- Desti M ., S.ST.
Disusun oleh
2343001
D. Prosedur
Larutan KMnO4 sebanyak 50 mL disiapkan dan diisikan ke burret sampai mencapai batas garis setelah
buret dibersihkan dan disiapkan dengan aquades. Sebanyak 10 ml larutan (HCOO) 2 kemudian dipipet dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, yang selanjutnya diasamkan menggunakan larutan H 2SO4 4,000 N
sebanyak 10mL. Larutan tersebut dipanaskan dengan pemanas listrik hingga mencapai suhu antara 60-70°C.
Selanjutnya, larutan tersebut dititrasi dengan larutan KMnO 4 dari buret hingga terjadi perubahan warna
menjadi merah jambu muda. Hasil data dari praktikum kemudian dicatat dan dihitung untuk menentukan
kadar serta normalitas KMnO4.
E. Data dan Perhitungan
1. Data Titrasi :
Titrasi ke Volume awal (mL) Volume akhir (mL) Volume yang terpakai (mL)
1 0,0 ml 6,0 ml 6,0 ml
2 6,0 ml 12,20 ml 6,2 ml
BE = Mr 158
=
é 5
= 31,6
2. Perhitungan
VH2C2O4 NH2C2O4 = VH2C2O4 NH2C2O4
4,55 x NKMnO4 = 10 x 0,1000
4,55 x NKMnO4 = 1
NKMnO4 = 1
6 ,1
NKMnO4 = 0,1639 N
g = NKMnO4 x BE KMnO4
Kadar KMnO4 ( )
L
= 0,1639 x 31,6
= g
6,1272
L
B. Prinsip dasar
Penetapan kadar H2O2 berdasarkan reaksi redoks dengan KM nO4 / dengan cara penangananometri atau
oksidimetri pada metode pengananometri / oksidimetri titran yang digunakan adalah KM nO4 (kalium
permanganate) prinsip titrasi permanganometri atau oksidasi berdasarkan reaksi oksidasi atau reduksi KM nO4
yang digunakan adalah oksidator kuat yang dapat bereaksi dan dengan cara yang berbeda-beda tergantung
pada pH larutannya. reaksi yang berragam ini disebabkan oleh karagaman valensi mangan. Reduksi MnO 4-
berlangsung sebagai berikut :
Larutan asam : (H+) 0.1 N / lebih → MnO4- + 8H- + 5e- → Mn2+ + 4H2O
Larutan basa : (OH-) 0.1 N / lebih → MnO4- + e- → MnO42-
Larutan netral : MnO4- + 4H+ + 3e- → MnO2↓ 4H2O
Hidrogen peroksida (H2O2) dikenal dengan hidrogen dioksida,hidrogen peroksida, oksidal dan peroksida
dengan rumus memiliki pH 4,5 cairan bening tidak berwarna, tidak bau dan lebih kental dari air. Memiliki
oksidator yang kuat dan digunakan sebagai pemutih pakaian juga di sebagai dan juga sebagai desinfektan.
Pada industri tekstil larutan H2O2 banyak digunakan dan dimanfaatkan sifat oksidatornya antara lain sebagai
zat pemutih serat sebagai pembangkit warna pada proses pencelupan dengan zat warna bejana. Titik hidrogen
peroksida (H2O2) mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Bukan asam tetapi bisa merubah kertas lakmus menjadi merah
b. Larutan pekat hidrogen peroksida dapat merusak kulit
c. Memiliki daya desinfektan
D. Prosedur
Peralatan seperti buret dan peralatan lainnya disiapkan dengan cara dibilas menggunakan air suling,
kemudian diisi dengan larutan KMnO4 yang normalitasnya sudah diketahui hingga garis meniskus menyentuh
garis batas. Sebanyak 10 mL larutan H2O2 dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian
diencerkan menggunakan aquades hingga mencapai tanda batas, dan dihomogenkan dengan cara dikocok
sebanyak 12 kali. Setelah itu, enceran H 2O2 dipipet kembali sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer yang kemudian diasamkan menggunakan larutan H 2SO4 4,000 N sebanyak 10 mL. Larutan
tersebut dititrasi dengan menggunakan larutan KMnO4 yang terdapat di buret hingga terjadi perubahan warna
menjadi merah muda jambu.
E. Data dan Perhitungan
1. Data Titrasi :
Titrasi ke Volume awal (mL) Volume akhir (mL) Volume yang terpakai (mL)
1 0,00 2,70 2,70
2 2,70 5,30 2,60
Mr = H (2 x 1) + O (2 x 16)
= 2 + 32
= 34
BE = Mr 32
=
é 2
= 17
100 1000
Faktor pengenceran → x =1000
10 10
2. Perhitungan
Oleh
RIZKY RAMADHAN ABDULLAH
23410072/1T3
Dosen :
D. Prosedur
Peralatan seperti buret dan peralatan lainnya telah disiapkan dengan cara dibilas menggunakan air suling,
kemudian diisi dengan larutan Na 2S2O3 0,1 N hingga garis meniskus menyentuh garis batas. Sebanyak 10 mL
larutan K2Cr2O7 telah dipipet dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyr. Selanjutnya, larutan H 2SO4 4,000 N
dan 10 mL larutan KI 5% ditambahkan ke dalam larutan tersebut. Titrasi dilakukan hingga terjadi perubahan
warna menjadi kuning muda. Setelah perubahan warna terjadi, larutan kemudian ditambahkan dengan
indikator kanji 0,5% dan titrasi diteruskan hingga terjadi perubahan warna menjadi hijau secara permanen.
Hasil data dari praktikum kemudian dicatat dan dihitung untuk menentukan kadar serta normalitas Na2S2O3.
E. Data dan Perhitungan
1. Data Titrasi :
Titrasi ke Volume awal (mL) Volume awal (mL) Volume yang terpakai (mL)
1 0,00 13,00 13,00
2 13,00 25,8 12,80
Tabel 1 hasil titrasi penetapan kadar H2O2
2. Perhitungan
D. Prosedur
E. Data dan Perhitungan
1. Data titrasi
Titrasi Volume awal (mL) Volume awal (mL) Volume yang terpakai (mL)
Sempel 5,1 9,50 4,40
Blanko 14,45 19,5 4,90
Tabel 1 hasil titrasi penetapan kadar HCHO
Mr = (1 x 12) + (1 x 2) + (1 x 16)
= 12 + 2 + 16
= 30
1
BE (HCHO)=
2
30
BE (HCOOH) = = 15
2
1 ml → 100 ml P = 100 1
x = 10
10 1
↓
10 ml
P = 10
2. Perhitungan
g = ( b – a ) x NNa2S2O3 x BEHCHO x P
Kadar HCHO ( )
L
= ( 4,90 – 4,40 ) x 0,0775 x 15 x 10
= 0,5 x 0,775 x 15 x 10
= g
5,813
L
PENETAPAN KADAR NATRIUM HIDROSULFIT ( Na2S2O4 )
1. Data titrasi
Titrasi ke- Volume awal (mL) Volume awal (mL) Volume yang terpakai (mL)
1 0,00 0,60 0.60
2 0.60 1,.30 0,70
Tabel 2 hasil titrasi penetapan kadar Na2S2O4
BE = Mr 174
= = 43,5
é 4
P = 100
= 10
10
0 , 65 x 0 , 1 x 43 , 5 x 10 x 100
=
512 , 8
28 ,275
=
512 ,8
5,51 %
=
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
TITRASI ARGENTOMETRI
Oleh
RIZKY RAMADHAN ABDULLAH
23410072/1T3
Dosen :
B. Prinsip dasar
Penetapan kadar klorida (Cl-) dalam natrium klorida (NaCl) dengan metode titrasi, seperti metode Mohr,
melibatkan reaksi antara ion klorida dengan ion perak (Ag+) dari larutan perak nitrat (AgNO3).Proses ini
dimulai dengan menambahkan larutan perak nitrat ke dalam sampel yang mengandung klorida. Ion klorida
bereaksi dengan ion perak dari larutan perak nitrat membentuk endapan putih klorida perak
(AgCl).Kemudian, dengan menambahkan larutan indikator seperti larutan kromat kalium (K2CrO4), kita
dapat memantau titrasi. Indikator ini berubah warna saat ion perak telah sepenuhnya bereaksi dengan ion
klorida. Pada titik akhir titrasi, ketika jumlah ion perak sama dengan jumlah ion klorida dalam sampel, terjadi
perubahan warna indikator dari kuning menjadi merah kecoklatan.Dari volume larutan perak nitrat yang
digunakan untuk mencapai titik akhir, dapat dihitung jumlah klorida dalam sampel NaCl menggunakan
perhitungan stoikiometri yang sesuai berdasarkan reaksi antara ion perak dan ion klorida. Jadi, prinsip dasar
dalam menentukan kadar klorida dalam NaCl melalui titrasi adalah reaksi antara ion klorida dan ion perak
dari larutan perak nitrat yang membentuk endapan yang diamati untuk menentukan titik akhir titrasi dan
kemudian melakukan perhitungan jumlah klorida dalam sampel berdasarkan volume larutan perak nitrat
yang digunakan.
Metode Mohr adalah salah satu teknik titrasi yang digunakan untuk menentukan kadar klorida (Cl-)
dalam sampel garam NaCl. Prinsip dasar dari metode ini melibatkan penggunaan larutan perak nitrat
(AgNO3) sebagai larutan titran dan larutan kromat kalium (K2CrO4) sebagai indikator.
Prosesnya dimulai dengan menambahkan larutan kromat kalium sebagai indikator ke dalam sampel yang
mengandung klorida. Kemudian, larutan perak nitrat dititrasi ke dalam larutan sampel tersebut. Reaksi
terjadi antara klorida dalam sampel dan perak nitrat membentuk endapan putih (AgCl) yang terlihat dengan
perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi (titik end point) ditandai oleh perubahan warna indikator dari
kuning (larutan kromat kalium) menjadi merah kecoklatan saat ion perak (Ag+) telah bereaksi sepenuhnya
dengan ion klorida (Cl-) dalam sampel, sehingga tidak ada ion Ag+ yang tersisa dalam larutan.
Reaksi yang terjadi pada metode ini :
1. Data titrasi
Titrasi ke- Volume awal (mL) Volume awal (mL) Volume yang terpakai (mL)
1 0,00 3,60 3.60
2 3.60 7,20 3,60
Tabel 1 hasil titrasi praktikum menetapkan kadar Cl dalam NaCl
BE (Cl) = Mr 35 ,5
= = 35,5
é 1
P = 100 1
x = 0,4
10 25
2. Perhitungan
g = ml titrasi x NAgNO4 x BE Cl x P
Kadar Cl ( )
L
= 3,60 x 0,01 x 35,5 x 0,4
= 0,036 x 14,2
= g
0,5112
L