Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA

TITRASI PERMANGANOMETRI

Nama : Puty Najwa Anandathov


NIM : 2107124357
Kelompok : IV-C
Anggota Kelompok :
1. Nurmansyah Aditya 2107113606
2. Pujingga Sheny 2107124348
3. Riki Suri Kurniadi 2107113409
4. Reihan Faizaldi 2107136511

Asisten Praktikum :
Tiara Indah Fitrianingrum

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR KENDALI

Nama Mahasiswa : Puty Najwa Anandathov Kiswara


NIM : 2107124357
Kelompok : IV-C
Anggota Kelompok :
1. Nurmansyah Aditya 2107113606
2. Pujingga Sheny 2107124348
3. Riki Suri Kurniadi 2107113409
4. Reihan Faizaldi 2107136511

Hari, Tanggal Revisi Keterangan Paraf


Sabtu, 27 Mei I Tujuan Bab I
2023 Bab II
Bab III
Tabel hasil bab IV
Bab V
Dapus
Lampiran A perhitungan
Lampiran B Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi
oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi
dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi
dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi
dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe +, asam
atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya (Harjadi, 1990).
Permanganometri merupakan metode titrasi menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagi titran. Titrasi ini didasarkan
atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Analisa permanganometri ini
merupakan salah satu dari banyak metode analisis kuantitatif
lainnya, sehingga penggunaan analisa ini cukup erat hubungannya dengan disiplin
ilmu keteknik kimiaan. Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah
kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan
indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer. Setetes permanganat
memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam
suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi
(Apriyanti, 2018)
Manfaat titrasi permanganometri adalah untuk mengetahui kadar
dari zat-zat yangbilangan oksidasinya masih dapat dioksidasi. Dalam
bidang industri, metode ini dapatdimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana
secara permanganometri dapat diketahui kadarsuatu zat sesuai dengan sifat oksidasi
reduksi yang dimilikinya, sehingga dapat dipisahkanapabila tidak diperlukan atau
berbahaya.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapunn tujuan dari praktikum titrasi permanganometri adalah menentukan
konsentrasi KMnO4 dan Fe+2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permanganometri
Permanganometri merupakan metode titrasi yang dilakukan berdasarkan
reaksi oleh kalium permanganate (KMnO4). Prinsi reaksi ini difokuskan pada
reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku
tertentu. Titrasi dengan KMnO4 telah dikenal lebih dari serratus tahun, kebanyakan
titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti
Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan lain sebagainya. Zat organik
dapat dioksidasi dengan menggunakan KMnO4 dalam suasana asam dengan
pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi dengan asam oksalat berlebih. Kelebihan
asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4. Metode permanganometri
didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Reaksi oksidasi ini dapat
berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis. Adapun reaksi yang
terjadi sebagai berikut: (Darwindra, 2010)
MnO4- (aq) + 8H+ (aq) + 5e → Mn2+ (aq) + 4H2O (l)………………(2.1)
Permanganometri merupakan salah satu metode titrasi yang menggunakan
prinsip reaksi reduksi dan oksidasi. Titrasi permanganometri digunakan untuk
menetapkan kadar reduktor dalam suasana asam dengan menggunakan kalium
permanganat sebagai titran. Dalam suasana netral atau sedikit basa maka akan
terbentuk endapan coklat MnO2 yang akan mengganggu, oleh karena itu titrasi
dilakukan dalam suasana asam karena akan lebih mudah mengamati titik akhir
titrasinya (Darwindra, 2010). Penetapan metode untuk pengujian kandungan
senyawa organik dilakukan dalam suasana asam. Prinsipnya yaitu sampel yang
diduga mengandung senyawa organik (permanganat) dioksidasi oleh KmnO4 secara
berlebih dalam suasana asam dan panas, sisa dari KmnO4 direduksi oleh asam
oksalat berlebih, kelebihan asam oksalat dititrasi kembali menggunakan KmnO4
(Karamah dkk, 2018).
Prinsip dari metode ini yaitu reaksi reduksi-oksidasi. Larutan baku sekunder
yang digunakan pada metode titrasi ini yakni kalium permanganat (KMnO4),
dimana senyawa KMnO4 merupakan senyawa oksidator kuat. Metode titrasi
permanganometri tidak membutuhkan indikator karena larutan baku sekunder dapat
bertindak sebagai indikator (autoindicator) (Mursyididan Rohman, 2006). Metode
ini merupakan suatu metode yang sering digunakan karena permanganometri
memiliki kelebihan antara lain. Permanganometri merupakan oksidator kuat, tidak
memerlukan indikator, mudah diperoleh dan terjangkau. Adapun kekurangan dari
metode ini adalah larutan ini tidak stabil dalam penyimpanan, jadi harus sering
dilakukan pembakuan (Karamah dkk, 2018).
Reduksi permanganat dalam larutan asam, reduksi ini berlangsung sampai
ion permanganate (II) yang tak berwarna. zat pereduksi yang boleh digunakan
antara lain asam oksalat, dengan adanya asam sulfat menghasilkangas karbon
dioksida. Reaksi ini lambat pada suhu kamar tapi menjadi cepat padasuhu 60oC. ion
mangan (II) mengkatalis reaksi ini: jadi, reaksi ini adalah otokatalis sekali ion
mangan (II) telah terbentuk reaksi semakin menjadi cepat. Pada larutan basa
permanganate kehilangan warnanya, tetapi mangan dioksida mengendap
denganadanya larutan natrium hidroksida, kalium iddida berubah menjadi kalium
iodat dannatrium sulfit berubah menjadi natrium sulfat dengan mendidihkan.
(Svehla. 1995). Asam Sulfat merupakan asam yang paling cocok digunakan sebagai
pelarutnya karena jika digunakan asam klorida maka kemungkinan akan
terjadireaksi seperti di bawah ini (Svehla, 1995) :
2MnO4- + 16H+ + 10Cl- ↔ 2Mn + 5Cl2 + 8H2O……………….(2.2)
Dengan demikian, sebagian permanganatnya digunakan untuk
pembentukan klorin. Reaksi ini terutama terjadi dengan garam-garam besi. Adanya
mangan dioksida dapat mempercepat peruraian permanganat karena mangan
dioksida tersebut memperbanyak pembentukan mangan dioksida sehingga
peruraian bertambah cepat (Svehla. 1995).

2.2 Prinsip Titrasi Permanganometri


Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam
reaksi ini, ion MnO4-, bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4-, akan berubah
menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk
menentukan kadar oksalat tau besi dalam suatu sampel. Pada permanganometri,
titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah
diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat
encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus
tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas
kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna in digunakan untuk menenjukkan
kelebihan pereaksi. Permanganat menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan
dapat hadir dalam kondisi-kondisi oksidasi +2, -3, +4, -6, dan -7. Kelebihan sedikit
dari permanganat yang hadir pada titik akhir titrasi cukup untuk mengakibatkan
terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Titrasi dilakukan dalam lingkungan asam,
sebab untuk menjaga supaya konsentrasi ion hidrogen (H+) tetap selama titrasi
berlangsung karena dalam lingkungan netral atau basa sebagian dari KMnO4 diubah
menjadi MnO4 sehingga larutan berwarna coklat yang akan menyukarkan
pengamatan pada titik akhir titrasi (Sastrohamidjojo, 2005).

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Permanganometri


Menurut Sastrohamidjojo (2005) titrasi permanganometri memiliki
beberapa kelebihan serta kekurangan. Kelebihan dari titrasi permanganometri yaitu
lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan indikator,
hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indikator, yaitu ion
MnO4- berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion Mn tidak berwarna, dan
disebut juga sebagai autoindikator. Sedangkan kekurangan dari titrasi
permanganometri ini yaitu :
1. Larutan pentiter KMnO4 pada buret yaitu apabila percobaan dilakukan
dalam waktu yang lama, larutan KMO4 pada buret yang terkena sinar akan
terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh
pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna
merah rosa.
2. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti C2H2O4.
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan C2H2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi
antara MnO4-, dengan Mn2+
MnO4- + 3 Mn2+ + 2 H2O ↔ 5MnO2 + 4H+…………..……….(2.3)
3. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti C2H2O4.
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan C2H2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan
oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
C2H2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑………………….………….....(2.4)
H2O2 ↔ H2O + O↑……………………………………..………(2.5)
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan
untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi
permanganometri yang dilaksanakan (Sunarya, 2006).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat-alat yang Digunakan


Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Batang Pengaduk
2. Buret 50 mL
3. Cawan Petri
4. Corong
5. Erlenmeyer 250 mL
6. Gelas Piala 100 mL & 250 mL
7. Gelas Ukur 20 mL
8. Labu Ukur 100 mL & 250 mL
9. Pipet Volume
10. Statif dan Klem
11. Termometer
12. Timbangan Analitik

3.2 Bahan-bahan yang Digunakan


Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Larutan FeSO4 0,05 N
2. Larutan H2C2O4 0,05 N
3. Larutan H2SO4 4N
4. Larutan KMnO4 0,05 N
3.3 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
3.3.1 Standarisasi Larutan Kalium Permanganat dengan Asam Oksalat
1. Dibuat larutan standar asam oksalat 0,05 N dan pipet 15 mL lalu
dimasukkan kedalam erlemeyer.
2. Kemudian ditambahkan 15 mL H2SO4 4N kedalam erlenmeyer.
3. Campuran larutan dipanaskan sampai pada suhu 70oC .
4. Larutan dititrasi sebanyak tiga kali dalam keadaan panas dengan larutan
KMnO4 sampai timbul warna pink muda yang tidak hilang pada
pengocokan selanjutnya.
5. Dihitung kenormalan KMnO4.
3.3.2 Menentukan ke Normalan Fe2+
1. Diambil sebanyak 15 mL larutan FeSO4 sebagai sampel, lalu dimasukkan
kedalam erlemeyer.
2. Lalu ditambahkan 15 mL H2SO4 4 N.
3. Ditirasi sebanyak tiga kali dengan larutan KMnO4 yang konsentrasinya
telah di dapat dari percobaan 3.3.1.
4. Dihitung normalitas Fe2+.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dari percobaan titrasi permanganometri sebagai
berikut :
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Titrasi Permanganometri
Percobaan V KMnO4 Konsentrasi V KMnO4 Konsentrasi
(mL) KMnO4 didapat terpakai Fe2+ didapat
(N) (mL) (N)
1 3,5 0,21 1,5 0,024
2 3 0,25 1,1 0,018
3 2,7 0,27 1,2 0,019

4.2 Pembahasan
4.2.1 Standarisasi Standarisasi Larutan Kalium Permanganat dengan Asam
Oksalat
Pada percobaan ini dilakukan standarisasi larutan KMnO4 dengan
menggunaka 15 mL asam oksalat 0,05 N dan H2SO4 4 N. Larutan KMnO4
merupakan larutan standar sekunder karena merupakan pengoksidasi kuat dan tidak
stabil jika kontak dengan lingkungan terbuka akan merubah konsentrasinya, oleh
karena itu dilakukan standarisasi terlebih dahulu untuk menentukan konsentrasi dari
KMnO4 Pertaman, asam oksalat 0,05 N sebanyak 15 mL ditambahkan dengan asam
sulfat 4N sebanyak 15 mL dan dimasukkan kedalam erlenmeyer. Asam sulfat yang
ditambahkan untuk memberikan suasana asam, karena titik akhir titrasi lebih mudah
diamati bila reaksi dalam kondisi asam dan reaksi H2SO4 tidak menghasilkan
produk serta tidak bereaksi dengan titran (Khopkar, 1990). Penggunaan HCl dan
HNO3 tidak diperbolehkan karena dapat dioksidasi oleh KMnO4 menjadi Cl2.
Pada suasana asam zat ini akan mengalami reduksi menghasilkan ion Mn2+
yang tidak berwarna sedangkan apabila reaksi dilakukan dalam suasana pada pH
netral atau sedikit basa maka akan terbentuk padatan MnO2 yang berwarna coklat
yang dapat mengganggu dalam penentuan titik akhir titrasi. Sebelum dilakukan
titrasi, terlebih dahulu dilakukan pemanasan asam oksalat yang dipanaskan pada
suhu 70oC yang bertujuan untuk mempercepat reaksi antara KMnO4 dengan asam
oksalat. Hal itu didasarkan karena pada suhu kamar reaksi antara keduanya
cenderung lambat sehingga akan sulit untuk menentukan titik akhir reaksi (Harjadi,
1990). Adanya perubahan warna larutan menjadi merah muda yang stabil
mengindikasikan titik ahir titrasi. Asam oksalat dititrasi dengan kalium
permanganat secara triplo dengan volume sebanyak 3,5 mL; 3 mL; 2,7 ml sehingga
diperoleh perhitungan konsentrasi rata-rata dari kalium permanganat yaitu 0,24 N.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Berikut persamaan reaksi yang terjadi :
MnO4- + C2O4- + H+ → Mn2+ + CO2 + H2O ................................(4.1)
Standarisasi KMnO4 menggunakan asam oksalat ini tidak menggunakan
indikator. Hal ini disebabkan KMnO4 tersebut selain bertindak sebagai titran,
KMnO4 juga bertindak sebagai indikator (auto indicator). Titik akhir titrasi
ditunjukkan dengan perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Warna
merah muda timbul akibat kelebihan ion permanganat. Kelebihan satu tetes ion
permanganat akan menimbulkan warna merah muda yang cukup jelas terlihat
(Underwood, 2002).
4.2.2 Menentukan ke Normalan Fe 2+
Pada percobaan ini dilakukan penetukan kadar Fe 2+ yang terdapat
pada larutan. Normalitas besi (Fe 2+ ) dapat diketahui dengan cara titrasi
permanganometri. Larutan Fe 2 SO 4 sebanyak 15 mL ditambahkan larutan
H 2 SO 4 4N sebanyak 15 mL penambahan H 2 SO 4 untuk menimbulkan
suasana asam pada larutan sehingga mudah menentukan titik akhir
tittrasi dan juga dengan tujuan agar besi larut sempurna dan dapat
bereaksi dengan baik. Selain itu, penambahan asam sulfat juga bertujuan
agar KMnO 4 tereduksi menjadi Mn 2+ (Sunarya, 2006). Tidak dilakukan
pemanasan karena larutan asam sulfat yang di tambahkan bersifat
eksoterm (melepaskan panas), bertujuan agar larutan tidak rusak akibat
ketinggian suhu dengan larutan berwarna kuning. Setel ah itu, dititrasi
dengan KMnO 4 untuk standarisasi dan larutan menjadi berwarna merah
muda (Shevla, 1995). Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna larutan menjadi merah muda yang stabil. Percobaan
dilakukan sebanyak triplo, didapat volume KMnO 4 permanganat yang
digunakan sebanyak 1,5; 1,1; dan 1,2 mL dan nilai rata-rata konsentrasi
Fe 2 SO 4 sebesar 0,020 N. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
MnO 4 - + 5Fe 2+ + 8H + Mn + + 5Fe 3+ + 4H 2 O.................(4.2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari percobaan titrasi
permanganometri adalah sebagai berikut:
1. Titrasi permanganometri adalah titrasi dengan menggunakan larutan
kalium permanganate yang berwarna ungu dengan berdasarkan reaksi
oksidasi dan reduksi.
2. Konsentrasi kalium permanganat setelah dititrasi secara triplo dengan
larutan asam oksalat adalah 0,21 N; 0,25 N; dan 0,27 N dengan rata-rata
konsentrasi yaitu 0,24 N.
3. Konsentrasi Fe2+ yang didapatkan dari titrasi secara triplo dengan kalium
permanganat 0,24 N adalah 0,024 N, 0,018 N, dan 0,019 N dengan rata-rata
konsentrasi yaitu 0,020 N.
5.2 Saran
Adapun saran dalam praktikum ini yaitu pada saat praktikan melakukan
proses titrasi agar lebih teliti dalam melihat volume larutan yang digunakan.
Praktikan juga harus teliti dalam melihat perubahan warna yang terjadi saat selesai
melakukan titrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, M. A. 2018. Analisis Kadar Zat Organik pada Air Sumur Warga Sekitar
TPA dengan Metode Titrasi Permanganometri. Jurnal Ilmu Kimia
dan Terapan, 2(2):10-14
Darwindra, H. D. 2010. Titrasi Redoks Permanganat . Jakarta: Erlangga
Hardjadi, 1990. Ilmu Kima Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI- Press
Karamah, E, F., Amalia, F., Ghaudenson, R., Bismo, S. 2018. Disinfection
of escherichia coli bacteria using combination of ozonation and
hydrodynamic cavitation method with venturi injector. International
Journal on Advanced Science, Engineering and Information
Technology. 8 (3) : 811-817
Sastrohamidjojo, S. (2005). Kimia Organik. Yogayakarta: UGM Press.
Sunarya, Y. 2006. Kimia Dasar. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.
Svehla, G. 1995. Analisis Anorganik Kualitatif . Jakarta: Kalman Pustaka
Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

A.1 Membuat Larutan Asam Oksalat 0,05 N dalam 100 mL


Diketahui: BM asam oksalat = 126 gram/mol
Valensi asam oksalat = 2
Jawab:
𝑚 1000
𝑁 = 𝐵𝑀 × ×𝑎
𝑉
𝑚 1000
0,05 𝑁 = 126 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 × ×2
100
6,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚= 20

𝑚 = 0,32 gram

A.2 Membuat Larutan KMnO4 0,05 N dalam 100 mL


Diketahui: BM KMnO4 = 158,034 gram/mol
Valensi KMnO4 = 5
Jawab:
𝑚 1000
𝑁 = 𝐵𝑀 × ×𝑎
𝑉
𝑚 1000
0,05 𝑁 = 158,034 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 × ×5
100
7,9017 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚= 50

𝑚 = 0,158 gram

A.3 Pengenceran H2SO4 36 N menjadi 4 N dalam 100 mL


N1 ×V1= N2×V2
36 N×V1 = 4 N×100 mL
V1 = 11,11 mL

A.4 Membuat Larutan FeSO4 0,05 N dalam 100 mL


Diketahui: BM FeSO4 = 278 gram/mol
Valensi FeSO4 = 2
Jawab:
𝑚 1000
𝑁 = 𝐵𝑀 × ×𝑎
𝑉
𝑚 1000
0,05 𝑁 = 278 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 × ×2
100

𝑚 = 0,695 gram

A.5 Standarisasi Larutan KMnO4


Percobaan Pertama
N KMnO4 × V KMnO4 = N C2H2O4 × VC2H2O4
N KMnO4 × 3,5 mL = 0,05 N × 15 mL
NKMnO4 = 0,21 N
Percobaan Kedua
N KMnO4 × V KMnO4 = N C2H2O4 × VC2H2O4
N KMnO4 × 3 mL = 0,05 N × 15 mL
NKMnO4 = 0,25 N
Percobaan Ketiga
N KMnO4 × V KMnO4 = N C2H2O4 × VC2H2O4
N KMnO4 × 2,7 mL = 0,05 N × 15 mL
NKMnO4 = 0,27 N
Rata Normalitas KMnO4
N1+N2+N3 0,21+0,25+0,27
N’= = = 0,24
3 3

A.2 Menentukan Kenormalan Fe2SO4


Percobaan Pertama
N Fe2SO4 × V Fe2SO4 = NKMnO4 × VKMnO4
N Fe2SO4 × 15 mL = 0,24 N × 1,5 mL
N Fe2SO4 = 0,024 N
Percobaan Kedua
N Fe2SO4 × V Fe2SO4 = NKMnO4 × VKMnO4
N Fe2SO4 × 15 mL = 0,24 N × 1,1 mL
N Fe2SO4 = 0,018 N
Percobaan Ketiga
N Fe2SO4 × V Fe2SO4 = N KMnO4 × V KMnO4
N Fe2SO4 × 15 mL = 0,24 N × 1,2 mL
N Fe2SO4 = 0,019 N
Rata Normalitas Fe2SO4
N1+N2+N3 0,24+0,018+0,019
N’= = = 0,020 N
3 3
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Gambar B.1 Pemanasan Gambar B.2 Proses Titrasi


Campuran
Larutan

Gambar B.3 Hasil Titrasi Asam Gambar B.4 Hasil Titrasi


Oksalat dengan FeSO4 dengan
KMnO4 KMnO4
LAMPIRAN C
PERTANYAAN

C.1 Dalam suasana asam, 1 gr mol KMnO4 = ………gr ekivalen


Jawab :
MnO4 + 8H+ +5e → Mn2+ + 4H2O
Sehingga, 1 ekuivalen MnO4 = 1/5 mol
39 + 55 + 4,16
Berat ekuivalen = 5
158
= 5

= 31,6 gram
C.2 Dalam suasana basa, 1 gr mol KMnO4 = ………gr ekivalen
Jawab :
MnO4- +2H2O + 3e → MnO2 + 4HO
Sehingga, 1 ekuivalen MnO4 = 1/5 mol
158
Berat ekuivalen = 3

= 52,7 gram
C.3 Apa sebabnya untuk pengasaman tidak dipakai HCl
Jawab : Pengasaman tidak menggunakan HCl karena apabila menggunaka
HCl menghasilkan reaksi samping, sehingga ion klorida akan teroksidasi
menjadi gas klor dan juga kestabilan ion juga terbatas.
C.4 Dapatkah larutan standar KMnO4 dipakai sebagai larutan standar primer,
sebutkan alasan saudara
Jawab : Tidak dapat digunakan, karena KMnO4 tidak mudah diperoleh
dalam keadaan murni, higroskopis, tidak mudah dikeringkan dan menyerap
air dan CO2.
LAMPIRAN D
LAPORAN SEMENTARA

Anda mungkin juga menyukai