Anda di halaman 1dari 5

Kurikulum Merdeka ; Solusi peningkatan kreativitas

Oleh: Matruki Triono Putra

Instansi: Universitas Islam Malang

Seorang insan (manusia) yang di utus oleh Allah SWT sebagai khalifah dunia,
pemimpin dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah

“ Allah tidak mengutusku sebagai orang yangb kaku dan keras akan tetapi
mengutusku sebagai seorang pendidik dan mempermudah” (HR.Muslim). Secara
tidak langsung, dalam sabda Rasulullah telah dijelaskan bahwa keutamaan manusia di
dunia ialah yang dapat membimbing, mendidik dan mengamalkan ilmunya kepada
orang lain. Sejakn kecil manusia didampingi oleh seorang guru. Guru terdekat dalam
membentuk karakter serta membina hidup. Hingga anak dapat berproses dengan
sendirinya, tidak pernah luput dari bimbingannya.

Pendidikan dapat terbentuk dengan adanya seorang pendidik dan peserta didik
yang memiliki tujuan sama dan terjadi sebuah upaya perubahan sikap serta
bertambanya pengetahuan. Hal ini sesuai dengan definisi pendidikan itu sendiri
sebagaimana tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan
secara terminologi, pendidikan menurut para tokoh “pendidikan adalah fasilitator dan
dinamisator kehidupan bagi tiap-tiap pribadi, baik sebagaimakhluk individual,
makhluk sosial maupun ethis dalam keluarga, sekolah dan lingkungan/Masyarakat”.
Pendidkan bukan hanya sekedar proses mengajar dan belajar, akan tetapi harus
memiliki sebuah tujuan yang mendasar. Tempat terjadinya pendidikan sendiri, bukan
hanya tercakup pada tempat maupun waktu tertentu seperti sekolah dan universitas.
Tetapi proses pendidikan dapat terjadi kapanpun dan dimanapun.
Pendidikan sangatlah penting dalam kehidupan bernegara. Setiap warga
negara Indonesia mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan (pasal 31 tentang
Pendidikan dan Kebudayaan). Dalam pasal tersebut, warga negara Indonesia
memiliki hak dalam menerima pendidikan yang layak. Namun nyatanya, dewasa ini
pendidikan di Indonesia masih berbanding lurus dengan kemampuan ekonomi.
Seseorang yang terlahir dalam keluarga yang mempunyai ekonomi mengah kebawah
sangat sulit dalam menimba ilmu di sekola-sekolah formal. Padahal telah tercantum
dalam pasal 32 tentang Kebudayaan dan pendidikan bahwa setiap warga Negara
wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membianyainya. Oleh
karena itu, pemerintah telah mengadakan uapaya-upaya dalam menyelesaikan
masalah perataan pendidikan, seperti diadakannya kebijakan Kartu Indonesia Pintar
(KIP), Perogram Keluarga Harapan (PKH) dan lain-lain. Meskipun dalam
pelaksaannya masih banyak kesalahan dalam sistem pendataan serta kejujuran
penyebaran.

Terjalannya sistem pendidikan sangat tergantung kepada kualitas seorang


pengajar. Pengajar yang baik mampu menjelaskan material, mengenali peserta didik
dan tidak membanding-bandingkan peserta didik. Seorang pengajar tidak dapat
mementingkan dirinya sendiri untuk mencapai tujuan tertentu. Pengajar harus mampu
memposisikan dirinya dengan para pelajar. Tentu saja pendidikan sebagai ilmu
memiliki sekurang-kurangnya tiga syarat yaitu memiliki obyek material, memiliki
sistematika dan memiliki metode. Seorang pengajar harus mampu menguasai tiga hal
tersebut. Pendidikan tanpa material seperti buku, sistematika kegitan yang akan
dilaksanakan serta metode pengajaran tidak dapat berjalan dengan lancar. Pengajar
dituntut untuk dapat kereatif dalam merangkai metode pembelajaran. Pembelajaran
yang monoton akan membuat peserta didik cepat bosan. Oleh karena itu metode saat
pembelajaran mempengaruhi sejauh mana tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Kreativitas memainkann peran penting dalam perkembangan peserta didik


Ketika mereka diminta untuk merancang tugas atau proyek konkret. Menurut
Falconer, Cropley, dan Dollard (2018), kreativitas adalah jantung pembelajaran yang
mencakup pembuatan ide, pembuatan asumsi, keterampilan memecahkan masalah,
dan sefikasi diri. Pang (2016) juga menunjukkan bahwa menghasilkan kreativitas
tidak mudah terutama dalam memecahkan masalah. Hal ini karena beberapa peserta
didik mungkin tidak terbiasa berfikir kreatif. Oleh karena itu, sangat penting untuk
menumbuhkan kreativitas mulai dari usia dini. Akan tetapi dalam kasus pendidikan
dasar, peserta didik membutuhkan seseorang yang dapat memberikan umpan balik
yang berguna untuk menghasilkan kreativitas mereka. Oleh karena itu, guru diminta
berfikir dengan akal untuk menumbuhkan kreativitas peserta didik, seperti
keterampilan menyelesaikan masalah, ide-ide baru. Selain itu, menghasilkan
kreativitas bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pemikiran kreatif dan
Tindakan pada peserta didik (Beghetto, 2017). Ketika guru dapat berpikir kreatif,
lama kelamaan peserta didik akan membiasakan siri untuk melatih ketermpilan
tersebut (Beghetto,2017; Falconer et al., 2018;ketler, Domba, Willerson, &
Mullet,2018;Pang,2016).

