Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MEMAHAMI HAKIKAT PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Dasar Kependidikan

Dosen pengampu : Nugrahani Astuti, S.Pd. M.Pd

Kelas H Kelompok 3 :

Rizqina Kautsarina (NIM: 23050394280)

Chinta Putri khairyani (NIM: 23050394294)

Silva Fitriani (NIM: 23050394286)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS TEKNIK

S1 PENDIDIKAN TATABOGA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Adapun tema dari makalah ini adalah “Hakikat Pendidikan ”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Dasar
Kependidikan yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari kata sempurna dan ini merupakan Langkah awal yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Surabaya, 17 September 2023

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hakikat pendidikan adalah proses pembelajaran sebagai upaya untuk
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik dengan interaksi yang
menghasilkan pengalaman belajar. Di Indonesia menginginkan pendidikan yang
lebih baik, hal inilah yang melatar belakangi terjadinya pergantian kurikulum
secara terus-menerus. Pergantian kurikulum merupakan salah satu usaha yang
dilakukan negara dalam mencetak lulusan yang berkualitas dalam negara
kekuasaannya maupun internasional agar sesuai dengan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003.

1.2. Rumusan Masalah


1. Rumusan Masalah
2. Menjelaskan Pengertian Pendidikan
3. Proses Pendidikan
4. Fungsi Pendidikan

1.3. Tujuan Masalah


1. Tujuan Masalah
2. Mengetahui lebih rinci mengenai pengertian hakikat pendidikan
3. Mengetahui proses-proses pendidikan
4. Mengetahui pentingnya fungsi pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

1. Hakikat Pendidikan
1. Pengertian hakikat pendidikan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar “didik”
(mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20
tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Hamzah B Uno (2010:3) Hakikat pendidikan adalah suatu proses


menumbuh kembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat,
membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global.
Redja Mudyaharjo, dalam bukunya Pengantar Pendidikan ”Sebuah Studi Awal
Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia”
menyatakan tentang asumsi pokok pendidikan yaitu :
1. Pendidikan adalah actual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-
kondisi actual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya.
2. Pendidikan adalah formatif, artinya pendidikan tertuju pada
mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik.
3. Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya berupa
erangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi actual dari
individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yangdiharapkan.
Pembahasan tentang hakikat pendidikan diartikan sebagai kupasan secara
konseptual terhadap kenyataan-kenyataan kehidupan manusia baik disadari
maupun tidak disadari, manusia telah melaksanakan pendidikan mulai dari
keberadaan manusia pada zaman primitif sampai zaman modern (masa kini),
bahkan selama masih ada kehidupan manusia didunia pendidikan akan tetap
berlangsung (Syaifullah,1981).

Melalui penerapan pendekatan humanistik maka pendidikan ini benar-benar


akan merupakan upaya bantuan bagi anak untuk menggali dan mengembangkan
potensi diri serta dunia kehidupan dari segala liku dan seginya. Menurut Ki
Hadjar Dewantara terdapat lima asas dalam pendidikan yaitu :
Asas kemerdekaan; Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan
kebebasan yang leluasa, terbuka (semau gue), melainkan kebebasan yang
dituntun oleh kodrat alam, baik dalam kehidupan individu maupun sebagai
anggota masyarakat.
Asas kodrat Alam; Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi
satu dengan kodrat alam, tidak dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap
orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara wajar
menurut kodratnya
Asas kebudayaan; Berakar dari kebudayaan bangsa, namun
mengikutikebudyaan luar yang telah maju sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia
terus diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap menjadi acauan utama (jati diri).
Asas kebangsaan; Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka dan
duka, perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain, menciptakan
keserasian dengan bangsa lain.
Asas kemanusiaan; Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai
dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan

Salah satu fungsi pendidikan yang paling utama adalah mengembangkan potensi
dan mencerdaskan individu dengan lebih baik. Dengan begitu, hal ini diharapkan
dapat menjadikan individu menjadi pribadi yang memiliki kreativitas,
berpengetahuan luas, berkepribadian, dan bertanggung jawab.

2. Proses hakikat pendidikan


Hakikat pendidikan merujuk pada inti atau esensi dari apa yang sebenarnya
terjadi dalam proses pendidikan. Ini mencakup aspek-aspek yang mendasar dan
tak terpisahkan dari pendidikan. Berikut adalah penjelasan tentang hakikat
pendidikan:
1. Transfer Pengetahuan: Salah satu hakikat pendidikan adalah transfer
pengetahuan dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Pendidikan
melibatkan proses transmisi ide, konsep, teori, dan fakta yang telah
dikembangkan oleh masyarakat. Tujuan utama adalah untuk memastikan
bahwa pengetahuan tersebut diteruskan kepada siswa sehingga mereka bisa
belajar dan menggunakannya untuk mengembangkan pemahaman dan
keterampilan mereka.
2. Pengembangan Potensi: Pendikan juga melibatkan pengembangan potensi
individu. Setiap individu memiliki keunikan dan potensi yang unik dan
pendidikan bertujuan untuk memaksimalkan potensi tersebut. Melalui
pendidikan, individu diberikan kesempatan untuk belajar, berpikir kritis,
mengembangkan keterampilan, dan mengeksplorasi bakat mereka.
Tujuannya adalah untuk membantu individu mencapai potensi mereka yang
paling optimal dalam berbagai aspek kehidupan.
3. Pembentukan Karakter: Hakikat pendidikan juga melibatkan pembentukan
karakter individu. Pendidikan tidak hanya berfokus pada transfer
pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan sikap, nilai-nilai, dan etika yang
penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Melalui pendidikan,
individu diajarkan untuk menjadi orang yang bertanggung jawab, berempati,
adil, dan memiliki rasa integritas. Pendidikan bertujuan untuk membentuk
warga yang berkontribusi positif terhadap masyarakat.
4. Pengembangan Keterampilan: Hakikat pendidikan juga melibatkan
pengembangan keterampilan yang relevan untuk kehidupan. Pendidikan
menyediakan kesempatan bagi individu untuk belajar dan mengembangkan
keterampilan akademik, keterampilan sosial, keterampilan emosional, dan
keterampilan praktis. Ini melibatkan kemampuan komunikasi yang efektif,
kemampuan berpikir kritis, keterampilan kerja tim, kemampuan pemecahan
masalah, dan banyak lagi. Tujuan utamanya adalah untuk membekali
individu dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk berhasil dalam
dunia yang terus berkembang.
5. Pemajuan Sosial dan Perubahan: Hakikat pendidikan juga melibatkan
pemajuan sosial dan perubahan. Pendidikan bertujuan untuk menciptakan
perubahan yang positif dalam masyarakat melalui transfer pengetahuan,
pengembangan keterampilan, dan pembentukan karakter. Pendidikan
memainkan peran penting dalam membangun masyarakat yang lebih
inklusif, adil, dan berkelanjutan. Hal ini melibatkan penekanan pada nilai-
nilai seperti kesetaraan, keadilan, toleransi, dan hak asasi manusia.

Hakikat pendidikan mencakup proses transfer pengetahuan, pengembangan


potensi, pembentukan karakter, pengembangan keterampilan, dan perubahan
sosial. Ini membentuk inti dari apa yang pendidikan berusaha untuk capai dan
mencerminkan tujuan dan makna sebenarnya dari pendidikan dalam
masyarakat.

3. Proses pendidikan
Proses pendidikan adalah serangkaian langkah dan aktivitas yang dirancang
untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, dan budaya kepada
individu. Ini melibatkan interaksi antara guru dan siswa, serta penggunaan
metode dan strategi pembelajaran yang berbeda. Berikut adalah langkah-
langkah umum dalam proses pendidikan:
1. Identifikasi Tujuan: Proses pendidikan dimulai dengan mengidentifikasi
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan ini dapat berkaitan dengan
penguasaan keterampilan tertentu, pemahaman konsep, pengembangan
sikap, atau pencapaian hasil tertentu.
2. Perencanaan Kurikulum: Setelah tujuan pembelajaran ditetapkan, kurikulum
disusun. Kurikulum adalah panduan yang mencakup materi pelajaran,
metode pengajaran, penilaian, dan urutan pembelajaran. Hal ini bertujuan
untuk menciptakan pengalaman belajar yang terorganisir dan progresif.
3. Pengajaran: Tahap pengajaran melibatkan interaksi langsung antara guru
dan siswa. Guru membawakan materi pelajaran dengan menggunakan
berbagai metode dan strategi pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan
siswa. Ini mungkin meliputi ceramah, diskusi, presentasi multimedia, proyek,
atau eksperimen.
4. Evaluasi: Evaluasi adalah proses untuk mengukur pencapaian siswa
terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ini dapat dilakukan
melalui tes, tugas, proyek, atau penilaian lainnya. Evaluasi memberikan
umpan balik tentang pemahaman dan kemajuan siswa, serta membantu guru
untuk menyesuaikan metode pengajaran jika diperlukan.
5. Umpan Balik dan Koreksi: Berdasarkan hasil evaluasi, guru memberikan
umpan balik kepada siswa tentang kekuatan dan kelemahan mereka dalam
memahami materi pelajaran. Ini dapat melibatkan pujian, penjelasan
tambahan, atau saran untuk memperbaiki keterampilan belajar mereka.
6. Pemantauan dan Penyesuaian: Proses pendidikan juga melibatkan
pemantauan terus-menerus terhadap kemajuan siswa. Guru atau lembaga
pendidikan mengumpulkan data tentang pencapaian siswa dan
menggunakan informasi ini untuk membuat penyesuaian dalam metode
pengajaran jika diperlukan.
7. Tinjauan dan Perbaikan: Setelah tahap pembelajaran selesai, proses
pendidikan dapat dikaji ulang. Ini melibatkan evaluasi keseluruhan
kurikulum, metode pengajaran, dan keefektifan proses pendidikan secara
keseluruhan. Hasil tinjauan kemudian dapat digunakan untuk meningkatkan
dan mengubah pendekatan belajar di masa mendatang.

Proses pendidikan adalah suatu proses yang berkelanjutan dan terjadi


sepanjang hidup. Ini memiliki peran penting dalam membentuk individu,
membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
untuk mencapai potensi mereka, serta membantu mereka menjadi warga yang
aktif, informasi, dan terampil.

4. Fungsi hakikat pendidikan


Pendidikan memiliki beberapa fungsi penting dalam masyarakat. Berikut adalah
beberapa analisis mengenai fungsi-fungsi pendidikan:
1. Fungsi Pembentukan Karakter: Salah satu fungsi utama pendidikan adalah
membentuk karakter individu. Pendidikan mengembangkan sikap, nilai-nilai,
dan norma-norma sosial yang penting dalam membentuk kepribadian dan
moral seseorang. Melalui pendidikan, individu dapat belajar tentang
toleransi, sikap yang positif, etika, serta tanggung jawab sosial.
2. Fungsi Pemasyarakatan: Pendidikan juga memiliki fungsi pemasyarakatan
yang penting. Melalui pendidikan formal, individu diajarkan tentang norma-
norma sosial, aturan, dan nilai-nilai yang diikuti oleh masyarakat. Pendidikan
membantu dalam mengintegrasikan individu ke dalam struktur sosial yang
lebih besar, memastikan bahwa mereka memahami dan menerima tanggung
jawab mereka sebagai anggota masyarakat.
3. Fungsi Penyampaian Pengetahuan: Pendidikan adalah sarana utama untuk
mentransfer pengetahuan dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.
Pendidikan melibatkan proses belajar dan mengajar di mana guru atau
pendidik mentransfer pengetahuan, konsep, dan teori kepada siswa. Ini
memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam
tentang berbagai subjek dan topik.
4. Fungsi Pengembangan Keterampilan: Pendidikan juga berfungsi untuk
mengembangkan keterampilan dan keahlian yang diperlukan untuk sukses
dalam kehidupan. Melalui pendidikan, individu dapat memperoleh
keterampilan akademik (seperti membaca, menulis, dan berhitung) serta
keterampilan praktis (seperti keterampilan komunikasi, kerja tim, dan
pemecahan masalah) yang relevan dalam dunia kerja.
5. Fungsi Pemajuan Sosial dan Ekonomi: Pendidikan memiliki peran penting
dalam memajukan sosial dan ekonomi suatu masyarakat. Pendidikan yang
berkualitas dapat membuka pintu kesempatan dan meningkatkan mobilitas
sosial. Melalui pendidikan, individu dapat memperoleh pendidikan tinggi,
keterampilan teknis, dan pelatihan yang diperlukan untuk memasuki dan
berkembang dalam pasar kerja. Hal ini pada gilirannya meningkatkan
standar hidup dan kualitas hidup individu serta kemajuan masyarakat secara
keseluruhan.
6. Fungsi Pemertahanan Budaya dan Identitas: Pendidikan juga berfungsi
dalam pemertahanan budaya dan identitas suatu masyarakat. Melalui
pendidikan, individu dapat mempelajari tentang budaya, sejarah, dan
warisan suatu komunitas. Pendidikan membantu individu memahami,
menghargai, dan mempertahankan nilai-nilai budaya mereka sendiri serta
mempromosikan keragaman dan pluralitas budaya.

Secara keseluruhan, fungsi-fungsi pendidikan sangat penting dalam membentuk


individu, memajukan masyarakat, dan menjaga keberlanjutan budaya dan
identitas. Pendidikan berperan dalam mengembangkan karakter, mentransfer
pengetahuan, mengembangkan keterampilan, memajukan sosial dan ekonomi,
dan mempertahankan budaya.

⮚ Sementara itu, menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan


dengan fungsi nyata sebagai berikut:
a. Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi
kepentingan masyarakat.
b. Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Artinya, sekolah memiliki
potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini
tercermin dengan adanya perubahan pandangan antara sekolah dan
masyarakat tentang suatu hal, seperti pendidikan seks dan sikap terbuka.
c. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para
anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status
yang ada dalam masyarakat. Selain itu, sekolah juga diharapkan mampu
menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau
paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
d. Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.

⮚ Sedangkan menurut David Popenoe, fungsi pendidikan adalah:


a. Untuk mentransfer atau pemindahan kebudayaan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
b. Memilih dan mendidik manusia tentang peranan sosial.
c. Memastikan terjadinya integrasi sosial di masyarakat.
d. Lembaga pendidikan mengajarkan corak kepribadian.
e. Menjadi sumber-sumber inovasi sosial di masyarakat.

5. Ilmu pendidikan sebagai ilmu yang bersifat deskriptif normative


Nilai yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang
melaksanakan pendidikan dijadikan norma untuk menentukan ciri-ciri manusia
yang ingin dicapai melalui praktik pendidikan. Nilai-nilai ini tidak diperoleh
hanya dari praktik dan pengalaman mendidik, tetapi secara normatif bersumber
dari norma masyarakat, norma filsafat, dan pandangan hidup, bahkan juga dari
keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang. Untuk menjelaskan bahwa
sistem nilai menjadi norma bagi pendidikan , maka disajkan uraian sebagai
berikut :
A. Di Yunani Kuno orang sangat mementingkan tujuan pendidikan, yaitu
pembentukan warga negara yang kuat. Mereka berpandangan bahwa
manusia dilihat sebagai makhluk bermain (homo ludens). Jadi yang utama
adalah pendidikan jasmani, karena di dalam tubuh yang sehat terdapat
juga jiwa yang sehat (men sana in corpore sano). Yunani terdiri atas polis-
polis (negara kota) yang saling berperang, maka warga kota dipersiapkan
supaya bertubuh yang sehat dan kuat. Dari uraian tersebut jelas bahwa
sistem nilai yang menjunjung tinggi aspek jasmani telah memberi corak
deskriptif- normatif tersendiri kepada sistem pendidikan di Yunani Kuno.
B. Di Eropa Barat pada abad ke-17, 18, dan 19, mereka berpandangan bahwa
manusia adalah makhluk berpikir (homo sapiens) akal sebagai pangkal
tolak. Dengan akal, manusia menghasilkan pengetahuan, dengan
pengetahuan manusia dapat berbuat baik
dalam pengertian sempurna.
C. Di Amerika Serikat, John Dewey dengan filsafat Pragmatisme dan Etika
Utilirianisme beserta dengan Psikologi Behaviorismenya. Normanya
terletak pada “bahwa kebenaran itu terletak pada kenyataan yang
praktis”. Apa yang berguna untuk diri itu adalah benar. Segala yang sesuai
dengan praktik itulah yang benar. Dari ketiga uraian di atas jelas bahwa
nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam pandangan manusia, seseorang
atau sesuatu bangsa itulah yang dijadikan norma/ kriteria untuk
mendidik,. Norma itu biasanya tergambar dalam rumusan tujuan
pendidikannya.

6. Ilmu pendidikan sebagai teoretis dan praktis-pragmatis


Dalam rangka membahas ilmu pendidikan teoretis perlu diperhatikan sejarah
pendidikan, dengan mempelajari sejarah pendidikan itu telah terlihat telah
tersusun pandangan-pandangan teoretis yang dapat dipakai sebagai peringatan
untuk menyusun teori pendidikan selanjutnya. Ilmu mendidik sistematis
maupun historis keduanya membantu para pendidik agar berhati-hati dalam
praktik-praktik pendidikan. Lalu hubungan antara ilmu mendidik historis dan
ilmu mendidik praktis, Gunning (maha guru) berkata “teori tanpa praktik adalah
baik pada kaum cerdik, cerdekiawan dan praktik tanpa teori hanya terdapat
pada orang –orang gila dan penjahat”. Akan tetapi pada kebanyakan pendidik
diperlukan teori dan praktik berjalan bersama-sama. Pendidik memerlukan
dimensi sebagai berikut:
1. Pengetahuan dirinya sebagai pendidik
2. Pengetahuan tentang tujuan pendidikan
3. Pengetahuan tentang anak didik
4. Cara-cara mendidik yang sesuai dengan keadaan anak untuk membawa ke
arah pencapaian tujuan
5. Akhirnya perlu pengetahuan tentang martabat manusia pada umumnya
pemikiran teoretis tantang martabat anak sebagai manusia. Ilmu pendidikan
itu adalah ilmu yang memerlukan pemikiran teoretis. Teoretis diartikan
sebagai pemikiran yang disusun secara teratur dan sistematis. Unsur pokok
yang tersusun dalam pemikiran yang bersifat teoretis antara lain:
a. Masalah tujuan pendidikan
b. Apakah anak didik dididik sebagai makhluk yang dapat dididik, yang
mempunyai kemungkinan untuk dididik. Manusia Indonesia yang
dicita-citakan ialah manusia Indonesia yang seutuhnya atau manusia
Pancasilais.Manusia Pancasilais dijabarkan dalam rumusan gambaran
manusia seperti dalam rumusan tujuan pendidikan nasional, seperti
termaktub dalam Tap MPR No. IV/MPR/1978 jo No. IV/ MPR/1999.
Untuk mewujudkan tujuan itu maka melalui pendidikan formal di
sekolah didirikan berbagai tingkat sekolah mulai dari kanak-kanak
sampai perguruan tinggi. Tiap tingkat mempunyai tujuan tersendiri
dalam rangka mencapai tujuan nasional. Biasanya rumusan tujuan
terdapat dalam kurikulum tiap tingkat sekolah dan disebut tujuan
institusional. Setelah merumuskan tujuan institusional, maka ada
tujuan kurikuler.

Jadi secara berurutan dalam kurikulum biasanya tergambar dengan jelas


suatu kerangka berpikir, bertujuan sebagai berikut:
a) Cita-cita Nasional (alinea kedua Pembukaan UUD 1945)
b) Tujuan Nasional (alinea keempat Pembukaan UUD 1945)
c) Tujuan Pembangunan Nasional (Tap. MPR No. IV/MPR/1978 jo
No. IV/MPR/1999)
d) Tujuan Pendidikan Nasional (Tap. MPR No. IV/MPR/1978 jo No.
IV/MPR/1999; bidang pendidikan)
e) Tujuan Institusional (tiap tingkat sekolah)
f) Tujuan Kurikuler
g) Tujuan Instruksional Umum
h) Tujuan Instruksional Khusus Setelah itu ada pula cara melihat
tujuan itu dari segi lain (secara teoretis)
1. Tujuan universal/ tujuan umum/tujuan akhir/ tujuan
lengkap.
2. Tujuan tak lengkap
3. Tujuan sementara
4. Tujuan Insidental
5. Tujuan perantara
6. Tujuan Khusus Bahwa pendidikan adalah sejenis perbuatan
dengan sengaja. Jadi, setiap pendidikan harus sadar dan
melihat dengan jelas tujuan-tujuan yang hendak dicapai
karena tujuan itu memberi corak terhadap setiap tindakan
pendidikan.

BAB III
PENUTUP

1.4. Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu proses mentransfer ilmu yang pada umumnya
dilakukan melalui tiga cara yaitu: lisan, tulisan, dan perbuatan. Pada dasarnya
pendidikan erat hubungannta dengan ilmu karena objek utama dari pendidikan
adalah ilmu. Pada dasarnya, pendidikan dan ilmu pendidikan saling berkaitan
erat namun yang mebedakan hanya komponen yang ada didalamnya.

1.5. Saran
Pada umumnya pendidikan di Indonesia ini masih kurang pemahaman tentang
arti dari hakikat pendidikan. Karena tenaga ahli dalam pendidikan masih kurang
dan keinginan untuk memperoleh pendidikan masih minim. Pemerintah
diharapakan memeratakan pendidikan di negeri ini, karena tanpa adanya
pendidikan tidak akan menghasilkan masyarakat yang beradap dan berkarakter.
Terlebih lagi pada saat ini sistem pendidikan di Indonesia belum siap untuk
menghasilkan kurikulum yang tetap dan bisa digunakan secara terus menerus.
Bisa di ambil contoh seperti kurukulum 2013 yang kebijakannya sering kali
membuat pro dan kontra di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-fungsi-pendidikan-dan-
penjelasannya-perlu-diketahui-kln.html
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-pendidikan.html
https://eprints.uny.ac.id/9002/2/bab%202%20-10604227179.pdf
http://eprints.umpo.ac.id/3077/2/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai