BOMB KALORIMETER
Oleh:
BOMB KALORIMETER
Kegiatan Pengembangan Jobsheet ini Dibiayai dengan Sumber Dana DIPA Politeknik
Negeri Lhokseumawe Tahun Anggaran 2020
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia, Penulis,
Mengetahui/ Mengesahkan:
Wakil Direktur Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan
Alumni
Politeknik Negeri Lhokseumawe,
Telah memenuhi syarat-syarat penulisan Modul Ajar yang dibiayai dengan sumber
dana Revitalisasi Politeknik Negeri Lhokseumawe Tahun Anggaran 2020
Reviewer :
1.
NIP. .......................................
2.
NIP. .......................................
Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Pusat Pengembangan Ketua Departemen Pendidikan
Pembelajaran d an Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pembelajaran
III. Teori
a. Perpindahan Kalor
Konduksi
Perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikel
zat tersebut disebut dengan konduksi. Zat yang dapat menghantarkan kalor dengan
baik disebut konduktor, sedangkan penghantar kalor yang buruk disebut isolator.
Pada umumnya, benda logam, seperti besi, alumunium, tembaga, dan kuningan
merupakan konduktor, sedangkan benda selain logam, seperti kaca, kayu, plastik,
1
udara, dan air merupakan isolator.
Konveksi
1. Konveksi pada Zat Cair
Air dipanaskan akan memuai sehingga massa jenisnya berkurang. Karena
massa jenisnya berkurang, air bergerak naik. Tempat digantikan oleh air yang
suhunya lebih rendah, bergerak turun karena massa jenisnya lebih besar. Gerakan
atau aliran air itu tampak jelas jika ke dalam air dimasukkan zat pewarna, misalnya
kalium permanganat yang berwarna ungu.
2. Konveksi pada Gas
Konveksi pada gas, seperti udara, terjadi ketika udara panas naik dan udara
yang lebih dingin turun.
Radiasi
Perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara disebut radiasi (pancaran).
Besarnya radiasi kalor yang dipancarkan ataupun yang diserap oleh suatu benda
bergantung pada warna benda. Benda-benda berwarna terang dan mengkilap
merupakan penyerap sekaligus pemancar kalor yang buruk, sedangkan benda-benda
berwarna gelap merupakan penyerap sekaligus pemancar kalor yang baik.Konsep
perpindahan kalor tersebut dimanfaatkan dalam alat-alat, seperti termos, setrika, dan
masih banyak lagi.
b. Kalor Pembakaran
Reaksi kimia yang umum digunakan untuk menghasilkan energi adalah
pembakaran, yaitu suatu reaksi cepat antara bahan bakar dengan oksigen yang
disertai terjadinya api. Bahan bakar utama yang digunakan pada kendaraan dan
mesin sampai saat ini adalah bahan bakar fosil, yaitu gas alam, minyak bumi, dan
batu bara.
Bahan bakar fosil berasal dari reaksi kompleks sisa mikroorganisme yang
terdapat dalam air laut yang telah mati dan tertimbun bersama bebatuan ke dasar
laut, karena pengaruh tekanan dan temperatur tertentu selama waktu tertentu,
2
bereaksi menjadi senyawa yang tersusun dari karbon dan hidrogen sehingga disebut
senyawa hidrokarbon. Pembentukan senyawa hidrokarbon ini memerlukan waktu
ribuan sampai jutaan tahun. Minyak bumi, telah digunakan dengan laju yang jauh
lebih cepat dari pada proses pembentukannya. Oleh karena itu, diprediksikan bahwa
bahan bakar ini akan habis dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Untuk menghemat penggunaan minyak bumi dan untuk mempersiapkan
bahan bakar pengganti, telah dikembangkan berbagai bahan bakar lain, misalnya gas
sintesis (sin-gas) dan hidrogen. Gas sintetis diperoleh dari gasifikasi batubara. Batu
bara merupakan bahan bakar fosil yang paling melimpah, yaitu sekitar 90 % dari
cadangan bahan bakar fosil. Akan tetapi penggunaan bahan bakar batubara
menimbulkan berbagai masalah, misalnya dapat menimbulkan polusi udara yang
lebih besar daripada bahan bakar lainnya. Karena bentuknya yang padat terdapat
keterbatasan penggunaannya. Oleh karena itu, para ahli berupaya mengubahnya
menjadi gas sehingga pernggunaannya lebih mudah dan lebih bersih. Gasifikasi
batubara dilakukan dengan mereaksikan batubara panas dengan uap air panas. Hasil
proses itu berupa campuran gas CO, H2 dan CH4.