Menurut Yasmin, Sohail, Sarkar, dan Hafeez (2017), menghasilkan kreativitas


dapat dapat dikembangkan seiring dengan transformasi konsep kreativitas, dan
diregenerasi untuk tumbuh seiring dengan perkembangan zaman. Tujuan utama
menghasilkan kreativitas adalah untuk memungkinkan peserta didik memenuhi
tentang hidup mereka dan terus belajar (Tan, Lee, Ponnusamy, Koh, & Tan, 2016).
Selain itu, Brookhart dan Mcmillan (2019) menunjukkan bahwa brainstorming dapat
menjadi kgiatan kreatif bagi guru dan peserta didik. Brainstorming ialah tehnik yang
digunakan untuk mengumpulkan gagasan. Artinya dalam proses memunculkan
sebuah gagasan tidak hanya dilakukan secara spontan. Akan tetapi, terdapat beberapa
Langkah-langkah dalam proses pengumpulan sebuah gagasan.

Sebuah sistem pendidikan diatur oleh kurikulum yang berlaku pada negara
tersebut. Secara etimologi, kurikulum berasal dari Bahasa latin “curir” yang artinya
pelari, dan “curere” yang artinya tempat berlari. Kata pelari dapat diartikan sebagai
pendidik dan peserta didik, sedangkan tempat berlari bisa kita artikan sebagai
sekolah/tempat belajar. Jadi kurikulum mengikat tempat berlangsunya pembelajaran
serta perangkat-perangkat yang berada dalam tempat tersebut. kurikulum
menentukan berjalannya proses pendidikan berlangsung. Aturan-aturan yang berlaku
dalam setiap kurikulum dapat berbeda ataupun perkembangan dari kurikulum
sebelumnya.

Dewasa ini negara Indonesia menerapkan kurikulum Merdeka Dimana


kurikulum tersebut menerapkan kebebasan peserta didik untuk berkreativitas sejauh
minat mereka. Sedangkan menurut para ahli, kurikulum Merdeka ialah kurikulum
dengan pembelajaraan intrakurikuler yang beragam dimana konten akan lebih optimal
agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan
kompetensi. Kurikulum Merdeka merupakan penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya. Pada penerapannya, kurikulum Merdeka lebih sering di kenal dengan
sebutan Merdeka belajar. Pada kurikulum ini, peserta didik lebih ditekankan
bagaimana mereka dapat megembangkan kommpetensi sesuai dengan minatnya.
Dalam pengertian kurikulum Merdeka, telah disebutkan bahwa konten akan lebih
optimal untuk peserta didik dalam memahami pembelajaran. Sistem kurikulum ini
juga didukung dengan teknologi yang memadai seperti perkembangan komunikasi
digital.

Perkembangan pesat teknologi informasi memiliki tantangan dan keuntugan


terhadap dunia pendidikan. Pada umumnya, komunikasi digital yang sering
digunakan ialah hanphone, laptop dan computer. Pada sistem komunikasi tersebut,
didalamnya terdapat aplikasi ataupun website yang dapat digunakan sebagai sarana
agar peserta didik dapat mengakses konten kreative baik dari pihak pengajar di
Lembaga sekolahnya maupun pengajar lain dari Lembaga lain. Sebagai seorang
pengajar ditengah pesatnya perkembangan teknologi menuntut pengajar untuk selalu
kreative dalam memenuhi konten-konten positif sebagai sarana pembelajaran peserta
didik. Konten-konten yang disediakan harus sesuai dengan kemampuan peserta
didiknya. Apabila konten yang disediakn tidak sesuai dengan kemampuan dari peserta
didik, justru akan membuat bingung dalam pemahaman materi.
Pembelajaran dalam kurikulum Merdeka tidak hanya terpacu pada konten-
konten digital. Terdapat juga sitem pembelajaran yang menarik seperti model
pembelajaran Projeck Based Learning, Problem Based Learning, Inquiry Based
Learning, Discovery Based Learnig, Cooperative Learning dan Cooperative
Learning. Model pembelajaran tersebut dapat digunakan sebagai wacan pembelajaran
yang akan disampaikan. Sejauh mana pendidik dapat berkreativitas sangat ditekankan
dalam kelancaran model-model tersebut. Namun dengan adanya kurikulum Merdeka
tersebut sangat membantu dalam membangun kreativitas pendidik dan peserta didik.
Karena pada ranah kuliah saja, mahasiswa yang mengambil jurusan keguruan telah
dibekali dengan model-model pembelajaran menarik sehingga peserta didik dapat
dengan senang hati mengikuti sistem pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai