Anda di halaman 1dari 7

Makalah

Teori Belajar Kognitivisme

Di susun oleh

Kelompok 5

• anton prayoga

• sindi saputri

• sinta wulandari

• septiana pratiwi

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAKIDENDE

UNAAHA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial sekaligus makhluk ciptaan tuhan yang maha esa yang paling
sempurnah diantara makhluk hidup lainnya. Manusia dibekali dengan

akal sehat dan juga otak, sehingga manusia dapat menggunakan akal tersebut untukberfikir sebelum
melakukan sesuatu, sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan yang dia miliki.

Teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata.
Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuattentang ide, konsep, prosedur dan
prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat
dipelajari, dianalisis dan diujiserta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah
seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur
danprinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.

Teori belajar adalahsuatu teori yang di dalamnya terdapat tata carapengaplikasian kegiatan belajar
mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas
maupun di luar kelas.

Teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Banyak ditemukan teori belajar yang menitik beratkan pada perubahan tingkah
laku setelah proses pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana Pengertian Teori Belajar Kognitivisme?

1.2.2 Apa Tujuan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran?

1.2.3 Bagaimana Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Proses Pembelajaran?

1.2.4 Bagaimana Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Kurikulum?

1.2.5 Bagaiman System Assesmen?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Belajar Kognitivisme

Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai persamaan dengan “knowing” yang
berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi ialah perolehan penataan, penggunaan
pengetahuan. (Neisser:1976 dalam Muhibbin 1995:65)

Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.
Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-peristiwa Internal. Belajar
tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam teori behaviorisme,
lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun didalam diri seseorang melalui proses
interaksi yangberkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak hanya berjalan terpatah-patah,
terpisahpisah,tetapi melalui proses mengalir, bersambung dan menyeluruh.

Menurut psikologi kognitif belajar dipandang sebagai usaha untuk mengerti sesuatu. Usaha itu dilakukan
secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencariinformasi, mencermati
lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuantertentu. Para psikolog pendidikan
kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukan keberhasilan
mempelajari informasi atau pengetahuan yang baru.

A. Robert M. Gagne

Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitiv adalah teori pemrosesan informasi yang
dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar dipandang sebagai proses pengolahan
informasi dalam otak manusia.

B. Jean Piaget

Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :

1) Asimilasi : proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada.

2) Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.

3) Equilibrasi : penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu debfab
tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat

kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu
guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi,
metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
C. Jerome Bruner Dengan Discovery Learningnya.

Bruner menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Bruner meyakini bahwa pembelajaran tersebut bisa
muncul dalam tiga cara atau bentuk, yaitu: enactive,iconic dan simbolic.Pembelajaran enaktif
mengandung sebuah kesamaan dengan kecerdasan inderawi dalam teori Piaget. Pengetahuan enaktif
adalah mempelajari sesuatu dengan memanipulasi objek – melakukan pengatahuan tersebut daripada
hanya memahaminya.

D. Teori Belajar Bermakna Ausubel.

Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum belajar yang
bermakna, berikut ini konsep belajar bermakna David Ausubel. Pengertian belajar bermakna Menurut
Ausubel ada dua jenis belajar yaitu :

* Belajar bermakna (meaningful learning) Dan belajar menghafal (rote learning).

Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur
pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah
siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa
makna. Sebagai ahli psikologi pendidikan Ausubel menaruh perhatian besar pada siswa di sekolah,
dengan memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan pada unsur kebermaknaan dalam belajar melalui
bahasa (meaningful verbal learning).

belajar bermakna menurut Ausubel adalah suatu proses belajar di mana peserta didik dapat
menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar pembelajaran
bermakna, diperlukan 2 hal yakni pilihan materi yang bermakna sesuai tingkat pemahaman dan
pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi.
Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau
yang dipelajari oleh siswa.

2.2 Tujuan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran

Tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Didalamnya
terkandung tujuan yang menjadi target pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyediakan
pengalaman-pengalaman belajar. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
sengaja. Oleh karena itu pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Tujuan pembelajaran adalah membantu
pada siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa
bertambah, baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan,
keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa
(Darsono, 2002: 24).

2.3 Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran


teori belajar Kognitivisme tidak lepas dari rangkaian proses pembelajaran. Menurut Munif Chatib yang
lebih ditekankan adalah the best process, bukan the best input. Yang jelas perpatokan pada kata “setiap
insan terlahir ke dunia ini dalam keadaan yang berbeda antara yang satu dan yang lain”. Belajar sendiri
adalah perubahan persepsi atau pemahaman. Dalam proses kegiatan belajar mengajar yang menjadi
titik paling dominan adalah mementingkan terbentuknya struktur kognitif sebagai usaha memecahkan
masalah yang didasarkan kepada insight. Istilah insight adalah pengetahuan baru yang diperoleh setelah
melalui proses pengumpulan informasi, relatif mudah diingat, dan mampu dijadikan acuan dalam
menyelesaikan persoalan baru. Dengan demikian seorang guru dapat mengajar dengan cara memasuki
dunia anak. “gaya mengajar guru adalah gaya belajar siswa” (Chatib, 2014:8-9)

2.4 Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Kurikulum

Aplikasi teori kognitivisme dalam kegiatan pembelajaran lebih memusatkan perhatian kepada cara
berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain itu, peran siswa sangat
diharapkan untuk berinisiatif dan terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Teori ini juga memaklumi
akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan per- kembangan. Oleh karena itu guru harus
melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu – individu ke dalam
bentuk kelompok – kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.

Bagi para penganut aliran kognitifisme, pembelajaran dipandang sebagai upaya memberikan bantuan
kepada siswa untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru melalui proses discovery dan
internalisasi. Agar discovery dan internalisasi dapat berlangsung secara benar maka perlu diperhatikan
beberapa prinsip pembelajaran yang perlu sebagai berikut:

1) Setiap siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan,
dan bukan sebaliknya sebagai beban

2) Pembelajaran hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit ke hal-hal yang abstrak.

3) Setiap usaha mengkonseptualisasikan materi pembelajaran hendaknya diatur sedemikian rupa


sehingga memudahkan siswa belajar.

4) Pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan pengalaman belajar siswa dengan


memperhatikan tahap-tahap perkembangannya.

2.5 Sistem Assesmen Teori Kognitivisme

Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam


ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang
untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang
dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai
dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu menimbang-
nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan dapat
menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa seseorang yang bersifat malas
atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan
merupakan perintah Allah SWT yang waji dilaksanakan dalam sehari-hari.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep,
prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.

Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.

Teori kognitif dikembangkan bertujuan terutama untuk membantu guru memahami muridnya. Ternyata,
hal ini juga dapat membantu guru memahami dirinya sendiri dengan lebih baik.

Dalam teori kognitif guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah
dalam proses berpikirnya, anak usia pra-sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-
benda konkret, keaktifansiswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakanpola
atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.

Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap


suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan
mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

3.2 Saran

Hendaknya pengetahuan tentang kognitivisme siswa perlu dikaji secara mendalam oleh calon guru dan
para guru demi menyukseskan proses belajar dikelas.Tanpa pengetahuan tentang kognitivisme siswa,
guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkannya dikelas, yang pada akhirnya mempengaruhi
rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru dikelas.

DAFTAR PUSTAKA

Chatib, Munif. Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa, 2014.

Darsono.2002:24-25.Theori Pembelajaran.Jakarta:Erlangga
Joyce, Bruce dkk. (2009). Model of Teaching (Model-Model Pengajaran) edisi ke delapan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Syah. Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 1995.

Sax, Gilbert.(1980). Principles of Education Measurement and Evalution (second ed). California:
Wadsworth Publishing

Anda mungkin juga menyukai