TITRASI PERMANGANOMETRI
Asisten Praktikum :
Tiara Indah Fitrianingrum
2.1 Permanganometri
Permanganometri merupakan metode titrasi yang dilakukan berdasarkan
reaksi oleh kalium permanganate (KMnO4). Prinsi reaksi ini difokuskan pada
reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku
tertentu. Titrasi dengan KMnO4 telah dikenal lebih dari serratus tahun, kebanyakan
titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti
Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan lain sebagainya. Zat organik
dapat dioksidasi dengan menggunakan KMnO4 dalam suasana asam dengan
pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi dengan asam oksalat berlebih. Kelebihan
asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4. Metode permanganometri
didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Reaksi oksidasi ini dapat
berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis. Adapun reaksi yang
terjadi sebagai berikut: (Darwindra, 2010)
MnO4- (aq) + 8H+ (aq) + 5e → Mn2+ (aq) + 4H2O (l)………………(2.1)
Permanganometri merupakan salah satu metode titrasi yang menggunakan
prinsip reaksi reduksi dan oksidasi. Titrasi permanganometri digunakan untuk
menetapkan kadar reduktor dalam suasana asam dengan menggunakan kalium
permanganat sebagai titran. Dalam suasana netral atau sedikit basa maka akan
terbentuk endapan coklat MnO2 yang akan mengganggu, oleh karena itu titrasi
dilakukan dalam suasana asam karena akan lebih mudah mengamati titik akhir
titrasinya (Darwindra, 2010). Penetapan metode untuk pengujian kandungan
senyawa organik dilakukan dalam suasana asam. Prinsipnya yaitu sampel yang
diduga mengandung senyawa organik (permanganat) dioksidasi oleh KmnO4 secara
berlebih dalam suasana asam dan panas, sisa dari KmnO4 direduksi oleh asam
oksalat berlebih, kelebihan asam oksalat dititrasi kembali menggunakan KmnO4
(Karamah dkk, 2018).
Prinsip dari metode ini yaitu reaksi reduksi-oksidasi. Larutan baku sekunder
yang digunakan pada metode titrasi ini yakni kalium permanganat (KMnO4),
dimana senyawa KMnO4 merupakan senyawa oksidator kuat. Metode titrasi
permanganometri tidak membutuhkan indikator karena larutan baku sekunder dapat
bertindak sebagai indikator (autoindicator) (Mursyididan Rohman, 2006). Metode
ini merupakan suatu metode yang sering digunakan karena permanganometri
memiliki kelebihan antara lain. Permanganometri merupakan oksidator kuat, tidak
memerlukan indikator, mudah diperoleh dan terjangkau. Adapun kekurangan dari
metode ini adalah larutan ini tidak stabil dalam penyimpanan, jadi harus sering
dilakukan pembakuan (Karamah dkk, 2018).
Reduksi permanganat dalam larutan asam, reduksi ini berlangsung sampai
ion permanganate (II) yang tak berwarna. zat pereduksi yang boleh digunakan
antara lain asam oksalat, dengan adanya asam sulfat menghasilkangas karbon
dioksida. Reaksi ini lambat pada suhu kamar tapi menjadi cepat padasuhu 60oC. ion
mangan (II) mengkatalis reaksi ini: jadi, reaksi ini adalah otokatalis sekali ion
mangan (II) telah terbentuk reaksi semakin menjadi cepat. Pada larutan basa
permanganate kehilangan warnanya, tetapi mangan dioksida mengendap
denganadanya larutan natrium hidroksida, kalium iddida berubah menjadi kalium
iodat dannatrium sulfit berubah menjadi natrium sulfat dengan mendidihkan.
(Svehla. 1995). Asam Sulfat merupakan asam yang paling cocok digunakan sebagai
pelarutnya karena jika digunakan asam klorida maka kemungkinan akan
terjadireaksi seperti di bawah ini (Svehla, 1995) :
2MnO4- + 16H+ + 10Cl- ↔ 2Mn + 5Cl2 + 8H2O……………….(2.2)
Dengan demikian, sebagian permanganatnya digunakan untuk
pembentukan klorin. Reaksi ini terutama terjadi dengan garam-garam besi. Adanya
mangan dioksida dapat mempercepat peruraian permanganat karena mangan
dioksida tersebut memperbanyak pembentukan mangan dioksida sehingga
peruraian bertambah cepat (Svehla. 1995).
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dari percobaan titrasi permanganometri sebagai
berikut :
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Titrasi Permanganometri
Percobaan V KMnO4 Konsentrasi V KMnO4 Konsentrasi
(mL) KMnO4 didapat terpakai Fe2+ didapat
(N) (mL) (N)
1 3,5 0,21 1,5 0,024
2 3 0,25 1,1 0,018
3 2,7 0,27 1,2 0,019
4.2 Pembahasan
4.2.1 Standarisasi Standarisasi Larutan Kalium Permanganat dengan Asam
Oksalat
Pada percobaan ini dilakukan standarisasi larutan KMnO4 dengan
menggunaka 15 mL asam oksalat 0,05 N dan H2SO4 4 N. Larutan KMnO4
merupakan larutan standar sekunder karena merupakan pengoksidasi kuat dan tidak
stabil jika kontak dengan lingkungan terbuka akan merubah konsentrasinya, oleh
karena itu dilakukan standarisasi terlebih dahulu untuk menentukan konsentrasi dari
KMnO4 Pertaman, asam oksalat 0,05 N sebanyak 15 mL ditambahkan dengan asam
sulfat 4N sebanyak 15 mL dan dimasukkan kedalam erlenmeyer. Asam sulfat yang
ditambahkan untuk memberikan suasana asam, karena titik akhir titrasi lebih mudah
diamati bila reaksi dalam kondisi asam dan reaksi H2SO4 tidak menghasilkan
produk serta tidak bereaksi dengan titran (Khopkar, 1990). Penggunaan HCl dan
HNO3 tidak diperbolehkan karena dapat dioksidasi oleh KMnO4 menjadi Cl2.
Pada suasana asam zat ini akan mengalami reduksi menghasilkan ion Mn2+
yang tidak berwarna sedangkan apabila reaksi dilakukan dalam suasana pada pH
netral atau sedikit basa maka akan terbentuk padatan MnO2 yang berwarna coklat
yang dapat mengganggu dalam penentuan titik akhir titrasi. Sebelum dilakukan
titrasi, terlebih dahulu dilakukan pemanasan asam oksalat yang dipanaskan pada
suhu 70oC yang bertujuan untuk mempercepat reaksi antara KMnO4 dengan asam
oksalat. Hal itu didasarkan karena pada suhu kamar reaksi antara keduanya
cenderung lambat sehingga akan sulit untuk menentukan titik akhir reaksi (Harjadi,
1990). Adanya perubahan warna larutan menjadi merah muda yang stabil
mengindikasikan titik ahir titrasi. Asam oksalat dititrasi dengan kalium
permanganat secara triplo dengan volume sebanyak 3,5 mL; 3 mL; 2,7 ml sehingga
diperoleh perhitungan konsentrasi rata-rata dari kalium permanganat yaitu 0,24 N.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Berikut persamaan reaksi yang terjadi :
MnO4- + C2O4- + H+ → Mn2+ + CO2 + H2O ................................(4.1)
Standarisasi KMnO4 menggunakan asam oksalat ini tidak menggunakan
indikator. Hal ini disebabkan KMnO4 tersebut selain bertindak sebagai titran,
KMnO4 juga bertindak sebagai indikator (auto indicator). Titik akhir titrasi
ditunjukkan dengan perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Warna
merah muda timbul akibat kelebihan ion permanganat. Kelebihan satu tetes ion
permanganat akan menimbulkan warna merah muda yang cukup jelas terlihat
(Underwood, 2002).
4.2.2 Menentukan ke Normalan Fe 2+
Pada percobaan ini dilakukan penetukan kadar Fe 2+ yang terdapat
pada larutan. Normalitas besi (Fe 2+ ) dapat diketahui dengan cara titrasi
permanganometri. Larutan Fe 2 SO 4 sebanyak 15 mL ditambahkan larutan
H 2 SO 4 4N sebanyak 15 mL penambahan H 2 SO 4 untuk menimbulkan
suasana asam pada larutan sehingga mudah menentukan titik akhir
tittrasi dan juga dengan tujuan agar besi larut sempurna dan dapat
bereaksi dengan baik. Selain itu, penambahan asam sulfat juga bertujuan
agar KMnO 4 tereduksi menjadi Mn 2+ (Sunarya, 2006). Tidak dilakukan
pemanasan karena larutan asam sulfat yang di tambahkan bersifat
eksoterm (melepaskan panas), bertujuan agar larutan tidak rusak akibat
ketinggian suhu dengan larutan berwarna kuning. Setel ah itu, dititrasi
dengan KMnO 4 untuk standarisasi dan larutan menjadi berwarna merah
muda (Shevla, 1995). Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna larutan menjadi merah muda yang stabil. Percobaan
dilakukan sebanyak triplo, didapat volume KMnO 4 permanganat yang
digunakan sebanyak 1,5; 1,1; dan 1,2 mL dan nilai rata-rata konsentrasi
Fe 2 SO 4 sebesar 0,020 N. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
MnO 4 - + 5Fe 2+ + 8H + Mn + + 5Fe 3+ + 4H 2 O.................(4.2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari percobaan titrasi
permanganometri adalah sebagai berikut:
1. Titrasi permanganometri adalah titrasi dengan menggunakan larutan
kalium permanganate yang berwarna ungu dengan berdasarkan reaksi
oksidasi dan reduksi.
2. Konsentrasi kalium permanganat setelah dititrasi secara triplo dengan
larutan asam oksalat adalah 0,21 N; 0,25 N; dan 0,27 N dengan rata-rata
konsentrasi yaitu 0,24 N.
3. Konsentrasi Fe2+ yang didapatkan dari titrasi secara triplo dengan kalium
permanganat 0,24 N adalah 0,024 N, 0,018 N, dan 0,019 N dengan rata-rata
konsentrasi yaitu 0,020 N.
5.2 Saran
Adapun saran dalam praktikum ini yaitu pada saat praktikan melakukan
proses titrasi agar lebih teliti dalam melihat volume larutan yang digunakan.
Praktikan juga harus teliti dalam melihat perubahan warna yang terjadi saat selesai
melakukan titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, M. A. 2018. Analisis Kadar Zat Organik pada Air Sumur Warga Sekitar
TPA dengan Metode Titrasi Permanganometri. Jurnal Ilmu Kimia
dan Terapan, 2(2):10-14
Darwindra, H. D. 2010. Titrasi Redoks Permanganat . Jakarta: Erlangga
Hardjadi, 1990. Ilmu Kima Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI- Press
Karamah, E, F., Amalia, F., Ghaudenson, R., Bismo, S. 2018. Disinfection
of escherichia coli bacteria using combination of ozonation and
hydrodynamic cavitation method with venturi injector. International
Journal on Advanced Science, Engineering and Information
Technology. 8 (3) : 811-817
Sastrohamidjojo, S. (2005). Kimia Organik. Yogayakarta: UGM Press.
Sunarya, Y. 2006. Kimia Dasar. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.
Svehla, G. 1995. Analisis Anorganik Kualitatif . Jakarta: Kalman Pustaka
Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
𝑚 = 0,32 gram
𝑚 = 0,158 gram
𝑚 = 0,695 gram
= 31,6 gram
C.2 Dalam suasana basa, 1 gr mol KMnO4 = ………gr ekivalen
Jawab :
MnO4- +2H2O + 3e → MnO2 + 4HO
Sehingga, 1 ekuivalen MnO4 = 1/5 mol
158
Berat ekuivalen = 3
= 52,7 gram
C.3 Apa sebabnya untuk pengasaman tidak dipakai HCl
Jawab : Pengasaman tidak menggunakan HCl karena apabila menggunaka
HCl menghasilkan reaksi samping, sehingga ion klorida akan teroksidasi
menjadi gas klor dan juga kestabilan ion juga terbatas.
C.4 Dapatkah larutan standar KMnO4 dipakai sebagai larutan standar primer,
sebutkan alasan saudara
Jawab : Tidak dapat digunakan, karena KMnO4 tidak mudah diperoleh
dalam keadaan murni, higroskopis, tidak mudah dikeringkan dan menyerap
air dan CO2.
LAMPIRAN D
LAPORAN SEMENTARA