Anda di halaman 1dari 26

MATA KULIAH BAHAN BAKAR PELUMAS

ANALISA PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL

PRESENTER

Muh Fazlul Triandy : 210203502007


Muh Firman : 210203502017
Muh Alamsyah : 210203500002
Muh Amry Pratama : 210203500001

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF (S1)
FAKULTAS TEKNIK
MAKASSAR 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah Bahan
Bakar Pelumas ini dengan topik “Analisa Pembakaran Bahan Fosil” ini dengan tepat
waktu

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pada
mata kuliah Bahan Bakar Pelumas. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Menganalisa Pembakaran Bahan Fosil” bagi para
pembaca dan juga penulis

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Marthen Paloboran, ST.MT
Selaku dosen pada mata kuliah Bahan Bakar Pelumas yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan sesuai dengan program studi yang kami
tekuni.

Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan
lapang dada menerima segala saran dan kritik dari Bapak Dr. Marthen paloboran,
ST.MT agar kami dapat memperbaiki makalah Bahan Bakar Pelumas ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa menambah ilmu dan pengetahuan
bagi para pembaca dan juga penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................................................... 2
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2. 1 Bahan bakar fosil ...................................................................................................... 3
2. 2 Jenis-jenis bahan bakar fosil .................................................................................... 3
2. 3 Sifat-sifat gas alam ................................................................................................... 7
2. 4 Sifat-sifat bahan bakar minyak................................................................................. 8
2. 5 Sifat-sifat batu bara................................................................................................ 10
2. 6 Dasar-dasar pembakaran ....................................................................................... 13
2. 7 Udara Primer, Sekunder dan Tersier ...................................................................... 15
2. 8 Proses pembakaran secara kimia. .......................................................................... 16
2. 9 Gas Buang............................................................................................................... 18
BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sumber energi yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti


memasak, kendaraan bermotor, dan industri berasal dari minyak bumi, gas
alam dan batu bara. Ketiga jenis bahan bakar tersebut disebut bahan bakar fosil.
Pembakaran bahan bakar fosil merupakan penyebab utama dalam masalah
pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran udara.
Energi fosil khususnya minyak bumi, merupakan sumber energi utama
dan telah menjadi sumber devisa negara. Penggunaan energi fosil akhir-akhir
ini khususnya di negara berkembang mengalami kenaikan yang sangat
signifikan seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia dan meningkat pula
aktivitas manusia yang bergantung terhadap energi fosil.
Di masa ini, hampir semua kebutuhan energi manusia diperoleh dari
konversi sumber energi fosil, misalnya pembangkitan listrik, industri dan alat
transportasi yang menggunakan energi fosil sebagai sumber energinya.
Bahan bakar fosil merupakan rantai senyawa hidrokarbon yang saat
direaksi-kan akan menghasilkan karbon dioksida. Selain itu, bahan bakar
minyak juga mengandung zat-zat lain seperti nitrogen dan sulfur. Zat-zat yang
dihasilkan dari pembakaran tersebut merupakan zat-zat yang cukup berbahaya
dan merupakan sumber utama pencemaran udara yang akan mengotori
lingkungan.
Pembakaran adalah suatu reaksi kimia antara suatu bahan bakar dan
suatu oksidan, disertai dengan produksi panas yang kadang disertai cahaya
dalam bentuk pendar atau api. Dalam kenyataan, proses pembakaran tidak
pernah sempurna. Dalam gas cerobong dari pembakaran karbon (seperti dalam
pembakaran batu bara) atau senyawa karbon (seperti dalam pembakaran
hidrokarbon, kayu, dan lain-lain) akan ditemukan baik karbon yang tak
terbakar sempurna senyawa karbon (CO dan lainnya). Jika pembakaran pada
suhu tinggi menggunakan udara ( 78% nitrogen), maka sebagian kecil nitrogen
akan bereaksi menjadi berbagai jenis nitrogen oksida (NOx) yang berbahaya.
Salah satu pembakaran yang paling banyak mengakibatkan dampak terhadap

1
lingkungan alam di antaranya pembakaran bahan bakar, pembakaran minyak
bumi, dan pembakaran fosil

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:


• Untuk mengetahui sifat” bahan bakar fosil
• Dapat menganalisis pembakaran bahan bakar fosil
• Untuk mengetahui karakteristik pembakaran bahan bakar fosil

1.3 Manfaat

Makalah ini dibuat untuk menambah ilmu pengetahuan mahasiswa mengenai


pembakaran bahan bakar fosil sebagai berikut:
• Memberikan informasi tentang sifat dan karakteristik bahan bakar fosil
• Memberikan informasi tentang dasar-dasar pembakaran bahan bakar
fosil

2
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2. 1 Bahan bakar fosil

Bahan bakar fosil merupakan salah satu jenis energi yang berasal dari dalam bumi
yang tidak dapat diperbaharui lagi, terdiri dari minyak bumi, batu bara dan gas
alam. Bahan bakar fosil terbentuk dari adanya proses alami yang berupa
pembusukan dari makhluk hidup yang telah mati dalam jangka waktu jutaan tahun
seperti dinosaurus dan berbagai jenis pepohonan yang telah lama mati.
Ada 3 jenis bahan bakar fosil dan ketiganya memiliki bentuk yang berbeda sebagai
berikut :

2. 2 Jenis-jenis bahan bakar fosil

A. Gas bumi
Gas bumi merupakan campuran senyawa hidrokarbon dengan senyawa non
combustible dalam fasa gas, dengan komposisi utamanya adalah metana (CH4),
etana (C2H6) dan sejumlah kecil gas hidrokarbon lain. Dalam keadaan jenuh,
tanpa penambahan tekanan atau temperatur, hidrokarbon-hidrokarbon tersebut
berada dalam kondisi stabil dan tidak bereaksi dengan unsur-unsur senyawa
lain. Di samping alkana, komponen-komponen yang terkandung dalam gas
bumi, antara lain adalah (H2O), H2, CO2, N2 dan lainnya. Dengan demikian,
komposisi gas bumi adalah sangat bervariasi, tergantung pada sumber dan
tempat gas bumi tersebut diperoleh. Menurut asalnya, gas bumi dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu gas bumi yang berasal dari sumber minyak
(associated gas) dan gas bumi yang berasal dari sumber gas (non-associated
gas).
Secara umum karasteristik gas bumi antara lain adalah :
• Campuran beberapa jenis gas, dengan komposisi utama gas metana
dan etana, yang mencapai sekitar 80 – 90%, selebihnya adalah gas
propana, butana, pentana, heksana, nitrogen, karbon dioksida dan
lainnya,
• Tidak berwarna
• Tidak terasa

3
• Tidak beracun
• Mudah terbakar, dengan batas nyala (flammabilltas) antara 4,5%
sampai dengan 14,5%
• Lebih ringan dari udara, dengan berat jenis sekitar 0,55 – 0,80,
• Tidak berbau, untuk faktor keselamatan dalam penggunannya biasanya
diberi zat pembau (odor).
• Mempunyai nilai oktan sekitar 120, dengan nilai kalor pembakarannya
antara 9.000 – 11.000 Kcal/kg.
Bahan bakar gas ini banyak dipakai di PLTG atau PLTU yaitu jenis gas alam
atau natural gas. Contoh dari gas alam bisa dilihat di bawah ini :
Metana CH4 93,3 %
Ethana C 2 H6 3,3 %
Propana C 3 H8 0,7 %
Hidrokarbon Butana C4H10 0,2 %
Pentana C5H12 0,5 %
Hidrogen sulfida H2S -
Karbon dioksida CO2 0,3 %
Nitrogen N2 1,7 %
B. Minyak bumi.
Minyak bumi tersusun dari senyawa hidrokarbon yang berbeda-beda.
Perbedaan ini tergantung dari faktor umur, suhu pembentukan, dan cara
pembentukan. Minyak bumi dari Rusia mengandung banyak senyawa
sikloalkalna seperti siklhoeksana. Berdasarkan hasil analisis yang telah di
lakukan, diketahui bahwa dalam minyak bumi terdiri atas bermacam-macam
senyawa hidrokarbon. Senyawa-senyawa hidrokarbon tersebut sebagai
berikut:
1. Alkana
Golongan alkana yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah n-
alkana dan isoalkana. n-alkana adalah alkana jenuh berantai lurus dan tidak
bercabang, contoh n-oktana
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3

4
Isoalkana adalah alkana jenuh yang rantai induknya mempunyai atom C

tersier dan bercabang, contoh isooktana

CH3

CH3 – C – CH2 – CH – CH3

CH3 CH3

Alkana di sebut juga parafin. Parafin adalah senyawa hidrokarbon

tersatuasi yang mengandung rantai lurus atau bercabang yang molekulnya

hanya terdiri atas atom karbon (C) dan hidrogen (H).

2. Sikloalkana

Sikloalkana adalah senyawa hidrokarbon berantai tunggal dan berbentuk

cincin. Golongan sikloalkana yang terdapat dalam minyak bumi adalah

siklopentana seperti metil siklopentana dan sikloheksana. Sikloalkana juga

dikenal dengan nama neptana. Neptana adalah senyawa hidrokarbon

tersatuasi yang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap pada karbonnya.

Neptana memiliki rumus umum CnH2n dan mempunyai ciri-ciri mirip

alkana tetapi mempunyai titik didih yang lebih tinggi.

3. Kandungan unsur kimia dalam minyak bumi

Secara umum, komponen minyak bumi terdiri atas lima unsur kimia, yaitu

83 - 87% karbon, 10 - 14% hidrogen, 0,05 – 6% belerang, 0,05 – 1,5%

oksigen, 0,1 – 2% nitrogen, dan 0,1% unsur-unsur logam.

4. Komposisi molekul hidrokarbon dalam minyak bumi.

Golongan hidrokarbon-hidrokarbon yang utama adalah parafin, neptena,

aspaltena, dan aromatik. Komposisi molekul hidrokarbon yang terkandung

dalam minyak bumi berdasarkan beratnya adalah sebagai berikut :

5
No. Hidrokarbon Rata-Rata Rentang

Neptana 49% 30-60%


1.

Parafin 30% 15-60%


2.

Aromatik 15% 3-30%


3.

Aspaltena 6% Sisa-sisa
4.

C. Batu bara

Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil pengertian umunya adalah
sedimen yang dapat terbakar terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah
sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses. Unsur-unsur utamanya terdiri
dari karbon, hidrogen, nitrogen oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik
yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang dapat ditemui dalam bentuk.
Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137 H97 O9 NS
untuk bituminus dan C240 H90 O9 NS untuk antrasit. Pembentukan batu bara
memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu
sepanjang geologi.

Unsur utama dari batu bara adalah karbon, hidrogen, dan oksigen. Batu bara digunakan
sebagai bahan baku pembuatan semen, baja, aluminium, dan juga sumber energi
pembangkit listrik pada beberapa negara. Selain itu, masih banyak lagi manfaat dari
batu bara. Akan tetapi, proses yang salah dalam mengolah batu bara dapat memberikan
dampak negatif pada lingkungan. Itulah sebabnya, banyak negara yang memberikan
aturan mengenai penggunaan batu bara ini

Bahan bakar yang padat yang banyak digunakan di PLTU adalah batu bara, terutama
jenis bituminous yang mengandung carbon sekitar 55%-86%.

6
Jenis batu bara serta kandungan karbon sebagai berikut:
JENIS BATU BARA KANDUNGAN KARBON
META ANTARSIT 98 % - 100 % KARBON
ANTARSIT
ANTARSIT 92 % - 98 % KARBON
SEMI ANTARSIT 86 % - 92 % KARBON
SEMI BITUMINOUS 78 % - 86 % KARBON
BITUMINOUS
BITUMINOUS 69 % - 78 % KARBON
SUB BITUMINOUS 55 % - 69 % KARBON
LIGNIT
LIGNIT
BROWN COAL 55 % KARBON
(PEAT)

Jenis bahan batu bara yang banyak digunakan di Indonesia adalah Sub
bituminous komposisi batu bara subbituminuos dapat dilihat di bawah ini.
Coal
carbon 59,0 %
Hydrogen 3,8 %
Sulphur 1,6 %
Oksigen 7,4 %
Nitrogen 1,2%
Ash 16,0 %
Moisture 11,0 %

2. 3 Sifat-sifat gas alam

A. Analisa Gas Alam


Komposisi gas alam tergantung dari tempat gas alam ditemukan tetapi
perbedaan komposisi gas alam tidak terlalu besar. Sehingga tidak ada
klasifikasi gas alam. Di bawah ini di tunjukkan tabel gas alam
Tabel Analisa Gas Alam
No. VARIABEL ANALISA SATUAN HASIL ANALISA
1. CH4 (metana) % Volume 75 – 95

7
2. C2H6 (etana) % Volume 6 – 20
3. N2 (nitrogen) % Volume 0,5 – 5
4. CO2 (karbon dioksida) % Volume 0,1 – 2
5. Titik didih 0
C (-150) – (-158)
6. Nilai kalor KJ/Liter 36 – 42

Dilihat dari komposisi bahan bakar gas, gas alam merupakan bahan bakar yang
relatif bersih dan merupakan bahan bakar yang dianggap ideal karena dalam proses
pembakaran tidak memerlukan persyaratan persiapan dan pencampuran dengan
udara pembakaran yang terlalu rinci.
Kelemahan pemakaian bahan bakar gas (gas alam) dibandingkan dengan
pemakaian bahan bakar lainnya (batu bara, minyak) adalah bahwa gas alam
merupakan bahan bakar yang sukar disimpan, karena gas alam mempunyai titik
didih yang sangat rendah. Teknologi penyimpanan gas alam membutuhkan biaya
yang sangat mahal. Di mana penyimpanan gas alam dilakukan dengan cara
pendinginan, kemudian dimasukkan dalam tangki dalam keadaan cair. Gas alam
yang disimpan dalam bentuk liquid tersebut disebut LNG (Liquid Natural Gas).
Biasanya unit pembangkit yang menggunakan gas alam sebagai bahan bakar
terletak di dekat sumber/tambang gas alam.
B. Nilai Kalor
Nilai kalor dari gas alam berkisaran antara 36 sampai dengan 42 kj/liter.
Besarnya nilai kalor ditentukan oleh perbedaan komposisi dari gas alam
tersebut. Karena perbedaan komposisi relatif tidak berbeda jauh maka nilai
kalor dari gas alam relatif hampir sama
C. Bau dan warna
Gas alam dari sumber/tambang tidak terlalu berbau dan berwarna. Karena sifat.
gas alam yang sangat mudah terbakar sehingga untuk mengetahui kebocoran
dari gas alam maka gas alam tersebut dalam penggunaannya di industri diberi
bau yang menyengat.

2. 4 Sifat-sifat bahan bakar minyak

Sifat bahan bakar minyak yang penting antara lain viskositas, titik nyala, nilai kalor
dan kandungan air.

8
A. Kandungan air
Kandungan air dalam bahan bakar minyak relatif sangat kecil. Kandungan air
dalam minyak tidak diharapkan karena menurunkan nilai kalor minyak
tersebut.
B. Titik nyala
Istilah titik nyala pada bahan bakar minyak ada dua macam yaitu:
1. Flash point (titik nyala)
2. Fire poin/ignition point. (titik api/titik pengapian)
Flash point adalah temperatur yang dibutuhkan saat api menyambar uap
minyak. Sedangkan ignition point adalah temperatur yang dibutuhkan saat
api mulai membakar bahan bakar minyak.
C. Viskositas
Viskositas dari bahan bakar minyak sangat berpengaruh terhadap proses
pembakaran. Viskositas mempunyai arti yang paling penting terutama untuk
menentukan jenis atomisasi dan menentukan tekanan serta suhu minyak yang
mengalir ke alat pembakar (burner). Viskositas bahan bakar minyak akan
makin kecil bila suhunya makin tinggi.
Untuk mencapai pembakaran sempurna, maka sedapat mungkin minyak harus
bercampur secara sempurna dengan udara. Secara teoritis hal ini dapat dicapai
bila minyak berbentuk uap, tetapi dalam praktek hal ini tidak mungkin, karena
suhu yang diperlukan terlalu tinggi sehingga terjadi perengkahan (cracking),
akan menyebabkan terjadinya pengendapan karbon pada alat pemanas. Hal ini
hanya dilakukan untuk minyak ringan seperti kerosin.
Pada pembakaran minyak yang lebih berat seperti : minyak diesel atau minyak
residu, maka untuk mendapatkan campuran yang sempurna dengan udara,
minyak tersebut dibuat berbentuk kabut dengan jalan pengabutan atau
otomatisasi. Untuk mendapatkan pengabutan yang baik, viskositas bahan
bakar minyak pada umumnya harus lebih kecil dari ICO CS, dan untuk
mencapai viskositas tersebut kadang-kadang perlu pemanasan, misalnya
minyak residu tetapi dalam hal pemanasan ini suhu minyak harus lebih kecil
dari flash point-nya. Suhu otomatisasi sebagai berikut :

9
Viskositas minyak pada 50 0C Suhu atomisasi 0C
CS (Centi Stroke) Atomisasi mekanis Atomisasi uap
60 54 – 83 36 – 54
70 58 – 88 39 – 58
80 62 – 93 42 – 62
92 64 – 96 45 – 64
125 72 – 102 50 – 72
170 77 – 108 56 – 77
210 82 – 112 59 – 82
260 84 – 115 63 – 84
340 89 – 120 68 – 89
430 92 – 123 71 – 93
510 96 – 126 73 – 96
640 99 – 129 77 – 99

Dari tabel di atas terlihat bahwa untuk minyak yang semakin berat (Viskositas
makin tinggi) diperlukan suhu kalor atomisasi yang makin tinggi

2. 5 Sifat-sifat batu bara

A. Analisa kandungan batu bara


Analisa kandungan batu bara diperlukan apakah batu bara tersebut bisa
digunakan pada PLTU atau tidak bisa digunakan karena di luar range design
PLTU tersebut. Selain itu analisa batu bara diperlukan untuk mengetahui
kualitas batu bara tersebut. Analisa yang umumnya dipakai di PLTU adalah
analisa Proximate.
Analisa proximate batu bara terdiri dari beberapa analisa dasar batu bara, yang
bertujuan praktis untuk menilai kualitasnya. Analisa proximate ini dilakukan
rutin setiap kedatangan pengiriman batu bara, yang terdiri dari :
• Volatile matter (zat terbang)
• Abu
• Karbon
• Nilai kalor

10
• belerang
B. Volatile matter
Adalah zat gas dalam batu bara yang dapat terbakar dan sangat memegang
peranan dalam proses penyalaan bahan bakar. Komponenya adalah hydrogen,
methana, acetylane dan hydrocarbon-hydrocarbon lainnya. Kadar volatile
dapat ditentukan dengan memanaskan sample batu bara dalam cawan tertutup
pada 949 0C dalam waktu 7 menit.
C. Abu
Adalah zat-zat yang tidak dapat teratur setelah semua zat yang dapat terbakar
semuanya. Sumber asli abu adalah:
• Batu, tanah liat, besi sulphida selama penambangan berlangsung dapat
dibersihkan dengan pencucian.
• Zat-zat dalam tumbuh-tumbuhan aslinya yang tidak dapat terbakar
(daun, kulit pohon, dan lain sebagainya) dan ikut dalam proses
pembentukan batu bara, tidak dapat dicuci

Kadar abu dapat ditentukan dengan menempatkan contoh batu bara ke dalam
cawan porselin kemudian secara perlahan dipanaskan dalam tanur pada suhu
704-746 0C ½ jam, pemanasan berikutnya, sampai tidak ada sisa karbon lagi.

D. Karbon (fixed carbon)


Adalah zat yang tidak menguap dan tersisa setelah moisture, volatile matter
dan kadar abu dihilangkan
Fixed carbon = 100% - % moisture -% volatile matter - % abu.
E. Nilai kalor
Nilai kalor batu bara adalah jumlah kalor (panas) yang dilepaskan apabila kita
membakar 1kg batu bara. Satuannya adalah kalori atau joule
Nilai kalor merupakan variabel yang sangat penting karena hanya harga batu
bara ditentukan oleh nilai kalornya. Umumnya makin tua umur batu bara maka
makin tinggi nilai kalornya.
Untuk batu bara Antarsite nilai kalornya dapat mencapai 7000 Kcal/Kg dan
untuk batu bara lignit bisa mencapai 4000 Kcal/Kg.

11
F. Belerang.
Bahan bakar yang banyak belerang (sulfur) adalah bahan bakar minyak,
sedangkan batu bara kandungan sulfurnya relatif lebih kecil. Kandungan
belerang dalam bahan bakar minyak antara 0,2 – 4%. Kandungan belerang
yang makin tinggi mempunyai pengaruh sebagai berikut:
• Menaikkan titik embun gas buang
• Mempercepat pembentukan kerak sulfat pada ketel, ekonomiser dan
air heater.
• Mempercepat laju korosi
• Menurunkan efisiensi, hal ini karena suhu gas buang harus lebih tinggi
dari pada titik embun untuk mencegah korosi

Reaksi pembakar belerang dan pembakaran asam sulfat adalah sebagai berikut:

S + 02 SO2

SO2 + ½ O2 SO3

SO3 + H2O H2SO4

Dalam pembakaran belerang (S) akan bereaksi dengan oksigen menjadi


belerang dioksida (SO2) selanjutnya dengan adanya oksigen berlebih akan
membentuk (S03) dan yang terakhir ini bereaksi dengan ( H2O) akan
membentuk asam sulfat (H2SO4) yang korosif. Dengan adanya SO3 dalam gas
buang maka titik embunnya akan makin tinggi. Gas buang dengan uap air 10%
tanpa ada SO2 mempunyai titik embun kurang lebih 45 0C. Bila dalam gas
buang tersebut terdapat S03 sebanyak 10-3% maka titik embunnya akan naik
menjadi kurang lebih 100 0C

Karena keharusan menaikkan suhu gas buang agar tidak terjadi korosi, maka
hal ini menyebabkan efisiensi menjadi lebih kecil. Cara mengatasi adanya
kandungan sulfur dalam bahan bakar selain membuat gas buang lebih tinggi
dari titik embunnya, juga bisa dilakukan dengan mengurangi excess air (udara
lebih) sekecil mungkin.

12
2. 6 Dasar-dasar pembakaran

Pembakaran adalah reaksi kimia yang terjadi antara material yang dapat terbakar
dengan oksigen pada volume dan temperatur tertentu. Pembakaran akan terjadi bila
3 sumber yaitu :
• Bahan bakar
• Oksigen
• Sumber nyala api
Api

Panas

ketiga unsur ini biasa disebut dengan segitiga pembakaran. Pada kondisi tertentu,
bahan bakar akan terbakar dengan sendirinya tanpa bantuan sumber penyalaan
pembakaran semacam ini disebut PEMBAKARAN SPONTAN.
Pembakaran spontan dapat terjadi apabila terdapat oksigen yang kontak langsung
dengan bahan bakar serta temperatur bahan bakar dapat disebabkan oleh tekanan
atau reaksi kimia yang menghasilkan panas.
A. Analisa pembakaran
Kecepatan pembakaran dan efisiensi pembakaran akan tergantung pada tiga T
yaitu:
• Time (waktu)
Setiap reaksi kimia memerlukan waktu tertentu untuk pembakaran
bahan bakar harus diusahakan tetap berada pada zone pembakaran di
dalam ruang bahan bakar pada waktu Yang cukup seluruh bahan bakar
akan terbakar dengan sempurna.
• Temperatur (suhu)

13
Supaya proses pembakaran suatu zat dapat terjadi, maka temperatur
dari zat tersebut harus berada pada suatu suhu tertentu yang cukup
untuk memulai terjadinya reaksi pembakaran.
Tabel temperatur penyalaan untuk berbagai unsur kimia.
JENIS BAHAN/ZAT SIMBOL TEMPERATUR KIMIAWI
KIMIAWI
0 0
C F
Sulfur (belerang) S 243 470
Bituminous Coal 408 766
Semi – Bituminous Coal 466 870
Anthractive 496 925
Acetylene C2H2 482 900
Ethane C2H4 538 1000
Hydrogen H2 610 1130
Methane CH4 659 1130
Carbon monoxide CO 654 1210

• Turbulance (turbulensi aliran)


Oksigen di dalam udara yang dialirkan ke ruang bakar ada
kemungkinan dapat langsung mengalir ke cerobong tanpa kontak
dengan bahan bakar. Hal semacam ini dapat di hindari dengan cara
memusarkan aliran udara. Turbulensi udara akan membentuk
percampuran yang baik antara udara bahan bakar sehingga akan
diperoleh proses pembakaran yang sempurna. Oleh sebab itu faktor T
tersebut harus dijaga sebab :
• Bila temperatur ruang bakar lebih rendah dari pada temperatur
penyalaan campuran, maka campuran tidak akan terbakar dengan baik,
bahkan dapat mematikan nyala api (flame failure)
• Bila hembusan yang terlalu kuat pada sisi masuk ruang bakar,
turbulensi yang kurang baik, serta ukuran partikel bahan bakar yang
terlalu besar akan menghasilkan suatu pembakaran yang kurang
sempurna di dalam ruang bakar. Akhirnya, bahan bakar yang belum
sempat terbakar di ruang bakar akan terbakar di luar zone pembakaran
14
dalam ketel uap. Komplikasi selanjutnya adalah bahwa campuran
bahan bakar/udara pada ruang bakar yang volumenya besar. Sehingga
dapat membentuk campuran kurus ( weak mixture) yang akan
meningkatkan risiko terjadinya ledakan (exploin)

2. 7 Udara Primer, Sekunder dan Tersier

Seperti diketahui bahwa proses pembakaran memerlukan oksigen. Oksigen


diambilkan dari udara. Udara yang dialirkan ke dalam ketel untuk memenuhi
kebutuhan agar terbentuk reaksi pembakaran disebut udara pembakaran.
Berdasarkan fungsinya, udara pembakar dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu :
• Udara primer (primary air)
• Udara sekunder (secondary air)
• Udara tersier (tertiary air)
A. Udara primer
Merupakan udara yang memiliki fungsi untuk membawa batu bara dari mil ke
burner. Selain itu, udara primer juga berfungsi untuk mengeringkan batu bara
serta memanaskan batu bara sampai temperatur tertentu. Karena itu tiga
tugasnya ad alah :
• Membawa batu bara
• Mengeringkan batu bara
• Menyediakan oksigen untuk pembakaran sampai sekitar 30 % dari
udara pembakaran total.
B. Udara sekunder
Adalah udara yang dimasukkan ke ruang bakar melalui winbox yang ada di
sekeliling ruang bakar. Fungsi utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen yang diperlukan bagi proses pembakaran. Agar diperoleh percampuran
yang baik antara bahan bakar dengan udara, maka aliran udara sekunder dibuat
berputar (turbulensi).
Karena itu fungsinya udara sekunder adalah
• Menciptakan turbulensi
• Menyediakan oksigen untuk pembakaran
Kira-kira 70% dari udara pembakaran total adalah udara sekunder air.

15
C. Udara tersier
Pada beberapa desain boiler, udara sekunder dibagi lagi. Bagi turbulensi ekstra
diperlukan, suatu proposi udara sekunder digunakan, disebut udara tersier,
yaitu udara yang di berikan pada sudut yang tajam atau bahkan sudut tegak
lurus, terhadap nyala pembakaran dan menyebabkan turbulensi agresif lebih
lanjut. Karena itu tugasnya adalah sama dengan udara sekunder ditambah tugas
lain yaitu, (mengontrol nyala api) atau sebagai pengatur posisi nyala api.
Aliran campuran bahan bakar / udara primer harus dipusatkan ketika melalui
burner. Turbulensi berikutnya diperoleh ketika campuran kontak dengan udara
sekunder yang juga berpusat dengan udara ketiga. Udara sekunder + udara
tersier, mencapai jumlah antara 70 dan 77 % total udara untuk pembakaran.

2. 8 Proses pembakaran secara kimia.

Seperti diketahui bahwa unsur-unsur dalam bahan bakar dapat membentuk reaksi
pembakaran dengan oksigen adalah karbon, hidrogen dan sulfur. Karena itu proses
pembakaran bahan bakar tidak lain adalah terbentuknya reaksi pembakaran antara
ketiga unsur tersebut dengan oksigen. Reaksi pembakaran untuk ketiga unsur
tersebut adalah sebagai berikut :
• Reaksi pembakaran karbon
C + O2 = CO2 (Pembakaran karbon sempurna / + 33.820 kj/kg)
C + ½ O2 = CO (Pembakaran karbon tidak sempurna /+ 10.120 kj/kg)
• Reaksi pembakaran hidrogen
2H2 + O2 = 2H2O
• Reaksi pembakaran sulfur
S + O2 = SO2
A. Kebutuhan udara
Untuk dapat menghitung kebutuhan oksigen dan udara teoritis bagi proses
pembakaran bahan bakar, maka perlu di ingat berat atom masing-masing unsur
yang terlihat dalam reaksi pembakaran. Agar lebih mudah mengingat. Gunakan
daftar berikut :

16
NAMA UNSUR SIMBOL B.A
KARBON C 12
HIDROGEN H 1
SULFUR S 32
OKSIGEN O 16
NITROGEN N 14

Selain itu untuk menghitung kebutuhan udara teoritis maka harus diketahui
komposisi dari udara. Komposisi udara sebagai berikut:

Dalam satuan persen berat, udara mengandung :

Oksigen = 23,2 %

Nitrogen = 76,8 %

Dalam persen volume, udara mengandung :

Oksigen = 21 %

Nitrogen = 79 %

Perhitungan oksigen teoritis dan udara teoritis dapat dicari persamaan berikut:

• Oksigen yang di perlukan untuk membakar karbon


C + O2 = CO2
12 + 32 = 44
1 kg C + 8/3 Kg O2 = 11/3 Kg CO2
Jadi setiap Kg karbon memerlukan 8/3 Kg oksigen
• Oksigen yang diperlukan untuk membakar hidrogen adalah :

17
2H2 + O2 = 2H2O
4 + 32 = 36
1 Kg H + 8Kg O2 = 9Kg H2O
Jadi untuk setiap Kg Hidrogen memerlukan 8 Kg oksigen
• Oksigen yang diperlukan untuk membakar sulfur :
S + O2 =SO2
32 + 32 = 64
1 Kg S + 1 Kg O2 = 2 Kg SO2
Jadi 1 Kg sulfur memerlukan 1 Kg Oksigen kebutuhan Oksigen.
Tetapi biasanya di dalam bahan bakar juga terdapat sedikit oksigen
dalam bahan bakar akan bereaksi dengan hidrogen dalam bahan bakar
tersebut.
B. Pengaruh kehalusan batu bara
Agar reaksi pembakaran dapat berlangsung, bahan bakar harus sepenuhnya
kontak dengan oksigen. Lebih rapat kontaknya lebih cepat dan effisiensi
pembakarannya. Bongkahan batu bara yang besar akan terbakar hanya pada
permukaannya saja karena hanya bagian permukaan batu bara saja yang kontak
dengan udara. Akan tetapi jika kita menggiling atau menggerus bongkahan
batu bara menjadi partikel-partikel kecil, maka pembakaran akan terjadi pada
semua permukaan partikel sehingga proses pembakaran jelas akan lebih cepat,
karena itu dengan menggunakan batu bara giling. Kita dapat meningkatkan
laju aliran bahan bakar yang di masukkan ke dalam ruang bakar. Dengan cara
ini kita dapat menghasilkan uap dengan jumlah yang banyak dalam waktu
yang singkat.

2. 9 Gas Buang

Bahan bakar yang digunakan pada pembangkit thermal adalah jenis bahan bakar
padat, cair dan gas, untuk bahan bakar padat (batu bara) sedangkan untuk bahan
bakar cair/residu/ heavy oil di perlukan peralatan bantu yaitu mill dan pemanas
sebelum bahan bakar dimasukkan ke ruang bakar. Batu bara melalui mill dibuat
serbuk selanjutnya dengan udara pembakar masuk ke ruang bakar sehingga terjadi
proses pembakaran.

18
Gas sisa pembakaran/ gas buang di unit PLTU sebelum dibuang ke atmosfir di
manfaatkan untuk pemanas lanjut (super heater), pemanas awal air pengisi
(economyzer) dan pemanas udara pembakaran di air heater. Untuk menghindarkan
terjadinya polusi gas buang di saluran gas buang di pasang dust colector dan
precipicator yang berguna sebagai penangkap abu terbang.
A. Hasil pembakaran CO, O2, CO2 dan asam
Pada proses pembakaran akan dihasilkan gas buang. Gas buang atau hasil
pembakaran berupa CO (karbon monoksida), gas CO2 (Karbon dioksida) dan
asam.
• Gas CO (karbon monoksida)
Gas CO dihasilkan dari pembakaran Karbon : di mana pembakaran
berlanjut secara tidak sempurna.
Reaksi kimia
C + ½ CO2 CO +10.120 Kj/Kg.
Panas dihasilkan sekitar 10.120 Kj/Kg, sehingga ada kerugian panas
yang di bawa oleh gas buang ke cerobong.
• Gas O2 (oksigen)
Gas O2 pada gas buang menunjukkan adanya excess air (udara bersih)
pada proses pembakaran. Kandungan O2 pada gas buang dapat
digunakan untuk menentukan kesempurnaan dari pembakaran dan
efesiensi dari proses pembakaran.
• Gas CO2 (karbon dioksida)
Gas CO2 dihasilkan dari pembakaran karbon, di mana pembakaran
berlangsung secara sempurna.
Reaksi kimia.
C + O2 CO2 + 33.820 Kj/Kg
Panas yang dihasilkan sekitar 33.820 Kj/Kg. Panas yang dihasilkan
tiga kali pembakaran yang menghasilkan gas CO2.
• Asam
Terbentuknya zat asam pada proses pembakaran tidak dapat kita
harapkan terbentuknya zat asam tersebut berasal dari pembakaran
sulfur (belerang). Reaksi kimia.

19
S + O = SO2
Sulfur Oksigen Sulfur dioksida
Dalam proses pembakaran ketel, selalu diberikan udara lebih. Dengan
demikian maka juga terdapat oksigen lebih. Selanjutnya bila gas
sulfur oksida ini bertemu dengan oksigen yang berasal dari udara
lebih, maka akan terjadi reaksi.
2 + O2 = 2SO3
Hasil pembakaran hidrogen adalah 2H + O2 = 2H2O. Selain itu dalam
gas sisa pembakaran juga terdapat air yang berasal dari udara
pembakaran maupun dari bahan bakar. Apabila H2O ini bertemu
dengan SO3 akan terjadi reaksi :
SO3 + H2O = H2SO4 (Asam Sulfat)
Asam sulfat ini bersifat sangat korosif terhadap logam sehingga sering
dijumpai di jumpai terjadinya korosi pada saluran gas asap pada daerah
yang temperaturnya cukup rendah di mana terjadi pengembunan
H2SO4.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahan bakar fosil merupakan salah satu jenis energi yang berasal dari dalam
bumi yang tidak dapat diperbaharui lagi, terdiri dari minyak bumi, batu bara
dan gas alam.
Gas bumi merupakan campuran senyawa hidrokarbon dengan senyawa
non combustible dalam fasa gas, dengan komposisi utamanya adalah metana
(CH4), etana (C2H6) dan sejumlah kecil gas hidrokarbon lain. Bahan bakar gas
ini banyak dipakai di PLTG atau PLTU yaitu jenis gas alam atau natural gas.
Seperti : Metana (CH4) 93,3 %, Ethana (C2H6) 3,3 %, Propana (C3H8) 0,7 %,
Butana (C4H10) 0,2 %, Pentana (C5H12) 0,5 %, dan hidrokarbon lainnya.
Minyak bumi tersusun dari senyawa hidrokarbon yang berbeda-beda.
Perbedaan ini tergantung dari faktor umur, suhu pembentukan, dan cara
pembentukan. Kandungan unsur kimia dalam minyak bumi. Secara umum,
komponen minyak bumi terdiri atas lima unsur kimia, yaitu 83 - 87% karbon,
10 - 14% hidrogen, 0,,05 – 6% belerang, 0,05 – 1,5% oksigen, 0,1 – 2%
nitrogen, dan 0,1% unsur-unsur logam.
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil pengertian umunya adalah
sedimen yang dapat terbakar terbentuk dari endapan organik. Unsur-unsur
utamanya terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen oksigen. Batu bara juga adalah
batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang dapat ditemui
dalam bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137
H97 O9 NS untuk bituminus dan C240 H90 O9 NS untuk antrasit
Untuk memulai terjadinya reaksi pembakaran maka dibutuhkan 3
sumber yaitu, bahan bakar, oksigen dan sumber nyala api. Pembakaran
spontan dapat terjadi apabila terdapat oksigen yang kontak langsung dengan
bahan bakar serta temperatur bahan bakar dapat disebabkan oleh tekanan atau
reaksi kimia yang menghasilkan panas. Proses pembakaran bahan bakar tidak
lain adalah terbentuknya reaksi pembakaran antara ketiga unsur tersebut
dengan oksigen. Reaksi pembakaran karbon (C + O2 = CO2 Pembakaran
karbon sempurna / + 33.820 kj/kg) dan (C + ½ O2 = CO Pembakaran karbon

21
tidak sempurna /+ 10.120 kj/kg). Reaksi pembakaran hidrogen (2H2 + O2 =
2H2O ). Dan Reaksi pembakaran sulfur (S + O2 = SO2).

22
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar_fosil

https://id.scribd.com/doc/297585789/Karakteristik-Gas-Bumi

https://id.scribd.com/doc/312887107/Minyak-Bumi

https://id.scribd.com/document/544914380/MAKALAH-DAMPAK-PEMBAKARAN-BAHAN-
BAKAR-FOSIL

https://id.scribd.com/document/456404538/02-PEMBAKARAN-pdf

23

Anda mungkin juga menyukai