Disusun oleh:
Nurul Aulia Naila 0404521006
Lusi Maulinda 0404521004
Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin cognitare yang artinya
berfikir dan bahasa inggris cognition yang berarti pengertian, mengerti. Secara
umum istilah kognitif diartikan sebagai salah satu ranah yang erat kaitannya
dengan manusia yang mencakup bentuk pengenalan yang meliputi perilaku
mental yang berhubungan dengan pemahaman, memperhatikan, memberikan,
menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
membayangkan, memperkirakan, berpikir, dan keyakinan (Setiawan, 2017).
b. David P. Ausubel
David P. Ausubel Merupakan tokoh kognitivisme yang
melakukan kritik terhadap teori neo behaviorisme dan
mengembangkan teori belajar bermakna. Menurut Ausubel ada dua
jenis belajar antara lain belajar bermakna (meaningful learning) dan
belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu
proses belajar dengan menghubungkan informasi atau pemahaman
yang telah dimiliki oleh seseorang yang sedang belajar. Belajar
menghafal, Peserta didik berusaha menerima dan menguasai bahan
yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna.
Ausubel berpendapat bahwa siswa akan belajar dengan baik Jika
isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan
dengan baik dan tepat kepada siswa (Advanced Organizer), dengan
demikian akan mempengaruhi kemampuan belajar siswa. Advanced
Organizer merupakan konsep atau informasi umum yang memadai
seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Manfaat dari
konsep ini yaitu menyediakan suatu kerangka konseptual untuk
materi yang akan dipelajari, berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan
dipelajari, membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara
lebih mudah (Nurhadi, 2020).
c. Kurt Lewin
Kurt Lewin merupakan salah satu tokoh kognitivisme yang
mengembangkan teori belajar kognitif dengan pusat perhatian
kepribadian dan psikologi sosial. Menurut Lewin masing-masing
individu berada dalam medan kekuatan yang bersifat psikologis.
Medan dimana individu bereaksi disebut life space. Life space
mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi,
misalnya orang yang dijumpainya, objek material yang dihadapi,
dan fungsi kejiwaan yang dimiliki. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa belajar sebagai akibat dari perubahan dalam struktur
kognitif. Perubahan struktur tersebut merupakan hasil dari dua
macam kekuatan yang meliputi struktur medan kognisi dan
kebutuhan motivasi internal individu.
Pembelajaran yang dilakukan peserta didik tentunya memiliki
tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup peserta didik tersebut,
akan tetapi dalam mencapai tujuan tersebut tentunya akan muncul
hambatan. Ketika peserta didik mengalami hambatan dan dapat
mengatasi hambatan tersebut, maka peserta didik akan masuk ke
dalam medan magnet kognitif baru (Setiawan, 2017).
d. Jean Piaget
e. Robert M. Gagne
Beberapa hal yang dapat diterapkan dari teori Gesalt dalam proses
pembelajaran, yaitu:
Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa hanya
mampu sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mempunyai
kesadaran tentang hakikat kejadian tersebut. Dia Pun belum mengerti
bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus terjadi seperti itu. Inilah
yang terjadi pada tahap pertama proses belajar. Pada tahap kedua, siswa
tersebut lambat laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap
kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.
Inilah yang kurang lebih terjadi pada tahap pengamatan aktif dan
reflektif. Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat
abstraksi atau “teori” tentang sesuatu hal yang pernah dialaminya. Pada
tahap ini siswa diharapkan sudah mampu untuk membuat aturan-aturan
umum (generalisasi) dari berbagai contoh kejadian yang meskipun
tampak berbeda-beda, tetapi mempunyai landasan aturan yang sama.
Pada tahap akhir (eksperimentasi aktif), siswa sudah mampu
mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi yang baru. Dalam dunia
matematika, misalnya, siswa tidak hanya memahami “asal usul” sebuah
rumus, tetapi ia juga mampu memakai rumus tersebut untuk
memecahkan suatu masalah yang belum pernah ia temui sebelumnya.