Untuk mengetahui jenis bahan bakar yang efektif dan efisien sesuai
kebutuhan, dapat dilakukan pengujian dengan cara membakar bahan bakar. Kalor
yang dilepaskan pada proses pembakaran tersebut digunakan untuk memanaskan air
dan kalor yang diserap oleh air dihitung sebagai nilai kalor bahan.
Efektivitas bahan bakar dapat dibandingkan berdasarkan jumlah kalor
dengan volume yang sama. Pada volume yang sama, semakin besar jumlah kalor
yang dilepaskan, semakin efektif bahan bakar tersebut untuk digunakan sesuai
kebutuhan. Efisiensi bahan bakar dapat dibandingkan berdasarkan jumlah volume
dan harga. Untuk volume yang sama, semakin murah harga bahan bakar (BBM),
semakin efisien BBM tersebut untuk digunakan sesuai kebutuhan. Namun, ada
beberapa aspek yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan BBM. Aspek
tersebut di antaranya keamanan dan kebersihan lingkungan. Bensin tidak dapat
digunakan untuk kebutuhan di rumah sebab bensin mudah menguap sehingga mudah
terbakar, yang berdampak pada risiko keamanan. Minyak tanah tidak dapat
digunakan untuk kendaraan bermotor sebab sukar terbakar dan bersifat korosif.
3
Akibatnya, jika minyak tanah dipakai untuk kendaraan, mesin sukar dihidupkan dan
cepat rusak. Di samping itu, akibat dari sukar terbakar dapat menimbulkan asap
yang tebal dan berdampak pada pencemaran lingkungan.
Sedangkan bahan sintetis lain yang juga banyak dipertimbangkan adalah
hidrogen. Hidrogen salah satu sumber energi baru adalah hasil reaksi dari gas H2 dan
O2. Di laboratorium, reaksi ini dapat dilakukan dalam tabung eudiometer, yang
dipicu oleh bunga api listrik menggunakan piezoelectric. Ketika tombol
piezoelectric ditekan akan terjadi loncatan bunga api listrik dan memicu terjadinya
reaksi H2 dan O2. Persamaan termokimianya:
Untuk jumlah mol yang sama, kalor pembakaran gas H2 sekitar 2,5 kali lebih
besar dari kalor pembakaran gas alam. Di samping itu, pembakaran gas H2
menghasilkan produk ramah lingkungan (air). Masalah yang mengemuka dari
sumber energi ini adalah aspek ekonomi, terutama dalam biaya produksi dan
penyimpanan gas H2 serta transportasi gas H2. Walaupun gas hidrogen melimpah di
alam, tetapi jarang terdapat sebagai gas H2 bebas, melainkan bersenyawa dengan
berbagai unsur. Untuk memperoleh sumber utama gas hidrogen, salah satunya
adalah pengolahan gas metana dengan uap air:
4
Tabel 1. Komposisi dan nilai kalor dari berbagai jenis bahan bakar
Komposisi (%) Nilai Kalor
Jenis Bahan Bakar
C H O (kJ/g)
Gas Alam 70 23 0 49
Batu bara (antrasit) 82 1 2 31
Batu bara (bituminous) 77 5 7 32
Minyak mentah 85 12 0 45
Bensin 85 15 0 48
Arang 100 0 0 34
Kayu 50 6 44 18
Hidrogen 0 100 0 142
c. Kalorimeter
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah
kalor yang terlibat dalam suatu perubahan atau reaksi kimia. Kalor merupakan
energi yang berpindah dari suatu media ke media lain akibat adanya perbedaan suhu.
Kalorimetri adalah metode penentuan nilai kalor reaksi dengan menggunakan
kalorimeter. Kalorimeter yaitu alat untuk menganalisa nilai kalor. Ada dua jenis alat
penentu nilai kalor yaitu kalorimeter bomb (bomb calorimeter) dan kalorimeter
sederhana.
Prinsip pengukuran nilai kalor didasarkan pada hukum pertama
termodinamika yang menghubungkan perubahan energi yang terlibat dalam suatu
proses thermal dengan jumlah kerja yang dilakukan pada sistem dan jumlah kalor
yang dipindahkan ke dalam sistem. Di dalam kalorimeter terjadi perubahan energi
dari energi listrik menjadi energi kalor sesuai dengan hukum kekekalan energi yang
menyatakan energi tidak dapat diciptakan dan energi tidak dapat dimusnahkan, tetapi
dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain.
Jika dua jenis zat atau lebih dicampur menjadi satu, maka yang suhunya
tinggi akan melepas kalor sedangkan zat yang suhunya rendah akan menerima kalor
sampai tercapai kesetimbangan termal.
5
Menurut Asas Black, kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diterima.
Kalor jenis suatu benda tidak tergantung dari massa benda, tetapi tergantung pada
sifat dan jenis benda tersebut. Jika kalor jenis suatu benda tersebut adalah kecil,
maka kenaikan suhu benda tersebut akan cepat bila dipanaskan. Kapasitas kalor air
adalah 4.200 J/kg°C.
Metode pengukuran nilai kalor menggunakan dua metode, yaitu metode
aliran dan non aliran. Jenis alat kalorimeter aliran yang biasa digunakan dalam
eksperimen disebut Junkers Calorimeter (Kalorimeter Junker). Jenis alat kalorimeter
non-aliran yang telah lazim adalah bomb kalorimeter, digunakan untuk untuk
penentuan nilai kalor bahan bakar padat dan cair.
Beberapa jenis kalorimeter yang umum digunakan yaitu Kalorimeter
Sederhana dan Kalorimeter Bomb. Pada praktikum ini digunakan alat Kalorimeter
Bomb atau Bomb Calorimeter untuk menguji nilai kalor suatu bahan.
Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor
(nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu
senyawa, bahan makanan, bahan bakar atau khusus digunakan untuk menentukan
kalor dari reaksi-reaksi pembakaran.
Kalorimeter ini terdiri dari sebuah bom (tempat berlangsungnya reaksi
pembakaran, terbuat dari bahan stainless steel dan diisi dengan gas oksigen pada
tekanan tinggi) dan sejumlah air yang dibatasi dengan wadah yang kedap panas.
Reaksi pembakaran yang terjadi di dalam bom, akan menghasilkan kalor dan diserap
oleh air dan bom. Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka :
Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :
dengan :
m = massa air dalam kalorimeter ( g )
C = kalor jenis air dalam kalorimeter (J/g.oC ) atau ( J/g. K )
6
ΔT = perubahan suhu ( oC atau K )
Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus :
Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung pada volume tetap
(ΔV = nol ). Oleh karena itu, perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem =
perubahan energi dalamnya.
ΔE = q + w
w = - P. ΔV ( jika ΔV = nol maka w = nol )
Pada dasarnya, sebuah kalorimeter bom terdiri dari sebuah cawan kecil
(crucible) untuk mengandung sampel, oksigen, sebuah bom stainless steel, air,
sebuah pengaduk, termometer, dewar (untuk mencegah aliran panas dari kalorimeter
ke sekitarnya) dan rangkaian pengapian tersambung ke bom.
Karena tidak ada pertukaran panas antara kalorimeter dan sekitarnya → Q = 0
(adiabatic); tidak ada pekerjaan yang dilakukan → W = 0. Dengan demikian, energi
internal total perubahan ΔU (total) = Q + W = 0
Juga, total perubahan internal energi, ΔU (total) = ΔU (sistem) + ΔU
(sekitarnya) = 0 → ΔU (sistem) = - ΔU (sekitarnya) =-Cv.ΔT (→ volume konstan
ΔV = 0)
Dimana:
7
Decomposition Vessel
Penutup Alat
Layar monitor Cooler
8
b. Bahan
- Solar, biodiesel, batu bara, briket, atau bahan lain sesuai tugas
- Oksigen murni (99,95%), 30-40 bar
- Sarung tangan karet
- Masker
- Tisu
- Aquades
V. Prosedur Praktikum
a. Persiapan Alat
1. Periksa posisi air pada pendingin, sekitar 2-3 ml di bawah garis merah MAX.
2. Nyalakan Cooling (tekan Power à tekan tombol power <tahan sampai
pendingin bekerja>)
3. Setelah terbaca suhu bath di bawah 20 oC à nyalakan alat Bomb
Calorimeter
4. Tunggu hingga terdapat tulisan:
“waiting
“Ok for tests” pada alat (Gambar 1)
Gambar 1 Tampilan menu pada layar monitor, saat alat siap untuk digunakan
9
b. Persiapkan Decomposition Vessel
1. Bersihkan decomposition vessel, dan crucible
2. Dengan pinset ambil crucible dan letakkan ke atas timbangan analitik
3. Masukkan sampel, usahakan mendekati 1 g dan tidak lebih, catat beratnya
sampai 4 digit
4. Masukan distilled water ke decomposition vessel (1 ml) dengan membasahi
semua sisi dalam dinding vessel
5. Pasang benang katun pada kawat (lihat gambar)
6. Letakan crucible yang telah berisi sampel (lihat gambar) pada metal di bawah
kawat, dan benamkan ujung benang ke dalam sampel
Benang katun
Kawat
Benang katun
Crucible
10
4. Isi data yang diminta (berat sampel), nama operator, nama sampel (kalibrasi di
kosongkan)
5. Masukan decomposition vessel ke alat bomb sampai terpasang sempurna (lihat
Gambar 3)
6. Klik OK à START
7. Alat akan otomatis menguji
8. Setelah selesai hasil akan di tampilkan di alat seperti pada Gambar 4.
9. Keluarkan decomposition vessel, letakkan di atas meja, keluarkan oksigen dengan
menekan pada bagian tengah atas menggunakan alat
10. Bersihkan Decomposition Vessel dan crucible dan keringkan
11. Siap untuk pengujian berikutnya
a b
11
Gambar Tampilan pada layar setelah menekan “sample”, untuk mengisi data
sampel
Ket: 1. Tutup pengunci (union nut), 2. Alat pengisi oksigen, 3. Tutup, 4. pengait
Gambar 4 Pemasangan decomposition vessel ke alat bomb.
12
b. Prosedur pengeluaran sisa sampel
1. Buang sisa oksigen di dalam vessel dengan menekan bagian atas vessel
dengan alat yang tersedia
2. Buka penutupnya, keluarkan crusible dengan hati-hati, cuci bersih dan
keringkan, simpan.
3. Bersihkan vessel dengan aquades, keringkan dan simpan
13
Tabel 2 Borang Data Hasil Percobaan
Nilai Kalor
No. Nama Bahan Bakar
kJ/kg Kkal/kg Btu/lb
14
LAMPIRAN 1. Pertanyaan-Pertanyaan
L.1 Pertanyaan-pertanyaan:
1. Jelaskan prinsip kerja alat bomb calorimeter
2. Bagaimana prosedur persiapan bahan?
3. Untuk apa dilakukan penentuan nilai kalor?
4. Apa saja metode pengukuran nilai kalor bahan?
5. Bahan-bahan apa saja yang dapat diukur nilai kalor dengan bomb
calorimeter?
6. Faktor apa saja yang mempengaruhi nilai kalor suatu bahan?
7. Apa satuan nilai kalor?
15
LAMPIRAN 2. SPESIFIKASI BAHAN BAKAR
Tabel L.2.1 Spesifikasi bahan bakar solar
Limit
No. Properties
Min Maks
1 Density at 15ºC, kg/m3 0,815 0,870
2 Specific gravity at 60/60 ºF - 0,5
3 Sulfur Content, % wt 0,82 0,87
4 Cetane Number 45 48
5 Viscosity Kinematic at 100 ºF 1,6 5,8
Residue carbon, %w (on 10% vol. - 0,1
6
bottom)
7 Water content, %v - 0,05
8 Ash content, %w - 0,01
9 Flash Point PMCC 150 -
10 Calorific value. kcal/kg 10.500 10.667
11 Pour point, ºF 65 65
16