Anda di halaman 1dari 8

d.

Teori Belajar

Ketika belajar pasti ada yang namanya teori belajar. Teori belajar dapat
memudahkan guru atau pendidik untuk menyampaikan materi kepada siswa. Tetapi, ada
beberapa guru atau cenderung lebih suka menyampaikan suatu informasi berdasarkan
pengalaman saat belajar. Artinya bahwa dari beberapa kasus yang ditemukan, guru
sudah menemukan caranya sendiri untuk menyampaikan suatu informasi kepa siswa
tanpa harus mengetahui teori belajar. Pada dasarnya teori belajar sangatlah banyak,
tetapi teori belajar yang sering digunkan oleh guru atau pendidik ada empat, yaitu teori
belajar behavioristik, teori belajar konstruktivisme, teori belajar kognitivisme, dan teori
belajar humanistik.

1) Teori behavioristik

Teori belajar behavioristik merupakan teori yang lebih menekankan perubahan


tingkah laku terhadap peserta didik. Menurut desmita dalam Nugraha (2019: 60-61)
adalah teori belajar yang digunakan untuk memahami pola perubahan perilaku
manusia dengan menggunakan beberapa pendekatan yakni objektif, mekanistik, dan
materialistis, sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada individu dengan
memperhatikan kondisi yang ada. Dengan sebutan lain, tingkah laku yang terlihat
pada diri seseorang perlu ada penguatan dengan melakukan pengujian dan
pengamatan. Teori ini lebih mendorong untuk melakukan suatu pengamatan karena
pengamatan dianggap hal yang urgent untuk mengetahui terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku manusia.1 Pembelajaran behavioristik yang bisa diterapkan
yaitu misalnya guru memberikan contoh cara menulis cerita yang benar, setelah itu
peserta didik membuat cerita tentunya dengan tema yang berbeda dari guru. Dalam
pembelajaran, Terkadang juga terjadi salah tafsir peserta didik dalam memahami soal
atau pembelajaran yang dilakukan guru setelah Guru Pembelajaran tersebut guru
memberikan penguatan lagi kepada peserta didik. Dengan demikian, peserta didik
akan termotivasi dan akan terjadi perubahan perilaku peserta didik dengan lebih baik
titik perubahan perilaku tersebut yaitu peserta didik yang pada awalnya tidak
mengetahui perilaku (behavioristik), nanti akan mengerti. Peserta didik bisa

1
Dr. Muhammad Hasan, S Pd., M.Pd., dkk, Teori-Teori Belajar, (Sukoharjo: Tahta Media Group, 2021), h. 121.
menjelaskan, menggambarkan, dan mendeskripsikan hasil belajar Setelah
pembelajaran berlangsung.2

2) Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme mengedepankan bahwa pembelajaran atau siswa


mengkonstruksi pengetahuan mereka di atas pengetahuan awal yang telah diperoleh
sebelumnya. Siswa aktif dalam melakukan kegiatan dan aktif berpikir. Dengan kata
lain, siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka, menyusun konsep, dan memberi
makna tentang hal-hal yang dipelajari. Guru hanya memberikan peluang optimal bagi
terjadinya proses belajar. Jadi, yang menentukan terwujudnya gejala belajar adalah
niat belajar siswa sendiri. Dengan demikian, Teori konstruktivisme ini mendukung
pentingnya sikap, motivasi, dan konsep pribadi siswa dalam proses belajar mandiri. 3
Pembelajaran konstruktivisme yang bisa diterapkan yaitu siswa diminta oleh guru
untuk mengamati dan mencari tahu sendiri tentang suatu permasalahan, misalnya
melalui perpustakaan, lingkungan masyarakat, teman sebaya, lingkungan alam,
internet, dan sebagainya. Ketika siswa dapat belajar sendiri akan suatu hal yang
menarik dan menjadi permasalahan, maka siswa akan secara langsung menerapkan
belajar secara konstuktivisme dan diakhir pembelajaran guru atau pendidik dapat
memberi penguatan terhadap materi yang dipelajari.

