Anda di halaman 1dari 9

MODEL KONSEP KURIKULUM HUMANISTIK DAN PEMBELAJARAN DI PENDAS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Pengembangan Kurikulum SD

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Agung Nugraha Purnama


Syahid
Yuan Oemar Surindani

MATA KULIAH TEORI PENGEMBANGAN KURIKULUM SD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya berkat rahmat-Nya lah kami bisa
menyelesaikan makalah “Model Konsep Kurikulum Humanistik Dan Pembelajaran Di Pendas”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Pengembangan Kurikulum Di SD.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami terima dengan tangan
terbuka demi makalah yang lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan dapat bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan juga peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bandung, 9 Maret 2024


BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan pendidikan saat ini begitu pesat seiring dengan berkembangnya zaman.
Pendidikan menjadi prioritas utama bagi suatu negara. Negara akan terus maju apabila
pemerintah mengutamakan kualitas dari sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia di
Indonesia masih tertinggal jauh dari beberapa negara maju. Untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dapat dilakukan dengan mengenyam bangku pendidikan (Rahmawati &
Supriyanto, 2020). Salah satu cara yang dilakukan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di
Indonesia dalam peningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mutu pendidikan Indonesia
saat ini yaitu dengan mengeluarkan kebijakan baru yang dikenal dengan program “Merdeka
Belajar” (Deak et al., 2022; Sitopu, 2022). Dasar terciptanya kebijakan guna memperbaiki
kualitas pendidikan di Indonesia yang masih terbilang rendah. Apabila mutu pendidikan ini tidak
ditingkatkan maka sudah dipastikan negara Indonesia akan tertinggal terus dengan negara
lainnya. Kebijakan ini memberikan kebebasan kepada semua manusia terkhusus peserta didik,
guru, dan pihak lembaga pendidikan dalam memilih sesuatu sesuai dengan kebutuhan mereka
serta memberikan suasana yang menyenangkan dan membahagiakan.

Pendidikan humanistik difokuskan pada pertumbuhan manusia yang responsif terhadap


tuntutan publik untuk bisa berprestasi. Bagian terpenting dari kesatuan pendidikan adalah
integrasi antara domain afektif (emosi, sikap, nilai) dan domain kognitif (pengetahuan intelektual
dan kemampuan pikir) (Setiyadi, 2016). Kurikulum pendidikan memiliki tujuan dalam
memberikan alur proses dalam menata kehidupan peserta didik, dan juga bertanggung jawab
terhadap pilihan hidupnya, sehingga peserta didik memiliki pola pikir bahwa hidup yang dimiliki
dapat dikembangkan sesuai keinginannya. Setiyadi (2016) memaparkan bahwa suatu kurikulum
memiliki beberapa unsur-unsur, yaitu: (1) partisipasi; (2) integrasi; (3) relevansi; (4) diri; dan (5)
tujuan. Aspek yang dikembangkan dalam kurikulum tidak hanya berfokus terhadap ranah
kognitif, namun juga aspek kesadaran intuitif yang dapat dibangung melalui bimbingan atau juga
mediitasi antara peserta didik dan pendidik. Kesadaran diri diyakini bisa didapatkan melalui
pemahaman perasaan dirinya sendiri. Mengkaji pikiran sendiri seperti makna seseorang –
kalimat, dialog, fantasi – merupakan alat untuk mendapatkan kesadaran diri. Juga mempelajari
aksi dan gerakan personal serta ekspresi fisik.
Sebagaimana yang dituliskan oleh (Fadilah, L., 2021) bahwa “Kurikulum Humanistik
adalah pembelajaran yang melaui proses yang diberikan pengajar dengan dasar berpusat pada
murid (student – centered) dan mengoptimalkan sisi lain yang penting yaitu pengembangan
aspek sikap (afektif) dan aspek pengetauhan (Kognitif) . kemudian hal yang senada juga
disampikan oleh (Daud, 2020) “Aspek afektif pada diri peserta didik adalah bagian yang sangat
penting dimiliki ketika dalam proses pembelajaran yang dilakukan ,sebab perbaikan mental
dalam pendekatan ini merupakan hal yang sangat penting dan bagian dari sentral kurikulum,
begitupula pendapat dari (Hilmi, 2010) dalam jurnal penelitianya mengemukkan”pendekatan
humanistic memusatkan pada proses pembelajaran dari pada hasil pembelajaran,sehingga
kurikulum bukan membuat kreteria – kreteria yang lain dalam menentukan keberhasilan pada
diri siswa . justru berbeda dari kurikulum subjek akademis karena kurikulum subjektif tolak
ukurnya menggunakan kreteria –kretreia tertentu dalam pecampaian peserta didik dalam
keberhasilnya”.

