Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HAKIKAT PENDIDIKAN DAN

ILMU PENDIDIKAN

NAMA ANGGOTA KELOMPOK II :


1.RESKY GRAZIA NATALIEN -210203501021
2.ARIF ALAMSYAH -210203501020
3.ANUGRAH ALDIANSYAH -210203502001
4.KAISAR SAHARA -210203501016
5.EDIANTO SAMBIRA -210203501022

KEMENTRIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF (S1)
FAKULTAS TEKNIK
MAKASSAR 2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama dan yang paling utama.Marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadiran Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya yang diberikan kepada
kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah
penghantar pendidikan, sekaligus untuk menambah serta memperluas wawasan bagi kami serta
pembacanya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen dan semua pihak yang terlibat pada mata kuliah
ini yang telah membimbing dan memberi arahan selama proses pembelajaran.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna
itu kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini agar
tugas kedepannya bisa kami selesakan dengan baik.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang.

Pada dasarnya hakikat pendidikan sangatlah luas. Hakikat pendidikan bukanlah hanya
sekedar pengertian serta definisi pendidikan semata. Didalam hakekat pendidikan banyak hal
menarik untuk dipelajari contohnya saja seperti objek ilmu pendidikan dan macam-macam
ilmu pendidikan. Hal-hal menarik inilah yang mendorong kami untuk mempelajari lebih
dalam mengenai hakikat pendidikan diluar dari tugas yang telah ditentukan.

Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga belajar tetapi lebih ditentukan oleh instingnya.
Sedangkan manusia, hidup menggunakan akal pikiran yang dimilikinya dalam setiap
berperilaku. Pada hakikatnya pendidikan adalah suatu usaha manusiauntuk meningkatkan
ilmu pengetahuan, yang didapat dari lembaga formal maupun nonformal.

Rasa ingin tahu merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia. Sifat tersebut akan
mendorong manusia bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia yang berakal
sehat sudah pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun prosedur
tentang suatu obyek. Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya pengalaman atau melalui
interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Secara universal, terdapat tiga jenis
pengetahuan yang selama ini mendasari kehidupan manusia yaitu: logika yang dapat
membedakan antara benar dan salah; etika yang dapat membedakan antara baik dan buruk;
serta estetika yang dapat membedakan antara indah dan jelek. Kepekaan indra yang dimiliki,
merupakan modal dasar dalam memperoleh pengetahuan tersebut.

Salah satu wujud pengetahuan yang dimiliki manusia adalah pengetahuan ilmiah yang lazim
dikatakan sebagai “ilmu”. Ilmu adalah bagian pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan
dapat dikatakan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang didasari oleh dua teori kebenaran yaitu
koherensi dan korespondensi. Koherensi menyatakan bahwa sesuatu pernyataan dikatakan
benar jika pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Koherensi dalam
pengetahuan diperoleh melalui pendekatan logis atau berpikir secara rasional.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat pendidikan?
2. Apa saja fondasi-fondasi pendidikan?
3. Apa arti dan makna dari pendidikan?
4. Apa saja fungsi pendidikan?
5. Apa yang dimaksud dengan pendidikan sebagai ilmu?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah pengantar pendidikan
2. Untuk memahami tetang arti dan makna pendidikan
3. Untuk memahami fungsi pendidikan
4. Untuk memahami hakikat pendidikan sebagai ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fondasi fondasi Pendidikan.


Pendidikan sebagai fenomena yang melekat dalam kehidupan manusia, di dalamnya
senantiasa ada upaya yang bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri, sistem
pendidikan bertujuan ”to improve as a man”. Pendidikan pada hakekatnya adalah ”process
leading to the enlightement of mankind” . Pendidikan merupakan suatu upaya
mengembangkan atau mengaktualisasikan seluruh potensi kemanusiaan ke taraf yang lebih
baik dan lebih sempurna.
Pendidikan tidak hanya dipandang kegiatan investasi untuk masa depan, namun harus
berbicara sampai sejauh mana mampu memberikan kontribusi positif bagi penyelesaian
permasalahan kekiniaan. Masa lampau menjadi pondasi dasar untuk pijakan bagi
pengembangan selanjutnya. Sehingga dengan istilah lain dasar pengembangan pendidikan
berpijak pada akar historis, akar filosofis, akar sosiologis dan akar psikologis. Dasar
pengembangan atau lebih dikenal dengan fondasi-fondasi pendidikan yang merupakan fakta-
fakta dan prinsip-prinsip dasar yang melandasi pencarian kebijakan-kebijakan dan praktik
pendidikan yang berharga dan efektif. Prinsip-prinsip ini adalah dasar dibangunnya rumah
pendidikan. Jika dasar itu adalah substansial, sandaran dari struktur itu kemungkinan akan
kuat, dan sebaliknya
Dasar pengembangan atau lebih dikenal dengan fondasi-fondasi pendidikan yang merupakan
fakta-fakta dan prinsip-prinsip dasar yang melandasi pencarian kebijakan-kebijakan dan
praktik pendidikan yang berharga dan efektif. Prinsip-prinsip ini adalah dasar dibangunnya
rumah pendidikan. Jika dasar itu adalah substansial, sandaran dari struktur itu kemungkinan
akan kuat, dan sebaliknya. (Sanford W. Reitman, 1977).
Pengertian fondasi pendidikan
Fondasi: sesuatu yg memberi dasar/ landasan terhadap sesuatu.
Fondasi memuat nilai-nilai positif yg dianut dan diyakini kebenarannya.
Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994), fondasi pendidikan : pijakan dan penentu isi dan arah
pendidikan.
Made Pidarta (2000), Fondasi pendidikan : sesuatu yg harus diikuti dalam upaya
mengembangkan pendidikan.
Dirto Hadisusanto, Fondasi pendidikan: sesuatu yg mendasari pelaksanaan pendidikan
1.Fondasi Historis
Mengandung beberapa substansi, yaitu :
· Membimbing untuk menilai ide-ide yang masih survive dari masa lampau dan
mendorong kita untuk menolak ide-ide yang sudah tidak sesuai.
· Membantu kita untuk menjadi ”intelligent thinking educational workers”.
· Membantu untuk memilih tujuan, isi pendidikan, dan proses pendidikan modern.
· Memberikan bahan-bahan untuk pemikiran pendidikan secara kreatif.
· Menstimulasi kita untuk melengkapi karya para tokoh besar dan melaksanakan ide–ide
mereka sesuai dengan kondisi sekarang.
· Mengembangkan sikap yang berharga seperti kerendahan hati dan kesabaran.
· Memberikan pengetahuan yang berharga tentang perkembangan peradaban.
· Sebagai pendekatan yang baik untuk studi tentang prinsip-prinsip pembaharuan social,
industri dan politik. (Elmer Harrison Wilds, 1957)2). Fondasi Filosofis
Memberikan makna bahwa hakekat pendidikan adalah proses pengembangan seluruh potensi
kemanusiaan baik fisik-jasmaniahnya maupun psikhis-roklhaniahnya kearah yang lebih
sempurna, lebih baik dan lebih bijaksana. Pendidikan itu upaya untuk memerdekakan
manusia dalam arti bahwa manusia menjadi manusia yang mandiri, agar tidak tergantung
kepada orang lain. Kemerdekaan terdiri dari mandiri, berdiri sendiri, tidak tergantung pada
orang lain dan megatur dirinya sendiri. Pendidikan berarti pula sebagai daya upaya untuk
memajukan pengembangan budi pekerti (kekuatan batin), fikiran (“intellect”) dan jasmani.
Maksudnya ialah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan
penghidupan peserta didik, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya.(Ki Hajar Dewantara
1956)
2. Fondasi sosiologis
Memberikan beberapa makna bagi pengembangan pendidikan, yakni :
· Apresiasi terhadap adanya kenyataan pluralitas budaya dalam masyarakat.
· Pengakuan terhadap harkat manusia dan hak asasi manusia.
· Pengembangan tanggungjawab masyarakat dunia.
· Pengembangan tanggungjawab manusia terhadap planet bumi.(Tilaar, 2003)
Peran pendidikan dipahami bukan saja dalam konteks mikro (kepentingan anak didik
melalui proses interaksi pendidikan) melainkan juga dalam konteks makro, yaitu kepentingan
masyarakat bangsa, negara dan kemanusiaan. Hubungan antara pendidikan dan masyarakat
berarti mencakup hubungan pendidikan dengan perubahan sosial, tatanan ekonomi, politik
dan negara. Maka dituntut mampu memperhitungkan dan melakukan antisipasi
perkembangan sosial, ekonomi, politik secara simultan. Peserta didik dipandang sebagai
orang yang merupakan bagian dari masyarakat, sehingga proses pendidikan harus memiliki
orientasi terhadap masyarakat. Pendidikan adalah sebuah proses sosial bagi orang yang belum
maupun sudah dewasa untuk menjadi bagian aktif dan partisipatif dalam masyarakat.
3. Fondasi Psikologis
Mengandung beberapa dimensi. Perkembangan manusia dialami sepanjang rentang
kehidupan manusia, dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai saat bayi dilahirkan (masa
prenatal), masa bayi, masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak akhir, masa remaja, masa
dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa usia lanjut. Tiap-tiap tahap perkembangan
memiliki karakteristik perilaku yang berbeda satu sama lain, dan masing-masing karakteristik
perkembangan masih dibedakan berdasar tinjauan dari aspek fisik, kognitif, dan sosial
emosional. Para pendidik perlu memahami karakteristik perkembangan diri peserta didiknya,
agar pendidikan yang diberikan dapat disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangannya.
Pengejawantahan fondasi-fondasi pendidikan menjadi fondasi dasar pengembangan
pendidikan yang di teruskan pada konteks aksi riel di dunia nyata pendidikan memerlukan
pemikiranyang mendalam dan komprehensif. Pada praktiknya, program pendidikan harus
senantiasa dikawal dan dikembalikan pada empat akar pendidikan diatas.
Imam Barnadib: pendidikan tidaklah diselenggarakan secara steril & terpisah dari konteks
masyarakatnya.
Anita Lie: pendidikan tidak terjadi di ruang hampa melainkan ada dalam realita sosial yang
selalu berubah.
4.Wujud fondasi pendidikan
Imran Manan (1989): wujud fondasi Pendidikan. Semua kehidupan masyarakat yang
mendasari pendidikan. Aspek sosial-budaya, sejarah, dan filosofi, yang semuanya
memberikan arah penyelenggaraan pendidikan.
Fagerlind and J.Saha (1983), wujud fondasi pendidikan aspek hidup masyarakat : sosial,
budaya, dan ekonomi sebagai fondasi pendidikan.
Suparlan Suhartono (2008): wujud fondasi pendidikan berupa fondasi ekonomi, politik, dan
hukum.
Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994) menyebut lima fondasi pendidikan filosofis,
sosiologis, kultural, psikologis, ilmiah dan teknologis.
a) Fondasi-fondasi praktek penyelenggaraan pendidikan secara umum, meliputi:
· Sistem Ekonomi masyarakat
· Sistem politik masyarakat
· Sistem hukum masyarakat
· Sistem ideologi masyarakat
· Sistem sosial masyarakat
· Sistem Budaya masyarakat
· Sistem ilmu pengetahuan dan teknologi

b)Menurut Van Cleve Morries, ilmu pendukung/ ilmu fondasi pend meliputi:
· Historical and philosophical foundations of education.
· Sociological and Psychological foundations of education
c) Menurut Frank H. Blackington & Robert S. Patterson Ada 9 ilmu fondasi pend, yg dikenal
dengan foundations of education’ Yaitu:
· filsafat pendidikan
· sejarah pendidikan
· ekonomi pendidikan
· politik pendidikan
· sosiologi pendidikan
· antropologi pendidikan
· psikologi pendidikan
· Aestetika Pendidikan
· pendidikan komparatif.

e)Peran Fondasi Pendidikan


· Giving capital, yaitu memberi modal agar penyeleng pendidikan dan ilmu pendidikan dapat
berkembang menjadi baik.
·Directing, yaitu memberi arah dan menuntun ke arah mana penyelengaraan pendidikan di
masyarakat diarahkan.
· Framing, yaitu memberi rambu-rambu dan garis-garis batas agar penyelenggaraan
pendidikan tidak menyimpang dari nilai-nilai yang diidealkan.
B.Fungsi pendidikan
Dari sekian banyak fungsi pendidikan, salah satu yang utama adalah untuk mengembangkan
kemampuan , karakter, kepribadian dan perilakunya agar beradab, serta bermartabat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara., mematuhi aturan serta norma dan hukum yang berlaku.
Menurut Hasan Langgulung, pendidikan Islam ialah pendidikan yang memiliki macam fungsi
sebagai berikut:
a Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan tertentu dalam masyarakat pada masa
yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup masyarakat sendiri.
b. Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkut dengan peranan tersebut dari generasi
tua kepada generasi muda.
c. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat
yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban. Dengan
kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan dan kesatuan suatu masyarakat, maka kelanjutan hidup
tersebut tidak akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan berkesudahan dengan
kehancuran masyarakat itu sendiri.
Menyikapi fungsi pendidikan menurut Hasan Langgulung tersebut diatas, bahwa pendidikan
mempunyai tugas penting dalam menyiapkan calon-calon atau generasi baru yang siap
mengelola dan berperan aktif dalam mayarakat pada masa yang akan datang, kemudian
melangsungkan pengkaderan manusia untukmelanjutkan estafet kehidupan melalui transfer
ilmu pengetahuan dari para orang tua ke generasi muda, dan yang tak kalah penting adalah
mempertahankan kelangsungan kebudayaan dan peradaban yang harus berkelanjutan dalam
kehidupan masyarakat.

Menurut seorang pakar pendidikan Bogardus memberikan fungsi pendidikan melalui dua
macam :
a. Pendidikan berfungsi untuk memberantas kebodohan
b. Menghilangkan salah pengertian

Yang dimaksud dengan meberantas kebohohan tersebut adalah, melui proses pendidikan
seorang peserta didik akan diberi pelajaran mengenai cara belajar membaca dan menulis
kemudian mengembangkan pengetahuan dan kemampuan intelektual. Ketika hal tersebut
diatas diperoleh peserta didik, maka akan tercipta hasil budi, yang kemudian menghasilkan
tindakan untuk memilihbaik dan buruk serta memahami arti kehidupan baik di dunia maupun
di akhirat.
Melalui pendidikan akan menghilangkan kesalah pengertian, yang maksudnya adalah
pendidikan akan memberikan pemahaman bahwa selain kebudayaan yang dimiliki dan berada
dalam lingkungan satu individu, terdapat kebudayaan lainnya. Jika individu memahami hal
tersebut, maka akan mengerti hakikat hidup dalam bermasyarakat yang menghargai dan
bersosial.
Bagaimana fungsi pendidikan islam. Dalam hal ini Zakiah Daradjat mengambil tiga macam
fungsi agama yaitu memberi bimbingan dalam hidup, menolong dalam menghadapi
kesukaran, dan menentramkan batin.
Dalam kehidupan tak lepas dari berbagaimacam masalah, baik berupa masalah ekonomi,
social, dan politik. Pendidikan agama berperan penting untuk menuntun manusia kembali
kejalan syariat agama, agar tidak keluar jalur keimanan. Ketika masalah dihadapi oleh
seseorang yang memiliki pendidikan agama, maka dalam agama terdapat pendidikan-
pendidikan yang memberikan solusi terhadap kesukaran yang dihadapi. Dan agama membuat
seseorang tentrammenghadapi masalah yang terjadi dengan pengetahuan apa yang
sedangdialaminya, apakah masalah yang didapat berupa ujian, atau cobaan, ataukah
azab.Dalam fungsi Pendidikan yang lain bahwa, pendidikan turut andil dalam memberikan
corak dan arah pada kehidupan pada masyarakat mendatang. Sesuai penjelasan diatas dengan
pendidikanlah bibit atau penerus masa depan yang di didik dan dibina minat dan bakat sesuai
tempat dan keadaan serta keperluan masa depan. Jika salah dalam mendidik maka akan
tercipta generasi-generasi yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

C.Makna dan arti pendidikan


Pendidikan sering kita dengar tapi taukah kamu arti dari pendidikan itu sendiri. Kata dasar
pendidikan adalah kata didik. Didik berarti memelihara dan memberi latihan tentang akhlak
dan kecerdasan pikirian. Sedangkan Pendidikan memiliki arti proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan.
Pendidikan proses pembentukan baik itu karakter maupun ilmu, bisa saja orang yang
mendidik itu juga lagi didik. Misalnya seorang guru mengajarkan matematika pada anak yang
susah sekali mengerti saat itu anak tersebut sedang dididik untuk belajar ilmu dan sang guru
dididik arti dari sebuah kesabaran. Baik disadari atau tidak setiap manusia dalam hidupnya
adalah proses dididik. Semua ada proses pendidikan maka jangan merasa sudah ahli dalam
suatu bidang kita merasa tidak perlu pendidikan lagi, faktanya semua selama hidup kita akan
selalu ada pendidikan baik bidang formal maupun informal yang kita pelajari dalam
kehidupan sehari-hari.
Kata pendidikan mempunyai kata dasar yaitu ‘’didik’’. Dalam kamus besar bahasa indonesia
diartikan memelihara dan memberi latihan (anjuran, tuntunan dan pimpinan) mengenal
akhlak dan kecerdasan pikiran. Kata benda “pendidikan” yaitu proses pengubahan sikap dan
tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
pengajaran, pelatihan proses, perbuatan dan cara mendidik. Dari pengertian tadi kita dapat
memahami bahwa pendidikan adalah suatu proses tuntunan, arahan kepada peserta didik dan
mempunyai tujuan yang jelas.
Proses pendidikan tentunya tidak terlepas oleh aturan yang ada. Sebagaimana di Negara kita
disebutkan dalam Undang-undang Dasar 1945 Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan
Pasal 31 ayat 3 dikatakan bahwa “ Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
Banyak para Profesor, Guru Besar atau Para ahli Pendidikan mengartikan pendidikan dengan
berbagai pengertian. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan adalah menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiatan yang setinggi- tingginya.
Pemerintah, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasana, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Jelas sekali bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dari seseorang atau kelompok untuk
mendidik anak didik dengan sebuah proses yang mempunyai tujuan yang jelas. Dalam
mencapai tujuan pendidikan memerlukan proses yang memakan waktu, media sebagai sarana,
serta mempunyai tujuan yang jelas dan terencana. Tidak pantas kiranya mendidik tanpa
tujuan dan program yang jelas. Masyarakat Indonesia telah mengenal dari dulu tentang
pendidikan. Mereka lebih cenderung memandang out put pendidikan, dan sedikit yang
memperhatikan proses pendidikan. Menilai sebuah lembaga pendidikan baik yang formal,
non-formal maupun in-formal dilihat dari satu sisi saja. Padahal pendidikan yang berkualitas
tidak hanya melihat in-put atau out-put tapi lebih mengutamakan proses di dalamnya. Proses
inilah yang harus menjadi perhatian penyelenggara pendidikan serta pemerintah dan
masyarakat sebagai balancing untuk terciptanya tujuan pendidikan.

D.Arti pendidikan
Pendidikan adalah gerbang menuju kehidupan yang lebih baik dengan memperjuangkan hal-
hal terkecil hingga hal-hal terbesar yang normalnya akan dilewati oleh setiap manusia.
Pendidikan adalah bekal untuk mengejar semua yang ditargetkan oleh seseorang dalam
kehidupannya sehingga tanpa pendidikan, maka logikanya semua yang diimpikannya akan
menjadi sangat sulit untuk dapat diwujudkan.
Faktanya, memang tidak semua orang yang berpendidikan sukses dalam perjalanan hidupnya,
tetapi jika dilakukan perbandingan maka orang yang berpendidikan tetap jauh lebih banyak
yang bisa mengecap kesuksesan daripada orang yang tidak pernah mengecap pendidikan,
baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan adalah alat untuk mengembangkan
diri, mental, pola pikir dan juga kualitas diri seseorang.
Jika orang yang sudah dibekali ilmu saja terbukti masih ada atau bahkan banyak yang
mengalami kegagalan, lalu bagaimana dengan mereka yang tidak dibekali ilmu sama sekali?
Logikanya sudah pasti mereka akan lebih kesulitan dalam mengembangkan hal-hal yang
diminatinya dengan tujuan untuk mendapatkan level kehidupan yang lebih baik. Proses hidup
membutuhkan teori, dan dengan pendidikan lah teori tersebut bisa didapatkan.
Jangan meyakini opini sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab. Apa pun alasannya,
setiap orang tetap membutuhkan pendidikan. Meskipun pendidikan tidak menjamin
kesuksesan seseorang, namun pendidikan akan membekali anda kualitas diri yang lebih baik
sehingga anda akan lebih berpeluang untuk mendapatkan apa yang anda cita-citakan.
Pendidikan merupakan alat terpenting untuk merealisasikan semua impian anda.Pendidikan
adalah prioritas untuk menjuju kearah yang lebih baik, dan masa depan yang lebih layak buat
Anda.

E.Pendidikan sebagai ilmu


Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan manusia. Kita
dapat mengatakan, bahwa di mana ada kehidupan manusia, bagaimanapun juga di situ pasti
ada pendidikan (Driyarkara, 1980: 32). Pendidikan sebagai gejala yang universal, merupakan
suatu keharusan bagi manusia, karena disamping pendidikan sebagai gejala sekaligus juga
sebagai upaya memanusiakan manusia itu sendiri. Dengan penrkembangan kebudayaan
manusia, timbullah tuntutan akan adanya pendidikan yang terselenggara lebih baik, lebih
teratur dan didasarkan atas pemikiran yang matang. Manusia ingin lebih
mempertanggungjawabkan caranya dia mendidik generasi penerusnya agar lebih berhasil
dalam melaksanakan hidupnya, dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesama dan dunia
serta dalam hubungannya dengan Tuhan. Di sinilah muncul keharusan pemikiran teoritis
tentang pendidikan.
Satu hal yang menjadi jelas dari apa yang disebut pendidikan adalah upaya sadar untuk
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia. Pengertian demikian, menurut
Soedomo (1990: 30), selalu dipegang oleh kalangan pendidikan. Dengan pernyataan lain
kalangan pendidikan mencermati pendidikan, disamping sebagai gejala, juga sebagai upaya.
Pada gilirannya, pandangan bahwa pendidikan sebagai gejala sekaligus upaya ini melahirkan
teori-teori pendidikan (theories of education).

F.Sifat-Sifat Ilmu Pendidikan


Pendidikan sebagai ilmu (ilmu pendidikan) bersifat empiris, rohaniah, normatif, historis,
teoritis, dan praktis (Soetjipto Wirowidjojo, 1986: 8-9; 30-31, Sutani Barnadib, 1984: 15-19).
Ilmu pendidikan bersifat empiris, karena objeknya (fenomena atau situasi pendidikan)
dijumpai dalam dunia pengalaman. Ilmu pendidikan bersifat rokhaniah, karena situasi
pendidikan berdasar atas tujuan manusia tidak membiarkan peserta didik kepada keadaan
alamnya, melainkan memandangnya sebagai makhluk susila dan ingin membawanya kearah
manusia susila yang berbudaya.
Ilmu pendidikan bersifat normatif, karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang
tidak baik untuk peserta didik pada khususnya dan manusia pada umumnya. Oleh karena itu,
seperti dinyatakan oleh Noeng Muhadjir (1987: 3-4), sebagai ilmu yang normatif, ilmu
pendidikan tak ingin sekedar mendeskripsikan atau menjelaskan, melainkan ingin
memberitahukan perlunya mencapai suatu cita ideal.
Ilmu pendidikan bersifat historis, karena memberikan uraian teoritis tentang sistem-sistem
pendidikan sepanjang jaman dengan mengingat latar belakang kebudayaan dan filsafat yang
berpengaruh pada jaman-jaman tertentu. Ilmu pendidikan bersifat teoritis, karena
memberikan pemikiran yang tersusun secara teratur dan logis (sistematis) tentang masalah-
masalah dan ketentuan-ketentuan pendidikan yang langsung ditujukan kepada perbuatan yang
mendidik.
G.Pengembangan Pendidikan
Secara hierarkis ilmu pendidikan memiliki dasar yang sekaligus sebagai sumbernya, yakni
filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan dan ilmu pendidikan, oleh Brubacher (1962: 18)
dipandang sebagai “complementary disciplines”. Namun dalam pengembangan ilmu
pendidikan (science of education or philosophical theory of education), juga dapat diperkaya
dengan mengkaji fondasi-fondasi pendidikan (practical theories of education). Fondasi-
fondasi pendidikan adalah studi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip dasar yang melandasi
pencarian kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik pendidikan yang berharga dan efektif.
Prinsip-prinsip ini adalah dasar untuk dibangunnya rumah pendidikan. Jika dasar itu adalah
subtansial, sandaran, dan struktur itu kemungkinan akan kuat, dan sebaliknya (Standard W.
Reitman, 1977: 10).
Suatu pemahaman tentang fondasi-fondasi pendidikan akan membantu seorang pendidik
prospektif untuk berfikir secara lebih jernih tentang mana yang esensial tentang pekerjaan
yang ia akan terlibat sebagai seorang guru. Ini akan membantunya untuk membuat
keputusan-keputusan yang dapat diambil tentang bagaimana mengorganisasikan energinya
untuk menciptakan situasi-situasi belajar yang optimal dan masih banyak lagi.

George F. Kneller (1971: 231), secara jelas memberi arti tentang teori pendidikan.
Menurutnya, kata teori menpunyai dua makna sentral. Di satu pihak teori dapat menunjuk
suatu hipotesis atau serangkaian hipotesis yang telah diverifikasi dengan observasi atau
eksperimen, sebagaimana dalam kasus teori gravitasi. Sebagaimana memandang teori dalam
artian ini, teori-teori pendidikan menunggu pengembangan. Di lain pihak teori dapat juga
merupakan sinonim umum untuk pemikiran sistematik atau serangkaian pemikiran-pemikiran
sistematik atau serangkaian pemikiran-pemikiran yang koheren. Sebagaimana memandang
teori dalam artian ini, pendidikan benar-benar telah menghasilkan teori yang banyak sekali.
Teori pendidikan menurut Ernest E. Bayles, adalah berkenaan tidak hanya dengan apa yang
ada, tetapi bahkan banyak juga dengan apa yang harus ada. Sebagai teori yang dikembangkan
secara sadar dalam kaitannya dengan upaya pendidikan, maka teori pendidikan memiliki
keunikan tersendiri apabila dibandingkan dengan teori penjelas (explanatory theory) yang
memandang pendidikan semata-mata sebagai gejala atau sebagai fenomena atau sebagai
fakta. Karena keterkaitan antara kegiatan berteori dan kegiatan upaya pendidikan, maka teori
pendidikan dapat dikategorikan terutama sebagai teori praktis (practical theory). P. H. Hirst
tetap berpendapat bahwa fungsi utama dan teori pendidikan adalah untuk membimbing
praktek pendidikan (to guide educational practice). (More, 1974: 58). Teori pendidikan
mempunyai aspek ilmiah dan aspek preskriptif (normatif).
Teori-teori pendidikan diharapkan merupakan unsur-unsur bangunan pengetahuan (a body of
knowledge) ilmu pendidikan (Soedomo, 3 1-33). Selanjutnya yang menjadi pertanyaan yaitu,
apakah yang dimaksud dengan ilmu pendidikan itu? Berikut ini akan dikemukan pandangan
sejumlah ahli tentang apa yang dimaksud dengan ilmu pendidikan.
Menurut M.J. Langeveld (1995), paedagogiek (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan) adalah
suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki
objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak.
Menurut S. Brodjonagoro (1966: 35), ilmu pendidikan atau paedagogiek adalah teori
pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti luas paedagogiek adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.
Menurut Driyarkara (1980: 66-67), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah (pemikiran
yang bersifat kritis, metodis dan sistematis) tentang realitas yang kitasebut pendidikan
(mendidik dan didik). Kritis berarti bahwa orang tidak menerima saja apa yang ditangkap
atau muncul dalam benaknya, tetapi semua pernyataan, semua afirmasi harus mempunyai
dasar yang kuat. Orang yang bersikap kritis, ingin mengerti betul-betul (tidak hanya
membeo), ingin mengalami sesuatu dengan seluk-beluknya dan dasar-dasarnya.
Metodis berarti bahwa dalam proses berpikir dan menyelidiki orang menggunakan suatu cara
tertentu. Sistematis berarti bahwa pemikir ilmiah itu dalam prosesnya dijiwai oleh suatu ide
yang menyeluruh dan menyatukan, sehingga pikiran-pikiran dan pendapat-pendapat tidak
tanpa hubungan, melainkan merupakan kesatuan.
Dan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.Ilmu pendidikan adalah ilmu yang menelaah fenomena pendidikan dan semua fenomena
yang ada hubungan dengan pendidikan dan dalam perspektif yang luas dan integratif.
2.Fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan ini
bukan hanya merupakan gejala yang melekat pada manusia (gejala yang universal), dalam
perspektif yang luas, melainkan juga sekaligus merupakan upaya untuk memanusiakan
manusia agar menjadi sebenar-benarnya manusia (insan), yang hal ini secara integratif
diperlukan penggunaan berbagai kajian tentang pendidikan (kajian historis, filosofis,
psikologis, dan sosiologis tentang pendidikan).
3. Upaya pendidikan mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan (mendidik dan dididik) dan
pemikiran yang sistematik tentang pendidikan.

Secara historis Johan Friederick Hebart sering disebut sebagai bapak ilmu pendidikan modern
dan bapak psikologi modern (Gruber, 1973: 142). Berangsur-angsur ilmu pendidikan
berkembang sampai tumbuh menjadi ilmu yang berdiri sendiri yang mengkaji hakikat,
persoalan bentuk-bentuk dan syarat-syarat dari pendidikan. Tetapi yang betul-betul berdiri
sendiri ilmu pendidikan terjadi pada akhir abad ke-19 (-1895) sampai sepertiga permulaan
abad ke-20 (± 1933) oleh gerakan Autonomi paedagogiek yang berlangsung di Eropa dan
Amerika.
Ilmu pendidikan dalam bentuknya yang lebih sistematik termasuk ilmu yang sangat muda.
Ilmu pendidikan lahir dan berkembang jauh lebih belakang dari pada praktik upaya
pendidikan. Dapat dikatakan bahwa ilmu pendidikan masih membentuk dirinya atau dalam
keadaan sedang berkembang. Di samping itu, ilmu pendidikan harus berpacu dengan
masalah-masalah praktis yang mendesak yang memang sama sekali tidak dapat diabaikan.
Persyaratan Pendidikan Sebagai Ilmu
Suatu kawasan studi dapat tampil atau menampilkan diri sebagai suatu disiplin ilmu, bila
dipenuhi setidak-tidaknya tiga syarat, yaitu:
1.memiliki objek studi (objek material dan objek formal).
2.memiliki sistematika.
3.memiliki metode.
Yang menjadi objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Apabila kita pelajari
perilaku manusia sebagai makhluk yang hidup di dalam masyarakat maka perilaku itu
disamping dapat dilihat, segi ilmu pendidikan juga dapat dilihat dan segi-segi yang lain
seperti psikologis, sosiologis, antropologis. Yang membedakan suatu ilmu dengan ilmu
lainnya adalah objeknya. Apabila kebetulan objek materialnya sama, maka yang
membedakan satu ilmu dengan ilmu lainnya adalah objek formalnya. Objek formal adalah
objek material yang disoroti oleh suatu ilmu, atau sudut pandang tertentu yang menentukan
macam ilmu.
Berikut ini akan dibahas tentang syarat kedua disiplin ilmu, yaitu memiliki sistematika.
Secara teoritik sistematika ilmu pendidikan dapat dibedakan menjadi tida segi tinjauan, yaitu:
(1) melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, (2) dengan melihat pendidikan sebagai
upaya sadar dan (3) dengan melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, sekaligus upaya
sadar dengan mengantisipasi perkembangan sosio-budaya di masa depan. Selanjutnya syarat
ketiga bagi disiplin ilmu, yaitu memilik metode. Dalam arti kata yang sesungguhnya, maka
metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
dapat memahami dan mengembangkan ilmu yang bersangkutan. Metode-metode yang dapat
dipakai untuk ilmu pendidikan sebagai berikut (Soedomo, 1990: 46-47; Mub, Said, 1989):
a.Metode Normatif
Metode normatif berkenaan dengan konsep manusia yang diidealkan yang ingin dicapai oleh
pendidikan. Metode ini juga menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan masalah nilai baik
dan nilai buruk.
b.Metode Eksplanatori
Metode eksplanatori bersangkut paut dengan pertanyaan tentang kondisi dan kekuatan apa
yang membuat suatu proses pendidikan berhasil. Dalam hal ilmu pendidikan mendapatkan
bantuan dari berbagai teori tentang pendidikan yang boleh jadi dihasilkan oleh ilmu-ilmu
lain.
c.Metode Teknologis
Metode teknologis ini mempunyai fungsi untuk mengungkapkan bagaimana melakukannya
dalam menuju keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan yang diinginkan.
d.Metode Deskriptif – Fenomenologis
Metode ini mencoba menguraikan kenyataan-kenyataan pendidikan dan kemudian
mengklasifikasikan sehingga ditemukan yang hakiki.
e.Metode Hermeneutis
Metode ini untuk memahami kenyataan pendidikan yang kongkrit dan historis untuk
menjelaskan makna dan struktur dari kegiatan pendidikan.
f.Metode Analisi Kritis (Filosofis)
Metode ini menganalisa secara kritis tentang istilah-istilah, pernyataan-pernyataan, konsep-
konsep dan teori-teori yang ada atau digunakan dalam pendidikan. Syarat lain bagi disiplin
ilmu pendidikan adalah memiliki evidensi empiris. Ini sesuai dengan sifat ilmu pendidikan,
yaitu teoritis dan praktis.

Anda mungkin juga menyukai