ILMU PENDIDIKAN
Pertama-tama dan yang paling utama.Marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadiran Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya yang diberikan kepada
kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah
penghantar pendidikan, sekaligus untuk menambah serta memperluas wawasan bagi kami serta
pembacanya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen dan semua pihak yang terlibat pada mata kuliah
ini yang telah membimbing dan memberi arahan selama proses pembelajaran.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna
itu kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini agar
tugas kedepannya bisa kami selesakan dengan baik.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Pada dasarnya hakikat pendidikan sangatlah luas. Hakikat pendidikan bukanlah hanya
sekedar pengertian serta definisi pendidikan semata. Didalam hakekat pendidikan banyak hal
menarik untuk dipelajari contohnya saja seperti objek ilmu pendidikan dan macam-macam
ilmu pendidikan. Hal-hal menarik inilah yang mendorong kami untuk mempelajari lebih
dalam mengenai hakikat pendidikan diluar dari tugas yang telah ditentukan.
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga belajar tetapi lebih ditentukan oleh instingnya.
Sedangkan manusia, hidup menggunakan akal pikiran yang dimilikinya dalam setiap
berperilaku. Pada hakikatnya pendidikan adalah suatu usaha manusiauntuk meningkatkan
ilmu pengetahuan, yang didapat dari lembaga formal maupun nonformal.
Rasa ingin tahu merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia. Sifat tersebut akan
mendorong manusia bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia yang berakal
sehat sudah pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun prosedur
tentang suatu obyek. Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya pengalaman atau melalui
interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Secara universal, terdapat tiga jenis
pengetahuan yang selama ini mendasari kehidupan manusia yaitu: logika yang dapat
membedakan antara benar dan salah; etika yang dapat membedakan antara baik dan buruk;
serta estetika yang dapat membedakan antara indah dan jelek. Kepekaan indra yang dimiliki,
merupakan modal dasar dalam memperoleh pengetahuan tersebut.
Salah satu wujud pengetahuan yang dimiliki manusia adalah pengetahuan ilmiah yang lazim
dikatakan sebagai “ilmu”. Ilmu adalah bagian pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan
dapat dikatakan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang didasari oleh dua teori kebenaran yaitu
koherensi dan korespondensi. Koherensi menyatakan bahwa sesuatu pernyataan dikatakan
benar jika pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Koherensi dalam
pengetahuan diperoleh melalui pendekatan logis atau berpikir secara rasional.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat pendidikan?
2. Apa saja fondasi-fondasi pendidikan?
3. Apa arti dan makna dari pendidikan?
4. Apa saja fungsi pendidikan?
5. Apa yang dimaksud dengan pendidikan sebagai ilmu?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah pengantar pendidikan
2. Untuk memahami tetang arti dan makna pendidikan
3. Untuk memahami fungsi pendidikan
4. Untuk memahami hakikat pendidikan sebagai ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
b)Menurut Van Cleve Morries, ilmu pendukung/ ilmu fondasi pend meliputi:
· Historical and philosophical foundations of education.
· Sociological and Psychological foundations of education
c) Menurut Frank H. Blackington & Robert S. Patterson Ada 9 ilmu fondasi pend, yg dikenal
dengan foundations of education’ Yaitu:
· filsafat pendidikan
· sejarah pendidikan
· ekonomi pendidikan
· politik pendidikan
· sosiologi pendidikan
· antropologi pendidikan
· psikologi pendidikan
· Aestetika Pendidikan
· pendidikan komparatif.
Menurut seorang pakar pendidikan Bogardus memberikan fungsi pendidikan melalui dua
macam :
a. Pendidikan berfungsi untuk memberantas kebodohan
b. Menghilangkan salah pengertian
Yang dimaksud dengan meberantas kebohohan tersebut adalah, melui proses pendidikan
seorang peserta didik akan diberi pelajaran mengenai cara belajar membaca dan menulis
kemudian mengembangkan pengetahuan dan kemampuan intelektual. Ketika hal tersebut
diatas diperoleh peserta didik, maka akan tercipta hasil budi, yang kemudian menghasilkan
tindakan untuk memilihbaik dan buruk serta memahami arti kehidupan baik di dunia maupun
di akhirat.