Pendidikan Humanistik menggunakan proses belajar untuk meningkatkan kesadaran diri,


agar peserta didik dapat mencari serta menemukan pola kualitas dirinya. Kualitas diri dapat
dilihat melalui respon peserta didik dalam serangkaian aktivitas. Kualitas diri memiliki hubungan
dengan potensi, sehingga peserta didik dapat dibimbing untuk menerima keunikan dari potensi
agar mampu mengubah aspek yang dianggap belum optimal pada dirinya. Pendidikan humanistik
diimplementasikan melalui kegiatan belajar yang memperbanyak aktivitas seperti bermain, hal
ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan personal dan berfungsi guna mengkaji kemampuan
peserta didik dalam mencapai setiap tahapan proses belajar. Tahapan ini berkaitan dengan cara
peserta didik mendapat pengetahuan dalam mata pelajaran, pelatihan atau keterampilan dasar
lainnya.

Teori humanistik mendasari konsep merdeka belajar. Program-program yang ada di


merdeka belajar bertujuan untuk memanusiakan mereka yang menekankan kebebasan eksplorasi
diri. Teori humanistik mendorong pembelajaran individual di mana siswa bebas mempelajari
mata pelajaran dengan cara mereka sendiri untuk mencapai tujuan mereka. Teori humanistik
berfokus pada perbedaan individu pad kegiatan pembelajaran. Pertumbuhan pribadi seseorang
dan pengembangan pribadi menjadi perhatian dari teori ini (Aradea, 2019).
Pendidik dan peserta didik bebas memilih metode pembelajaran, metode, tujuan, materi,
dan metode penilaian sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan dalam kurikulum. Pendidik
dapat bekerja dengan siswa untuk menentukan belajar. Guru memahami bahwa setiap siswa
berbeda. Hal ini sesuai dengan gagasan teori humanistik yang memberikan kebebasan dalam
proses pembelajaran.

Rumusan Masalah

Tujuan

Manfaat
BAB II

PEMBAHASAN

Macam-macam Aliran dalam Model Konsep Kurikulum Humanistik

Ada 3 aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistik yaitu:

1. Konfluen, menekankan keutuhan pribadi. Yaitu individu merespon secara utuh (pikiran,
perasaan, dan tindakan) terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan. Kurikulum
Konfluen ini ingin menyatukan segi-segi afektif (sikap, perasaan, nilai) dengan segi- segi
kognitif (kemampuan intelektual).

Kurikulum ini mempunyai beberapa ciri utama yaitu:

a. Partisipasi.

b. Integrasi.

c. Relevansi.

d. Pribadi anak

e. Tujuan.

Kurikulum konfluen menyatukan pengetahuan objektif dan subjektif, berhubungan dengan


kehidupan siswa dan bermanfaat baik bagi individu maupun masyarakat. Hal itu sesuai dengan
konsep Gesalt bahwa sesuatu itu dikatakan berarti (penting-red) apabila bermanfaat bagi
keseluruhan. Pendidikan konfluen sangat mengutamakan kesatuan dan keseluruhan. Para
pengembang kurikulum konfluen telah menyusun kurikulum untuk berbagai bidang pengajaran
yang mencakup tujuan, topik-topik yang akan dipelajari, alat-alat pelajaran, dan buku teks.
Pengajaran konfluen juga telah tersusun dalam bentuk rencana-rencana pelajaran, unit-unit
pelajaran yang telah diujicobakan. Kebanyakan bahan tersebut diajarakan dengan teknik afektif.
Berbeda dengan pengembangan kurikulum yang lain, para penyusun kurikulum konfluen tidak
menuntut para guru melaksanakn pengajaran seperti yang mereka kerjakan. Dalam memilih
kegiatan belajar (metode belajar konfluen) ada 2 cara yang dapat ditempuh;
1) mengindentifikasi tema-tema atau topik-topik yang mengandung self judgment.

2) materi disajikan dalam bentuk yang belum selesai (open ended), tema atau issue-issue
diharapkan muncul secara spontan dari prosedur serta perlengkapan pengajaran yang ada.

