LAPORAN RESMI
MATERI
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
LAPORAN RESMI
MATERI
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia II yang berjudul Panas Pelarutan dan
Kelarutan sebagai Fungsi suhu yang disusun oleh:
Hari :
Tanggal :
Semarang, 2020
Mengetahui
Dosen Pengampu
NIP. 197306211997021001
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
Rahmat,Inayah, Taufik, dan Hinayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan laporan resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia II dengan materi
Elektrokimia dengan lancar dan sesuai dengan harapan.
2. Ibu Dr. Ing. Silviana, S.T., M.T. selaku dosen penanggung jawab
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II
3. Bapak Mohammad Rustam dan Ibu Dini Iswandari, S.T. selaku Laboran
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II yang telah membantu selama
praktikum
Laporan resmi ini kiranya merupakan laporan resmi yang dapat kami ajukan.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang kiranya dapat membantu
kami dalam membangun dan meningkatkan kesempurnaan laporan resmi yang kami
susun ini.
Penyusun
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
RINGKASAN
Panas pelarutan adalah perubahan 1 mol zat dilarutkan dalam n mol solvent
pada tekanan dan suhu tetap. Pada peristiwa pelarutan yang akan terjadi perubahan
energi, hal ini disebabkan adanya perbedaan gaya tarik menarik antara molekul
sejenis. Tujuan praktikum ini adalah menentukan panas pelarutan suatu zat, mencari
hubungan antara suhu dengan waktu, serta mencari hubungan antara suhu dengan
waktu, serta mencari hubungan antara panas pelarutan dengan molaritas dan suhu
larutan. Panas pelarutan dibagi menjadi panas pelarutan integral dan differensial.
Bahan yang diperlukan adalah aquadest, solute standar Na2S2O3, dan solute
variabel CaSO4.2H2O, K2CrO4, dan MgSO4.7H2O. Alat yang dipakai adalah
kalorimeter, termometer, kompor listrik, beaker glass. Dengan variabel tetap, solute
standar, dan aquadest. Sedangkan variabel bebas adalah solute variabel dan ∆t. Cara
kerja praktikum ini adalah memanaskan aquadest 80 ml pada suhu 85°C dan
memasukkannya ke dalam kalorimeter. Mencatat suhu konstan dan melakukan hal
yang sama pada solute standar dan variabel.
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang mempengaruhi panas pelarutan pada praktikum ini
adalah jenis solute. Solute dibedakan menjadi dua, yaitu solute standar dan
solute variabel. Solute standar adalah solute yang telah diketahui panas
pelarutannya dan dijadikan dasar untuk mencari nilai tetapan kalorimeter.
Sedangkan solute variabel adalah solute yang akan dicari nilai panas
pelarutannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Panas pelarutan integral adalah panas yang diserap atau dilepas bila satu
mol zat solute dilarutkan dalam jumlah tertentu solvent untuk mencapai
konsentrasi tertentu. Sedangkan panas pelarutan differensial adalah panas yang
menyertai pada penambahan satu mol solute ke dalam sejumlah larutan dengan
konsentrasi tertentu, sampai penambahan solute tersebut tidak mempengaruhi
konsentrasi larutan.
d(∆ H) d(∆Hf)
d n2
=
[
d n2 ]
T , P,n (1)
d ( ∆ H s) d ( m. ∆ H s )
[ d n2 ] T , P , n= [ dm ] T , P (2)
m. ∆ H
C= (4)
∆T
∆H = panas pelarutan
T2
BM C ∆ T
∆ H= −∫ Cp dT (5)
w T 1
w = berat solute
BM = berat molekul
Efek panas yang timbul pada proses pencampuran atau proses pelarutan
dapat dinyatakan dengan entalpi. Sebagian besar reaksi kimia terjadi pada
tekanan sistem tetap yang sama dengan tekanan luar, sehingga didapatkan
persamaan berikut.
E2 - E1 = Q - P.(V2– V1)
E2 - E1 = Q - (P.V2) + (P.V1)
H2 – H1 = Q
∆H =Q
∆H = H2 – H1
∆E = Q – W1
= Q – {P.(V2-V1)}
E2 + P. V 2 E 1+ P . V 1
− =Q . P sehingga, ∆H = H2 – H1 = Q.P
H2 H1
yaitu perubahan entalpi kinetik dan potensial dapat diabaikan karena hal ini
sudah umum dalam proses pencampuran dan dapat disamakan dengan efek
panas (Badger dan Bachero, 1958).
n.I = m.C
m. C m
I= ; BM =
n n
I = BM.C
BM = berat molekul
m = massa
n = jumlah mol
H = U + PV
∆H = H2 - H1 = Q.P
keterangan : H = Entalpi
U = Enegi dalam
Jadi perubahan entalpi adalah panas yang diserap pada tekanan tetap, jadi
harganya tergantung pada BM untuk mencapai kondisi akhir.
2.8 Data Kapasitas Panas (Cp) dan Panas Pelarutan (∆Hs) dari Beberapa
Senyawa
MgSO4.7H2O 89 -3.180
Tanda positif (+) pada data ∆Hs menunjukkan bahwa reaksi bersifat
eksotermis atau reaksi menghasilkan panas dari sistem ke lingkungan.
Sedangkan tanda negatif (-) menunjukkan bahwa reaksi bersifat endotermis
atau reaksi menyerap panas dari lingkungan ke sistem.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB III
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
METODA PRAKTIKUM
Bahan
1. Aquadest 80 ml 85°C
2. Na2S2O3.5H2O 2 gr
Alat
1. Thermometer
2. Gelas ukur
3. Kalorimeter
4. Beaker glass
5. Pipet tetes
6. Pipet volume
7. Kompor listrik
Keterangan :
b
a = Kalorimeter
b = Thermometer
a
1. Variabel Tetap
a. Na2S2O3.5H2O 2 gr
b. Aquades 80 ml 85°C
c. ∆t = 2 menit.
2. Variabel Bebas
a. CaSO4.2H2O, K2CrO4, dan MgSO4.7H2O 1 gr, 3 gr, 5 gr, dan 7 gr.
BAB IV
68.5
68
67.5
Suhu (°C)
67
66.5
66
65.5
65
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Waktu (menit)
2
gram
Dari gambar diatas dapat dilihat seiring bertambahnya waktu suhu akan naik
mencapai suhu 68o C (suhu konstan). Pada menit ke-0 sampai ke-6 suhu naik
dari 66oC sampai 68oC. Pada menit ke-6 sampai ke-10 suhu konstan yaitu 68 oC.
kj
Na2S2O3.5H2O bersifat endoterm karena memiliki ∆Hs = -47,3108 /mol
(Perry,2008). Sehingga pada panas pelarutan Na2S2O3.5H2O akan menyerap kalor
dari air dan kalorimeter sehingga terjadi penurunan suhu sistem (Salempa,2005).
Pada praktikum data yang didapat tidak sesuai dengan teori sebab partikel
Na2S2O3.5H2O tidak larut sepenuhnya dalam aquades sehingga sifat termal
Na2S2O3.5H2O tidak maksimal dan menyebabkan kenaikan suhu (Saputra dan
Purwanto, 2010)
4.2.1 CaSO4.2H2O
75
74
73
suhu (°c)
72
71
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9
waktu ( menit)
4.2.2 K2CrO4
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
76
75
74
73
suhu (°c)
72
71
70
69
68
1 2 3 4 5 6 7 8 9
waktu ( menit)
1 gram 3 gram 5 gram 7 gram
Dari data diatas didapatkan suhu pada pelarutannya saat massa 1 gram
dan 3 gram mengalami kenaikan, sedangkan pada 5 gram dan 7 gram
konstan. Pada 1 gram dan 7 gram grafik mengalami kenaikan pada menit
ke-2 sampai ke-4 dari suhu 72oC sampai 75oC (1 gram) dan 71oC sampai
72oC (3 gram) dan kosntan pada menit ke-4 sampai ke-8 yaitu yaitu 75 oC
pada 1 gram dan 72oC pada 3 gram. Sedangkan pada 5 gram suhu konstan
71oC dan pada 7 gram suhu konstan pada 68oC. Pada pelarutan K2CrO4
didapatkan ∆Hs = -20,5153 kj/mol (Perry, 2008) artinya pelarutan K2CrO4
bersifat endoterm sehingga proses pelarutan K2CrO4 menyerap kalor dari
air pada kalorimeter sehingga terjadi penurunan suhu sistem
(Salempa,2005).
Hal itu tidak sesuai dengan data praktikum dan grafik yang kami
peroleh dengan teori yang ada. Pada 1 gram dan 3 gram grafik mengalami
kenaikan suhu sedangkan pada 5 gram dan 7 gram grafik konstan. Hal ini
disebabkan K2CrO4 tidak sepenuhnya larut dalam aquades sehingga sifat
termal K2CrO4 tidak maksimal dan menyebabkan kenaikan suhu pada 1
gram dan 3 gram K2CrO4 (Saputra dan Purwanto, 2010) dan pada 5 gram
dan 7 gram K2CrO4 grafik konstan akibat sudah semua K2CrO4 larut dalam
aquades (Salempa, 2005).
4.2.3 MgSO4.7H2O
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
75
74
73
72
suhu (°c)
71
70
69
68
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
waktu ( menit)
1 gram 3 gram 5 gram 7 gram
Hal itu tidak sesuai dengan data praktikum dan grafik yang kami
peroleh. Pada 1,5,7 gram grafik mengalami kenaikan suhu, hal itu
disebabkan karena partikel MgSO4.7H2O tidak larut seluruhnya dalam
aquades sehingga sifat termal MgSO4.7H2O tidak maksimal dan
menyebabkan kenaikan suhu (Saputra dan Purwanto, 2010). pada 3 gram
MgSO4.7H2O grafik konstan, hal inji disebabkan sudah semua
MgSO4.7H2O larut dalam aquades (Salempa, 2005).
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
4.3.1 CaSO4.2H2O
40
35
30
25
Hs (KJ/mol)
20
15
10
5
0
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55
-5
-10
Molaritas (M)
t2
BM . c .Δt
−∫ Cp dt
∆Hs =
w t1 ..............................(1)
(Adahlin, 2016)
gr 1000
x
M = BM ml .............................................(2)
t2
BM . c . Δ t . 1000
- ∫ Cp dt
∆Hs =
M . BM . ml t1 ......................(3)
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
4.3.2 K2CrO4
140
120
100
80
Hs (KJ/mol)
60
40
20
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
-20
-40
Molaritas (M)
t2
BM . c .Δt
−∫ Cp dt
∆Hs =
w t1 ..............................(1)
(Adahlin,
2016)
gr 1000
x
M = BM ml .............................................(2)
t2
BM . c .Δ t . 1000
- ∫ Cp dt
∆Hs =
M . BM . ml t1 ......................(3)
Pada persamaan diatas, dapat dilihat bahwa ∆Hs berbanding terbalik dengan
molaritas sehingga semakin besar nilai M maka semakin kecil ∆Hs K 2CrO4
sesuai teori yang ada.
4.3.3 MgSO4.7H2O
50
40
30
Hs (KJ/mol)
20
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
-10
-20
-30
Molaritas (M)
t2
BM . c . Δt
−∫ Cp dt
∆Hs =
w t1 ..............................(1)
(Adahlin, 2016)
gr 1000
x
M = BM ml .............................................(2)
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
t2
BM . c . Δ t . 1000
- ∫ Cp dt
∆Hs =
M . BM . ml t1 ......................(3)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
3. Hubungan waktu dengan suhu jika semakin lama waktu, maka suhu akan naik
untuk eksotermis, dan untuk endotermis makin lama waktu maka suhu makin
turun.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, F.. 1962. “Experimental Physical Chemistry 6th ed. International Student
edition”. Mc Graw Hill Book Co. Inc New York. Kogakusha Co. Ltd.
Tokyo.
Perry, R. H.. 1984. Chemical Engineering Hand Book 6th ed. Mc Graw Hill
Book Co. Kogakusha Co. Ltd. Tokyo.
