Oleh
KELOMPOK 5:
Markuna (2021A1H090)
Kata pengantar
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Mataram, 17 September
2022
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Belajar adalah suatu proses perubahan pada diri individu yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya. Dalam
suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori dan belajar, secara umum teori
belajar dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: (1) Teori Belajar
Behavioristik, (2) Teori Belajar Kognitif, (3) Teori Belajar Sosial, dan (4) Teori Belajar
Humanistik. Dari keempat teori yang telah disebutkan di atas, di dalam makalah ini akan dibahas
salah satu dari teori-teori tersebut yaitu teori humanistik. Teori ini mempelajari perilaku belajar
peserta didik dan mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.
Dalam dunia pendidikan terdapat dua komponen pokok yang harus jelas tentang
keberadaanya, yaitu siswa dan guru. Suatu proses pembelajaran tidak akan berkembang jika
hanya ada guru saja tanpa adanya murid, dan begitupula jika kebradaan murid dalam proses
pembelajaran tanpa didampingi oleh gurunya maka tidak akan berkembang proses pendidikan
tersebut. Kemudian tingkat kepribadian siswa yang bermacam-macam, ada yang baik, kasar,
malas, pintar, manja, bodoh, nakal dan lain sebagainya merupakan isyarat bagi guru untuk dapat
mendekati siswanya. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana keadaan psikologi siswa
dalam proses pembelajaran harus dilakukan beberapa pendekatan. Sehingga setelah kita
mengetahui kondisi psikologi peserta didik, kita selaku calon guru dapat mempersiapkan dan
memilih metode yang tepat dalam menyampaikan suatu mata pelajaran ketika diberi kesempatan
untuk terlibat dalam proses belajar mengajar.
Dalam dunia pendidikan banyak dikenal beberapa teori pendidikan. Salah satunya yaitu
teori humanistik yang fokus pembahasanya menitikberatkan kepada perilaku seseorang manusia.
Pada hakikatnya teori ini berkembang dari aliran psikologi yang kemudian berpengaruh terhadap
arah pengembangan teori, praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
humanistik. Oleh karena itu prespektif disiplin ilmu yang digunakan penulis dalam menyusun
makalah ini ada dua macam, yaitu disiplin ilmu pendidikan dan psikologi.
Untuk membantu proses pendidikan dalam memahami psikologis dari guru dan peserta
didik, agar mudah melaksakan proses pembelajaran. Sehingga memudahkan guru dan peserta
didik dalam mengaplikasikan teori pembelajaran humasnitik yang sesuai dengan metode
pembelajarannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Teori humanisme merupakan salah satu teori yang terdapat dalam teori-teori pendidikan
dalam disiplin ilmu pendidikan. Teori humanistik merupakan konsep belajar yang lebih melihat
pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan
menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut.
Kemudian teori humanisme banyak mengadopsi prinsip-prinsip progresif dan mendapat stimulan
dari eksistensialisme, yang mencakup keberpusatan pada anak, peran guru yang tidak otoritatif,
pemfokusan pada subjek didik yang terlibat aktif, dan sisi-sisi pendidikan yang kooperatif dan
demokratis. Pada intinya fokus teori humanisme adalah perilaku seseorang. Selain itu teori
belajar humanistik sifatnya sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses
pembelajaran itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan dan bertujuan untuk memanusiakan
manusia itu sendiri serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dalam artian
memanusiakan manusia adalah perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan
memahami manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.
Secara luas definisi teori belajar humanisitk ialah sebagai aktivitas jasmani dan rohani
guna memaksimalkan proses perkembangan. Sedangkan secara sempit pembelajaran diartikan
sebagai upaya menguasai khazanah ilmu pengetahuan sebagai rangkaian pembentukan
kepribadian secara menyeluruh. Pertumbuhan yang bersifat jasmaniyah tidak memberikan
perkembangan tingkah laku. Perubahan atau perkembangan hanya disebabkan oleh proses
pembelajaran seperti perubahan habit atau kebiasaan, berbagai kemampuan dalam hal
pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
Penerapan teori humanistik pada kegiatan belajar hendaknya pendidik menuntun peserta
didik berpikir induktif, mengutamakan praktik serta menekankan pentingnya partisipasi peserta
didik dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat diaplikasikan dengan diskusi sehingga peserta
didik mampu mengungkapkan pemikiran mereka di hadapan audience. Pendidik mempersilakan
peserta didik menanyakan materi pelajaran yang kurang dimengerti. Proses belajar menurut
pandangan humanistic bersifat pengembangan kepribadian, kerohanian, perkembangan tingkah
laku serta mampu memahami fenomena di masyarakat. Tanda kesuksesan penerapan tersebut
yaitu peserta didik merasa nyaman dan bersemangat dalam proses pembelajaran serta adanya
perubahan positif cara berpikir, tingkah laku serta pengendalian diri.