Melalui pendidikan akan menghilangkan kesalah pengertian, yang maksudnya adalah
pendidikan akan memberikan pemahaman bahwa selain kebudayaan yang dimiliki dan berada
dalam lingkungan satu individu, terdapat kebudayaan lainnya. Jika individu memahami hal
tersebut, maka akan mengerti hakikat hidup dalam bermasyarakat yang menghargai dan
bersosial.
Bagaimana fungsi pendidikan islam. Dalam hal ini Zakiah Daradjat mengambil tiga macam
fungsi agama yaitu memberi bimbingan dalam hidup, menolong dalam menghadapi
kesukaran, dan menentramkan batin.
Dalam kehidupan tak lepas dari berbagaimacam masalah, baik berupa masalah ekonomi,
social, dan politik. Pendidikan agama berperan penting untuk menuntun manusia kembali
kejalan syariat agama, agar tidak keluar jalur keimanan. Ketika masalah dihadapi oleh
seseorang yang memiliki pendidikan agama, maka dalam agama terdapat pendidikan-
pendidikan yang memberikan solusi terhadap kesukaran yang dihadapi. Dan agama membuat
seseorang tentrammenghadapi masalah yang terjadi dengan pengetahuan apa yang
sedangdialaminya, apakah masalah yang didapat berupa ujian, atau cobaan, ataukah
azab.Dalam fungsi Pendidikan yang lain bahwa, pendidikan turut andil dalam memberikan
corak dan arah pada kehidupan pada masyarakat mendatang. Sesuai penjelasan diatas dengan
pendidikanlah bibit atau penerus masa depan yang di didik dan dibina minat dan bakat sesuai
tempat dan keadaan serta keperluan masa depan. Jika salah dalam mendidik maka akan
tercipta generasi-generasi yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
D.Arti pendidikan
Pendidikan adalah gerbang menuju kehidupan yang lebih baik dengan memperjuangkan hal-
hal terkecil hingga hal-hal terbesar yang normalnya akan dilewati oleh setiap manusia.
Pendidikan adalah bekal untuk mengejar semua yang ditargetkan oleh seseorang dalam
kehidupannya sehingga tanpa pendidikan, maka logikanya semua yang diimpikannya akan
menjadi sangat sulit untuk dapat diwujudkan.
Faktanya, memang tidak semua orang yang berpendidikan sukses dalam perjalanan hidupnya,
tetapi jika dilakukan perbandingan maka orang yang berpendidikan tetap jauh lebih banyak
yang bisa mengecap kesuksesan daripada orang yang tidak pernah mengecap pendidikan,
baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan adalah alat untuk mengembangkan
diri, mental, pola pikir dan juga kualitas diri seseorang.
Jika orang yang sudah dibekali ilmu saja terbukti masih ada atau bahkan banyak yang
mengalami kegagalan, lalu bagaimana dengan mereka yang tidak dibekali ilmu sama sekali?
Logikanya sudah pasti mereka akan lebih kesulitan dalam mengembangkan hal-hal yang
diminatinya dengan tujuan untuk mendapatkan level kehidupan yang lebih baik. Proses hidup
membutuhkan teori, dan dengan pendidikan lah teori tersebut bisa didapatkan.
Jangan meyakini opini sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab. Apa pun alasannya,
setiap orang tetap membutuhkan pendidikan. Meskipun pendidikan tidak menjamin
kesuksesan seseorang, namun pendidikan akan membekali anda kualitas diri yang lebih baik
sehingga anda akan lebih berpeluang untuk mendapatkan apa yang anda cita-citakan.
Pendidikan merupakan alat terpenting untuk merealisasikan semua impian anda.Pendidikan
adalah prioritas untuk menjuju kearah yang lebih baik, dan masa depan yang lebih layak buat
Anda.
George F. Kneller (1971: 231), secara jelas memberi arti tentang teori pendidikan.
