Anda di halaman 1dari 57

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

MATERI

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Disusun Oleh :

Kelompok : II / KAMIS PAGI

1. ABUDIAR REDONDO 21030119130055

2. RAUDHAH AQILAH HABNI HRP 21030119140165

3. TIARA NADYA 21030119130151

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II

TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

MATERI

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Disusun Oleh :

Kelompok : II / KAMIS PAGI

1. ABUDIAR REDONDO 21030119130055

2. RAUDHAH AQILAH HABNI HRP 21030119140165

3. TIARA NADYA 21030119130151

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II

TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia II yang berjudul Panas Pelarutan dan
Kelarutan sebagai Fungsi suhu yang disusun oleh:

Kelompok : II / Kamis Pagi

Anggota : 1. Abudiar Redondo NIM: 21030119130055

2. Raudhah Aqilah Habni Hrp NIM: 21030119140165

3. Tiara Nadya NIM: 21030119130151

Telah disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Semarang, 2020

Mengetahui

Dosen Pengampu

Prof. Dr. Tutuk Djoko Kusworo, ST.,M.Eng.

NIP. 197306211997021001
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
Rahmat,Inayah, Taufik, dan Hinayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan laporan resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia II dengan materi
Elektrokimia dengan lancar dan sesuai dengan harapan.

Penyusunan laporan resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia II ini ditujukan


untuk melengkapi matakuliah Praktikum Dasar Teknik Kimia II pada semester ini.

Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Ibu Dr. Ing. Silviana, S.T., M.T. selaku dosen penanggung jawab
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

3. Bapak Mohammad Rustam dan Ibu Dini Iswandari, S.T. selaku Laboran
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II yang telah membantu selama
praktikum

4. Segenap Asisten Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

5. Semua pihak yang telah membantu atas laporan ini

Laporan resmi ini kiranya merupakan laporan resmi yang dapat kami ajukan.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang kiranya dapat membantu
kami dalam membangun dan meningkatkan kesempurnaan laporan resmi yang kami
susun ini.

Semarang, Mei 2020

Penyusun
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

RINGKASAN

Panas pelarutan adalah perubahan 1 mol zat dilarutkan dalam n mol solvent
pada tekanan dan suhu tetap. Pada peristiwa pelarutan yang akan terjadi perubahan
energi, hal ini disebabkan adanya perbedaan gaya tarik menarik antara molekul
sejenis. Tujuan praktikum ini adalah menentukan panas pelarutan suatu zat, mencari
hubungan antara suhu dengan waktu, serta mencari hubungan antara suhu dengan
waktu, serta mencari hubungan antara panas pelarutan dengan molaritas dan suhu
larutan. Panas pelarutan dibagi menjadi panas pelarutan integral dan differensial.

Bahan yang diperlukan adalah aquadest, solute standar Na2S2O3, dan solute
variabel CaSO4.2H2O, K2CrO4, dan MgSO4.7H2O. Alat yang dipakai adalah
kalorimeter, termometer, kompor listrik, beaker glass. Dengan variabel tetap, solute
standar, dan aquadest. Sedangkan variabel bebas adalah solute variabel dan ∆t. Cara
kerja praktikum ini adalah memanaskan aquadest 80 ml pada suhu 85°C dan
memasukkannya ke dalam kalorimeter. Mencatat suhu konstan dan melakukan hal
yang sama pada solute standar dan variabel.

Kesimpulan yang didapat yaitu pada solute standar ∆ H s CaSO4.2H2O 1 gram


adalah 34,415 kJ/mol, ∆ H s CaSO4.2H2O 3 gram adalah 12,225 kJ/mol, ∆ H s
CaSO4.2H2O 5 gram adalah 3,4313 kJ/mol, dan ∆ H s CaSO4.2H2O 7 gram adalah
-3,2752 kJ/mol. ∆ H s K2CrO4 1 gram adalah 116,480 kJ/mol, ∆ H s K2CrO4 3 gram
adalah 9,4276 kJ/mol, ∆ H s K2CrO4 5 gram adalah -1,9445 kJ/mol, dan ∆ H s K2CrO4
7 gram adalah -13,334 kJ/mol. ∆ H s MgSO4.7H2O 1 gram adalah 45,327 kJ/mol, ∆ H
s MgSO4.7H2O 3 gram adalah 23,634 kJ/mol, ∆ H s MgSO4.7H2O 5 gram adalah
-4,935 kJ/mol, dan ∆ H s MgSO4.7H2O 7 gram adalah -20,872 kJ/mol. Hubungan
antara panas pelarutan dengan molaritas adalah jika ∆ H s positif maka semakin tinggi
molaritasnya panas pelarutan semakin rendah begitupula jika ∆ H s bernilai negatif.
Hubungan waktu dengan suhu semakin lama waktu, maka suhu akan naik untuk
eksotermis, dan untuk endotermis makin lama waktu maka suhu makin turun.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi


dari suatu sistem termodinamika. Ada beberapa jenis entalpi dan salah satunya
adalah entalpi pelarutan standar. Proses pelarutan tidak selalu bisa melarutkan
zat secara keseluruhan. Pemanasan dapat membantu melarutkan zat yang belum
terlarut seluruhnya. Panas pelarutan adalah perubahan entalpi satu mol zat yang
dilarutkan dalam n mol solvent pada tekanan dan suhu tetap yang disertai dengan
penyerapan atau pembebasan kalor. Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan kimia
baru dari atom-atom. Demikian juga pada peristiwa pelarutan, terkadang akan
terjadi perubahan energi yang disebabkan adanya perbedaan gaya tarik-menarik
antara molekul sejenis. Gaya ini jauh lebih kecil daripada gaya tarik pada ikatan
kimia, sehingga panas pelarutan biasanya jauh lebih kecil daripada panas reaksi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi panas pelarutan pada praktikum ini
adalah jenis solute. Solute dibedakan menjadi dua, yaitu solute standar dan
solute variabel. Solute standar adalah solute yang telah diketahui panas
pelarutannya dan dijadikan dasar untuk mencari nilai tetapan kalorimeter.
Sedangkan solute variabel adalah solute yang akan dicari nilai panas
pelarutannya.

Pada dunia industri, prinsip panas pelarutan digunakan untuk merancang


reaktor. Dengan diketahuinya panas pelarutan yang dihasilkan pada pembuatan
produk, maka dapat ditentukan bahan yang digunakan dalam perancangan
reaktor tersebut. Sehingga kerusakan yang mungkin terjadi akibat timbulnya
panas pelarutan pada proses poduksi akan dapat dihindari. Selain itu, panas
pelarutan juga dapat digunakan sebagai dasar pememilihan tungku agar sesuai
dengan panas pelarutan zat tertentu serta dalam pemilihan bahan bakar agar
menghasilkan panas seefisien mungkin. Sehingga, seorang sarjana teknik kimia
yang pada umumnya bekerja di bidang industri harus mengetahui analisa panas
pelarutan. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa teknik kimia praktikum panas
pelarutan ini menjadi sangat penting untuk dilakukan.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

1.2 Tujuan Praktikum


1. Menentukan panas pelarutan dari Na2S2O3.5H2O, CaSO4.2H2O, K2CrO4, dan
MgSO4.7H2O
2. Mencari hubungan antara panas pelarutan dengan molaritas dan suhu larutan
3. Mencari hubungan antara suhu dengan waktu sebagai fungsi panas pelarutan

1.3 Manfaat Praktikum


1. Praktikan mampu menentukan panas pelarutan dari Na2S2O3.5H2O,
CaSO4.2H2O, K2CrO4, dan MgSO4.7H2O
2. Praktikan mengetahui hubungan antara panas pelarutan dengan molaritas
dan suhu larutan
3. Praktikan mengetahui hubungan antara suhu dan waktu sebagai fungsi panas
pelarutan
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Panas Pelarutan

Panas pencampuran didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang terjadi


bila dua atau lebih zat murni dicampur membentuk suatu larutan pada temperatur
tetap dan tekanan 1 atm. Panas pelarutan adalah perubahan entalpi satu mol zat
yang dilarutkan dalam n mol solvent pada tekanan dan suhu tetap yang disertai
dengan penyerapan atau pembebasan kalor. Hal ini disebabkan oleh adanya
ikatan kimia baru dari atom-atom. Demikian juga pada peristiwa pelarutan,
terkadang akan terjadi perubahan energi. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
gaya tarik-menarik antara molekul sejenis. Gaya ini jauh lebih kecil daripada
gaya tarik pada ikatan kimia, sehingga panas pelarutan biasanya jauh lebih kecil
daripada panas reaksi.

2.2 Panas Pelarutan Integral dan Differensial

Panas pelarutan integral adalah panas yang diserap atau dilepas bila satu
mol zat solute dilarutkan dalam jumlah tertentu solvent untuk mencapai
konsentrasi tertentu. Sedangkan panas pelarutan differensial adalah panas yang
menyertai pada penambahan satu mol solute ke dalam sejumlah larutan dengan
konsentrasi tertentu, sampai penambahan solute tersebut tidak mempengaruhi
konsentrasi larutan.

Panas pelarutan differensial tidak dapat ditentukan secara langsung, tetapi


secara tidak langsung dari panas pelarutan dapat ditulis dengan persamaan (1).

d(∆ H) d(∆Hf)
d n2
=
[
d n2 ]
T , P,n (1)

Dimana d(∆H) = ∆Hs, adalah perubahan entalpi untuk larutan n2 mol


dalam n mol solvent. Pada T, P, dan n tetap, perubahan n 2 dianggap 0, karena n
berbanding lurus terhadap konsentrasi m (molal). Pada T dan P tetap,
penambahan mol solute dalam larutan dengan konsentrasi m molal
menimbulkan entalpi sebesar d(m.∆Hs) dan panas pelarutan differensial dapat
dinyatakan dengan persamaan (2).
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

d ( ∆ H s) d ( m. ∆ H s )
[ d n2 ] T , P , n= [ dm ] T , P (2)

2.3 Penentuan Tetapan Kalorimeter

Tetapan kalorimeter adalah banyak kalor yang diperlukan untuk


menaikkan suhu kalorimeter beserta isinya sebesar 1oC. Salah satu cara
kalibrasi yang dapat dilakukan adalah dengan memasukan sejumlah solute
tertentu yang telah diketahui panas pelarutannya ke dalam kalorimeter yang
telah diisi solvent, lalu perubahan suhu yang terjadi dicatat. Berdasarkan Asas
Black, tetapan kalorimeter dapat dinyatakan dalam persamaan (3) atau (4).

m.∆H = C.∆T (3)

m. ∆ H
C= (4)
∆T

Keterangan ; C = tetapan kalorimeter

m = jumlah mol solute

∆H = panas pelarutan

∆T = perubahan suhu yang terjadi

2.4 Penentuan Kadar Pelarutan Zat yang Akan Diselidiki

Dalam penentuan ini diusahakan agar volume solvent sama dengan


volume solvent yang akan dikalibrasi. Berdasarkan Asas Black, maka panas
pelarutan suatu zat di rumuskan dalam persamaan (5) berikut.

T2
BM C ∆ T
∆ H= −∫ Cp dT (5)
w T 1

Dimana : ∆H = panas pelarutan

w = berat solute

BM = berat molekul

∆T = suhu tetap 1- suhu tetap 2


PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

T1 = suhu solute sebelum dilarutkan

T2 = suhu akhir kalorimeter

Cp = panas jenis solute

2.5 Efek Panas pada Proses Pencampuran

Efek panas yang timbul pada proses pencampuran atau proses pelarutan
dapat dinyatakan dengan entalpi. Sebagian besar reaksi kimia terjadi pada
tekanan sistem tetap yang sama dengan tekanan luar, sehingga didapatkan
persamaan berikut.

∆E = dQ - P.dV keterangan ; P = tekanan sistem

E2 - E1 = Q - P.(V2– V1)

E2 - E1 = Q - (P.V2) + (P.V1)

karena P1 = P2 = P, maka didapat :

(E2 + (P2.V2)) = (E1 + (P1.V1)) + Q

karena E, P, dan V adalah fungsi keadaan, maka E + P.V juga merupakan


fungsi keadaan. Fungsi ini disebut entalpi (H), dimana H = E + P.V. Sehingga
persamaan di atas menjadi :

H2 – H1 = Q

∆H =Q

∆H = H2 – H1

Pencampuran dapat dilakukan dalam konsep entalpi :

∆E = Q – W1

= Q – {P.(V2-V1)}

E2 + P. V 2 E 1+ P . V 1
− =Q . P sehingga, ∆H = H2 – H1 = Q.P
H2 H1

Saat substrat dicampur membentuk suatu larutan, biasanya disertai efek


panas dalam proses pencampuran pada tekanan tetap. Efek panas yang terjadi
sesuai dengan perubahan entalpi total. Begitu juga dengan reaksi steady state,
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

yaitu perubahan entalpi kinetik dan potensial dapat diabaikan karena hal ini
sudah umum dalam proses pencampuran dan dapat disamakan dengan efek
panas (Badger dan Bachero, 1958).

2.6 Kapasitas Panas dan Entalpi

Kapasitas panas adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk


menaikkan suhu zat (benda) sebesar jumlah tertentu (misal 1oC) pada tekanan
tetap. Panas jenis adalah kapasitas bahan tiap massa.

n.I = m.C

m. C m
I= ; BM =
n n

I = BM.C

keterangan : C = panas jenis

BM = berat molekul

m = massa

n = jumlah mol

Entalpi didefinisikan sebagai :

H = U + PV

∆H = H2 - H1 = Q.P

keterangan : H = Entalpi

U = Enegi dalam

Q = Panas yang diserap pada P tetap (Day dan


Underwood, 1983)

Jadi perubahan entalpi adalah panas yang diserap pada tekanan tetap, jadi
harganya tergantung pada BM untuk mencapai kondisi akhir.

2.7 Kegunaan Panas Pelarutan dalam Industri


PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

1. Mendapatkan panas bahan bakar semaksimal mungkin, misal suatu zat


diketahui panas pelarutannya sebesar 4000oC, maka digunakan bahan bakar
yang memberi panas 4000oC. Sehingga keperluan bahan bakar dapat ditekan
semaksimal mungkin.

2. Dalam pembuatan reaktor kimia, bila panas pelarutannya diketahui, dengan


demikian perancangan reaktor disesuaikan dengan panas pelarutan zat. Hal
ini untuk menghindari kerusakan pada reaktor karena kondisi termal tertentu
dengan kelarutan reaktor tersebut (Daniel, 1962).

2.8 Data Kapasitas Panas (Cp) dan Panas Pelarutan (∆Hs) dari Beberapa
Senyawa

Beberapa data senyawa dengan kapasitas panas dan panas pelarutannya


dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Kapasitas Panas (Cp) dan Panas Pelarutan (∆Hs)

Senyawa Kapasitas Panas (cal/mol K) Panas Pelarutan (cal/mol)

KCl 10,3+0,00376T -4.404

MgSO4.7H2O 89 -3.180

MgCl2. 6H2O 77,1 3.400

CuSO4.5H2O 67,2 -2.850

BaCl2.2H2O 37,3 -4.500

Sumber : Perry, R. H.. 1984. Chemical Engineering Hand Book

Tanda positif (+) pada data ∆Hs menunjukkan bahwa reaksi bersifat
eksotermis atau reaksi menghasilkan panas dari sistem ke lingkungan.
Sedangkan tanda negatif (-) menunjukkan bahwa reaksi bersifat endotermis
atau reaksi menyerap panas dari lingkungan ke sistem.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

2.9 Data Cp, ∆ Hs, dan ∆ Hf Solute Panpel

Tabel 2.1 Kapasitas Panas, Panas Pelarutan, dan Panas Pembentukan

Solute Cp(kJ/degmol) ∆ Hs(kJ/mol) ∆ Hf (kJ/mol)

Na2S2O3.5H2O 369,66.10−3 -47,3108 -2607,93

CaSO4.2H2O 203,34.10−3 -0,7536 -2022,6

K2CrO4 150,20.10−3 -20,5153 -1403,7

MgSO4.7H2O 372,37.10−3 -13,314 -3388,71

Perry (2008) dan Lange’s (1934)

BAB III
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

METODA PRAKTIKUM

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan

Bahan

1. Aquadest 80 ml 85°C

2. Na2S2O3.5H2O 2 gr

3. CaSO4.2H2O, K2CrO4, dan MgSO4.7H2O 1 gr, 3 gr, 5 gr, dan 7 gr.

Alat

1. Thermometer

2. Gelas ukur

3. Kalorimeter

4. Beaker glass

5. Pipet tetes

6. Pipet volume

7. Kompor listrik

3.2 Gambar Alat Utama

Keterangan :
b
a = Kalorimeter

b = Thermometer
a

3.3 Variabel Praktikum


PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

1. Variabel Tetap
a. Na2S2O3.5H2O 2 gr
b. Aquades 80 ml 85°C
c. ∆t = 2 menit.
2. Variabel Bebas
a. CaSO4.2H2O, K2CrO4, dan MgSO4.7H2O 1 gr, 3 gr, 5 gr, dan 7 gr.

3.4 Cara Kerja


 Penentuan Tetapan Kalorimeter

1. Panaskan 80 ml aquades pada T = 85oC

2. Masukan ke kalorimeter lalu catat suhu tiap 2 menit sampai 3×tetap

3. Panaskan lagi 80 ml aquades pada T = 85oC

4. Timbang 2 gr solute standar (Na2S2O3.5H2O ) yang telah diketahui


panas pelarutannya
5. Masukkan aquades yang sudah dipanaskan ke kalorimeter beserta
solute standar yang telah ditimbang
6. Mencatat suhunya 2 menit sampai 3× tetap
 Penentuan Panas Pelarutan Solute Variabel
1. Panaskan 80 ml aquades T = 85oC
2. Timbang 1 gr, 3 gr, 5 gr, dan 7 gr solute variabel (CaSO4.2H2O,
K2CrO4, dan MgSO4.7H2O)
3. Masukan aquades yang sudah dipanaskan ke kalorimeter beserta
variabel berubahnya
4. Mencatat suhunya tiap 2 menit sampai 3×tetap
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hubungan Waktu dengan Suhu pada Solute Standar Na2S2O3-

Solute standar yang digunakan pada praktikum panas pelarutan ini


Na2S2O3.5H2O dilakukan dengan menentukan ketetapan kalorimeter dengan
memanaskan aquades 80 ml 85o C, masukan ke kalorimeter dan catat suhu setiap
2 menit 3 kali sampai tetap suhunya, kemudian panaskan lagi aquades 80 ml 85 o
C, timbang 2 gram Na2S2O3.5H2O dan masukan aquades yang sudah dipanaskan
ke dalam kalorimeter beserta Na2S2O3.5H2O, kemudian catat setiap 2 menit
hingga suhunya tetap. Setelah suhunya tetap dapat dihitung tetapan
kalorimeternya.

68.5
68
67.5
Suhu (°C)

67
66.5
66
65.5
65
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Waktu (menit)
2
gram

Gambar 4.1 Hubungan waktu terhadap suhu pada solute standar

Dari gambar diatas dapat dilihat seiring bertambahnya waktu suhu akan naik
mencapai suhu 68o C (suhu konstan). Pada menit ke-0 sampai ke-6 suhu naik
dari 66oC sampai 68oC. Pada menit ke-6 sampai ke-10 suhu konstan yaitu 68 oC.
kj
Na2S2O3.5H2O bersifat endoterm karena memiliki ∆Hs = -47,3108 /mol
(Perry,2008). Sehingga pada panas pelarutan Na2S2O3.5H2O akan menyerap kalor
dari air dan kalorimeter sehingga terjadi penurunan suhu sistem (Salempa,2005).

Pada praktikum data yang didapat tidak sesuai dengan teori sebab partikel
Na2S2O3.5H2O tidak larut sepenuhnya dalam aquades sehingga sifat termal
Na2S2O3.5H2O tidak maksimal dan menyebabkan kenaikan suhu (Saputra dan
Purwanto, 2010)

4.2 Pengaruh waktu terhadap suhu pada solute variabel


PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

4.2.1 CaSO4.2H2O

Solute variabel yang digunakan pertama adalah CaSO4.2H2O. Cara


kerja praktikumnya adalah memanaskan 80 ml aquades 85oC kedalam
kalorimeter dan memasukan juga CaSO4.2H2O 1,3,5,7 gram dan catat suhu
setiap 2 menit sekali sampai 3 kali tetap. Setelah suhu tetap dapat dihitung
panas pelarutannya.

75
74
73
suhu (°c)

72
71
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9
waktu ( menit)

1 gram 3 gram 5 gram 7 gram

Gambar 4.2 Pengaruh waktu terhadap suhu pada CaSO4.2H2O

Pada gambar diatas didapatkan suhu pada pelarutannya mengalami


kenaikan hingga mencapai suhu konstan. Pada 1 gram dan 7 gram menit
ke-2 sampai ke-4 suhu naik dari 71oC sampai 72oC. Pada 3 gram dan 5
gram menit ke-2 sampai ke-4 suhu naik dari 72oC sampai 73oC dan menit
ke-4 sampai ke-8 suhu konstan 73oC. Pada pelarutan CaSO4.2H2O
didapatkan ∆Hs = -0,7536 kj/mol (Perry,2008) artinya pelarutan CaSO4.2H2O
bersifat endoterm sehingga proses pelarutannya kalor dari air pada
kalorimeter sehingga terjadi penurunan suhu sistem (Salempa,2005). Hal
ini tidak sesuai dengan data praktikum den grafik yang kami peroleh.

Dari data praktikum terjadi penyimpangan pada 1,3,5,7 gram


CaSO4.2H2O dimana grafik mengalami kenaikan suhu. Hal ini tidak sesuai
dengan teori sebab partikel CaSO4.2H2O tidak larut seluruhnya pada
aquades. Sehingga sifat termal CaSO4.2H2O tidak maksimal dan
menyebabkan kenaikan suhu (Saputra dan Purwanto, 2010).

4.2.2 K2CrO4
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

76
75
74
73
suhu (°c)
72
71
70
69
68
1 2 3 4 5 6 7 8 9
waktu ( menit)
1 gram 3 gram 5 gram 7 gram

Solute variabel yang digunakan kedua adalah K2CrO4. Cara kerja


praktikumnya adalah memanaskan 80 ml aquades 85oC kedalam
kalorimeter dan memasukan juga K2CrO4 1,3,5,7 gram dan catat suhu
setiap 2 menit sekali sampai 3 kali tetap. Setelah suhu tetap dapat dihitung
panas pelarutannya.

Gambar 4.3 Hubungan waktu terhadap suhu pada K2CrO4

Dari data diatas didapatkan suhu pada pelarutannya saat massa 1 gram
dan 3 gram mengalami kenaikan, sedangkan pada 5 gram dan 7 gram
konstan. Pada 1 gram dan 7 gram grafik mengalami kenaikan pada menit
ke-2 sampai ke-4 dari suhu 72oC sampai 75oC (1 gram) dan 71oC sampai
72oC (3 gram) dan kosntan pada menit ke-4 sampai ke-8 yaitu yaitu 75 oC
pada 1 gram dan 72oC pada 3 gram. Sedangkan pada 5 gram suhu konstan
71oC dan pada 7 gram suhu konstan pada 68oC. Pada pelarutan K2CrO4
didapatkan ∆Hs = -20,5153 kj/mol (Perry, 2008) artinya pelarutan K2CrO4
bersifat endoterm sehingga proses pelarutan K2CrO4 menyerap kalor dari
air pada kalorimeter sehingga terjadi penurunan suhu sistem
(Salempa,2005).

Hal itu tidak sesuai dengan data praktikum dan grafik yang kami
peroleh dengan teori yang ada. Pada 1 gram dan 3 gram grafik mengalami
kenaikan suhu sedangkan pada 5 gram dan 7 gram grafik konstan. Hal ini
disebabkan K2CrO4 tidak sepenuhnya larut dalam aquades sehingga sifat
termal K2CrO4 tidak maksimal dan menyebabkan kenaikan suhu pada 1
gram dan 3 gram K2CrO4 (Saputra dan Purwanto, 2010) dan pada 5 gram
dan 7 gram K2CrO4 grafik konstan akibat sudah semua K2CrO4 larut dalam
aquades (Salempa, 2005).

4.2.3 MgSO4.7H2O
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Solute variabel ketiga yang digunakan adalah MgSO4.7H2O. Cara


kerja praktikumnya adalah memanaskan 80 ml aquades 85oC kedalam
kalorimeter dan memasukan juga MgSO4.7H2O 1,3,5,7 gram dan catat
suhu setiap 2 menit sekali sampai 3 kali tetap. Setelah suhu tetap dapat
dihitung panas pelarutannya.

75
74
73
72
suhu (°c)

71
70
69
68
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
waktu ( menit)
1 gram 3 gram 5 gram 7 gram

Gambar 4.4 Hubungan waktu terhadap suhu pada MgSO4.7H2O

Pada gambar diatas didapatkan suhu pada pada pelarutanya


mengalami kenaikan pada 1 gram MgSO4.7H2O. Pada menit ke-2 sampai
ke-6 suhu naik dari 70oC sampai 72oC dan kosntan pada menit ke-6 sampai
ke-10. pada 3 gram MgSO4.7H2O grafik konstan pada 74oC, pada 5 gram
MgSO4.7H2O grafik mengalami kenaikan pada menit ke-2 sampai ke-4 dan
kopstan pada menit ke-2 sampai ke-8. Pada 7 gram MgSO4.7H2O grafik
mengalami kenaikan pada menit ke-2 sampai ke-4 dan konstan pada menit
ke-4 sampai ke-8. pada pelarutan MgSO4.7H2O didapatkan ∆Hs =
-13,314 kj/mol (Perry, 2008) artinya pelarutannya bersifat endoterm sehingga
proses pelarutannya akan menyerap kalor dari air pada kalorimeter
sehingga terjadi penurunan suhu pada sistem (Salempa, 2005).

Hal itu tidak sesuai dengan data praktikum dan grafik yang kami
peroleh. Pada 1,5,7 gram grafik mengalami kenaikan suhu, hal itu
disebabkan karena partikel MgSO4.7H2O tidak larut seluruhnya dalam
aquades sehingga sifat termal MgSO4.7H2O tidak maksimal dan
menyebabkan kenaikan suhu (Saputra dan Purwanto, 2010). pada 3 gram
MgSO4.7H2O grafik konstan, hal inji disebabkan sudah semua
MgSO4.7H2O larut dalam aquades (Salempa, 2005).
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

4.3 Hubungan Molaritas terhadap Panas Pelarutan

4.3.1 CaSO4.2H2O

Hubungan molaritas dengan panas pelarutan solute variabel


CaSO4.2H2O dapat ditunjukan oleh gambar di bawah ini.

40
35
30
25
Hs (KJ/mol)

20
15
10
5
0
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55
-5
-10
Molaritas (M)

Gambar 4.5 Hubungan Molaritas terhadap panas pelarutan pada


CaSO4.2H2O

Dari gambar diatas menunjukan bahwa dalam percobaan didapatkan


nilai panas pelarutan yang cenderung menurun seiring dengan
meningkatnya molaritas CaSO4.2H2O. Berdasarkan asas black panas
pelarutan dapat dirumuskan sebagai berikut.

t2
BM . c .Δt
−∫ Cp dt
∆Hs =
w t1 ..............................(1)

(Adahlin, 2016)

Molaritas adalah banyaknya mol terlarut dalam pelarut, sehingga


rumusnya

gr 1000
x
M = BM ml .............................................(2)

Dari persamaan 1 dan 2 didapat rumus

t2
BM . c . Δ t . 1000
- ∫ Cp dt
∆Hs =
M . BM . ml t1 ......................(3)
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Pada persamaan diatas, dapat dilihat bahwa ∆Hs berbanding terbalik


dengan molaritas sehingga semakin besar nilai M maka semakin kecil ∆Hs
CaSO4.2H2O sesuai teori yang ada.

4.3.2 K2CrO4

Hubungan panas pelarutan dengan solute variabel K2CrO4 dapat


ditunjukan oleh gambar dibawah ini.

140
120
100
80
Hs (KJ/mol)

60
40
20
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
-20
-40
Molaritas (M)

Gambar 4.6 Hubungan molaritas dengan panas pelarutan pada K2CrO4

Pada gambar diatas menunjukan bahwa pada percobaan diperoleh nilai


panas pelarutan yang cenderung menurun seiring meningkatnya molaritas
K2CrO4. Berdasarkan asas black panas pelarutan dapat dirumuskan sebagai
berikut.

t2
BM . c .Δt
−∫ Cp dt
∆Hs =
w t1 ..............................(1)

(Adahlin,
2016)

Molaritas adalah banyaknya mol terlarut dalam pelarut, sehingga


rumusnya

gr 1000
x
M = BM ml .............................................(2)

Dari persamaan 1 dan 2 didapat rumus


PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

t2
BM . c .Δ t . 1000
- ∫ Cp dt
∆Hs =
M . BM . ml t1 ......................(3)

Pada persamaan diatas, dapat dilihat bahwa ∆Hs berbanding terbalik dengan
molaritas sehingga semakin besar nilai M maka semakin kecil ∆Hs K 2CrO4
sesuai teori yang ada.

4.3.3 MgSO4.7H2O

Hubungan molaritas dan panas pelarutan solute variabel MgSO4.7H2O


dapat ditunjukan pada gambar di bawah ini.

50
40
30
Hs (KJ/mol)

20
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
-10
-20
-30
Molaritas (M)

Gambar 4.7 Hubungan molaritas terhadap panas pelarutan pada


MgSO4.7H2O

Pada gambar diatas menunjukan bahwa pada percobaan diperoleh nilai


panas pelarutan yang cenderung menurun seiring dengan meningkatnya
molaritas MgSO4.7H2O. Berdasarkan asas black panas pelarutan dapat
dirumuskan sebagai berikut.

t2
BM . c . Δt
−∫ Cp dt
∆Hs =
w t1 ..............................(1)

(Adahlin, 2016)

Molaritas adalah banyaknya mol terlarut dalam pelarut, sehingga


rumusnya

gr 1000
x
M = BM ml .............................................(2)
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Dari persamaan 1 dan 2 didapat rumus

t2
BM . c . Δ t . 1000
- ∫ Cp dt
∆Hs =
M . BM . ml t1 ......................(3)

Pada persamaan diatas, dapat dilihat bahwa ∆Hs berbanding terbalik


dengan molaritas sehingga semakin besar nilai M maka semakin kecil ∆Hs
MgSO4.7H2O sesuai teori yang ada.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Didapat ∆ Hs CaSO4.2H2O 1 gram adalah 34,415 kJ/mol, ∆ Hs CaSO4.2H2O 3


gram adalah 12,225 kJ/mol, ∆ Hs CaSO4.2H2O 5 gram adalah 3,4313 kJ/mol
dan ∆ Hs CaSO4.2H2O 7 gram -3,2752 kJ/mol. ∆ Hs K2CrO4 1 gr adalah
116,480 kJ/mol, ∆ Hs K2CrO4 3 gram adalah 9,4276 kJ/mol, ∆ Hs K2CrO4 5
gram adalah -1,9445 kJ/mol, dan ∆ Hs K2CrO4 7 gram adalah -13,334 kJ/mol.
∆ Hs MgSO4.7H2O 1 gram adalah 45,327 kJ/mol, ∆ Hs MgSO4.7H2O 3 gram
adalah 23,639 kJ/mol, ∆ H s MgSO4.7H2O 5 gram adalah -4,935 kJ/mol, dan
∆ Hs MgSO4.7H2O 7 gram adalah -20,872 kJ/mol.

2. Hubungan antara panas pelarutan dengan molaritas adalah jika ∆ Hs positif


maka semakin tinggi molaritasnya. Panas pelarutannya semakin rendah begitu
pula dengan ∆ Hs bernilai negatif.

3. Hubungan waktu dengan suhu jika semakin lama waktu, maka suhu akan naik
untuk eksotermis, dan untuk endotermis makin lama waktu maka suhu makin
turun.

5.2 Saran

1. Usahakan tinggi termometer konstan setiap percobaan supaya pengukuran


lebih akurat.

2. Tutup rapat kalorimeter supaya terisolasi sempurna.

3. Termometer jangan sampai menyentuh dinding kalorimeter.


PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

DAFTAR PUSTAKA

Adahlin. 2016. “Thermodynamics and Calorimetry”. Swedia: Chalmers


University of Technology.

Badger, W. Z.. dan Bachero, J. F. 1958.” Introduction to Chemial Engineering


International Student edition”. Mc Graw Hill Book Co. Kogakusha.
Tokyo.

Daniel, F.. 1962. “Experimental Physical Chemistry 6th ed. International Student
edition”. Mc Graw Hill Book Co. Inc New York. Kogakusha Co. Ltd.
Tokyo.

Day, R. A. dan Underwood, A. L. 1983. “Analisa Kimia Kuantitatif edisi 4


diterjemahkan Drs. R. Gendon”. Erlangga. Jakarta.

Perry, R. H.. 1984. Chemical Engineering Hand Book 6th ed. Mc Graw Hill
Book Co. Kogakusha Co. Ltd. Tokyo.

Salempa, P. 2005. “Penetapan Kelarutan dan Kalor Pelarutan Zat Padat dengan

Teknik Volumetri”. Chemica 1(2): 51-58.

Saputra, Y. D. dan Purwanto, A. 2010. “ Mesin Carnot Kuantum Berbasis


Partikel Dua Tingkat didalam Kotak Potensial Satu Dimensi”. Jurnal
Fisika dan Aplikasinya 6(1).
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

RINGKASAN

Larutan jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah mencapai


maksimal sehingga penambahan solute lebih lanjut tidak dapat larut lagi. Kelarutan
adalah konsentrasi solute di dalam larutan jenuh. Faktor yang memengaruhi kelarutan
yaitu : suhu, besar partikel, pengadukan, tekanan, dan volume. Tujuan dari praktikum
ini adalah untuk mengetahui kelarutan suatu zat serta mengetahui pengaruh suhu
terhadap kecepatan kelarutan.

Bahan yang dibutuhkan adalah larutan asam borat jenuh 80 ml dan NaOH
0,65 N 100 ml. Alat yang diperlukan adalah tabung reaksi besar, erlenmeyer, buret,
statif, klem, beaker glass, pipet tetes, corong pengaduk, dan toples kaca. Pertama
yang harus dilakukan membuat H3BO3 jenuh 85 ml pada suhu 58°C. Lalu larutan
H3BO3 dimasukkan dalam tabung reaksi besar untuk pendinginan larutan H3BO3
jenuh diambil 5 ml tiap penurunan 10°C lalu dititrasi menggunakan NaOH. Tabung
reaksi dikeluarkan saat suhu terendah. Lalu langkah tersebut juga sama pada
kenaikan suhu. Setelah itu dapat dibuat grafik log S vs 1/T.

Dari hasil percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa apabila
suhu asam borat semakin besar, maka kelarutannya semakin besar dan hasil log dari
kelarutannya semakin kecil, begitu pula sebaliknya.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelarutan merupakan konsentrasi solute dalam larutan jenuh. Untuk solute


padat maka pada larutan jenuhnya terjadi keseimbangan dimana molekul fase
padat meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cair dengan kecepatan sama
dengan molekul ion dari fase cair yang mengkristal menjadi fase padat. Apabila
suatu larutan suhunya diubah, maka hasil kelarutannya juga akan berubah.
Larutan dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat
melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan
jenuh disebut larutan tidak jenuh. Sedangkan bila jumlah zat terlarut lebih dari
larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh.

Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa contoh kegunaan


prinsip kelarutan sebagai fungsi suhu dalam industri antara lain pada pembuatan
reaktor kimia. Selain itu kegunaan lainnya adalah pada proses pemisahan dengan
cara pengkristalan integral serta digunakan sebagai dasar proses pembuatan
granal-granal pada industri baja. Sehingga, seorang sarjana teknik kimia yang
pada umumnya bekerja di bidang industri harus mengetahui analisa kelarutan
sebagai fungsi temperatur. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa teknik kimia
praktikum kelarutan sebagai fungsi temperatur ini menjadi sangat penting untuk
dilakukan.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui kelarutan asam borat
2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan kelarutan

1.3 Manfaat Praktikum


1. Praktikan mengetahui kelarutan dari asam borat
2. Praktikan mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan kelarutan
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelarutan

Larutan jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah mencapai


maksimal sehingga penambahan solute lebih lanjut tidak dapat larut lagi.
Konsentrasi solute dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solute padat
maka larutan jenuhnya terjadi keseimbangan dimana molekul fase padat
meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama dengan
molekul-molekul ion dari fase cair yang mengkristal menjadi fase padat.
Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor.

2.2 Pembuktian Rumus

Hubungan antara keseimbangan tetap dan kelarutan dengan temperatur


dirumuskan Van’t Hoff :

d ln S ∆ H
=
dT RT2

∆H
∫ d ln S=∫ R T 2 dT

−∆ H
ln S= +C
RT

−∆ H 1
log S= . +C
2,303 R T

Keterangan : ΔH = panas pelarutan zat per mol (kal/gr mol)

R = tetapan gas ideal (1,987 kal/gr mol K)

T = suhu (K)
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

S = kelarutan per 1000 gr solute

Penurunan rumus Van’t Hoff :

G=H −TS

−d ∆ G o
∆ S=
dT

∆ Go =∆ H−T ∆ S

−d ∆ G o −∆ H o ∆ G o
= −
dT T T

dengan ∆ G=−Rt ln K

−∆ G=Rt ln K

−d ∆ G o ∆ H o−∆ G o
=
dT T

d ln K
∆ H o −∆ G o =Rt ln K+ RT 2
dT

(Day dan Underwood, 1983)

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan


Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan (Daniel,
1962) :
1. Suhu
−∆ H
log s= +C
2,303 RT
−∆ H
Pada reaksi endoterm ΔH (+) maka berharga (-) sehingga
2,303 RT
−∆ H
¿ 10 2,303 RT . Dengan demikian jika suhu dinaikkan, pangkat dari 10 menjadi
kecil sehingga S menjadi semakin besar. Dan pada reaksi eksoterm ΔH (-)

∆H
maka berharga (+). Juga apabila suhu diperbesar maka S
2.303 RT
semakin besar dan sebaliknya.
2. Besar Partikel
Semakin besar luas permukaan, partikel akan mudah larut.
3. Pengadukan
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Dengan pengadukan, tumbukan antara molekul-molekul solvent makin


cepat sehingga semakin cepat larut (kelarutannya besar).
4. Tekanan dan Volume
Jika tekanan diperbesar atau volume diperkecil, gerakan partikel semakin
cepat. Hal ini berpengaruh besar terhadap fase gas sedang pada zat cair hal
ini tidak berpengaruh.