Teori belajar humanistik memandang bahwa siswa dapat dikatakan telah berhasil dalam
belajar apabila ia telah mampu mengerti dan memahami lingkungan serta dirinya sendiri. Teori
belajar humanistik melihat proses dan perilaku belajar dari sudut pandang perilaku si pelajar,
bukan dari sudut pandang pengamatnya. Oleh sebab itu, tujuan utama proses pembelajaran dalam
pandangan teori belajar humanistik adalah bertujuan agar siswa dapat mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenali diri mereka sendiri sebagai manusia
yang unik dan membantu mewujudkan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri
mereka masing-masing.
Proses pengajaran humanistik, multiple intelegency peserta didik berbeda harus dipahami
oleh pendidik yang hebat. pengajaran humanistik, menitik beratkan kepada ide –ide siswa yang
dianggap sebagaiide yang unik menurut teori, praktik dan keadaan kehidupan mereka. Contoh
model-model pembelajaran humanistik ini adalah pembelajaran kooperatif , tandur dan CTL.
Pada Psikologi humanistik pendidik sebagai fasilitator. Pendidik merupakan pendidik yang
manusiawi yang paham terhadap gaya belajar dan sikap peserta didiknya. Pendidik mengarahkan
siswa untu mengembangkan dirinya sesuai dengan kemampuan-kemampuan intelegesi yang
dimiliki. Pendidik membimbing peserta didik tidak membebani peserta didik dalam proses
pembelajaran tetapi menanamkan nilai-nilai atau perilaku positif dan perilaku negatif.
Seperti yang telah dipaparka diatas bahwa teori humanisme dalam disiplin ilmu
pendidikan merupakan akar pengembangan dari ilmu psikologi. Oleh karena itu sejarah singkat
timbulnya teori humanisme akan dipaparkan dari awal kemunculanya dala ilmu psikologi.
Pada akhir tahun 1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru yang dipelopori oleh
beberapa orang yang mengembangkan ilmu psikologi, diantaranya yaitu ahli-ahli psikologi
klinik, pekerja-pekerja sosial dan konseler. Gerakan ini berkembang dan kemudian dikenal
sebagai psikologi humanistik. Psikologi ini berusaha untuk memahami prilaku seseorang dari
sudut si pelaku (behavior), bukan dari pengamat (observer).
Dalam dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun 1960 sampai dengan
1970-an dan kemudian perubahan-perubahan dan inivasi yang terjadi selama dua dekade yang
terakhir pada abad 20 ini pun juga akan menuju pada arah ini.
Berikut ini pemaparan tokoh-tokoh yang sangat berperan beserta teori-teorinya sebagai
kontribusi atas lahirnya teori humanisme.
Konsep dasar dalam pembelajaran yang diggunakan Arthur Combs adalah meaning
(makna atau arti). Konsep ini menganggap bahwa proses belajar pada siswa akan benar-benar
terjadi apabila sesuatu yang dipelajari memiliki arti bagi individu siswa yang bersangkutan. Oleh
karena itu, guru juga tidak bisa dan tidak akan bisa memaksakan pada siswa untuk belajar atau
mempelajari suatu materi yang tidak disukai dan mungkin tidak relevan dengan kehidupan siswa.
