FILSAFAT PENDIDIKAN
Tentang
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
UNIVERSITAS ADZKIA
PADANG
2023
BAB 1
PEMBAHASAN
Psikologi berasal dari dua kata bahasa yunani psyche yang berarti jiwa dan
logos yang berarti ilmu, secara harfiah psikologi dapat diartikan yaitu ilmu tentang
jiwa atau ilmu jiwa. Menurut Branca ( dalam khodijah, 2006:2 ) menyatakaan bahwa
psikologi sebagai ilmu tentang perilaku. Menurut Woodworth dan Marquis ( dalam
khodijah, 2006: 2) , menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang aktivitas
individu, baik aktivitas motorik, kognitif maupun emosinonal. Definisi ini, lebih
bersifat praktis karena langsung mengarah pada aktivitas kongkrit yang dilakukan
manusia sebagai manifestasi kondisi kejiwaannya.
Psikologi atau ilmu jiwa yang mempelajari jiwa manusia, jiwa itu sendiri
adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani yang dapat dipengaruhi oleh alam
sekitar, karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan
manusia yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri (Pidarta, 2007) Dari
pengertian diatas, dapat disimpulkan psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang
proses mental dan perilaku seseorang yang merupakan manifestasi atau penjelmaan
dari jiwa itu.
A. Psikologi Humanistik
Di zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, para ahli
berusaha untuk meningkatkan mengajar itu menjadi suatu ilmu atau science. Dengan
metode mengajar yang ilmiah, diharapkan proses belajar mengajar itu lebih terjamin
keberhasilannya. Inilah yang sedang diusahakan oleh teknologi pendidikan. Sebuah
obsesi bahwa pada suatu saat, mengajar atau mendidik itu menjadi suatu teknologi
yang dapat dikenal dan dikuasai langkah-langkahnya (Prawiradilaga, 2008).
Teknologi pendidikan memberikan pendekatan yang sistematis dan kritis tentang
proses belajar mengajar. Dalam pengembangan teknologi pendidikan diperlukan teori
psikologi ( psikologi pendidikan dan psikologi belajar). Karena subjek dari teknologi
pendidikan adalah manusia ( peserta didik ).
Berikut aplikasi teori psikologi pendidikan dan psikologi belajar dalam
teknologi pendidikan , yaitu :
B. Sikologi Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku
tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan
pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati
adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus)
dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori
ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.Behavioristik didasarkan
pada prinsip bahwa perilaku manusia yang diinginkan merupakan produk desain
bukannya kebetulan. Menurut kaum ini, suatu ilusi yang mengatakan bahwa manusia
memiliki suatu keinginan yang bebas. Sekalipun kita mungkin bertindak seakan-akan
kita bebas, perilaku kita mungkin bertindak seakan-akan kita bebas perilaku kita
benar-benar ditentukan oleh tekanan-tekanan lingkungan yang membentuk perilaku
kita.
Behaviorisme didasarkan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati.
Oleh karena itu aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran
bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam aliran
ini tingkah laku dalam belajar akan berubah kalau ada stimulus dan respon. Stimulus
dapat berupa prilaku yang diberikan pada siswa, sedangkan respons berupa perubahan
tingkah laku yang terjadi pada siswa. Jadi Berdasarkan Teori Behaviorisme
Pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan.
Menurut Baharudin & Wahyuni bahwa aliran Behavioristik memandang
belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon
prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak dipakai didunia
pendidikan ialah (Harley & Davies, 1978 dalam Toeti, 1997):
a) Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si belajar ikut berpartisipasi
secara aktif didalamnya
b) Materi pelajaran dibentuk dalam bentu unit-unit kecil dan diatur berdasarkan
urutan yang logis sehingga si belajar mudah mempelajarinya
c) Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si belajar
dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum
d) Setiap kali si belajar memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi
penguatan. Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik
daripada penguatan negative.
C. Sikologi Konstruktivistik
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan adalah berbentuk (konstruksi) kita sendiri(VonGlaserfeld).
Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan
yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan
seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan
untuk membentuk pengetahuan tersebut.
Berbeda dengan kedua teori yang ada diatas, teori ini memfokuskan pada
proses-proses pembelajaran bukannya pada perilaku belajar. Sejak pertengahan tahun
1980-an, para peneliti telah berusaha untuk mengidentifikasi bagaimana para siswa
mengkonstruksi /membentuk pemahaman mereka terhadap bahan yang mereka
pelajari. Menurut konstruktivisme melalui proses-proses kognitif.
Menurut teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh
pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Konsep pembelajaran menurut
teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa
untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, dan pengetahuan baru
berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola
sedemikian rupa sehinggah mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya
sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna.Jadi dalam pandangan konstruktivisme
sangat penting peranan siswa. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir maka
dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar.
Menurut teori ini juga perlu disadari bahwa siswa adalah subjek utama dalam
penemuan pengetahuan. Mereka menyusun dan membangun pengetahuan melalui
berbagai pengalaman yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan. Mereka harus
menjalani sendiri berbagai pengalaman yang pada akhirnya memberikan pemikiran
tentang pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah
siswa perlu menguasai bagaimana caranya belajar. Dengan itu ia bisa menjadi
pembelajar mandiri dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang ia
butuhkan dalam kehidupan.
Implikasi teori konstruktivisme pada pembelajaran diantaranya :
a) Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan
jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun
tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa
seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun
seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang
guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya.
Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para siswa akan
betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
b) Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi
yang dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh
guru. Para sisiwa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi
pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya.
c) Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang
digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang
dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
d) Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-
masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”,
menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada
siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan
mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
e) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik.
f) Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok
dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
g) Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang
membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diri
peserta didik.
1. Perubahan yang terjadi pada anak didik selama dalam proses pendidikan.
2. Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar.
3. Teori dan proses belajar.
4. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar.
5. Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas diri
individu.
6. Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterimanya.
7. Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para petugas
pendidikan.
8. Pengaruh interaksi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid.
9. Hambatan, kesulitan, ketegangan, dan sebagainya yang dialami oleh anak
didik selama proses pendidikan.
10.Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan individu yang lain dalam
batas kemampuan belajar.
DAFTAR PUSTAKA