Disusun Oleh:
Pramudita Rahmadhani (21012032)
KELOMPOK B3
Dosen Pembimbing:
Lilik Sulastri, M.Farm
Tanggal Praktikum: 27 Mei 2023
BOGOR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul ”
Penetapan kadar besi II secara permanganometri ” ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Praktikum Kimia Analisis. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lilik Sulastri, M.Farm selaku Dosen
pada mata kuliah ini. kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat disebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling banyak
jenisnya, diantaranya: permanganometri, dikromatometri, cerimetri, iodimetri,
iodatometri, bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya titrasi ini
dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan semua
senyawa oksidator dan reduktor sehingga pastinya akan melibatkan senyawa
reduktor oksidator, karena titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan reaksi
reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka sampelnya
adalah oksidator.
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam
reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah
menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk
menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample. Kalium permanganat
adalah oksidator yang paling baik untuk menentukan kadar besi yang terdapat
dalam sampel dalam suasana asam menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4).
Permanganometri juga bisa digunakan untuk menentukan kadar belerang,
nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi permanganometri ini banyak digunakan
dalam menganalisa zat-zat organik.
Percobaan ini juga merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip umum mengenai
permanganometri, serta praktek yang sebenarnya sangat membantu pemahaman
praktikan (Anonim, 2009.c).
1.2 Tujuan
Untuk menentukan kadar senyawa reduktor dan menetapkan tingkat
kemurnian garam besi II secara permanganometri
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
BAB III
METODOLOGI
• Gelas ukur
• Gelas erlenmeyer
• Bulp
• Labu erlenmeyer
• Labu ukur
• Buret
• Pipet volumetrik
Bahan:
• Asam oksalat
• Aqua dest
• H2SO4
• KMnO4
• Garam mohr
4
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN HASIL PENGAMATAN
Volume Volume
Titrasi Bobot sampel % Kadar Fe
Garam Mohr KMnO4
1 10 ml 8 ml
2 10 ml 5 ml 2g 15,72 %
3 10 ml 10 ml
Rata-rata volume 7,67 ml
5
4.2 Hasil Percobaan
1. Perhitungan
Standarisasi KMnO4
V1 × N1 = V2 × N2
13,66 ml × N1 = 10 ml × 0,1 N
N1 = 10 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
13,66 𝑚𝑙
= 0,0732 N
6
Penetapan kadar Fe
Bst Fe = 56
100 𝑚𝑙
=
10 𝑚𝑙
= 10 ml
𝑉 × 𝑁 × 𝐹𝑝 × 𝐵𝑠𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐹𝑒 = × 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)
= 15,72 %
7
= 15,72 %
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Setelah dilakukan praktikum kimia analisis dengan percobaan kesembilan yaitu
penetapan kadar besi II secara permanganometri dengan KMnO4 sebagai titran dan asam
oksalat sebagai standarisasi serta garam Mohr sebagai larutan sampel.
Percobaan dilakukan dengan melakukan standarisasi KMnO4 menggunakan asam
oksalat sebagai larutan baku dan juga sebagai pereduksi dalam larutan. Penambahan H2SO4
4 N berfungsi untuk mengasamkan larutan, karena potensial elektroda KMnO4 sangat
tergantung pada pH dan penambahan tersebut menyebabkan reaksi berada dalam suasana
asam sehingga MnO4 - tereduksi menjadi Mn2+. Jika larutan dalam keadaan netral atau
sedikit basa maka KMnO4 akan 6 tereduksi menjadi MnO2 berupa endapan coklat yang
akan mempersulit penentuan titik akhir titrasi. Setelah larutan menjadi homogen, maka
dilakukan pemanasan. Pemanasan dilakukan hingga mencapai suhu 80℃, hal ini berfungsi
agar KMnO4 dapat mengoksidasi asam oksalat karena jika suhu larutan dibawah 80℃,
maka reaksi akan berjalan lambat dan akan mengubah MnO4- menjadi MnO2 yang berupa
endapan cokelat sehingga titik akhir titrasi susah untuk dilihat. Sedangkan apabila suhu
larutan di atas 80℃, maka akan merusak asam oksalat, dan terurai menjadi CO2 dan H2O
sehingga hasil akhir akan lebih kecil. Setelah dipanaskan hingga suhunya mencapai 80℃
kemudian dilakukan titrasi dengan KMnO4. Dari percobaan didapat perubahan warna dari
bening menjadi merah anggur. Perubahan warna ini merupakan titik akhir titrasi, dari
volume KMnO4 yang dipakai didapat konsentrasi sebesar 0,0732 N.
Penentuan kadar besi dapat diketahui dengan cara permanganometri. Pada
percobaan ini digunakan garam Mohr sebagai larutan sampel dan kemudian ditambahkan
asam sulfat supaya besi larut sempurna dan dapat bereaksi dengan baik. Selain untuk
melarutkan besi, penambahan asam sulfat juga bertujuan agar KMnO4 tereduksi menjadi
Mn2+. Asam sulfat juga dimaksudkan untuk menghindari oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+
karena Fe2+ kurang stabil diudara terbuka. Titik akhir titrasi ini ditandai dengan perubahan
warna bening menjadi merah anggur. Sehingga didapatkan % kadar Fe sebesar 15,72 %
8
BAB IV
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Erlangga.
Fatah, A. M, dan Mursyidi, A. (1982). Seri Pengantar Kimia Farmasi Analitik, Volumetri
10