Dengan demikian,kebanyakan kasus dari siswa yang tidak mau dan dan tidak bisa menguasai
sebuah materi pelajaran atau bahkan siswa berperilaku buruk (seperti membolos atau tidak
mengikuti proses pembelajaran dengan sungguh-sungguh)bukan karea mereka bodoh,melainkan
tidak memiliki alasan yang kuat untuk mempelajarinya. Perilaku-perilaku buruk yang muncul
pada siswa selama proses pembelajaran lebih banyak disebabkan sisswa tidak memperoleh atau
merasakan kepuasan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Combs, Avila, dan Purkey, perilaku yang keliru atau tidak baik pada individu
siswa dalam proses terjadi karena tidak adanya kesediaan dari individu untuk melakukan apa
yang seharusnya dilakukan. Hal tersebut disebabkan adanya sesuatu yang lebih menarik dan
memuaskan siswa di luar kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Misalnya,guru yang mengeluh
karena siswanya yang tidak berminat untuk belajar. Hal ini sebenarnya disebabkan tidak
berminat melakukan apa yang dikehendaki oleh guru. Oleh sebab itu,guru harus mengadaakan
aktivitas pembelajaran lain dengan model dan metode yang lebih menarik bagi siswanya.
Dengan demikian, diharapkan siswa akan lebih berminat dan merasa perlu untuk mengikuti
proses pembelajaran. Konsep pembelajaran yang berarti menurut Gaine & Briggs ialah
bagaimana siswa mampu memperoleh arti atau mengambil manfaat bagi diri pribadi siswa dari
materi yang dipelajari tersebut dalam bentuk kemampuannya menghubungkan dengan kehidupan
nyata. Hal ini disebabkan arti atau kebermaknaan sebuah materi pelajaran tidaklah menyatu
dalam materi tersebut. Akan tetapi, individu siswa sendirilah yang memberikan arti pada sebuah
materi pelajaran tersebut. Oleh sebab itu,guru harus memahami perilaku siswa dengan cara
memahami dunia presepsi atau kondisi dan cara pandang siswa sehingga apabila ingin mengubah
perilaku siswa,harus diawali dengan mengubah keyakinan dan pandangan siswa tersebut.
Berdasarkan konsep dasar humanistik tentang pembelajaran yang berarti tersebut, dapat
dijelaskan bahwa semakin jauh sebuah materi pelajran atau pengetahuan dari persepsi diri atau
keberaartiannya bagi siswa, akan semakin berkurang pengaruhnya terhadap perilaku siswa dalam
bentuk keaktifan mengikuti proses pembelajaran maupun kesediaannya untuk mengikuti seluruh
proses pembelajaran. Dengan demikian, apabila materi pembelajaran atau pengetahuan yang
hanya mempunyai sedikit hubungan dengan diri sendiri, pengetahuan tersebut akan mudah
terlupakan dan hilang. Begitupun sebaliknya, apabila semakin dekat pengetahuan dengan
persepsi siswa maka akan semakin kuat tersimpan dalam memori artinya, semakin jauh hal-hal
yang dipelajari (dunia luar) oleh siswa,akan semakin kurang pengarunya terhadap individu
tersebut. Sebaliknya, semakin dekat hal-hal yang dipelajari tersebut dengan pusat lingkaran, akan
semakin besar pengaruhnya terhadap seseorang dalam perilaku. Oleh sebab itu,dalam proses
pembelajaran terutama pada proses pembelajaran terutama pada proses pendahuluan guru harus
menempuh hal-hal berikut.
2. Memberikan pemaparan tentang manfaat dari mempelajari materi pelajaran yang akan
disampaikan nanti.
3. Memunculkan rasa ingin tahu siswa dengan berbagai kegiatan terutama mengaitkannya
dengan kehidupan keseharian siswa.
4. Menciptakan lingkungan fisik pembelajaran yang positif dan menyenangkan mencakup tata
ruang dan kondisi lainnya.
6. Meredakan rasa gelisah, takut, dan sebagainya yang mungkin dimiliki siswa sebelum proses
pembelajaran dmulai.
7. Menghilangkan segala bentuk hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran
dan mengajak siswa untuk terlibat secara penuh sejak awal pembelajaran sampai akhir
pembelajaran.
b. Abraham H. Maslow
Maslow dibesarkan di pinggiran kota Brookly. Ia pernah menjadi Guru Besar psikologi di
Universitas Brandies dan pernah menjabat presiden American Psychological Association (APA).
Abraham Maslow meninggal secara mendadak akibat serangan jantung abad 8 Juni 1970.
Perkembangan teori Abraham Maslow didasari adanya asumsi bahwa di dalam diri
individu terdapat sebuah usaha positif individu untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan
atau menolak hambatan yang mungkin berkembang. Ia mengatakan bahwa setiap orang memiliki
perasaan takut untuk berusaha dan berkembang. Takut mengambil kesempatan, dan takut untuik
kehilangan apa yang telah dimiliki. Namun demikian, di lain pihak mereka juga memiliki
dorongan – dorongan untuk menerima diri sendiri, maju menuju ke arah berfungsinya semua
kemampuan dan rasa percaya diri serta diterima oleh dunia luar. Oleh sebab itu, pada dasarnya
Maslow berbicara tentang segenap potensi sebagai modal yang telah dimiliki dan kebutuhan
sebagai bentuk keinginan-keinginan yang mendorong individu melakukan berbagai aktivitas.
c. Carl Rogers
Rogers lahir pada 8 Januari 1902 di Cikago, AS. Latar belakang pendidikannya adalah
keagamaan yang kemudian tertarik dan mendalami bidang psikologi. Bidang psikologis klinis
merupakan bidang yang didalaminya di Colombia University dan memperoleh gelar Ph. D. pada
1931. Gelar profesor diterima dari Ohio State University tahun 1940. Sejak tahun 1942, mulai
mengembangkan mekonsep counseling dan psikoterapi dengan menekankan pengembangan
model client centered therapy atau terapi berpusat pada klien.
Menurut Rogers terdapat dua tipe belajar,yaitu kognitif (kebermaknaan) dan experiental
(pengalaman ataau signifikasi). Tipe belajar experiental learning lebih menekankan pada
pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa dalam belajar. Kualitas pembelajaran ini akan
terlihat dari keterlibatan siswa secara aktif, baik secara personal maupun kelompok, siswa yang
berinisiatif, evaluasi yang dilakukan oleh siswa itu sendiri,dan adanya efek yang membekas pada
diri siswa setelah proses pembelajaran. Menurut Rogers terdapat beberapa prinsip dalam poses
pembelajaran menurut pandangan teori belajar humanistik yang patut menjadi perhatian guru
dalam mellaksanakan proses pembelajaran. Prinsip -prinsip tersebut yaitu :
Pada dasarnya setiap individu siswa atau manusia mempunyai hasrat alami untuk belajar.
Konsep dorongan ingin tahu tersebut merupakan asumsi dasar pendidikan dan pembelajaran dari
sudut pandang humanistik. Dengan demikian, praktik kelas yang memperhatikan teori
humanistik dapat diwujudkan dalam bentuk siswa diberi kesempatan dan kebebasan memuaskan
dorongan ingin tahunya selama proses belajar, memenuhi minatnya untuk mempelajari dan
mengetahui sesuatu, dan membantu siswa menemukan apa yang berarti serta penting bagi
dirinya sekarang dan akan datang.
Prinsip belajar yang berarti menjelaskan bahwa siswa hanya akan belajar dengan cepat
dan berhasil apabila materi yang dipelajari mempunyai arti baginya. Hal ini akan sangat mungkin
terjadi apabila materi pelajaran yang dipelajari relevan atau sesuai dengan kebutuhan dan
maksud siswa. Misalnya, siswa akan cepat belajar menghitung uang,karena dengan uang tersebut
ia dapat membeli sendiri sesuatu atau mainan bahkan makanan yang diinginkannya.
Belajar tanpa ancaman adalah proses belajar akan menjadi lebih mudah dilakukan oleh
siswa dengan hasil yang memuaskan yang dapat disimpan dengan baik apabila dalam
pelaksanaan proses belajar dan pembelajaran berlangsung dalam lingkungan yang terbebas dari
ancaman-ancaman yang mengganggu bahkan membahayakan siswa. Oleh sebab itu,proses
belajar akan tetap berjalan lancar dan mencapai tujuan dengan baik manakala siswa memiliki
kesempatan untuk menguji kemampuannya selama proses belajar, mencoba pengalaman-
pengalaman baru dalam belajar, atau membuat kesalahan selama belajar tanpa mendapat
ancaman, kecaman, apalagi hukuman yang biasanya menyinggung perasaan siswa.
Belajar yang paling bermanfaat bagi siswa adalah belajar tentang proses belajar itu
sendiri. Misalnya, pengetahuan zaman dahulu berkembang lamban dan relatif statis, tetapi
sekarang perubahan pengetahuan berlangsung dengan cepat merupakan faktanya. Dengan kata
lain, ilmu pengetahuan terus maju dan berkembang secara pesat. Oleh karena itu, yang
dibutuhkan oleh siswa adalah individu-individu yang mampu belajar di lingkungan yang sedang
akan terus berubah, artinya belajar untuk mempersiapkan siswa hidup dan menghadapi masa
depan.
d. Kolb, dengan konsepnya tentang empat tahap belajar, yaitu pengalaman konkret, pengalaman
aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif.
e. Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4, yaitu aktifis, reflektor, teoris, dan
pragmatis.
f. Hubermas, membedakan 3 macam atau tipe belajar, yaitu belajar teknis, belajar praktis, dan
belajar emansipatoris.
g. Bloom dan Krathwohl, dengan 3 kawasan tujuan belajar, yaitu kognitif, psikomotor, dan
efektf.
h. Ausubel, walaupun termasuk juga kedalam aliran kognitifisme, ia terkenal dengan konsepnya
belajar bermakna (meaningful learning).
Perhatian Psikologi Humanistik yang utama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap
individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistik,
penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
Teori kepribadian humanistik direpresentasikan oleh teori kepribadian salah satu tokoh
pelopor teori humanisme yaitu Maslow. Ajaran-ajaran yang berkaitan dengan teori kepribadian
humanistik adalah:
Salah satu aspek yang fundamental dari psikologi humanistik adalah ajarannya bahwa
manusia atau individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi.
Maslow merasa bahwa para ahli psikologi di masa lalu maupun sekarang terlalu banyak
membuang waktu untuk menganalisa kejadian-kejadian (tingkah laku) secara terpisah dan
mengabaikan aspek-aspek dasar dari pribadi yang menyeluruh. Dalam perumpamaan umum,
pernyataan Maslow ini bisa dinyatakan melalui ungkapan bahwa para ahli psikologi itu hanya
mempelajari pohon-pohon, bukan hutan. Dalam teori maslow dengan prinsip holistiknya itu,
motivasi mempengaruhi individu secara keseluruhan, dan bukan secara sebagian.
Maslow dan para teoris kepribadian humanistik umumnya memandang manusia sebagai
makhluk yang berbeda dengan hewan apa pun. Ia menganggap bahwa behaviorisme dengan
filsafat yang menyertainya telah mendehumanisasikan manusia dengan memandangnya tak lebih
dari mesin pengolah reflek-reflek berkondisi dan tak berkondisi. Maslow menegaskan bahwa
peyelidikan dengan hewan tidak relevan bagi upaya memahami tingkah laku manusia karena hal
itu mengabaikan ciri-ciri yang khas manusia seperti adanya gagasan-gagasan, nilai-nilai, rasa
malu, cinta, semangat, humor, rasa seni, kecemburuan, dan sebagainya, dan dengan kesemua ciri
yang dimilikinya itu manusia bisa menciptakan pengetahuan, puisi, musik, dan pekerjaan-
pekerjaan khas manusia lainnya.
Psikologi humanistik memiliki anggapan, bahwa manusia itu pada dasarnya adalah baik,
atau tepatnya netral. Menurut persepektif humanistik, kekuatan jahat atau merusak yang ada pada
manusia itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.
Potensi kreatif manusia merupakan potensi yang umum pada manusia, jika setiap orang
memiliki kesempatan atau menghuni lingkungan yang menunjang, setiap orang dengan
kreatifitasnya itu akan mampu mengungkapkan segenap potensi yang dimilikinya. Maslow
mengingatkan bahwa, untuk menjadi kreatif seorang itu tidak perlu memiliki bakat atau
kemampuan khusus. Kreativitas itu tidak lain adalah kekuatan yang mengarahkan manusia
kepada pengekspresian dirinya.
Psikologi humanistik memandang self-fulfillment sebagai tema yang utama dalam hidup
manusia, suatu tema yang tidak akan ditemukan pada teori-teori lain yang berlandaskan studi
atas individu-individu yang mengalami gangguan.
Dari pemaparan di atas dapat diambil benang merah bahwa orientasi teori humanistik
adalah pengaktualisasian diri sesuai dengan peunjuk-petunjuk yang baik serta mampu
mengembangkan potensi secara utuh, sehingga dapat bermakna dan berfungsi bagi kehidupan
dirinya dan lingkungannya.
Menurut Suprayogi, teori belajar humanistik memiliki ciri- ciri sebagai berikut:
Banyak tokoh penganut aliran humanistik, salah satunya adalah Kolb yangterkenal
dengan “Belajar Empat Tahap”nya. Kolb seorang ahli penganut aliran humanistik membagi
tahap-tahap belajar menjadi empat, yaitu:
a. Kelebihan
1) Tumbuhnya kreatifitas peserta didik.
Dengan belajar aktif dan mengenali diri maka kreatifitas yang sesuai dengan
karakternya akan muncul dengan sendirinya. Dengan begitu akan muncul
keragaman karya. Jika berlanjut kepada nilai jual misalnya maka itu juga akan
menambah pemasukan atau paling tidak ada perasaan senang karena karyanya
dihargai.
2) Semakin canggihnya teknologi maka akan semakin maju perkembangan
belajarnya.
Canggihnya teknologi ternyata mampu membangun motivasi dalam
diri peserta didik untuk belajar. Hal inilah yang membuat pikirannya terasah
untuk menemukan pengetahuan baru.
3) Tugas guru berkurang.
Dengan peserta didik yang melinbatkan dirinya dalam proses belajar itu
jugaakan mengurangi tugas guru karena guru hanylah failisator peserta didik.
Gurutidak lagi memberikan ‘ceramah’ yang panjang, cukup dengan
memberikanpengarahan-pengarahan.
4) Mendekatkan satu dengan yang lainnya.
Bimbingan guru kepada peserta didik akan mempererat hubungan
antarkeduanya. Seringnya berkomunikasi akan menciptakan suasana yang
nyamankarena peserta didik tidak merasa takut atau tertekan. Begitupun antar
pesertadidik. Berdiskusi atau belajar kelompok akan membuat
persahabatan semakinerat, memahami satu sama lain, menghargai perbedaan dan
menumbuhkan rasatolong menolong
b. kekurangan
Jadi, implementasi adalah tindakan untuk menjalankan rencana yang telah dibuat.
Dengan kata lain, implementasi teori belajar humanistik berarti bagaimana penerapan teori
belajar ini dilapangan. Teori belajar humanistik sendiri mengacu pada tujuan ‘memanusiakan
manusia’ dengan kata lain bahwa teori ini ingin menonjolkan sisi kemanusiaan dari
manusia itu sendiri. Teori humanistik lebih mengedepankan proses belajar bukan pada hasil
belajar, tidak ada penekanan pada peserta didik dalam belajar yang dapat mematikan potensi,
minat dan bakat.
Berikut ini adalah penerapan guru sebagai fasilitator, yang mana dalam teori humanistik
memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Peka terhadap siswa yang kurang percaya diri dalam belajar sehingga guru akan memberikan
motivasi.
2. Menolong siswa untuk bisa mendapatkan kejelasan dalam tugas individu dan juga tugas grup
dalam pembelajaran.
4. Guru harus menjadi fasilitator dan mengarahkan dalam memperoleh referensi untuk belajar.
6. Guru juga harus mempunyai keterampilan komunikasi yang baik untuk bisa membaur sebagai
pembimbing dan sahabat untuk siswa.
7. Guru harus sudah tahu tentang jati diri dan mempunyai self control agar bisamemahami siswa.
Pada implementasinya teori ini memfokuskan pada proses dari pada hasil,
berikut merupakan implementasi dan proses dari teori belajar humanistik.
2. Mencari jalan agar siswa proaktif dalam proses pembelajaran menuntut siswauntuk bisa
berkomitmen dalam menegakan kejujuran dan kegembiraan.
4. Menumbuhkan perilaku berpikir kritis dan kreatif dan bisa memahami secara sadar dalam
pembelajaran.
Hal hal yang penting diperhatikan. Menurut Rogers terdapat beberapa prinsip dasar
dalam teori belajar humanistik dalam menyelenggarakan proses belajar yang harus diperhatikan.
2. Belajar akan menjadi signifikan bagi siswa bila materi pelajaran yang disampaikan
dirasakan oleh siswa memiliki relevansi dengan maksud, tujuan, dan pemikirannya.