Salempa, P. 2005. “Penetapan Kelarutan dan Kalor Pelarutan Zat Padat dengan
RINGKASAN
Bahan yang dibutuhkan adalah larutan asam borat jenuh 80 ml dan NaOH
0,65 N 100 ml. Alat yang diperlukan adalah tabung reaksi besar, erlenmeyer, buret,
statif, klem, beaker glass, pipet tetes, corong pengaduk, dan toples kaca. Pertama
yang harus dilakukan membuat H3BO3 jenuh 85 ml pada suhu 58°C. Lalu larutan
H3BO3 dimasukkan dalam tabung reaksi besar untuk pendinginan larutan H3BO3
jenuh diambil 5 ml tiap penurunan 10°C lalu dititrasi menggunakan NaOH. Tabung
reaksi dikeluarkan saat suhu terendah. Lalu langkah tersebut juga sama pada
kenaikan suhu. Setelah itu dapat dibuat grafik log S vs 1/T.
Dari hasil percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa apabila
suhu asam borat semakin besar, maka kelarutannya semakin besar dan hasil log dari
kelarutannya semakin kecil, begitu pula sebaliknya.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelarutan
d ln S ∆ H
=
dT RT2
∆H
∫ d ln S=∫ R T 2 dT
−∆ H
ln S= +C
RT
−∆ H 1
log S= . +C
2,303 R T
T = suhu (K)
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
G=H −TS
−d ∆ G o
∆ S=
dT
∆ Go =∆ H−T ∆ S
−d ∆ G o −∆ H o ∆ G o
= −
dT T T
dengan ∆ G=−Rt ln K
−∆ G=Rt ln K
−d ∆ G o ∆ H o−∆ G o
=
dT T
d ln K
∆ H o −∆ G o =Rt ln K+ RT 2
dT
∆H
maka berharga (+). Juga apabila suhu diperbesar maka S
2.303 RT
semakin besar dan sebaliknya.
2. Besar Partikel
Semakin besar luas permukaan, partikel akan mudah larut.
3. Pengadukan
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB III
METODA PRAKTIKUM
Keterangan:
c
a
a : Toples kaca
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
b : Es batu
c : Tabung reaksi
b d : Thermometer
BAB IV
-0.5
-0.6
-0.7
-0.8
-0.9
-1
1/T
Gambar 4.1 Hubungan antara 1/T dengan log S pada Penurunan Suhu
Dari gambar di atas dapat dilihat saat T 0,003 K – 0,0033 K pada
larutan asam borat nilai log semakin besar. Saat T 0,0033 K – 0,0035 K
pada larutan asam borat nilai log S semakin kecil. Nilai log S yang
semakin besar sesuai dengan rumus:
∆H
log S = +C
2,303 RT
(Salempa, 2005)
Nilai log S yang semakin kecil disebabkan karena penambahan
volume NaOH lebih sedikit daripada saat T 0,003 K – 0,0033 K sehingga
pada T 0,0033 K – 0,0035 K nilai log S mengalami penurunan.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
-0.4
Log S
-0.6
-0.8
-1
-1.2
1/T
Gambar 4.2 Hubungan antara 1/T dengan log S pada Kenaikan Suhu
Pada gambar di atas dapat dilihat pada T 0,0035 K – 0,0034 K
grafik mengalami penurunan hal ini disebabkan karena semakin tinggi
temperatur larutan asam borat jenuh maka menyebabkan nilai log S
mengalami penurunan sesuai dengan rumus :
−∆ H
log S = +C
2,303 RT
(Salempa, 2005)
Pada saat T 0,0034 K – 0,003 K nilai log S semakin besar. Hal ini
sesuai dengan rumus :
V NaOH.M NaOH.ė = V H3BO3.M H3BO3.ė ........(1)
M = S ........(2)
log S = log M ........(3)
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada asam borat, bila suhu semakin tinggi, makin rendah log S. Begitu
juga sat suhu diturunkan. Hal ini karena log S linier dengan suhu.
2. Pada asam borat, bila suhu semakin rendah maka volume NaOH semakin
sedikit dan bila suhu semakin naik maka volume NaOH semakin banyak.
5.2 Saran
1. Pendinginan dengan es hanya digunakan untuk penurunan pada range
tinggi.
2. Titrasi dilakukan dengan cepat agar suhu tetap pada kondisi yang
diinginkan.
3. Tutup larutan NaOH ketika tidak dipakai agar tidak menguap.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, F.. 1962. Experimental Physical Chemistry 6th ed. International Student
edition. Mc Graw Hill Book Co. Inc New York. Kogakusha Co. Ltd.
Tokyo.
Salempa, P. 2005. “Penetapan Kelarutan dan Kalor Pelarutan Zat Padat dengan
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II
MATERI
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
Disusun Oleh :
Kelompok : II / KAMIS PAGI
I. TUJUAN PERCOBAAN
A. Panas Pelarutan
2. Mencari hubungan antara panas pelarutan dengan molaritas dan suhu larutan.
3. Mencari hubungan antara suhu dengan waktu sebagai fungsi panas pelarutan.
B. Kelarutan
II. PERCOBAAN
2.1 Bahan yang Digunakan
A. Panas Pelarutan
1. Aquadest secukupnya
2. Solute standar
3. Solute variabel
B. Kelarutan
2. NaOH
3. Aquadest
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
2. Kalorimeter b = thermometer
3. Thermometer a
4. Beaker glass
5. Pipet tetes
6. Pipet volume
7. Kompor listrik
B. Kelarutan
2. Erlenmeyer 7. Corong
3. Thermometer 8. Pengaduk
5. Beaker glass
Ket:
a = toples kaca
c b = es batu
a c = tabung reaksi
d = thermometer
Variabel Praktikum
A. Panas Pelarutan
1. Variabel Tetap
a. Solute standar w gr
b. Aquadest
2. Variabel Bebas
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
a. Solute variabel w gr
b. ∆ t = t menit
B. Kelarutan
1. Variabel Tetap
2. Variabel Bebas
T = T°C
A. Panas Pelarutan
B. Kelarutan
1. Membuat larutan asam borat jenuh T°C 100 ml.
2. Larutan asam borat jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar.
3. Tabung reaksi dimasukkan dalam toples kaca berisi es batu dan garam
lalu masukkan thermometer ke dalam tabung reaksi.
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
A. Panas Pelarutan
Waktu (menit)
No. Solute
2’ 4’ 6’ 8’ 10’
Na2S2O3.5H2O
2. 66°C 67°C 68°C 68°C 68°C
(2 gram)
CaSO4.2H2O
K2CrO4
5. MgSO4.7H2O
50 3,8 18 2,8
40 4 20 2,5
30 4,1 30 2,9
20 3,6 40 3,0
10 2,8 50 3,8
Praktikan Mengetahui
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
Asisten
Abudiar Redondo
Raudhah Aqilah
NIM. 21030116130185
1. Tetapan Kalorimeter
= -2°C = -2K
T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1
341 K
248,17 g /mol .C . (−2 K ) −3
-47,279 kJ/mol = - ∫ 360,66.10 kJ/deg mol dT
2g 298 K
C = 0,1277 kJ/mol
= 2°C = 2K
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1
345 K
172,17 g /mol .0,1277 kJ /mol .2 K −3
= - ∫ 203,34.10 kJ/deg.mol dT
1g 298 K
= 34,415 kJ/mol
C = 0,1 kJ/mol
T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1
346 K
172,17 g /mol . 0,1277 k J /mol .3 K −3
= - ∫ 203,34.10 kJ/deg.mol dT
3g 298 K
= 12,225 kJ/mol
C = 0,1277 kJ/mol
T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1
346 K
172,17 g /mol .0,1277 kJ /mol .3 K −3
= - ∫ 203,34.10 kJ/deg.mol dT
5g 298 K
= 3,4313 kJ/mol
C = 0,1277 kJ/mol
T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1
345 K
172,17 g /mol .0,1277 kJ /mol .2 K −3
= - ∫ 203,34.10 kJ/deg.mol dT
7g 298 K
= -3,2752 kJ/mol
C = 0,1277 kJ/mol
T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1
348 K
194,19 g /mol .0,1277 kJ /mol .5 K −3
= - ∫ 150,20. 10 kJ/deg.mol dT
1g 298 K
= 116,480 kJ/mol
C = 0,1277 kJ/mol
T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ CpdT
w T1
345 K
194,19 g /mol .0,1277 kJ /mol .2 K −3
= - ∫ 150,20. 10 kJ/deg.mol dT
3g 298 K
= 9,4276 kJ/mol
C = 0,1277 kJ/mol
T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1
344 K
194,119 g /mol .0,1277 kJ /mol .1 K −3
= - ∫ 150,20.10 kJ/deg.mol dT
5g 298 K
= -1,9495 kJ/mol
C = 0,1277 kJ/mol
T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1
345 K
194,19 g /mol .0,1277 kJ /mol .−2 K −3
= - ∫ 150,20. 10 Kj/deg.mol dT
7g 298 K
= -13,543 kJ/mol
C = 0,1277 kJ/mol
T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs=¿ - ∫ Cp dT
w T1
345 K
246 g /mol .0,1277 kJ / mol .2 K −3
= - ∫ 372,37.10 kJ/deg.mol dT
1g 298 K
= 45,327 kJ/mol
C = 0,1277 kJ/mol
T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1
347 K
246 g /mol .0,1277 kJ /mol .4 K −3
= - ∫ 372,37.10 kJ/deg.mol dT
3g 298 K
= 23,639 kJ/mol
C = 0,1277 kJ/mol
T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
345 K
246 g /mol .0,1277 kJ / mol .2 K −3
= - ∫ 372,37.10 kJ/deg.mol dT
5g 298 K
= -4,935 kJ/mol
C = 0,1277 kJ/mol
T2
BM .C . ∆ T
∆ Hs = - ∫ Cp dT
w T1
342 K
246 g /mol .0,1277 kJ /mol .−1 K −3
= - ∫ 372,37.10 kJ/deg.mol dT
7g 298 K
= -20,872 kJ/mol
BM = 172,12 g/mol
gr 1000
M= ×
BM V
1 gr 1000
= × = 0,0726 M
172,17 g /mol 80 ml
BM = 172,17 g/mol
gr 1000
M= ×
BM V
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
3 gr 1000
= × = 0,2178 M
172,17 g /mol 80 ml
BM = 172,17 g/mol
gr 1000
M= ×
BM V
5 gr 1000
= × = 0,3630 M
172,12 g/mol 80 ml
BM = 172,17 g/mol
gr 1000
M= ×
BM V
7 gr 1000
= × = 0,5082 M
172,17 g /mol 80 ml
BM = 194,19 g/mol
gr 1000
M= ×
BM V
1g 1000
= × = 0,0643 M
194,19 g /mol 80 ml
BM = 194,19 g/mol
gr 1000
M= ×
BM V
3g 1000
= × = 0,1931 M
194,19 g /mol V
BM = 194,19 g/mol
gr 1000
M = ×
BM V
5g 1000
= × = 0,32184 M
194,19 g /mol 80 ml
BM = 194,19 g/mol
gr 1000
M = ×
BM V
7g 1000
= × = 0,4505 M
194,19 g /mol 80 ml
BM = 246 g/mol
gr 1000
M = ×
BM V
1g 1000
= × = 0,0508 M
246 g /mol 80 ml
BM = 246 g/mol
gr 1000
M = ×
BM V
3g 1000
= × = 0,1524 M
246 g /mol 80 ml
BM = 246 g/mol
gr 1000
M = ×
BM V
5g 1000
= × = 0,25406 M
246 g /mol 80 ml
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
BM = 246 g/mol
gr 1000
M = ×
BM V
7g 1000
= × = 0,3556 M
246 g /mol 80 ml
KSFT Penurunan
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
M H3BO3 = 0,1213 M
S =M
log S = log M = log 0,1213
log S = -0,91013
1 1
=
T 291 K
KSFT Kenaikan
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Materi :
Hari/Tanggal :
Kelompok :
Nama :
ASISTEN :
KUANTITAS REAGEN
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
Suhu (x) 0 10°C 20°C 30°C 40°C 50°C 60°C 70°C 80°C
Kelarutan (y) 2,66 3,57 5,04 6,60 8,72 11,54 14,81 16,73 23,71
(Perry, 2008)
( X −X 1)
y = y1 + (y2-y1)
(X 2−X 1)
(58−50)
y = 11,54 + (14,81-11,54)
(60−50)
80 ml H 2 O
Kelarutan H3BO3 dalan 80 ml H2O = × 14,156 gr
100 ml H 2 O
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
gr 1000
N= ×
BM ml
gr 1000
0,65 N = ×
40 100
gr = 2,6 gram