah diterimanya.
3. Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistik dapat diterapkan dalam pembelajaran tauhid,
akhlak, akan sangat membantu para pendidik dalam memahani arah
belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran
apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan
untuk mencapai tujuannya.

B. Saran
Dengan selesainya penulisan makalh ini, maka penulis mengharap
kepada pembaca sekiranya menemukan kesalahan pada makalah ini untuk
memperbaikinya. Sebab penulis bukanlah orang sempurna yang tidak lepas
dari sifat kekeliruan, sehingga penulis juga biasa melakukan kesalahan. Saran
dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun semangat menulis penulis
akan selalu ditunggu oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-belajar.html

https://www.google.com/amp/s/afidburhanuddin.wordpress.com/2014/
05/19/kekurangan-dan-kelebihan-teori-behavioristik-dan-
humanistik-2/amp/

https://medium.com/@chintyagabrilia37/kelebihan-dan-kekurangan-
teori-kognitif- 689d29362f75#:~:text=teori%20belajar%20kognitif
%20untuk%20 membantu,yang%20ada%20lebih%20mudah
%20dipahami.

Anda mungkin juga menyukai