2. Kritikisme Radikal, ini bersumber dari aliran Naturalisme/ Romantisme Rousseau.


Pendidikan dipandang sebagai upaya untuk menemukan dan mengembangkan potensi yang
dimiliki siswa secara optimal. Jadi, dalam pendidikan tidak ada pemaksaan, yang ada hanya
dorongan dan rangsangan untuk berkembang.

3. Mistikisme Modern, menekankan latihan dan pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan


budi pekerti melalui sensitivity traning , yoga, dan sebagainya. Meskipun para ahli psikologi
humanistik bercirikan pada ranah-ranah afektif`dan kognitif, namun banyak dari mereka yang
tertarik pada penilaian ranah-ranah tertinggi dari counciusness. Pokok utama dari teknik ini
yaitu, untuk memusatkan perhatian dan menumbuhkan mind set seorang siswa. Karena teknik ini
menekankan bahwa emosi dapat mengubah aktifitas intelektual sebaigaimana kesehatan mental
dan fisiknya.

Fungsi Kurikulum Humanistik

Kurikulum humanistik dapat membantu mereka memperlancar proses aktualisasi diri sendiri. Ini
dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan pengajaran model humanistik, yaitu para siswa dapat
menyatakan diri, berekspresi, bereksperimen, berbuat, memperoleh umpan balik dan menemukan
dirinya. Menurut Abraham Maslow (1968, hlm. 685-686) kita dapat belajar lebih banyak tentang
diri kita melalui pengujian respons-respons menuju puncak pengalaman (peak experiences).

Tujuan Kurikulum Humanistik

Menurut Philip H. Phenix (1971, hlm. 271-283) kurikulum harus dapat mengembangkan
kesadaran dan mendorong kreativitas murid-murid. Bagi Phenix kesadaran merupakan kunci
perkembangan diri dalam membina hubungan dan penyesuaian diri dengan orang lain,
kelompok, budaya, dan lain-lain. Mengacu dari tujuan kurikulum di atas, maka kurikulum
humanistik bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia
yang lebih terbuka dan lebih mandiri.

Karakteristik Kurikulum Humanistik

Kurikulum yang berfungsi menyediakan pengalaman berharga untuk membantu memperlancar


perkembangan pribadi murid, tentunya mempunyai ciri-ciri tertentu. Dalam hal ini, kurikulum
humanistik mempunyai beberapa karakteristik berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi, dan
evaluasi yaitu; 1. Menurut hubungan emosional yang baik antara guru dan murid. Selain harus
mampu menciptakan hubungan yang hangat dengan murid, guru juga mampu memberi sumber.
2. Menekankan integrasi, yaitu kesatuan prilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga
emosional dan tindakan. 3. Evaluasi yang lebih mengutamakan proses daripada hasil (sekuens).
4. Menekankan keseluruhan, yaitu memberikan pengalaman yang menyeluruh bukan yang
terpenggal-penggal.

SIMPULAN

Pengajaran humanistik memfokuskan proses aktualisasi diri (self actualization). Dalam proses
tersebut tidak terlepas dari pengaruh lingkungan sekitar. Oleh karena itu model ini membutuhkan
bantuan. Dalam hal ini dapat dikaitkan dengan bantuan suatu lembaga pendidikan, dan juga
profesionalisme tenaga pendidik untuk dapat merealisasikannya
DAFTAR PUSTAKA

Wiryanto, W., & Anggraini, G. O. (2022). Analisis pendidikan humanistik Ki Hajar Dewantara
dalam konsep kurikulum merdeka belajar. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, 15(1),
33-45.

Rohim, M., Sudadi, S., & Muadin, A. (2023). PENGEMBANGAN KURIKULUM


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI MODEL PENDEKATAN
HUMANISTIK, SUBJEK AKADEMIK DAN REKONSTRUKSI SOSIAL. Pendas
Mahakam: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 8(2), 202-208.

Aisyah, H., & Muhimmah, H. A. (2023). Konsep Merdeka Belajar Dalam Prespektif Teori
Belajar Humanistik. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 8(1), 4895-4901.

Maslamah, M. (2016). Nilai-nilai karakter dalam kurikulum humanistik di FITK IAIN


Surakarta. At-Tarbawi: Jurnal Kajian Kependidikan Islam, 1(2), 157-176.

Taufik, N. (2023). Inovasi Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dalam Perspektif Kurikulum


Humanistik. Atthiflah: Journal of Early Childhood Islamic Education, 10(2), 230-
238.

Anda mungkin juga menyukai