Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

TITRASI PERMANGANANOMETRI /OKSIDIMETRI

Laporan praktikum ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah kimia dasar

Dosen/Asisten : - Asiyah Nurrahmajanti, M.Si


- Desti M ., S.ST.
- Andri S., AMd.

Disusun oleh
Muhamad Mukhtar ZauharI
23430017

PROGRAM STUDI PRODUKSI GARMENT


POLITEKNIK STTT BANDUNG
TAHUN 2023
STANDARISASI LARUTAN KALIUM PERMANGANAT (KMnO4
DENGAN LARUTAN STANDAR ASAM OKSALAT (HCOO)2

Praktikum ke-7 Tanggal 16 November 2023

I. Tujuan Praktikum
Dengan diadakannya kegiatan praktikum ini, diharapkan mampu untuk
menentukan normalitas larutan KMnO4 dengan larutan baku Asam
Oksalat 0,1000N. Pada praktikum ini metode titrasi yang yang digunakan
adalah metode Permanganometri dan dama reaksinya pada pH asam
digunakan larutan standar primer dari Asam Oksalat 0,1000N.

II. Teori Dasar


Untuk menentukan normalitas larutan KMnO4 dan kadarnya dapat
dilakukan dengan cara titrimetri. Dalam percobaan ini metode penitaran
yang digunakan adalah titrasi oksidimetri yaitu dengan cara
Permanganometri. Dalam titrasi Permanganometri digunakan larutan
penitar KMNo4 (Kalium Permanganat) yang merupakan suatu oksidator
kuat. Penitaran larutan KMnO4 tidak membutuhkan suatu indikator karena
larutan KMnO4 sudah berwarna merah violet. Penggunaan larutan
KMnO4 di industry tekstil banyak digunakan sebagai oksidator untuk
membuat efek lusuh pada penyempuranaan kain denim.

Syarat-syarat berlangsungnyatitrasi Permanganometri adalah :


• Suasanaasam kuat karena pH yang harus dicapai adalah pH4
• Suhu antara 40-70’’ C
• Tidak menggunakan indicator karena KMnO4 sudah berwarna

Ada dua lingkungan pH yang dapat mempengaruhi daya oksidasi


larutan KMnO4 sehingga daya oksidasi tersebut berbeda kekuatannya.
Dalam suasana asam reaksinya sebagai berikut :

2KMnO4 + 3H2SO4 -. K2SO4 + 2MnSO4 + 3H2O +SO

BM dari KMnO4 tergantung dari kondisi pH pada saat titrasi.


Dalam pH asam :
2 KMnO4 = 50 = -10H
1 KMnO4 = 5H
Sehingga BE KMnO4 (Asam) = 1/5 BM
Dalam pH netral atau basa reaksinya sebagai berikut
2KMnO4 = H2O -> 2MnO2 + 2KOH + 3O
Untuk Llingkungan basa/netral :
2 KMnO4 = 3O = 6H
1 KMnO4 = 3H
Sehingga BE KMnO4 (Basa) = 1/3

Larutan baku asam oksalat biasanya digunakan sebagai larutan


standar untuk titrasi alkalimetri (pada NaOH) dan pada titrasi oksidimetri
(cara permanganometri dengan larutan KMnO4)
Larutan yang digunakan sebagai pengatur PH asam adalah larutan
H2SO4 4N karena H2SO4 bersifat asam kuat. Reaksi oksidasi akan
dipercepat apabila berlangsung pada suhu 60-70°C. Dalam titrasi KMnO4
Terjadi reaksi berlangsung sebagai berikut :
2KMnO4 + 3H2SO4 -> K2SO4 + 2MnSO4 + 3H2O + 5O
5(COOH) -> 5H2O + 5CO2

III. Alat dan Bahan


Alat :
• Erlenmeyer 250 mL
• Pipet Volume 10 mL
• Gelas Ukur 100 mL
• Piala gelas 100 mL
• Corong gelas
• Pemanas Listrik