3) Teori Kognitivisme

Paradigma teori belajar kognitif menjelaskan bahwa adanya perubahan


perubahan proses mental yang digunakan dalam upaya memahami sesuatu yang
dipelajari untuk mencapai tujuan. Teori kognitif merupakan teori yang pada
umumnya di kaitkan dengan pembelajaran, Oleh sebab itu dikatakan sebagai teori
belajar kognitif. Teori belajar kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi
karena adanya variabel penghalang pada aspek aspek kognitif seseorang. Teori
belajar kognitif lebih mengutamakan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri.
Teori belajar kognitif atau teori kognitivisme digagas oleh beberapa ahli psikologi.
Teori kognitivisme lahir sebagai bentuk kritikan terhadap teori behaviorisme. Dalam
2
Ibid., Dr. Muhammad Hasan, S Pd., M.Pd., dkk, h. 130.
3
Andri Wicaksono, dkk, TEORI PEMBELAJARAN BAHASA (Suatu Catatan Singkat), (Yogyakarta:
Garudhawaca, 2016), h. 432.
pandangan kognitivisme, manusia bukan suatu makhluk pasif terhadap lingkungan
tetapi makhluk yang senantiasa beradaptasi untuk memahami lingkungannya. Teori
kognitivisme pencetusnya dimulai di penghujung tahun 1950. Para ahli Psikologi dan
pendidikan memandang bahwa proses sebagai suatu proses yang komplek, yang
dimulai dari berpikir, memecahkan masalah, bahasa, pembentukan konsep, sampai
proses informasi. Menurut Ertmer dan Newby (1993) untuk menyelesaikan masalah
dalam pembelajaran para siswa harus melihat Bagaimana suatu informasi diterima,
disusun, disimpan, dan diolah oleh otak. Terjadi proses pemikiran atau proses mental
dalam pembelajaran yang dikenal sebagai teori kognitivisme. Dalam teori
kognitivisme, siswa adalah peserta yang sangat aktif dalam proses belajar.4

4) Teori Humanistik

Teori humanistik lebih mengedepankan sisi Humanis manusia dan tidak


menuntut jangka waktu bagi pembelajar mencapai pemahaman yang diinginkan.
Teori ini lebih menekankan pada isi/materi yang harus dipelajari dari proses agar
membentuk manusia seutuhnya. Teori humanistik memandang kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang melibatkan potensi psikis yang bersifat kognitif afektif dan
konatif. Teori humanistik merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Teori humanistik berfokus pada potensi
manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut. Teori humanistik memandang bahwa proses
belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu
sendiri. Oleh sebab itu, teori humanistik bersifat lebih abstrak dan lebih mendekati
bidang kajian filsafat teori kepribadian dan psikoterapi, daripada bidang kajian
psikologi belajar. Teori humanistik lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses
belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Teori humanistik lebih tertarik pada
pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pemahaman tentang
proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori

4
Yenny Suzana dan Imam Jayanto, TEORI BELAJAR & PEMBELAJARAN, (Malang: Literasi Nusantara, 2021),
cet. 1, h. 62-63.
belajar lainnya.5 Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran adalah guru lebih
mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta
membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar (dalam hal ini
guru berperan sebagai fasilitator). Hal ini diterapkan melalui kegiatan diskusi,
membahas materi secara berkelompok. Pembelajaran berdasarkan teori humanistik
ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani perubahan sikap dan analisis terhadap
fenomena sosial. indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir perilaku dan
sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, Berani
tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggung jawab tanpa mengurangi hak hak orang lain atau melanggar aturan,
norma, disiplin atau etika yang berlaku.6 Selain itu, salah satu ide penting dalam teori
belajar humanistik yaitu siswa harus mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri
dalam kegiatan belajar sehingga siswa mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu
seberapa besar siswa tersebut dapat memahaminya. Siswa belajar dapat mengetahui
dimana kapan dan dimana mereka akan belajar. Oleh karena itu, siswa diharapkan
mendapat manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya.7

c. Ciri-ciri Belajar

Yang dimaksud dengan ciri-ciri belajar adalah sifat atau keadaan yang khas dimiliki
oleh perbuatan belajar titik Dengan demikian ciri-ciri belajar ini akan membedakannya
dengan perbuatan yang bukan belajar titik Beberapa ciri belajar yang perlu di
kemukakan adalah:

1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan titik tujuan dipakai sebagai
arah kegiatan dan sekaligus sebagai tolak ukur keberhasilan belajar .

