Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Titrasi Permanganometri

Nama Mahasiswa : M. Aldaffa Rayyanda


NIM : 2107126227
Kelompok : VI-C
Anggota Kelompok :
1. Indah Rezki Putri 2107126228
2. Inne Triyanda 2107126226
3. Inggrid Nikita Bella 2107124351

Asisten :
Tiara Indah Fitrianingrum

PROGRAM S1 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS RIAU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan beerdasarkan reaksi
oleh kalium permanganat (KMnO4 ). Rekasi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan
reduksi yang terjadi KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4
sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara
langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti asam oksalat yang dapat larut dan
sebagainya (Anonim, 2002).
Rekasi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan secara
luas dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi
oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksi
redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk digunakan dalam
analisa titrimetrik, dan penerapan-penerapannya cukup banyak. (Underwood,
2002).
Kelebihan sedikit dari permanganate yang hadir pada titik akhir dari titrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 . Tindakan
pencegahan khusus harus dilakukan dalam pebuatan larutan permanganat. Mangan
dioksida mengkatalis dekomposisi larutan permanganat. Jejak-jejak dari
MnO2 yang semula ada dalam permanganat, atau terbentuk akibat reaksi antara
permanganate dengan jejak-jejak dari agenagen pereduksi di dalam air, mengarah
pada dekomposisi. Tindakan-tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-
kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi.
Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak
diasamkan, konsentrasinya tidak akan berubah selama beberapa bulan (Undewood,
2002).
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan pada praktikum ini adalah:
1. Menentukan jumlah air kristal dalam H2 C2 O2 .XH2 O
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Titrasi Permanganometri


Titrasi permanganometri merupakan titrasi berdasarkan prinsip oksidasi
reduksi dan digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suatu asam sulfat
encer. Larutan baku yang digunakan adalah larutan kalium permanganat (KMnO4 ).
Kalium permanganat (KMnO4 ) adalah sebagai pengoksida. Reagen ini dapat
diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali
untuk larutan yang teramat encer. Satu tetes permanganate 0,1 N memberikan
warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa digunakan dalam
titrasi. Warna ini digunakan untuk mengindikasikan kelebihan reagen tersebut.
Permanganat mengalami berbagai reaksi kimia, karena mangan (Mn) dapat kondisi
+2, +3, +4, +5, dan +7. Reaksi paling umum ditemukan dalam laboraturium adalah
reaksi yang terjadi dalam larutan-larutan yang bersifat 0,1 N atau lebih besar
(Raymond, 2005).
MnO4− + 8 H+ + 5 ē → Mn2+ + 4H2 O ............................................................ (2.1)
Permanganate bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi
berdasarkan reaksi ini. Namun, beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau
penggunaan katalis untuk mempercepat reaksi. Permanganat adalah agen unsur
pengoksida yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn (II) terjadi MnO2 sesuai
dengan persamaan (Underwood, 2002).
3 Mn2+ + 2 MnO4− + 2 H2 O → 5 MnO2 + 4 H + .............................................. (2.2)
Kalium permanganat bukanlah standar primer. Kalium permanganat sangat
sukar untuk mendapatkan pereaksi dalam keadaan murni danbebas dari mangan
dioksida. Apalagi air yang dipakai sebagai pelarut sangat mungkin masih
mengandung zat pengotor lain yang dapat mereduksi permanganat menjadi
mangan dioksida. Adanya zat ini sangatlah mengganggu karena akan mempercepat
penguraian dari larutan permanganat setelah didiamkan (Raymond, 2005).
4 MnO4− + 2 H2 O → 4 MnO2 + 3 𝑂2− + 4 𝑂𝐻 − ................................................ (2.3)
Permanganat merupakan oksidasi yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn
(II) menjadi MnO2 menurut persamaan dibawah ini.
2 MnO4− + 3 Mn+ + 2 H2 O → 5 MnO2 + 4 H+ ............................................... (2.4)
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sanga cepat standarisasi
menggunakan natrium oksalat dan asam oksalat sebagai larutan standar primer.
Larutan kalium permanganat KMnO4 ) dapat juga digunakan secara tidak langsung
dalam penentuan zat pengoksida, terutama oksida yang lebih tinggi seperti logam
timbal dan mangan. Oksida semacam ini sukar dilarutkan dalam asam atau basa
tanpa mereduksi logam itu keadaan yang lebih tinggi. Tidak praktis untuk
mentitrasi zat ini secara langsung karena reaksi dan zat padat dengan zat pereduksi
berjalan lambat (Underwood, 2002).

2.2 Kalium Permanganat


Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dan tidak memerlukan
indikator. Kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumlah-jumlah
yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan, misalnya untuk
memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan
mendiamkannya diatas lima penangas uap selama satu atau dua jam lalu menyaring
larutan itu dalam suatu penyaring yang tidak mereduksi seperti wol kaca yang telah
dimurnikan dari kaca maser (Rahayu, 2012).

Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi


berdasarkan reaksi ini. Namun, beberapa membutuhkan pemanas atau penggunaan
katalis untuk mempercepat reaksi. Akan lebih banyak kesulitan ditemukan dalam
reagen ini. Sebagai contoh, permanganat adalag agen unsur pengoksida yang cukup
kuat mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO2 . Kelebihan sedikit dari permanganat
pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan
sejumlah MnO2 . Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan
larutan permanganat (Rahayu, 2012).

Kalium permanganat diproduksi secara industri dari mangan oksida yang


terdapat mineral pirolusit. MnO2 melebur dengan kalium hidroksida, lalu
dipanaskan dalam udara maupun dengan sumber lainnya dan oksigen seperti kalium
nitrat atau klorat. Tahapan ini menghasilkan kalium permanganat (Rahayu, 2012).
Persamaan reaksi tersebut dapat dilihat dibawah ini.

2 MnO2 + 4 KOH + O2 → 2 KMnO4 + 2 H2 O ........................................ (2.5)


2.3 Prinsip Titrasi Permanganometri

Titrasi permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks.


Dalam reaksi ini ion MnO−
4 bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4 akan berubah

menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Pada permanganat, titran yang digunakan
adalah kalium permanganat. Kalium permanganate sangat mudah diperoleh dan
tidak memerlukan indikator, kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah
digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama 100 tahun lebih. Setetes
permanganate memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada larutan
dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi
(Arga, 2011).

2.4 Aplikasi Analisa Permanganometri

Kecendurungan pemakaian air minum isi ulang oleh masyarakat terutama


diperkataan semakin meningkat. Namun demikian kualitasnya masih perlu dikaji
dalam rangka pengamatan kualitas air minum. Pada kimia organik, MnO−
4

digunakan untuk mengoksidasi alkohol dan hidrokarbon tidak jenuh. Mangan


dioksida digunakan pada sel kering pada kaca dan lapisan keramik, dan sebagai
katalis. Larutan berwarna merah muda Ketika mencapai titik akhir titrasi. Titrasi
lain yang menggunakan MnO−
4 meliputi penentuan 𝐻2 𝑂2 dan kalsium (Arga, 2011).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat-Alat yang digunakan


Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:
1. Batang pengaduk
2. Buret 50 mL
3. Corong
4. Erlenmeyer 250 mL dan 50 mL
5. Neraca Analitik
6. Pipet tetes
7. Pemanas
8. Statif dan klem
9. Gelas ukur
10. Termometer
3.2 Bahan-bahan yang digunakan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:
1. Asam Oksalat 0,05 N
2. Akuades
3. FeSO4
4. H2 SO4 4N
5. KMnO4
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur yang digunakan pada percobaan titrasi asam basa yaitu:
3.3.1 Standarisasi Larutan kalium permanganat dengan asam oksalat
1. Asam oksalat 0,05 N sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
2. H2 SO4 4 N sebanyak 10 mL ditambahkan ke dalam Erlenmeyer.
3. Larutan dipanaskan sampai hampir mendidih (70℃).
4. Larutan dititrasi dengan larutan KMnO4 sampai warna merah mudanya tidak
hilang.

5. Percobaan diulangi sebanyak tiga kali, lalu dihitung normalannya.


3.3.2 Menentukan kenormalan Fe𝐒𝐎𝟒
1. FeSO4 sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
2. H2 SO4 4 N ditambahkan 10 mL ke dalam Erlenmeyer.
3. Larutan tersebut dititrasi dengan larutan KMnO4 sampai warna merah
mudanya tidak hilang.
4. Percobaan diulangi sebanyak tiga kali, lau dihitung kenormalannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Standarisasi Larutan 𝐊𝐌𝐧𝐎𝟒 dengan Asam Oksalat
prosedur Warna Volume
𝐊𝐌𝐧𝐎𝟒
10 mL asam oksalat 0,05 N + 10 Awal: Bening 1,1 mL
mL H2 SO4 4 N 70℃ Akhir: Merah muda
10 mL asam oksalat 0,05 N + 10 Awal: Bening 1,2 mL
mL H2 SO4 4 N 70℃ Akhir: Merah muda
10 mL asam oksalat 0,05 N + 10 Awal: Bening 1,1 mL
mL H2 SO4 4 N 70℃ Akhir: Merah muda

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Menentukan kenormalan Fe𝐒𝐎𝟒


prosedur Warna Volume
𝐊𝐌𝐧𝐎𝟒
10 mL FeSO4 +10 mL H2 SO4 Awal: Bening 0,9 mL
4N Akhir: Merah muda
10 mL FeSO4 +10 mL H2 SO4 Awal: Bening 0,8 mL
4N Akhir: Merah muda
10 mL FeSO4 +10 mL H2 SO4 Awal: Bening 0,8 mL
4N Akhir: Merah muda

4.2 Pembahasan
Titrasi permanganometri merupakan titrasi dasar berdasarkan prinsip
oksidasi reduksi dan digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suatu asam
suldat encer. Larutan baku yang digunakan adalah kalium permanganat (KMnO4 ).
Satu tetes permanganat 0,1 N dapat memberika warna merah muda yang jelas.
Warna ini digunakan untuk mengindikasikan kelebihan pereaksi (Raymond, 2005).
4.2.1 Standarisasi Larutan 𝐊𝐌𝐧𝐎𝟒 dengan Asam Oksalat
Kalium permanganate merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat.
Pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indikator karenamampu bertindak
sebagai indikator (Arga, 2011). Penentuan standarisasi kalium permanganat
(KMnO4 ) dilakukan dengan menggunakan asam oksalat 0,05 N sebanyak 10 mL.
kemudian ditambahkan asam sulfat (H2 SO4 ) 4 N sebanyak 10 mL sebagai pemberi
suasana asam. Hal ini dilakukan karena pengamatan titik akhir titrasi lebih mudah
dilakukan dalam keadaan asam, dan asam sulfat tidak menghasilkan produk dan
tidak mengganggu titran (Alfanah dan Kurniawati, 2018).
Larutan tersebut dipanaskan pada suhu 70℃. Hal ini dilakukan karena
kalium permanganat dan asam oksalat berjalan lambat pada suhu kamar, tetapi
sangat cepat pada suhu 60℃. Sehingga lebih mudah melakukan titrasi dan
mencegah larutan yang sudah dipanaskan dititrasi menggunakan larutan KMnO4
0,05 N (Yasinta, 2014). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
MnO4− + C2 O− +
4 + H → Mn
2+
+ CO2 + H2 0................................................... (4.1)
Pada percobaan ini dilakukan tiga kali pengulangan titrasi, dengan volume
KMnO4 berturut-turut adalah 1,1 mL; 1,2 mL; 1,1 mL. sehingga kenormalan rata-
rata KMnO4 adalah 0,4220 N.
4.2.2 Menentukan Kenormalan Fe𝐒𝐎𝟒
Penentuan kenormalan besi (Fe) dapat diketahui dengan cara
permanganometri. Pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan larutan
FeSO4 sebanyak 10 mL agar besi larut sempurna dan dapat bereaksi dengan baik.
Selain itu, penambahan asam sulfat juga bertujuan agar KMnO4 menjadi Mn2+
(Pitaloka dan Primadani, 2017).
Percobaan ini juga dilakukan tiga kali pengulangan titrasi, denga volume
KMnO4 berturut-turut adalah 0,9 mL; 0,8 mL; 0,8 mL. sehingga kenormalan rata-
rata FeSO4 adalah 0,03680 N. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
MnO4− + 5 Fe+ + 8 H+→ Mn2+ +5 Fe+ + 4 H2 O ............................................ (4.2)
(Herdiansyah, 2004)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan titrasi permaganormetri yaitu;
1. Permanganometri merupakan titrasi berdasarkan prinsip oksidasi reduksi
dan digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suatu asam sulfat
encer.
2. Konsentrasi dari KMnO4 yang digunakan sebesar 0,4420 N
3. Konsentrasi dari FeSO4 yang digunakan sebesar 0,03680 N
5.2 Saran
Pada saat praktikum benar benar paham terkait penggunaan alat praktikum,
mengerti bagaimana cara melakukan titrasi yang benar dalam melakukan
pentritasian benar benar teliti agar hasil yang didapatkan baik dan tidak mengalami
perubahan warna ke bening atau pun melewati warna merah muda.
DAFTAR PUSTAKA
Alfanah, H., dan Kurniawati, P. 2018. Perbandingan Metode Penentuan Kadar
Permanganat dalam Air Keran Secara Titrimetri dan Spektrofotometri.
Indonesia Journal Of Chemical Analysis, 1(1).
Arga. 2011. Analisis Kimia Kuantitatif Revisi Kedua. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Gandjar, G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajur.
Herdiansyah, F. 2004. Kimia Analitik II: Titrasi Permanganometri. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah.
Nisa, F. A. 2018. Titrasi Permanganometri Standarisasi Larutan KMnO4 dan
Aplikasinya Menentukan Jumlah Air Kristal dalam H2 C2 O4 .XH2 O.
Jurnal Praktikum Kimia Analitij, 4 (1).
Pitaloka, P., dan Primadani, A. 2017. Permanganometri. Purwokerto: Universitas
Jendral Sudirman.
Rahayu. 2012. Kamus Kimia. Bandung: Bumi Aksara.
Raymond. 2005. Kimia Dasar Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.
Yasinta, Y.E. 2014. Titrasi Permanganometri. Jurnal Praktikum Kimia Analitik II
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

A.1 Standarisasi Larutan Kalium Permanganat dengan Asam Oksalat


Diketahui: V H2 C2 O4 = 10 mL
N H2 C2 O4 = 0,05 N
V1 KMnO4 = 1,1 mL
V2 KMnO4 = 1,2 mL
V3 KMnO4 = 1,1 mL
a). Percobaan Pertama
Dijawab: V1 KMnO4 × N KMnO4 = V H2 C2 O4 × N H2 C2 O4
1,1 mL × N KMnO4 = 10 mL × 0,05 N
0,5
N KMnO4 =
1,1
N KMnO4 = 0,4545 N
b). Percobaan Kedua
Dijawab: V2 KMnO4 × N KMnO4 = V H2 C2 O4 × N H2 C2 O4
1,2 mL × N KMnO4 = 10 mL × 0,05 N
0,5
N KMnO4 =
1,2
N KMnO4 = 0,4166 N
c). Percobaan Ketiga
Dijawab: V1 KMnO4 × N KMnO4 = V H2 C2 O4 × N H2 C2 O4
1,1 mL × N KMnO4 = 10 mL × 0,05 N
0,5
N KMnO4 =
1,1
N KMnO4 = 0,4545 N
d). Rata-Rata Kenormalan KMnO4
0,4545 𝑁 +0,4166 𝑁+0,4545 𝑁
̅ KMnO4 =
Dijawab: N
3
1,3261
=
3
= 0,4420 N
B.2 Menentukan Kenormalan Fe𝐒𝐎𝟒
̅ KMnO4
Diketahui: N = 0,4420 N
V FeSO4 = 10 mL
V1 KMnO4 = 0,9 mL
V2 KMnO4 = 0,8 mL
V3 KMnO4 = 0,8 mL
a). Percobaan Pertama
̅ KMnO4 × V1 KMnO4
Dijawab: N = N FeSO4 × V FeSO4
0,4420 N × 0,9 mL = N FeSO4 × 10 mL
0,3978
= N FeSO4
10
N FeSO4 = 0,0397 N
b). Percobaan kedua
̅ KMnO4 × V2 KMnO4
Dijawab: N = N FeSO4 × V FeSO4
0,4420 N × 0,8 mL = N FeSO4 × 10 mL
0,3536
= N FeSO4
10
N FeSO4 = 0,03536 N
c). Percobaan Ketiga
̅ KMnO4 × V2 KMnO4
Dijawab: : N = N FeSO4 × V FeSO4
0,4420 N × 0,8 mL = N FeSO4 × 10 mL
0,3536
= N FeSO4
10
N FeSO4 = 0,03536 N
d). Rata-Rata Kenormalan FeSO4
0,0397 N +0,03536 N+0,03536 N
̅ FeSO4
Dijawab: N =
3
0,11042
=
3
= 0,03680 N
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Gambar b.1 Larutan 10 mL asam Gambar b.2 Titrasi dilakukan


oksalat 0,05 N + 10 mL H2 SO4 4 N
70℃

Gambar b.3 Hasil Standarisasi Gambar b.4 Hasil Pengamatan


Larutan KMnO4 dengan Asam Menentukan kenormalan FeSO4
Oksalat
LAMPIRAN C
PERTANYAAN
1. Dalam suasana asam, 1 gram mol KMnO4 = …. Gram ekuivalen
Jawab: MnO4 + 8 H++ 5 e → Mn2+ + 4 H2 O
Sehingga, 1 ekuivalen MnO4 = 1⁄5 𝑚𝑜𝑙.
39+55+4.16 158
BE= = = 31,6 gram.
5 5

2. Dalam suasana basa, 1 gram mol KMnO4 = …. Gram ekuivalen


Jawab: MnO4 + 2 H2 O+ 3 e → MnO2 + 4 OH
Sehingga, 1 ekuivalen MnO4 = 1⁄5 𝑚𝑜𝑙.
39+55+4.16 158
BE= = = 31,6 gram.
3 3

3. Apa sebabnya untuk pengasaman tidak dipakai HCl!


Jawab: Karena HCl menghasilkan reaksi samping,terjadi kemungkinan
teroksidasinya ion klorida menjadi gas klor dan mengakibatkan dipakainya
permanganat dalam jumlah berlebih, selain itu kestabilan ion juga terbatas.
4. Dapatkah larutan standar KMnO4 dipakai sebagai larutan standar primer,
sebutkan alasan saudara!
Jawab: Tidak, karena KMnO4 tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni
ataupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya, zatnya tidak mudah
dikeringkan, higroskopis, menyerap air, dan menyerap CO2 .
5. Selain asam oksalat, apalagi yang bisa digunakan untuk standarisasi!
Jawab: NaCl (Natrium Klorida), asam benzoate, kalium dikromat,dan arsen
trioksida.

Anda mungkin juga menyukai