Menurutnya, kata teori menpunyai dua makna sentral. Di satu pihak teori dapat menunjuk
suatu hipotesis atau serangkaian hipotesis yang telah diverifikasi dengan observasi atau
eksperimen, sebagaimana dalam kasus teori gravitasi. Sebagaimana memandang teori dalam
artian ini, teori-teori pendidikan menunggu pengembangan. Di lain pihak teori dapat juga
merupakan sinonim umum untuk pemikiran sistematik atau serangkaian pemikiran-pemikiran
sistematik atau serangkaian pemikiran-pemikiran yang koheren. Sebagaimana memandang
teori dalam artian ini, pendidikan benar-benar telah menghasilkan teori yang banyak sekali.
Teori pendidikan menurut Ernest E. Bayles, adalah berkenaan tidak hanya dengan apa yang
ada, tetapi bahkan banyak juga dengan apa yang harus ada. Sebagai teori yang dikembangkan
secara sadar dalam kaitannya dengan upaya pendidikan, maka teori pendidikan memiliki
keunikan tersendiri apabila dibandingkan dengan teori penjelas (explanatory theory) yang
memandang pendidikan semata-mata sebagai gejala atau sebagai fenomena atau sebagai
fakta. Karena keterkaitan antara kegiatan berteori dan kegiatan upaya pendidikan, maka teori
pendidikan dapat dikategorikan terutama sebagai teori praktis (practical theory). P. H. Hirst
tetap berpendapat bahwa fungsi utama dan teori pendidikan adalah untuk membimbing
praktek pendidikan (to guide educational practice). (More, 1974: 58). Teori pendidikan
mempunyai aspek ilmiah dan aspek preskriptif (normatif).
Teori-teori pendidikan diharapkan merupakan unsur-unsur bangunan pengetahuan (a body of
knowledge) ilmu pendidikan (Soedomo, 3 1-33). Selanjutnya yang menjadi pertanyaan yaitu,
apakah yang dimaksud dengan ilmu pendidikan itu? Berikut ini akan dikemukan pandangan
sejumlah ahli tentang apa yang dimaksud dengan ilmu pendidikan.
Menurut M.J. Langeveld (1995), paedagogiek (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan) adalah
suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki
objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak.
Menurut S. Brodjonagoro (1966: 35), ilmu pendidikan atau paedagogiek adalah teori
pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti luas paedagogiek adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.
Menurut Driyarkara (1980: 66-67), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah (pemikiran
yang bersifat kritis, metodis dan sistematis) tentang realitas yang kitasebut pendidikan
(mendidik dan didik). Kritis berarti bahwa orang tidak menerima saja apa yang ditangkap
atau muncul dalam benaknya, tetapi semua pernyataan, semua afirmasi harus mempunyai
dasar yang kuat. Orang yang bersikap kritis, ingin mengerti betul-betul (tidak hanya
membeo), ingin mengalami sesuatu dengan seluk-beluknya dan dasar-dasarnya.
Metodis berarti bahwa dalam proses berpikir dan menyelidiki orang menggunakan suatu cara
tertentu. Sistematis berarti bahwa pemikir ilmiah itu dalam prosesnya dijiwai oleh suatu ide
yang menyeluruh dan menyatukan, sehingga pikiran-pikiran dan pendapat-pendapat tidak
tanpa hubungan, melainkan merupakan kesatuan.
Dan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.Ilmu pendidikan adalah ilmu yang menelaah fenomena pendidikan dan semua fenomena
yang ada hubungan dengan pendidikan dan dalam perspektif yang luas dan integratif.
2.Fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan ini
bukan hanya merupakan gejala yang melekat pada manusia (gejala yang universal), dalam
perspektif yang luas, melainkan juga sekaligus merupakan upaya untuk memanusiakan
manusia agar menjadi sebenar-benarnya manusia (insan), yang hal ini secara integratif
diperlukan penggunaan berbagai kajian tentang pendidikan (kajian historis, filosofis,
psikologis, dan sosiologis tentang pendidikan).
3. Upaya pendidikan mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan (mendidik dan dididik) dan
pemikiran yang sistematik tentang pendidikan.
Secara historis Johan Friederick Hebart sering disebut sebagai bapak ilmu pendidikan modern
dan bapak psikologi modern (Gruber, 1973: 142). Berangsur-angsur ilmu pendidikan
berkembang sampai tumbuh menjadi ilmu yang berdiri sendiri yang mengkaji hakikat,
persoalan bentuk-bentuk dan syarat-syarat dari pendidikan. Tetapi yang betul-betul berdiri
sendiri ilmu pendidikan terjadi pada akhir abad ke-19 (-1895) sampai sepertiga permulaan
abad ke-20 (± 1933) oleh gerakan Autonomi paedagogiek yang berlangsung di Eropa dan
Amerika.
Ilmu pendidikan dalam bentuknya yang lebih sistematik termasuk ilmu yang sangat muda.
Ilmu pendidikan lahir dan berkembang jauh lebih belakang dari pada praktik upaya
pendidikan. Dapat dikatakan bahwa ilmu pendidikan masih membentuk dirinya atau dalam
keadaan sedang berkembang. Di samping itu, ilmu pendidikan harus berpacu dengan
masalah-masalah praktis yang mendesak yang memang sama sekali tidak dapat diabaikan.
Persyaratan Pendidikan Sebagai Ilmu
Suatu kawasan studi dapat tampil atau menampilkan diri sebagai suatu disiplin ilmu, bila
dipenuhi setidak-tidaknya tiga syarat, yaitu:
1.memiliki objek studi (objek material dan objek formal).
2.memiliki sistematika.
3.memiliki metode.
Yang menjadi objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Apabila kita pelajari
perilaku manusia sebagai makhluk yang hidup di dalam masyarakat maka perilaku itu
disamping dapat dilihat, segi ilmu pendidikan juga dapat dilihat dan segi-segi yang lain
seperti psikologis, sosiologis, antropologis. Yang membedakan suatu ilmu dengan ilmu
lainnya adalah objeknya. Apabila kebetulan objek materialnya sama, maka yang
membedakan satu ilmu dengan ilmu lainnya adalah objek formalnya. Objek formal adalah
objek material yang disoroti oleh suatu ilmu, atau sudut pandang tertentu yang menentukan
macam ilmu.
Berikut ini akan dibahas tentang syarat kedua disiplin ilmu, yaitu memiliki sistematika.
Secara teoritik sistematika ilmu pendidikan dapat dibedakan menjadi tida segi tinjauan, yaitu:
(1) melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, (2) dengan melihat pendidikan sebagai
upaya sadar dan (3) dengan melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, sekaligus upaya
sadar dengan mengantisipasi perkembangan sosio-budaya di masa depan. Selanjutnya syarat
ketiga bagi disiplin ilmu, yaitu memilik metode. Dalam arti kata yang sesungguhnya, maka
metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
dapat memahami dan mengembangkan ilmu yang bersangkutan. Metode-metode yang dapat
dipakai untuk ilmu pendidikan sebagai berikut (Soedomo, 1990: 46-47; Mub, Said, 1989):
a.Metode Normatif
Metode normatif berkenaan dengan konsep manusia yang diidealkan yang ingin dicapai oleh
pendidikan. Metode ini juga menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan masalah nilai baik
dan nilai buruk.
b.Metode Eksplanatori
Metode eksplanatori bersangkut paut dengan pertanyaan tentang kondisi dan kekuatan apa
yang membuat suatu proses pendidikan berhasil. Dalam hal ilmu pendidikan mendapatkan
bantuan dari berbagai teori tentang pendidikan yang boleh jadi dihasilkan oleh ilmu-ilmu
lain.
c.Metode Teknologis
Metode teknologis ini mempunyai fungsi untuk mengungkapkan bagaimana melakukannya
dalam menuju keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan yang diinginkan.
d.Metode Deskriptif – Fenomenologis
Metode ini mencoba menguraikan kenyataan-kenyataan pendidikan dan kemudian
mengklasifikasikan sehingga ditemukan yang hakiki.
e.Metode Hermeneutis
Metode ini untuk memahami kenyataan pendidikan yang kongkrit dan historis untuk
menjelaskan makna dan struktur dari kegiatan pendidikan.
f.Metode Analisi Kritis (Filosofis)
Metode ini menganalisa secara kritis tentang istilah-istilah, pernyataan-pernyataan, konsep-
konsep dan teori-teori yang ada atau digunakan dalam pendidikan. Syarat lain bagi disiplin
ilmu pendidikan adalah memiliki evidensi empiris. Ini sesuai dengan sifat ilmu pendidikan,
yaitu teoritis dan praktis.