2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
Jadi belajar bersifat Individual.

5
Ibid., Yenny Suzana dan Imam Jayanto, h. 116.
6
Ibid., Yenny Suzana dan Imam Jayanto, 118-119.
7
Ibid., Yenny Suzana dan Imam Jayanto, 120.
3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan titik berarti
individu harus aktif bila dihadapkan pada suatu lingkungan tertentu titik aktifan ini
dapat terwujud karena Individu memiliki berbagai potensi untuk belajar. Misalnya
perhatian minat pikiran emosi motivasi dan lain-lain. 

4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar titik
Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek kognitif afektif
dan psikomotor yang terpisahkan satu dengan yang lain.8 

8
Dra. Sri Narti, M. Pd., KUMPULAN CONTOH LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN
KONSELING (PTBK), (Yogyakarta: Deepublish, 2019), h. 222.
a) Pengertian Segi Banyak

Segi banyak adalah bangun datar tertutup yang dibentuk oleh titik-titik dan
dibatasi oleh gari-garis lurus. Titik-titik tersebut disebut titik sudut. Garis-garis
tersebut dinamakan sisi. Banyak sudut pada segi banyak sama dengan banyak sisi
pada segi banyak. Setiap jenis segi banyak diberi nama sesuai dengan banyak
sisinya.

Contoh:

B c
A

a) Segi banyak A mempunyai 3 sisi dan 3 sudut. Segi banyak tersebut dinamakan
segitiga.

b) Segi banyak B mempunyai 4 sisi dan 4 sudut. Segi banyak tersebut dinamakan
segi empat.

c) Segi banyak C mempunyai 5 sisi dan 5 sudut. Segi banyak tersebut dinamakan
segi lima.9

a) Segi Banyak Beraturan

(1) Pengertian Segi Banyak Beraturan

Segi banyak beraturan adalah segi banyak yang mempunyai sisi sama panjang
dan sudut sama besar.

Contoh:

- Segi empat P mempunyai empat sisi sama panjang


dan 4 sudut sama besar. Segi empat P adalah segi
P
banyak berarturan.

9
Tim Tunas Karya Guru Rumiyati, Pasti Bisa Matematika untuk SD/MI kelas IV, (Bandung: Duta, 2017), h. 57.
- Segi enam Q mempunyai 6 sisi sama panjang dan
sudut sama besar. Segi enam Q adalah segi banyak
Q
beraturan.

(2) Sifat-Sifat Segi Banyak Beraturan

Sifat-sifat dari segi banyak beraturan adalah:

- Mempunyai sisi sama panjang.

- Mempunyai sudut yang sama besar.

- Mempunyai simetri putar yang sama banyaknya sama dengan banyak sisi.

- Mempunyai simetri lipat yang banyaknya sama dengan banyak sisi.

Contoh:

- Mempunyai sisi sama panjang.

- Mempunyai sudut yang sama besar.

- Mempunyai simetri putar yang sama banyaknya sama dengan banyak sisi.

- Mempunyai simetri lipat yang banyaknya sama dengan banyak sisi.

Contoh:

- Segi enam mempunyai 6 sisi yang sama panjang.

- Segi enam mempunyai 6 sisi yang sama besar.


F E

- Segi enam mempunyai 6 simetri putar.A D


\
- Segi enam mempunyai 6 simetri lipat.10 B C

b) Segi Banyak Tidak Beraturan

Segi banyak tidak beraturan adalah segi banyak yang mempunyai sisi tidak
sama panjang dan sudut tidak sama besar.

Contoh:
10
Ibid., Tim Tunas Karya Guru Rumiyati, h. 58-59.
R S

(1) Segi empat R mempunyai sisi yang tidak sama panjang dan sudut yang tidak
sama besar. Segi empat R adalah segi banyk yang tidak beraturan.

(2) Segi lima S mempunya sisi yang tidak sama panjang dan sudut yang tidak
sama besar. Segi lima S adalah segi banyak tidak beraturan.11

11
Ibid., Tim Tunas Karya Guru Rumiyati, h. 60.

Anda mungkin juga menyukai