2.2.3 Implikasi Teori Belajar Humanistik
a. Teori Abraham Maslow
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat
penting. Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya
memperhatikan teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk
memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan
rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan
mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut
Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak atas kejadian ini secara
langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya
kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan
mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan
makan pagi yang cukup, semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau ada
masalah pribadi / keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-
lain.
b. Teori Carl Rogers dan Arthur Combs
Contoh implikasi dari teori Carl Rogers dan Arthur pengaitan
materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna. Misalnya pemanfaatan reaksi
senyawa hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari yang membantu
kehidupan manusia, sehingga akan membangkitkan minat dan
keingintahuan peserta didik. Reaksi pada senyawa hidrokarbon dapat
membantu kehidupan kita terutama di bidang industri. Contohnya
Asetilena (C2H2). Asetilen adalah gas yang tidak berwarna dimana
dapat dibuat dari reaksi antara kalsium karbida dan air. Asetilena yang
dioksidasi dalam obor oksiasetilena menghasilkan nyala api yang
sangat panas (sekitar 3000° C) yang dapat dimanfaatkan untuk
mengelas logam.
c. Teori Kolb
4 tahapan pada pembelajaran Kolb dapat diaplikasikan pada
kegiatan praktikum. Contohnya kegiatan diskusi merancang suatu
percobaan reaksi senyawa hidrokarbon merupakan tahapan
penyusunan konsep abstrak (abstract conceptualization). Kegiatan
tersebut memberi kesempatan siswa untuk saling berkomunikasi
dengan teman. Siswa aktif berpendapat dan saling bertukar pikiran,
sehingga menumbuhkan sikap bekerjasama. Siswa juga dituntut
untuk dapat menentukan judul, rumusan masalah, hipotesis, tujuan,
alat dan bahan, serta cara kerja. Hal ini dapat melatih cara berpikir
ilmiah dan menumbuhkan sikap ilmiah siswa.
Kegiatan demonstrasi cara kerja praktikum pengamatan
merupakan tahapan active experimental. Kegiatan tersebut
memiliki 3 kelebihan, yaitu siswa dapat membandingkan antara
cara kerja praktikum yang telah dibuat pada rancangan percobaan
dengan kenyataan praktikum yang sebenarnya, siswa memiliki
pengalaman mempraktekkan secara langsung (tidak hanya secara
verbal), dan siswa mendapat gambaran tentang cara kerja
praktikum yang benar.
Kegiatan praktikum merupakan tahapan pengalaman nyata
(concrete experience). Pada kegiatan tersebut siswa dituntut
menemukan konsep reaksi pada senyawa hidrokarbon. Berbagai
kegiatan yang dilakukan tersebut memberikan pengalaman nyata
kepada siswa, membuat siswa aktif, dan membantu
mengembangkan keterampilan secara maksimal, sehingga mereka
menjadi termotivasi untuk belajar. Sanjaya (2011) bahwa
pengalaman nyata merupakan proses belajar yang sangat
bermanfaat karena diperoleh melalui hasil dari aktivitas sendiri dan
membuat kesalahan persepsi dapat dihindari.
Hasil pengamatan praktikum kemudian dipresentasikan oleh
perwakilan dari masing masing kelompok. Kegiatan ini merupakan
tahap observasi-refleksi (reflective observation). Presentasi hasil
pengamatan praktikum memberi kesempatan siswa untuk
mengkomunikasikan secara lisan tentang apa yang diperoleh.
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik
Berikut ini akan dijabarkan secara umum mengenai kelebihan dan
kekurangan dari teori belajar humanisme
1. Kelebihan
a. Mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis,
partisipatif-dialogis dan humanis
b. Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan
berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.
c. Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan
lebih-lebih adalah kemampuan hidup bersama (komunal-
bermasyarakat) di antara peserta didik yang tentunya mempunyai
pandangan yang berbeda beda.
2. Kekurangan
a. Siswa yang tidak menyadari dan memahami potensi dirinya akan
ketinggalan dalam proses belajar.
b. Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah
c. Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri
dalam proses belajar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Teori kognitif merupakan teori yang menekankan pada proses belajar
dibandingkan dengan hasil belajar. Beberapa tokoh dalam teori kognitif
antara lain Bruner, Piaget, Robert M. Gagne, Lewin, Ausubel, dan Gesalt.
2. Teori belajar humanistik adalah proses belajar harus dimulai dan ditujukan
untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Beberapa tokoh
dalam pengembangan teori ini adalah Abraham Maslow, Carl Rogers,
Arthur Combs, Arthur Combs, Kolb.
DAFTAR PUSTAKA
Ekawati & Nevi. (2019). Teori Belajar Berdasarkan Aliran Psikologi Humanistik
dan Implikasi pada Proses Belajar Pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan
dan Pengajaran, 2(2): 266-269.
Eveline Siregar & Hartini Nara. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Tim GTK DIKDAS. (2021). Modul Belajar Mandiri Calon Guru Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK): Pedagogi.
Zagoto, Maria M., Yarni, Nevi; Dakhi, O. (2019). Perbedaan Individu dari Gaya
Belajarnya Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal Review
Pendidikan dan Pengajaran, 2(2), 259- 265.
LAMPIRAN
Pertanyaan