Bahan :
• Larutan Standar H2C2O4 0,1000 N
• Larutan KMnO4
• Larutan H2SO4 4,0000 N

IV. Langkah Kerja


1. Bersihkan buret lalu bilas dengan air suling
2. Isi buret dengan larutan KMnO4
3. 10 mL larutan baku asam oksalat di pipet kedalam Erlenmeyer
4. Lalu asamkan dengan 10 mL larutan H2SO4 4,0000 N (Pakai
gelas ukur)
5. Panaskan sampai 60-70°C
6. Selagi masi panas dititar dengan KMnO4 sampai titik akhir
berwarna Merah Jambu Muda

7. Hitunglah normalitas KMnO4 dalam g/L

V. Data dan Perhitungan


1. Data Titrasi :

Titrasi ke Volume awal Volume akhir Volume yang terpakai


(mL) (mL) (mL)
1 0,0 ml 6,0 ml 6,0 ml
2 6,0 ml 12,20 ml 6,2 ml

Tabel 1 hasil titrasi penetapan normalitas larutan KMnO4

 Titrasi pertama memiliki rata-rata titrasi ml


 Titrasi ke-2 memiliki rata-rata titrasi ml
6 , 0+6 , 2
 Rata rata titrasi 1 dan 2 yaitu =6 , 1 mL
2

Mr KMnO4 = K (39 x 1) + Mn (55 x 1) + O (16 x 4 )


= 39 + 55 + 64
Mr = 158

BE = Mr 158
=
é 5
= 31,6

2. Perhitungan
VH2C2O4 NH2C2O4 = VH2C2O4 NH2C2O4
4,55 x NKMnO4 = 10 x 0,1000
4,55 x NKMnO4 = 1
NKMnO4 = 1
6 ,1
NKMnO4 = 0,1639 N

g = NKMnO4 x BE KMnO4
Kadar KMnO4 )
L
= 0,1639 x 31,6
= g
6,1272
L
PENETAPAN KADAR HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2)

I. Tujuan Praktikum
Dengan diadakannya kegiatan praktikum ini diharapkan mampu untuk
menetapkan kadar H2O2. Penetapan dilakukan dengan metode
Permanganometri. Pada metode ini menggunakan KMnO4 sebagai zat
penitarnya, KMnO4 disini larutannya telah di standarisasi dengan larutan
Asam Oksalat.

II. Teori Dasar


Penetapan kadar H2O2 ini dilakukan dengan cara permanganometri,
dalam metode ini titran yang digunakan adalah kaliumpermanganat.
Prinsip titrasi permanganometri adalah berdasarkan reaksi oksidasi dan
reduksi. Kalium permanganat pada permanganometri adalah oksidator
kuat yang dapat bereaksi dengan cara berbeda-beda, bergantung dari pH
larutannya. Reaksi yang beragam ini disebabkan oleh keragaman valensi
mangan. Reduksi Mno4 berlangsung sebagai berikut.

• Dalam larutan asam, (H+) 0,1 N atau lebih MnO4 + 8H^+ + 5e^-
→ + 4H2O
• Dalam larutan netral
MnO4^- + e^+ → MnO4^2-
• Dalam larutan basa, (OH^-) 0,1 N atau lebih
MnO4^- + e^- → MnO4^2-

Hidrogen peroksidia dikenal sebagai dihidrogen dioksida, hidrogen


dioksida, oksida dan peroksida, dengan rumsu kimia H2O2, pH 4,5, cair
bening, tidak berwarna dan tidak berbau, dan lebih kental dari air. Memiliki
sifat oksidator yang sangat kuat dan digunakan sebagai bahan pemutih
juga sebagai desinfektan.

Dalam industri tyekstil H2O2 banyak digunakan sebagai zat


penelentang dan sebagai pembangkit warna pada pencele2pupan
dengan zat warna bejana. Hidroge peroksida mempunyai sifat-sifat
berikut :

a. Bukan asam, tetapi dapat mengubah warna lakmus menjadi


merah
b. Larutan pekat hidrogen peroksida dapat merusak kulit
c. Memiliki daya desinfektan

Menurut Farmakope Edisi IV (1995) larutan baku kalium permanganat


hanya digunakan untuk menetapkan kadar hidrogen proksida dengan
cara titrasi. Setiap mL larutan kalium permanganat 0,1000N setara
dengan 1,70 mg hidrogen peroksida. Pada penetapan kadar tersebut,
reaksi ynag terjadi adalah

↓ 2MnO4^- + 6H^+ + 5H2O2 → 2 Mn^2+ = 5O2 + 8H2O

Karena 5 mo 2HO2 setara dengan 10 elektron, maka valensinya adalah 2


sehingga BE = BM/2 (Tanda ↓ adalh menandakan bahwa ion
permanganat sebagi penitar (Rival, 1995)).

III. Alat dan Bahan


Alat :
• Erlenmeyer 250 mL
• Pipet volume 10 da 25 mL

Bahan :

• Larutan KMnO4
• Larutan H2O2 encer
• Larutan H2SO4 4,0000 N

IV. Langkah kerja


1. Bersihkan buret dna bilas dengan air suling
2. Isi buret dengan larutan KMnO4
3. Pipet 25mL larutan encer H2O2 kedalam labu ukur 100 mL lalu
encerkan dengan air suling
4. Pipet 10 mL larutan ecncer kedalam Erlenmeyer
5. Asamkan dengan 10 mL larutan H2SO4 4,0000 N
6. Lalu titar larutan KMnO4 dari buret sampai titik akhir berwarna
merah jambu muda
V. Data dan Perhitungan

1. Data Titrasi :
Titrasi ke Volume awal Volume akhir Volume yang terpakai (mL)
(mL) (mL)
1 0,00 2,70 2,70
2 2,70 5,30 2,60

Tabel 1 hasil titrasi penetapan kadar H2O2


 Titrasi pertama memiliki rata-rata titrasi ml
 Titrasi ke dua memiliki rata-rata titrasi ml
2 ,70+2 , 60
 Rata rata titrasi 1 dan 2 yaitu =2 , 65 mL
2

Mr = H (2 x 1) + O (2 x 16)
= 2 + 32
= 34
BE = Mr 32
=
é 2
= 17

100 1000
Faktor pengenceran → x =1000
10 10

2. Perhitungan

Kadar H2O2 ( = mL titrasi x NKMnO4 x BEH2O2 x P


g 10
)
L
= 2,65 x 0,2197 x 17
= 9,8974
10
= 0,9897
Kadar (%) = g
L
x 100
BJ x 1000
= 0,9897
x 100
BJ x 1000
= 0,09%
PENETAPAN KADAR NATRIUM TIOSULFAT (Na2S2O3)

I. Tujuan Praktikum
Dengan mengikuti kegiatan praktikum ini diharapkan mampu untuk
menentukan normalitas dari Na2S2O3. Larutan ini akan digunakan
sebagai larutan standar dalam penetapan kadar suatu larutan contoh.
Reaksi berlangsung dengan metode reduktometri.

II. Teori Dasar


Metode analisis dengan reaksi reduksi oksidasi (redoks) adalah analisis
yang terdiri dari perubahan valensi dari bahan-bahan yang bereaksi.
Reaktan yang mengalami kehilangan elektron dalam reaksi redoks adalah
bahan pereduksi dan dapat diidentifikasi dari persamaan untuk reaksi di
mana atom reaktan dikonversi ke tingkat yang lebih tinggi :

Fe^2+ → Fe^3+ + e
2l^- → l2 + 2e

Maka bahan pengoksidasi adalah reaktan yang menerima elektron dalam


reaksi redoks. Reaksi yang reversible dari 2l^- → l2 + 2e dapat
diaplikasikan dalam analisis bahan-bahan pereduksi seperti tiosulfat dan
arsenit. Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi yang
menggunakan iodium.

Iodimetri ini terdiri dari dua yaitu :


a. Iodimetri metode langsung, bahan produksi langsung dioksida
larutan baku iodium. Contohnya penetapan kadar asam askorbat.
b. Iodimetri metode residual (titrasi balik), atau dikenal juga sebagai
iodimetri, di mana bahan produksi dioksidasi dengan larutan baku
iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi
dengan larutan baku natrium tiosulfat.
Contohnya pada penetapan kadar natrium bisulfat. iodimetri
adalah bahan pengoksidasi yang mengoksidasi kalium iodida (KI)
dalam suasana asam, sehingga iod yang dibebaskan kemudian
ditentukan dengan menggunakan larutan baku natrium tiosulfat.

Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :


a. Pada umumnya oksidasi langsung dengan iod dilakukan untuk
bahan-bahan dengan potensial oksidasi yang lebih rendah dari
iod dan sebaliknya
b. Oksidasi oleh oksigen atmosfer pada reaksi oksidasi Ki dalam
medium asam kuat dapat menghasilkan nilai liter yang salah
sehingga menyebabkan kesalahan estimasi atau perkiraan
c. Iodimetri tidak pernah dilakukan dalam medium basah karena
reaksi antara iod (l2) dengan hidroksida akan menghasilkan
ion hipoidid dan iodit akan menjadi 2i. Di mana 2 mol 1 mol
oksidasi parsial tiosulfat menjadi bentuk oksidasi yang lebih
tinggi seperti SO4 ^ 2

Penentuan titik akhir titrasi


a. Indikator kanji Ikonsentrasi, 0,5% yang dibuat segar dengan
menggunakan parti larut yaitu B amilosa
b. Instrument : Potensiometri atau amperometri
c. Warna iod dalam pelarut organik misalnya karbon tetraklorida dan
kloroform. Warna dari iodium dalam karbon tetraklorida dapat dilihat
pada larutan iodium dengan kepekaan yang sangat rendah. Selain
karbon tetraklorida dapat juga dipakai kloroform sebagai indikator
dengan sifat yang sama dengan karbon tetraklorida.

Larutan baku dan baku primer/sekunder :


a. Larutan baku iodium yang dilakukan dengan arsen trioksida sebagai
baku primer atau dibakukan dengan larutan baku natrium tiosulfat
sebagai baku sekunder
b. Larutan baku natrium tiosulfat yang dibekukan dengan kalium
dikromat sebagai baku primer atau dibakukan dengan larutan baku
iodium sebagai baku sekunder
c. larutan baku kalium dikromat yang dibakukan dengan larutan baku
natrium tiosulfat sebagai baku sekunder (dipakai untuk penetapan
kadar secara iodometri yang melibatkan substitusi bromine dengan
iod, misalnya penetapan kadar tiorid).
III. Alat dan Bahan
Alat :
• Buret 50 mL
• Erlenmeyer
• Pipet volume 10 mL
• Pipet tetes

Bahan :
• Na2S2O3
• K2Cr2O7
• Kl 10 %
• H2SO2 4,0000 N
• Larutan Kanji 0,5%

IV. Langkah Kerja


1. Bersihkan buret lalu bilas dengan air suling
2. Isi buret dengan larutan N2S2O3
3. Pipet 10 mL larutan baku K2CrO2 0,1000 N kedalam erlenmeyer
4. Titrasi dengan tiosulfat sampai warna kuning muda
5. Tambahkan indikator kanji 0,5% sampai berwarna biru
6. Titrasi dilanjutkan sampai warna hijau permanen.

V. Data dan Perhitungan

1. Data Titrasi :
Titrasi ke Volume awal Volume awal Volume yang terpakai (mL)
(mL) (mL)
1 0,00 13,00 13,00
2 13,00 25,8 12,80
Tabel 1 hasil titrasi penetapan kadar H2O2
 Titrasi pertama memiliki rata-rata titrasi 13,00 ml
 Titrasi ke dua memiliki rata-rata titrasi 12,80 ml
13 ,00+ 12, 80
 Rata rata titrasi 1 dan 2 yaitu =12 , 90 mL
2

Mr = (2 x 23) + (2 x 32) + (3 x 16) + (10 x 1) + (5 x 16)


= 46 + 64 + 48 + 10 + 48
= 248
BE = Mr 248
= =¿ 248
é 1
= 17

2. Perhitungan

10 x 0,1 = 12,90 x NNa2S2O3


NNa2S2O3 = 10 x 0 , 1
12 ,90
= 0,0775 N

Kadar Na2S2O3 ( = 0,0775 x 248


g
)
L
= g
19,2200
L
PENETAPAN KADAR FORMALDEHID (HCHO)

I. Tujuan Praktikum
Dengan melakukan praktikum ini diharapkan mampu untuk menentukan
kadar dari senyawa formaldehid yang banyak digunakan sebagai zat
penyempurnaan dalam proses basah tekstil. Penetapan kadar
formaldehid untuk praktikum ini menggunakan iodometri.

II. Teori Dasar


Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan biasanya sangat
menusuk. Formalin mengandung sekitar 37% formaldehid dalam air,
biasanya ditambah metanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin
dikenal sebagai senyawa pembasmi hama (desinfektan) dan banyak
digunakan dalam industri. Berat molekul formalin adalah 30,03 dengan
rumus molekul HCOH. Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi
dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya
sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus -NH2 dari protein yang ada
pada tubuh, senyawa formalin berguna untuk antiseptik dan anti hama
untuk kain sutra dan wol serta berguna dalam proses penyempurnaan
anti hama dan penyempurnaan anti kusut (Formalin Bebas). Formalin
bersifat reduktor, larutannya tidak berwarna, mempunyai bau menyengat,
dan pedih ke mata.
Dalam penetapan ini digunakan alat erlenmeyer tutup asah yang
berfungsi untuk menahan uap iodium. Pada saat penetapan cara
iodometri digunakan pH alkali yaitu NaOH yang berfungsi untuk mengatur
pH alkali, sedangkan pada penetapan iodometri digunakan pH asam yaitu
HCL yang mengatur PH asam. Ketika larutan setelah disimpan di ruang
tertutup berwarna merah coklat itu berarti larutan sempurna bereaksi
dalam gelap, sedangkan jika larutan tidak berwarna maka larutan belum
bereaksi di tempat gelap. Reaksi penetapan formalin yang berlangsung
adalah.

NaOH + l2 → Na2O + 2Nal + H2O


Na2O + HCHO → HCOOH + Nal
Na2O + Nal + 2 HCl → NaCl + H2O + l2
L2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2Nal
III. Alat dan Bahan

Alat :

• Erlenmeyer tutup asah 250 mL

• Buret 50 mL

• Pipet volume 10 mL

• Pipet ukur 100 mL

• Labu ukur 100 mL Bahan :

• Formaldehud pekat

• NaOH 4,0000 N

• Na2S2O3 0,1000 N

• Iodium 0,1000 N

• HCl 4,0000 N

IV. Langkah Kerja


1. Bersihkan buret dan bilas dengan air suling lalu isi buret dengan
larutan tiosulfa 0,1 N sampai ke garis 0/nol
2. Pipet 10 mL larutan formaldehid kedalam labu ukur 100 mL, lalu
homogenkan denngan air suling
3. 10 mL larutan encer dipipet kedalam erlenmeyer tutup asah lalu
masukan 10 mL (Pipet) larutan iodium 0,1 N + 1,5 mL NaOH
4,0000 N biarkan 15 menit dalam gelap
4. Setelah itu diasamkan dengan 3 mL HCl 4 N dan l2 kelebihan
segera dititar dengan larutan tiosulfat 0,1000 N dari buret sampai
berwarna kuning muda lalu ditambahkan 2 mL Kanji. Titrasi
diteruskan sampai larutan tepat tidak berwarna
5. Dilakukan titrasi Blanko untuk 10 mL larutan Iodium 0,1000 N
setelah disimpan 15 menit dan ditambah 3 mL HCl 4,0000 N

V. Data dan Perhitungan


1. Data titrasi

Titrasi Volume awal Volume awal Volume yang terpakai (mL)


(mL) (mL)
Sempel 5,1 9,50 4,40
Blanko 14,45 19,5 4,90
Tabel 1 hasil titrasi penetapan kadar HCHO

 Titrasi sempel memiliki rata-rata titrasi 4,40 mL


 Titrasi blanko memiliki rata-rata titrasi 4,90 mL
Misal = Titrasi sempel = a 4,40 mL Tiosulfat
= Titrasi blanko = b 4,90 mL Tiosulfat

Mr = (1 x 12) + (1 x 2) + (1 x 16)
= 12 + 2 + 16
= 30

1
BE (HCHO)=
2
30
BE (HCOOH) = = 15
2
1 ml → 100 ml P = 100 1
x = 10
10 1

10 ml
P = 10
2. Perhitungan

g = ( b – a ) x NNa2S2O3 x BEHCHO x P
Kadar HCHO ( )
L
= ( 4,90 – 4,40 ) x 0,0775 x 15 x 10
= 0,5 x 0,775 x 15 x 10
= g
5,813
L
PENETAPAN KADAR NATRIUM HIDROSULFIT ( Na2S2O4 )

I. Tujuan Praktikum
Dengan mengikuti praktikum ini diharapkan mampu untuk dapat
menentukan kadar dari senyawa natrium hidrosulfit yang banyak
digunakan sebagai zat pembantu dalam proses pencelupan dengan
memanfaatkan sifat kereduktorannya. Penetapan kadarnya dengan
menggunakan metode iodimetri.

II. Teori Dasar


Penetapan iodometri adalah seni tari dengan larutan i2 (iodium) atau
disebut juga titrasi secara langsung dengan iodium. Natrium hidrosulfit
merupakan senyawa reduktor dengan BM 174,3, berbau sulfur atau
belerang karena mengandung 2 mol sulfat, mudah menguap sehingga
keberadaannya harus selalu dalam keadaan tertutup, Hidrosulfit
berbentuk serbuk putih. Dalam proses tekstil senyawa ini banyak
digunakan sebagai zat pembantu dalam proses pencelupan. Dalam
pencelupan dengan zat warna bejana, senyawa hidrosulfit berfungsi
sebagai reduktor (zat pereduksi) zat warna dalam bentuk pigmen yang
tidak larut menjadi asam leuco yang bersifat larut. Dalam proses
pencelupan polyester dengan zat warna dispersi senyawa hidrosulfit
banyak dipakai dalam proses reduction clearing, yaitu proses setelah
pencelupan yang bertujuan untuk mereduksi sisa zat warna yang tidak
terfiksasi ke dalam serat.
Di dalam percobaan ini digunakan larutan formalin yang fungsinya untuk
stabilisator yaitu membantu melarutkan hidrosulfit dalam air. Pada saat
diberikan larutan kanji setelah titrasi larutan akan berwarna biru yang
menunjukkan adanya yodium sisa dalam larutan atau titik akhir sudah
tercapai atau sudah setara dengan natrium hidrosulfit
Prinsip dari praktikum penetapan hidrofit ini adalah larutan natrium
hidrosulfit direaksikan dengan formaldehid pekat dan selanjutnya diputar
dengan larutan standar iodium 0,1 N pada pH sedikit asam dan dengan
penambahan indikator larutan kanji 0,5% sampai berwarna biru
permanen.
Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut :

Na2S2O4 + HCHO + H2O → HOCH2 + NaSO3 + HCOH2 + SO2Na


HCOH2 + SO3Na + 2I2 + H2O → NaHSO3 + CH2O + 4HI

III. Alat dan Bahan


Alat :
• Pipet volume 10 dan 25 mL
• Labu ukur 100 mL
• Erlenmeyer 250 mL
• Corong gelas 100 mL
• Buret 50 mL
• Pipet Tetes Bahan :
• Natrium Hidrosulfit padat / Na2S2O4
• Larutan formalin pekat ? HCHO
• Larutan iodium 0,1000 N/I2
• Larutan kanji 0,5 %
• CH3COOH 20%

IV. Langkah Kerja


1. Timbang teliti 0,5 – 1,0 gram contoh uji, larutkan dengan 50mL air
suling dalm labu ukur 100 mL, tambahkan 1 mL formalin pekat
encerkan sampai garis dan homogenkan
2. Pipet 10 mL larutan encer tersebut kedalam erlenmeyer 250 mL,
tambahkan 1 mL asam asetat 20%, 5 tetes indikator kanji dan 50
mL air sunling
3. Titrasi dengan larutan iodium 0,1000 N sampai warna biru
permanen

V. Data dan Perhitungan

1. Data titrasi
Titrasi ke- Volume awal Volume awal Volume yang terpakai (mL)
(mL) (mL)
1 0,00 0,60 0.60
2 0.60 1,.30 0,70
Tabel 2 hasil titrasi penetapan kadar Na2S2O4

 Titrasi pertama memiliki rata-rata titrasi 0,60 mL


 Titrasi ke dua memiliki rata-rata titrasi 0,70 mL
0 , 60+0 , 70
 Rata rata titrasi 1 dan 2 yaitu =0 , 65 mL
2
2. Perhitungan

Mr = (2 x 23 ) + (2 x 32) + (4 x 16) = 0, 5128 gram → 512,8 mg


mg
= 46 + 64 + 64
= 174

BE = Mr 174
= = 43,5
é 4

P = 100
= 10
10

ml titrasi x N Iodium x BE Na2 S 2O 4 x P x 100 %


Kadar =
Na2S2O4 ( % ) mg

0 , 65 x 0 , 1 x 43 , 5 x 10 x 100
=
512 , 8

28 ,275
=
512 ,8

5,51 %
=
Penetapan Kadar NaCl

12/12/2022

I. Tujuan Praktikum
Dengan melakukan praktikum diharapkan mampu menentukan kadar
klorida dari senyawa natrium klorida yang banyak digunakan sebagai zat
pembantu dalam proses pewarnaan bahan tekstil (pencelupan).
Penetapan kadar klorida dilakukan dengan metode argentometri menurut
cara mohr

II. Teori Dasar


Metode argonometri adalah metode titrasi berdasarkan reaksi
pengendapan. Pengendapan yang terjadi adalah antara titran (penitar)
dengan analit (yang di erlenmeyer), bila dilakukan dengan metode
langsung.
Jenis titran pengendapan ada tiga yaitu :
1. Titrasi Argenometri
2. Titrasi Merkurimetri
3. Titrasi Kolhoff
Dua terakhir tidak banyak digunakan. Dari istilah argentometri jelas
bahwa titrasi ini adalah "pengukuran dengan menggunakan argentums
(perak)". Perak yang dipakai adalah AgNO3 karena hanya garam perak ini
yang dapat larut dalam air. Senyawa yang ditetapkan dengan metode ini
adalah senyawa yang dapat mengendap dengan perak, dalam bentuk
endapan yang stabil dan harga KSP yang besar. Senyawa tersebut
adalah halogen (Cl, Br2, l2) dan beberapa senyawa pseudo halogen
(senyawa yang sifatnya mirip dengan halogen) seperti SCN dan juga
dapat digunakan untuk menentukan merkaptan (Thioalkohol), Asam
lemak dan beberapa anion divalen seperti ion fosfat PO4^3 dan ion
arsenat AsO4^3. Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan
yang tidak mudah larut antara titran dengan analit, contoh yang banyak
dipakai adalah titrasi penentuan NaCl di mana ion Ag dan titran akan
bereaksi dengan ion Cl dari analit membentuk garam yang tidak mudah
larut AgCl.
Ada beberapa metode dalam titrasi argonometri yaitu metode mohr,
metode volhart, metode cavajans, dan metode leibig.

• Mrtode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat
dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator.
Reaksi yang terjadi pada metode ini adalah:

NaCl + AgNO3 → AgCl + NaNO3

Dalam larutan basa, maka akan terbentuk endapan AgOH


sedangkan dalam larutan asam Ag2CrO4 larut.
• Metode Volhard
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida
bromida dan iodin dalam susunan asam. Caranya dengan
menambahkan larutan baku perak nitrat berlebihan, kemudian
kelebihan larutan baku AgNO2 dititrasi kembali dengan larutan
baku tiosional. Metode ini merupakan jenis titrasi balik.
Pada metode ini digunakan indikator adsorpsi, yang mana pada
titik ekivalen, indikator teradsorpsi oleh endapan. Indikator ini tidak
memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada
permukaan endapan.

Reaksi NaCl + agNO3 → AgCl + NaNO3

Dengan cara ini klorida diendapkan dengan AgNO3 sekaligus, lalu


AgNO3 kelebihan diputar dengan KCNS atau NH4CNS sedang
indikator yang dipergunakan adalah tawas Fe amonium jenuh.
Titik akhir ditunjukkan oleh warna merah dari besi (III) rodanida =
Fe (Fe3CNS) cara Volhard ini harus berlangsung dalam suasana
asam (HNO3) untuk menghindari hidrolisis indikator. Pada akhir
titrasi harus dikocok betul-betul supaya reaksi AgNO3 dapat
sempurna, termasuk ion-ion AG yang diadsorbsi oleh endapan
disaring lebih dulu sebelum titrasi.
• Metode Fayans

Reaksi : NaCl + AgNO3 → AgNO3 + NaNO3

Cara ini menggunakan indikator fluwersein. Di mana. Akhir


ditunjukkan oleh endapan berwarna merah dari perak fluoreseinat.
Peristiwa yang terjadi adalah adsorpsi ion Ag yang kelebihan oleh
endapan AgCl. Perubahan warna dari larutan yang berwarna
kuning hijau menjadi endapan berwarna merah jambu.

III. Alat ddan Bahan


Alat :
• Erlenmeyer 250 mL
• Buret 50 mL
• Pipet volume 10 mL
• Pipet ukur 100 mL
• Labu ukur 100 mL Bahan :
• Larutan contoh NaCl 0,0250 N
• Indikator K2CrO4 5%

IV. Langkah Kerja


1. Bersihkan buret dan bilas dengan mengggunakan air suling dan di
isi dengan larutan AgNO3 0,01 N lalu diimpitkan dengan angka nol
2. 25mL larutan contoh NaCl 0,025 N dipipet kedalam labu ukur 100
mL lalu di encerkandengan air suling sampai tanda garis
3. 10 mL larutan encer dipipet kedalam erlenmeyer
4. Bubuhi 2-3 tetes K2C3O4 5% sebagai indikator
5. Kemudian dititar dengan AgNO3 0,01 dari buret sampai terbentuk
endapan yang berwarna merah bata

V. Data dan Perhitungan

1. Data titrasi

Titrasi ke- Volume awal Volume awal Volume yang terpakai (mL)
(mL) (mL)
1 0,00 3,60 3.60
2 3.60 7,20 3,60
Tabel 1 hasil titrasi praktikum menetapkan kadar Cl dalam NaCl

 Titrasi pertama memiliki rata-rata titrasi 3,60 mL


 Titrasi ke dua memiliki rata-rata titrasi 3,60 mL
3 ,60+ 3 ,60
 Rata rata titrasi 1 dan 2 yaitu =3 ,60 mL
2
BE (Cl) = Mr 35 ,5
= = 35,5
é 1

P = 100 1
x = 0,4
10 25
2. Perhitungan

Kadar Cl ( = ml titrasi x NAgNO4 x BE Cl x P


g
)
L
= 3,60 x 0,01 x 35,5 x 0,4

= 0,036 x 14,2

= g
0,5112
L

Anda mungkin juga menyukai