3. Proses dan hasil belajar yang bermakna atau berarti bagi perkembanagan serta
pertumbuhan siswa akan diperoleh dengan cara metode pembelajaran proses, yaitu siswa
melakukannya atau belajar tentang proses.
4. Proses belajar akan semakin lancar apabila melibatkan siswa secara aktif dan
membiarkan siswa ikut bertanggung jawab dalam proses belajar.
5. Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi secara keseluruhan merupakan
cara belajar yang akan memberikan hasil mendalam dan lebih bermakna.
Menurut Asri Budiningsih, menurut konsep dasar teori belajar humanistik, agar
proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan bermakna bagi siswa,
diperlukan inisiatif dan keterlibatan siswa secara total dalam mengikuti proses
pembelajaran dari awal hingga akhir. Oleh sebab itu, terdapat beberapa prinsip yang
harus diperhatikan dalam merancang proses pembelajaran berdasarkan teori belajar
humanistik.
1. Guru harus menentukan tujuan-tujuan pmbelajaran yang ingin dan akan di capai dan
yang memungkinkan siswa dapat terlibat secara aktif dan mengalami sendiri dalam
proses pembelajarannya.
2. Guru menentukan ruang lingkup dan muatan materi yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran untuk disampaikan kepada siswa.
3. Guru mengidentifikasi tingkat kemampuan dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya terkait dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
5. Guru membimbing siswa dala mengambil makna dan memahami hakikat serta manfaat
dari materi pelajaran yang telah di pelajari dan membimbing siswa dalam
mengaplikasikan konsep-konsep baru hasil belajarnya ke dalam kehidupan nyata.
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut ini
adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas si fasilitator. Ini
merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa guidenes (petunjuk).
Menurut Combs dan kawan-kawan,ciri-ciri guru yang baik ialah sebagai berikut ini.
1. Guru yang mempunyai anggapan bahwa orang lain itu mempunyai kemampuan untuk
memecahkan masalah mereka sendiri dengan baik.
2. Guru yang melihat bahwa orang lain mempunyai sifat ramah, bersahabat, dan bersifat
ingin berkembang.
3. Guru yang cenderung melihat orang lainsebagai orang yang patut dihargai.
4. Guru yang menganggap orang lain itu pada dasarnya dipercaya dan dapat diandalkan
dalam pengertian dia akan berperilaku menurut aturan-aturan yang ada.
5. Guru yang melihat orang orang dan perilaku mereka pada dasarnya berkembang dari
dalam; jadi bukan merupakan produk yang dari peristiwa- peristiwa eksteral yang
dibentuk dan yang digerakkan. Dia melihat orang orang mempunyai kreatifitas dan
dinamika; jadi bukan orang yang pasif atau lamban.
6. Guru yang melihat orang lain itu dapat memenuhi dan meningkatkan dirinya, bukan
menghalangi, apalagi mengancam.
Mengajar yang baik bukan sekedar persoalan teknik teknik dan metodologi belajar saja.
Untuk menjaga disiplin kelas, guru sering bertindak otoriter, menjauhi siswa bersikap dingin itu
menyembunyikan rasa takut apabila siswa tersebut dianggap lemah.
Ada beberapa mitos pengajaran yang telah berlaku beberapa generasi berikut ini:
1. Guru harus bersikap tenang, tak berlebih-lebihan dan dingin dalam menghadapi setiap
sesuatu. Tidak boleh kehilangan akal, marah sekali ataupun menunjukkan kegembiraan
yang berlebih-lebihan. Guru harus netral harus segala masalah, dan tidak menunjukkan
pendapat pribadinya.