BAB III
METODA PRAKTIKUM

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan


Bahan
1. Asam borat 80 ml 58°C 11, 3248 gr
2. NaOH 0,65 N 100 ml 2,6 gr
3. Aquadest
Alat
1. Tabung reaksi besar
2. Erlenmeyer
3. Thermometer
4. Buret, statif, klem
5. Beaker glass
6. Pipet tetes
7. Corong
8. Pengaduk
9. Toples kaca

3.2 Gambar Alat

Keterangan:
c
a
a : Toples kaca
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

b : Es batu

c : Tabung reaksi

b d : Thermometer

3.3 Variabel Praktikum


1. Variabel Tetap
Volume asam borat untuk dititrasi = 5 ml
2. Variabel Bebas
T Asam borat = 50°C, 40°C, 30°C, 20°C, 18°C, 20°C, 30°C, 40°C, 50°C

3.4 Cara Kerja


1. Membuat larutan asam borat jenuh 58oC 80 ml
2. Larutan asam borat jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar
3. Tabung reaksi dimasukkan dalam toples kaca berisi es batu dan garam
lalu masukkan thermometer ke dalam tabung reaksi
4. Larutan jenuh diambil 5 ml tiap penurunan suhu 50°C, 40°C, 30°C, 20°C,
18°C
5. Titrasi dengan NaOH 0,65 N, indikator PP 3 tetes
6. Mencatat kebutuhan NaOH
7. Tabung reaksi dikeluarkan pada saat suhu terendah lalu diambil 5 ml lagi
setiap kenaikan suhu 18°C, 20°C, 30°C, 40°C, 50°C
8. Titrasi dengan NaOH 0,65 N, indikator PP 3 tetes
9. Mencatat kebutuhan NaOH
10. Membuat grafik log S vs 1/T
11. Membuat grafik V NaOH vs T yang terjadi karena kondisi suhu dan
volume titran
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hubungan Suhu terhadap Kelarutan pada Penurunan Suhu


Berdasarkan data hasil praktikum dapat dibuat grafik 1/T dengan
log S pada penurunan suhu.
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
Log S

-0.5
-0.6
-0.7
-0.8
-0.9
-1
1/T

Gambar 4.1 Hubungan antara 1/T dengan log S pada Penurunan Suhu
Dari gambar di atas dapat dilihat saat T 0,003 K – 0,0033 K pada
larutan asam borat nilai log semakin besar. Saat T 0,0033 K – 0,0035 K
pada larutan asam borat nilai log S semakin kecil. Nilai log S yang
semakin besar sesuai dengan rumus:
∆H
log S = +C
2,303 RT

(Salempa, 2005)
Nilai log S yang semakin kecil disebabkan karena penambahan
volume NaOH lebih sedikit daripada saat T 0,003 K – 0,0033 K sehingga
pada T 0,0033 K – 0,0035 K nilai log S mengalami penurunan.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Hal ini sesuai dengan rumus :


V NaOH.M NaOH. ė = V H3BO3.M H3BO3. ė .........(1)
M = S .........(2)
log S = log M .........(3)
Sehingga saat suhu semakin rendah, maka kelarutannya semakin kecil
dan hasil log S dari kelarutan semakin besar dan saat volume NaOH yang
ditambahkan semakin sedikit maka hasil dari log S dari kelarutan akan
semakin kecil.

4.2 Hubungan Suhu terhadap Kelarutan pada Kenaikan Suhu


Berdasarkan data hasil percobaan dapat dibuat grafik antara 1/T
dengan log S pada kenaikan suhu.
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
-0.2

-0.4
Log S

-0.6

-0.8

-1

-1.2
1/T

Gambar 4.2 Hubungan antara 1/T dengan log S pada Kenaikan Suhu
Pada gambar di atas dapat dilihat pada T 0,0035 K – 0,0034 K
grafik mengalami penurunan hal ini disebabkan karena semakin tinggi
temperatur larutan asam borat jenuh maka menyebabkan nilai log S
mengalami penurunan sesuai dengan rumus :
−∆ H
log S = +C
2,303 RT
(Salempa, 2005)
Pada saat T 0,0034 K – 0,003 K nilai log S semakin besar. Hal ini
sesuai dengan rumus :
V NaOH.M NaOH.ė = V H3BO3.M H3BO3.ė ........(1)
M = S ........(2)
log S = log M ........(3)
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Hal ini disebabkan karena penambahan volume NaOH yang


semakin banyak menyebabkan besarnya nilai log S. Sehingga saat suhu
semakin besar, maka kelarutannya semakin besar dan nilai log S semakin
kecil dan saat volume NaOH yang ditambahkan banyak maka hasil dari
log S dari kelarutan akan semakin besar.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pada asam borat, bila suhu semakin tinggi, makin rendah log S. Begitu
juga sat suhu diturunkan. Hal ini karena log S linier dengan suhu.
2. Pada asam borat, bila suhu semakin rendah maka volume NaOH semakin
sedikit dan bila suhu semakin naik maka volume NaOH semakin banyak.
5.2 Saran
1. Pendinginan dengan es hanya digunakan untuk penurunan pada range
tinggi.
2. Titrasi dilakukan dengan cepat agar suhu tetap pada kondisi yang
diinginkan.
3. Tutup larutan NaOH ketika tidak dipakai agar tidak menguap.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

DAFTAR PUSTAKA

Daniel, F.. 1962. Experimental Physical Chemistry 6th ed. International Student
edition. Mc Graw Hill Book Co. Inc New York. Kogakusha Co. Ltd.
Tokyo.

Day, R. A. dan Underwood, A. L. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif edisi 4


diterjemahkan Drs. R. Gendon. Erlangga. Jakarta

Salempa, P. 2005. “Penetapan Kelarutan dan Kalor Pelarutan Zat Padat dengan

Teknik Volumetri”. Chemica 1(2): 51-58.


PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

MATERI
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Disusun Oleh :
Kelompok : II / KAMIS PAGI

1. ABUDIAR REDONDO 21030119130055


2. RAUDHAH AQILAH HABNI HRP 21030119140165
3. TIARA NADYA 21030119130151
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

I. TUJUAN PERCOBAAN

A. Panas Pelarutan

1. Mencari panas pelarutan dari suatu zat.

2. Mencari hubungan antara panas pelarutan dengan molaritas dan suhu larutan.

3. Mencari hubungan antara suhu dengan waktu sebagai fungsi panas pelarutan.

B. Kelarutan

1. Mengetahui kelarutan suatu zat

2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan kelarutan

II. PERCOBAAN
2.1 Bahan yang Digunakan

A. Panas Pelarutan

1. Aquadest secukupnya

2. Solute standar

3. Solute variabel

B. Kelarutan

1. Asam borat/asam oksalat

2. NaOH

3. Aquadest
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

2.2 Alat Yang Dipakai

A. Panas Pelarutan Ket:

1. Gelas ukur b a = kalorimeter

2. Kalorimeter b = thermometer

3. Thermometer a

4. Beaker glass

5. Pipet tetes

6. Pipet volume

7. Kompor listrik

B. Kelarutan

1. Tabung reaksi besar 6. Pipet tetes

2. Erlenmeyer 7. Corong

3. Thermometer 8. Pengaduk

4. Buret, statif, klem 9. Toples kaca

5. Beaker glass

Ket:

a = toples kaca

c b = es batu

a c = tabung reaksi

d = thermometer

Variabel Praktikum

A. Panas Pelarutan

1. Variabel Tetap

a. Solute standar w gr

b. Aquadest

2. Variabel Bebas
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

a. Solute variabel w gr

b. ∆ t = t menit

B. Kelarutan

1. Variabel Tetap

Volume asam borat untuk dititrasi = x ml

2. Variabel Bebas

T = T°C

2.3 Cara Kerja

A. Panas Pelarutan

 Penentuan Tetapan Kalorimeter


1. Panaskan x ml aquadest pada T = T°C.
2. Masukkan ke kalorimeter lalu catat suhu tiap t menit sampai 3x tetap.
3. Panaskan lagi x ml aquadest pada T = T°C.
4. Timbang w gr solute standar yang telah diketahui panas
pelarutannya.
5. Masukkan aquadest yang sudah dipanaskan ke kalorimeter beserta
solute standar yang telah ditimbang.
6. Mencatat suhunya t menit sampai 3x tetap.

 Penentuan Panas Pelarutan Solute Variabel


1. Panaskan x ml aquadest T = T°C.
2. Timbang w gr solute variabel.
3. Masukkan aquadest yang sudah dipanaskan ke kalorimeter beserta
variabel berubahnya.
4. Mencatat suhunya tiap t menit sampai 3x tetap.

B. Kelarutan
1. Membuat larutan asam borat jenuh T°C 100 ml.
2. Larutan asam borat jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar.
3. Tabung reaksi dimasukkan dalam toples kaca berisi es batu dan garam
lalu masukkan thermometer ke dalam tabung reaksi.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

4. Larutan jenuh diambil x ml tiap penurunan suhu T°C.


5. Titrasi dengan NaOH n N, indikator PP 3 tetes.
6. Mencatat kebutuhan NaOH.
7. Tabung reaksi dikeluarkan pada saat suhu terendah lalu diambil x ml lagi
setiap kenaikan suhu T°C.
8. Titrasi dengan NaOH n N, indikator PP 3 tetes.
9. Mencatat kebutuhan NaOH.
10. Membuat grafik log S vs 1/T.
11. Membuat grafik V NaOH vs T yang terjadi karena kondisi suhu dan
volume titran.

2.4 Hasil Percobaan

A. Panas Pelarutan

Waktu (menit)
No. Solute
2’ 4’ 6’ 8’ 10’

1. Aquadest 69°C 70°C 70°C 70°C

Na2S2O3.5H2O
2. 66°C 67°C 68°C 68°C 68°C
(2 gram)

CaSO4.2H2O

1 gram 71°C 72°C 72°C 72°C

3. 3 gram 72°C 73°C 73°C 73°C

5 gram 72°C 73°C 73°C 73°C

7 gram 71°C 72°C 72°C 72°C

K2CrO4

1 gram 73°C 75°C 75°C

4. 3 gram 71°C 72°C 72°C 75°C

5 gram 71°C 71°C 71°C 72°C

7 gram 68°C 68°C 68°C

5. MgSO4.7H2O

1 gram 70,5°C 71°C 72°C 72°C 72°C


PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

3 gram 74°C 74°C 74°C

5 gram 71°C 72°C 72°C 72°C

7 gram 68°C 69°C 69°C 69°C

B. Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

Penurunan Suhu Kenaikan Suhu

Suhu (°C) V NaOH (ml) Suhu (°C) V NaOH (ml)

50 3,8 18 2,8

40 4 20 2,5

30 4,1 30 2,9

20 3,6 40 3,0

10 2,8 50 3,8

Praktikan Mengetahui
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Asisten

Abudiar Redondo

Raudhah Aqilah

Tiara Nadya Yosafat Hans W

NIM. 21030116130185

Lembar Perhitungan Panas Pelarutan

1. Tetapan Kalorimeter

BM Na2SO3.5H2O = 248,17 g/mol ∆ H s = -47,279 kJ/mol

∆ T = T konstan Na2SO4 – T konstan aquadest

= 68°C - 70°C Cp = 360,66.10−3 kj/deg.mol

= -2°C = -2K

T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1

341 K
248,17 g /mol .C . (−2 K ) −3
-47,279 kJ/mol = - ∫ 360,66.10 kJ/deg mol dT
2g 298 K

C = 0,1277 kJ/mol

2. Panas Pelarutan Solute Variabel

2.1 CaSO4.2H2O 1 gram

∆ T = 72°C - 70°C BM = 172,17 g/mol

= 2°C = 2K
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

C = 0,1 kJ/mol Cp = 203,34.10−3 kJ/deg.mol

T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1

345 K
172,17 g /mol .0,1277 kJ /mol .2 K −3
= - ∫ 203,34.10 kJ/deg.mol dT
1g 298 K

= 34,415 kJ/mol

2.2 CaSO4.2H2O 3 gram

∆ T = 73°C - 70°C BM = 172,17 g

= 3°C = 3K Cp = 203,34.10−3 kJ/deg.mol

C = 0,1 kJ/mol

T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1

346 K
172,17 g /mol . 0,1277 k J /mol .3 K −3
= - ∫ 203,34.10 kJ/deg.mol dT
3g 298 K

= 12,225 kJ/mol

2.3 CaSO4.2H2O 5 gram

∆ T = 73°C - 70°C BM = 172,17 g/mol


PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

= 3°C = 3K Cp = 203,34.10−3 kJ/deg.mol

C = 0,1277 kJ/mol

T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1

346 K
172,17 g /mol .0,1277 kJ /mol .3 K −3
= - ∫ 203,34.10 kJ/deg.mol dT
5g 298 K

= 3,4313 kJ/mol

2.4 CaSO4.2H2O 7 gram

∆ T = 72°C - 70°C BM = 172,17 g/mol

= 2°C = 2K Cp = 203,34.10−3 kJ/deg.mol

C = 0,1277 kJ/mol

T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1

345 K
172,17 g /mol .0,1277 kJ /mol .2 K −3
= - ∫ 203,34.10 kJ/deg.mol dT
7g 298 K

= -3,2752 kJ/mol

2.5 K2CrO4 1 gram

∆ T = 75°C - 70°C BM = 194,19 g/mol


PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

= 5°C = 5K Cp = 150,20.10−3 kJ/deg.mol

C = 0,1277 kJ/mol

T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1

348 K
194,19 g /mol .0,1277 kJ /mol .5 K −3
= - ∫ 150,20. 10 kJ/deg.mol dT
1g 298 K

= 116,480 kJ/mol

2.6 K2CrO4 3 gram

∆ T = 72°C - 70°C BM = 194,19 g/mol

= 2°C = 2K Cp = 150,20.10−3 kJ/deg.mol

C = 0,1277 kJ/mol

T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ CpdT
w T1

345 K
194,19 g /mol .0,1277 kJ /mol .2 K −3
= - ∫ 150,20. 10 kJ/deg.mol dT
3g 298 K

= 9,4276 kJ/mol

2.7 K2CrO4 5 gram

∆ T = 71°C - 70°C BM = 194,119 g/mol


PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

= 1°C = 1K Cp = 150,20.10−3 kJ/deg.mol

C = 0,1277 kJ/mol

T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1

344 K
194,119 g /mol .0,1277 kJ /mol .1 K −3
= - ∫ 150,20.10 kJ/deg.mol dT
5g 298 K

= -1,9495 kJ/mol

2.8 K2CrO4 7 gram

∆ T = 68°C - 70°C BM =194,19 g/mol

= -2°C = -2K Cp = 150,20.10−3 kJ/deg.mol

C = 0,1277 kJ/mol

T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1

345 K
194,19 g /mol .0,1277 kJ /mol .−2 K −3
= - ∫ 150,20. 10 Kj/deg.mol dT
7g 298 K

= -13,543 kJ/mol

2.9 MgSO4.7H2O 1 gram

∆ T = 72°C - 70°C BM = 246 g/mol


PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

= 2°C = 2K Cp = 372,37.10−3 kJ/deg.mol

C = 0,1277 kJ/mol

T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs=¿ - ∫ Cp dT
w T1

345 K
246 g /mol .0,1277 kJ / mol .2 K −3
= - ∫ 372,37.10 kJ/deg.mol dT
1g 298 K

= 45,327 kJ/mol

2.10 MgSO4.7H2O 3 gram

∆ T =¿ 74°C - 70°C BM = 246 g/mol

= 4°C = 4K Cp = 372,37.10−3 kJ/deg.mol

C = 0,1277 kJ/mol

T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1

347 K
246 g /mol .0,1277 kJ /mol .4 K −3
= - ∫ 372,37.10 kJ/deg.mol dT
3g 298 K

= 23,639 kJ/mol

2.11 MgSO4.7H2O 5 gram

∆ T = 72°C - 70°C BM = 246 g/mol

= 2°C = 2K Cp = 372,37.10−3 kJ/deg.mol

C = 0,1277 kJ/mol

T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

345 K
246 g /mol .0,1277 kJ / mol .2 K −3
= - ∫ 372,37.10 kJ/deg.mol dT
5g 298 K

= -4,935 kJ/mol

2.12 MgSO4.7H2O 7 gram

∆ T = 69°C - 70°C BM = 246 g/mol

= -1°C = -1K Cp = 372,37.10−3 kJ/deg.mol

C = 0,1277 kJ/mol

T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1

342 K
246 g /mol .0,1277 kJ /mol .−1 K −3
= - ∫ 372,37.10 kJ/deg.mol dT
7g 298 K

= -20,872 kJ/mol

3. Perhitungan Molaritas Solute Variabel

3.1 CaSO4.2H2O 1 gram

BM = 172,12 g/mol

gr 1000
M= ×
BM V

1 gr 1000
= × = 0,0726 M
172,17 g /mol 80 ml

3.2 CaSO4.2H2O 3 gram

BM = 172,17 g/mol

gr 1000
M= ×
BM V
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

3 gr 1000
= × = 0,2178 M
172,17 g /mol 80 ml

3.3 CaSO4.2H2O 5 gram

BM = 172,17 g/mol

gr 1000
M= ×
BM V

5 gr 1000
= × = 0,3630 M
172,12 g/mol 80 ml

3.4 CaSO4.2H2O 7 gram

BM = 172,17 g/mol

gr 1000
M= ×
BM V

7 gr 1000
= × = 0,5082 M
172,17 g /mol 80 ml

3.5 K2CrO4 1 gram

BM = 194,19 g/mol

gr 1000
M= ×
BM V

1g 1000
= × = 0,0643 M
194,19 g /mol 80 ml

3.6 K2CrO4 3 gram

BM = 194,19 g/mol

gr 1000
M= ×
BM V

3g 1000
= × = 0,1931 M
194,19 g /mol V

3.7 K2CrO4 5 gram


PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

BM = 194,19 g/mol

gr 1000
M = ×
BM V

5g 1000
= × = 0,32184 M
194,19 g /mol 80 ml

3.8 K2CrO4 7 gram

BM = 194,19 g/mol

gr 1000
M = ×
BM V

7g 1000
= × = 0,4505 M
194,19 g /mol 80 ml

3.9 MgSO4.7H2O 1 gram

BM = 246 g/mol

gr 1000
M = ×
BM V

1g 1000
= × = 0,0508 M
246 g /mol 80 ml

3.10 MgSO4.7H2O 3 gram

BM = 246 g/mol

gr 1000
M = ×
BM V

3g 1000
= × = 0,1524 M
246 g /mol 80 ml

3.11 MgSO4.7H2O 5 gram

BM = 246 g/mol

gr 1000
M = ×
BM V

5g 1000
= × = 0,25406 M
246 g /mol 80 ml
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

3.12 MgSO4.7H2O 7 gram

BM = 246 g/mol

gr 1000
M = ×
BM V

7g 1000
= × = 0,3556 M
246 g /mol 80 ml

Lembar Perhitungan KSFT

KSFT Penurunan
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

 50°C V NaOH.M NaOH . ė = V H3BO3.M H3BO3. ė


3,8 ml.0,65 M.1 = 5 ml.M H3BO3.3
M H3BO3 = 0,1646 M
S = M
log S = log M = log 0,1646
log S = -0,7835
1 1
=
T 323 K

 40°C V NaOH.M NaOH.ė = V H3BO3.M H3BO3. ė


4 ml.0,65 M.1 = 5 ml.M H3BO3.3
M H3BO3 = 0,173 M
S =M
log S = log M = log 0,173
log S = -0,7619
1 1
=
T 313 K

 30°C V NaOH.M NaOH. ė = V H3BO3.M H3BO3. ė


4,1 ml.0,65 M.1 = 5 ml.M H3BO3.3
M H3BO3 = 0,1776 M
S =M
log S = log M = log 0,1776
log S = -0,7505
1 1
=
T 303 K

 20°C V NaOH.M NaOH. ė = V H3BO3.M H3BO3. ė


3,6 ml.0,65 M.1 = 5 ml.M H3BO3.3
M H3BO3 = 0,156 M
S =M
log S = log M = log 0,156
log S = -0,8068
1 1
=
T 293 K

 18°C V NaOH.M NaOH. ė = V H3BO3.M H3BO3. ė


2,8 ml.0,65 M.1 = 5 ml.M H3BO3.3
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

M H3BO3 = 0,1213 M
S =M
log S = log M = log 0,1213
log S = -0,91013
1 1
=
T 291 K

KSFT Kenaikan

 18°C V NaOH.M NaOH. ė = V H3BO3.M H3BO3. ė


2,8 ml.0,65 M.1 = 5 ml.M H3BO3. 3
M H3BO3 = 0,1213 M
S =M
log S = log M = log 0,1213
log S = -0,91613
1 1
=
T 291 K

 20°C V NaOH.M NaOH. ė = V H3BO3.M H3BO3. ė


2,5 ml.0,65 M.1 = 5 ml.M H3BO3.3
M H3BO3 = -0,1083 M
S =M
log S = log M = log 0,1083
log S = -0,9653
1 1
=
T 293 K

 30°C V NaOH.M NaOH. ė = V H3BO3.M H3BO3. ė


2,9 ml.0,65 M.1 = 5 ml.M H3BO3.3
M H3BO3 = 0,1256 M
S =M
log S = log M = log 0,1256
log S = -0,9010
1 1
=
T 303 K

 40°C V NaOH.M NaOH. ė = V H3BO3.M H3BO3. ė


PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

3,0 ml.0,65 M.1 = 5 ml.M H3BO3. 3


M H3BO3 = 0,13 M
S = M
log S = log M = log 0,13
log S = -0,8860
1 1
=
T 313 K

 50°C V NaOH.M NaOH. ė = V H3BO3.M H3BO3. ė


3,8 ml.0,65 M.1 = 5 ml.M H3BO3.3
M H3BO3 = 0,1646 M
S =M
log S = log M = log 0,1646
log S = -0,7835
1 1
=
T 323 K
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

LEMBAR KUANTITAS REAGEN

Materi :

Hari/Tanggal :

Kelompok :

Nama :

ASISTEN :

KUANTITAS REAGEN
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Lembar Perhitungan Reagen

1. H3BO3 jenuh 58°C 80 ml

Suhu (x) 0 10°C 20°C 30°C 40°C 50°C 60°C 70°C 80°C

Kelarutan (y) 2,66 3,57 5,04 6,60 8,72 11,54 14,81 16,73 23,71

(Perry, 2008)

( X −X 1)
y = y1 + (y2-y1)
(X 2−X 1)

(58−50)
y = 11,54 + (14,81-11,54)
(60−50)

y = 11,54 + (0,8) (3,27)

y = 14,156 gr/100gr H2O

80 ml H 2 O
Kelarutan H3BO3 dalan 80 ml H2O = × 14,156 gr
100 ml H 2 O
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

2. NaOH 0,65 N 100 ml

gr 1000
N= ×
BM ml

gr 1000
0,65 N = ×
40 100

gr = 2,6 gram

Anda mungkin juga menyukai