2. Guru harus dapat menyukai siswa-siswanya secara adil. Ia tidak boleh membenci dan
memarahi siswa- siswa nya.
a. Humoris
Humoris yang dimaksudkan di sini adalah sisi lain dari pengajar yang menjadi
point plus dirinya sebagai strategi yang sangat membantu untuk lebih mudah
mengajar. Pengajar harus memiliki kharisma disegani oleh para peserta didiknya terlebih
dahulu. Bersifat humoris harus diimbangi dengan sikap pengajar yang tegas, tahu
batas-batas humornya dan bisa menguasai kelas. Jika tanpa hal tersebut,
seorang pengajar mungkin tidak bisa menguasai kelas dan para peserta didik malah
menjadi kurang sopan kepada guru. Humor-humor segar yang terlontar secara
spontan dan disukai peserta didik dapat membuat para peserta didik gampang memahami
pelajaran. Hubungan guru dan murid menjadi lebih baik, sehingga peserta didik berani
berkomunikasi kepada pengajar atas kesulitan yang dialaminya.
b. Bersifat adil
Seorang pengajar harus bersifat adil kepada tiap peserta didik. Setiap peserta didik
memiliki kepribadian, psikologis, dan kemampuan yang berbeda-beda. Maka
dari itu guru harus mampu mengenal potensi murid-murid akan pengalaman,
pengakuan, dan dorongan. Guru harus mengerti apa yang dibutuhkan murid dan apa yang
harus dihindari saat pembelajaran, terlebih tentang konflik yang sedang dihadapi oleh
murid. Disinilah kebijaksanaan guru dibutuhkan untuk memecahkan konflik yang sedang
terjadi pada murid. Dengan menjadi guru yang adil dan bijaksana maka akan
memudahkan proses pembelajaran. Guru jadi bisa memahami dan menyeimbangi
kebutuhan peserta didik.
c. Menarik
Sebagai seorang pengajar, guru harus pandai mengelola kelas. Guru harus
bisamengemas suatu pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan bagi peserta
didik. Penyampaian pembelajaran dengan metode pembelajaran yang variatif
menjadi salah satu cara mengatasi kebosanan siswa dalam belajar. Selain itu,
dengan berbagai metode-metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif
membuat para murid tidak jenuh terhadap materi dan menjadi lebih berkembang. Dengan
suasana tersebut, diharapkan dapat mengubah suasana kebosanan dalambelajar menjadi
senang, lebih bergairah, dan termotivasi.
d. Demokratis
Demokratis disini maksudnya adalah memberikan kebebasan berpendapat kepada
peserta didik. Dengan begitu, peserta didik akan lebih mampu mengembangkan
pola pikir sendiri ketimbang hanya mengikuti suruhan guru. Hal itu menunjukkan
tercapainya pembelajaran dengan teori humanistik yang bertujuan untuk memanusiakan
manusia.
e. Mampu berhubungan dengan mudah dan wajar terhadap murid
Sebagai seorang pengajar memang diharuskan agar bisa menjalin hubungan yang
baik kepada peserta didik. Hal ini bertujuan agar adanya komunikasi yangbaik antara
kedua pihak. Dengan adanya komunikasi tersebut, peserta didik bisa menyalurkan
pendapatnya atau menanyakan suatu hal yang belum dipahami terkait
pembelajaran kepada pengajar. Jika para peserta didik merasa takut dengan sang
pengajar, maka pembelajaran akan terkesan rata tidak ada murid yang
bertanya maupun berinteraksi dengan guru. Hal seperti itu akan menjadikan kelas tidak
berkembang dan tidak adanya perubahan pola pikir peserta didik. Pada
akhirnya tidak tercapainya hasil teori pembelajaran humanistik. Dengan kelima hal
tersebut, ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan. Jadi
peserta didik menjadi lebih termotivasi untuk belajar dengan hasil peserta didik dapat
mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara
optimal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Humanistik merupakan salah satu metode ilmu psikologi yang mempelajari tentang
manusia dalam cangkupan kehidupan sehari-hari (pendidikan) dalam proses belajar dan
mengajar. Sehingga terciptanya pembelajaran yang efektif. Cara pengaplikasiannya melalui
kehidupan sehari-hari dengan sering berinteraksi antara peserta didik dengan pengajar. Sehingga
tidak ada kesalah pahaman antara peserta didik dan pengajar.
Pengertian belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu. Sementara humanistik berarti memanusiakan manusia. Teori belajar
humanistik memiliki karakteristik yaitu mementingkan:
2) kebulatan pribadi,
Jurnal Sikola: Jurnal kajian pendidikan dan pembelajaran 2(3) 220-234, 2021
At- Tarbawi: jurnal, pendidikan sosial dan budaya kebudayaan. Vol.8, No.1, 2021. Aulia Diana
Devi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta