Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

TITRASI PERMANGANANOMETRI /OKSIDIMETRI


Laporan praktikum ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah kimia dasar

Dosen/Asisten : - Asiyah Nurrahmajanti, M.Si

- Desti M ., S.ST.

- Andri S., AMd.

Disusun oleh

Muhamad Mukhtar Zauhari

2343001

PROGRAM STUDI PRODUKSI GARMENT


POLITEKNIK STTT BANDUNG
TAHUN 2023
STANDARISASI LARUTAN KALIUM PERMANGANAT (KMnO4 ) DENGAN
LARUTAN STANDAR ASAM OKSALAT (HCOO)2

Praktikum ke-7 Tanggal 16 November 2023

A. Maksud & Tujuan


Mahasiswa diharapkan dapat menentukan normalitas larutan Kalium permanganat (KMnO4) dengan
larutan baku asam oksalat 0,1000 N metode titrasi yang digunakan adalah metode permangaometri atau
oksidimetri dan pada reaksinya digunakan yaitu adalah PH asam untuk larutan standar primer dari asam
oksalat 0,1000 N
B. Prinsip dasar
Untuk menetapkan normalitas larutan Kalium permanganat (KMnO4) dan kadarnya dapat dilakukan
dengan cara titrasi. Pada percobaan ini metode titrasi yang digunakan adalah titrasi perpanganometri atau
oksidasi,dalam titrasi perpanganometri atau oksidasi digunakan larutan penitar Kalium permanganat (KMnO4)
yang merupakan oksidator kuat penitar larutan kmno4 tidak membutuhkan suatu indikator karena larutan
Kalium permanganat (KMnO4) sudah berwarna merah violet penggunaan larutan KMnO 4 di industri tekstil
banyak digunakan sebagai oksidator untuk membuat efek lusuh pada penyempurnaan dinding syarat-syarat
titrasi permanganometri oksidimetri yaitu adalah
 Suasana asam kuat karena pH yang harus dicapai yaitu adalah kurang dari PH 4
 Suhu antara 40 sampai 70 derajat Celcius
 Tidak menggunakan indikator karena KMnO4 sudah berwarna
Ada dua langkah pH yang dapat mempengaruhi daya oksidasi larutan kmno4 sehingga daya
oksidasi tersebut berbeda kekuatannya. dalam suasana asam reaksinya yaitu:
2 KMnO4 + 3H2SO4 → K2SO4+2MnSO4+3H2O+5O
BM dari KMnO4 tergantung dari kondisi pH pada saat titrasi dalam pH asam :
1
2 KMnO4 = 50 =10H BE KMnO4 = (asam) BM
5
1 KMnO4 = 5H
Dalam ph netral atau basa reaksinya sebagai berikut :
2 KMnO4 + H2O→ 2MnO2 + KOH + 3O
Untuk lingkungan basa / netral
2 KMnO4 = 30 = 6H
1 KMnO4 = 3H
1
Sehingga BE KMnO4 (basa) BM
3
C. Alat dan Bahan
Alat : -Labu ukur 100 ml -Pipet pump
-Buret 150ml -Erlenmeyer 250ml
-Pipet volume 10ml - Corong gelas
-Piala gelas -pemanas listrik

Bahan : -Larutan standar H2C2O4 0,1000 N - Larutan KMnO4


-Larutan H2SO4 4,000 N - Aquades

D. Prosedur
Larutan KMnO4 sebanyak 50 mL disiapkan dan diisikan ke burret sampai mencapai batas garis setelah
buret dibersihkan dan disiapkan dengan aquades. Sebanyak 10 ml larutan (HCOO) 2 kemudian dipipet dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, yang selanjutnya diasamkan menggunakan larutan H 2SO4 4,000 N
sebanyak 10mL. Larutan tersebut dipanaskan dengan pemanas listrik hingga mencapai suhu antara 60-70°C.
Selanjutnya, larutan tersebut dititrasi dengan larutan KMnO 4 dari buret hingga terjadi perubahan warna
menjadi merah jambu muda. Hasil data dari praktikum kemudian dicatat dan dihitung untuk menentukan
kadar serta normalitas KMnO4.
E. Data dan Perhitungan

1. Data Titrasi :
Titrasi ke Volume awal (mL) Volume akhir (mL) Volume yang terpakai (mL)
1 0,0 ml 6,0 ml 6,0 ml
2 6,0 ml 12,20 ml 6,2 ml

Tabel 1 hasil titrasi penetapan normalitas larutan KMnO4

 Titrasi pertama memiliki rata-rata titrasi ml


 Titrasi ke-2 memiliki rata-rata titrasi ml
6 , 0+6 , 2
 Rata rata titrasi 1 dan 2 yaitu =6 , 1 mL
2

Mr KMnO4 = K (39 x 1) + Mn (55 x 1) + O (16 x 4 )


= 39 + 55 + 64
Mr = 158

BE = Mr 158
=
é 5
= 31,6

2. Perhitungan
VH2C2O4 NH2C2O4 = VH2C2O4 NH2C2O4
4,55 x NKMnO4 = 10 x 0,1000
4,55 x NKMnO4 = 1
NKMnO4 = 1
6 ,1
NKMnO4 = 0,1639 N
g = NKMnO4 x BE KMnO4
Kadar KMnO4 ( )
L
= 0,1639 x 31,6
= g
6,1272
L

PENETAPAN KADAR HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2)

Praktikum ke-8 Tanggal 13 November 2023

A. Maksud & Tujuan


Mahasiswa di harap dapat mampu untuk dapat menetapkan kadar H2O2

B. Prinsip dasar
Penetapan kadar H2O2 berdasarkan reaksi redoks dengan KM nO4 / dengan cara penangananometri atau
oksidimetri pada metode pengananometri / oksidimetri titran yang digunakan adalah KM nO4 (kalium
permanganate) prinsip titrasi permanganometri atau oksidasi berdasarkan reaksi oksidasi atau reduksi KM nO4
yang digunakan adalah oksidator kuat yang dapat bereaksi dan dengan cara yang berbeda-beda tergantung
pada pH larutannya. reaksi yang berragam ini disebabkan oleh karagaman valensi mangan. Reduksi MnO 4-
berlangsung sebagai berikut :
 Larutan asam : (H+) 0.1 N / lebih → MnO4- + 8H- + 5e- → Mn2+ + 4H2O
 Larutan basa : (OH-) 0.1 N / lebih → MnO4- + e- → MnO42-
 Larutan netral : MnO4- + 4H+ + 3e- → MnO2↓ 4H2O
Hidrogen peroksida (H2O2) dikenal dengan hidrogen dioksida,hidrogen peroksida, oksidal dan peroksida
dengan rumus memiliki pH 4,5 cairan bening tidak berwarna, tidak bau dan lebih kental dari air. Memiliki
oksidator yang kuat dan digunakan sebagai pemutih pakaian juga di sebagai dan juga sebagai desinfektan.
Pada industri tekstil larutan H2O2 banyak digunakan dan dimanfaatkan sifat oksidatornya antara lain sebagai
zat pemutih serat sebagai pembangkit warna pada proses pencelupan dengan zat warna bejana. Titik hidrogen
peroksida (H2O2) mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Bukan asam tetapi bisa merubah kertas lakmus menjadi merah
b. Larutan pekat hidrogen peroksida dapat merusak kulit
c. Memiliki daya desinfektan

C. Alat dan Bahan


Alat : -Erlenmeyer 250ml - Burret 150 mL - Labu ukur 100 ml
- Pipet volume10ml -Corong gelas - Piala gelas
- Gelas ukur - Pipet pump

Bahan : -Larutan H2O2 - Larutan KMnO4,


- larutan H2SO4 4,000 N, - Aquades

D. Prosedur
Peralatan seperti buret dan peralatan lainnya disiapkan dengan cara dibilas menggunakan air suling,
kemudian diisi dengan larutan KMnO4 yang normalitasnya sudah diketahui hingga garis meniskus menyentuh
garis batas. Sebanyak 10 mL larutan H2O2 dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian
diencerkan menggunakan aquades hingga mencapai tanda batas, dan dihomogenkan dengan cara dikocok
sebanyak 12 kali. Setelah itu, enceran H 2O2 dipipet kembali sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer yang kemudian diasamkan menggunakan larutan H 2SO4 4,000 N sebanyak 10 mL. Larutan
tersebut dititrasi dengan menggunakan larutan KMnO4 yang terdapat di buret hingga terjadi perubahan warna
menjadi merah muda jambu.
E. Data dan Perhitungan

1. Data Titrasi :
Titrasi ke Volume awal (mL) Volume akhir (mL) Volume yang terpakai (mL)
1 0,00 2,70 2,70
2 2,70 5,30 2,60

Tabel 1 hasil titrasi penetapan kadar H2O2

 Titrasi pertama memiliki rata-rata titrasi ml


 Titrasi ke dua memiliki rata-rata titrasi ml
2 ,70+2 , 60
 Rata rata titrasi 1 dan 2 yaitu =2 , 65 mL
2

Mr = H (2 x 1) + O (2 x 16)
= 2 + 32
= 34
BE = Mr 32
=
é 2
= 17
100 1000
Faktor pengenceran → x =1000
10 10

2. Perhitungan

g = mL titrasi x NKMnO x BEH O x P


4 2 2
Kadar H2O2 ( ) 10
L
= 2,65 x 0,2197 x 17
= 9,8974
10
= 0,9897
Kadar (%) = g
L
x 100
BJ x 1000
= 0,9897
x 100
BJ x 1000
= 0,09%
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR

TITRASI IODIMETRI DAN IODOMETRI

Oleh
RIZKY RAMADHAN ABDULLAH
23410072/1T3
Dosen :

1. Anisa Intanika S. K., S.T


2. Aisyah Nurrahmajanti, M.Si

3. Hilmi Amanah Aditya Cahyaningtyas, M.Sc

PROGRAM STUDI TEKNIK TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
TAHUN 2023
Rizky Ramadhan Abdullah , 23410072, Teknik Tekstil, Politeknik STTT Bandung
rizkyyyra@gmail.com
0895384049833

PENETAPAN KADAR NATRIUM TIOSULFAT (Na2S2O3)

Praktikum ke-9 Tanggal 20 November 2023

A. Maksud & Tujuan


Mahasiswa diharapkan mampu untuk menetapkan normalitas dari larutan Natrium tiosulfat Na 2S2O3 karena
larutan ini digunakan sebagai larutan standar dalam penetapan kadar suatu larutan contoh reaksi berlangsung
dengan reduksi.
B. Prinsip dasar
Reduksi - oksidasi (redoks) adalah analisa yang terdiri dari perubahan valensi dari bahan-bahan bereaksi
reaktan yang mengalami kehilangan elektron dalam redoks adalah bahan pereduksi valensi dapat diidentifikasi
dari persamaan untuk reaksi atom reaktan dan konversi ke tingkat yang lebih tinggi
FE2+ → FE3+ + e
2I- → I2 +2e
Reaksi yang reversibel dari 2I- → I2 +2e dapat diaplikasikan dalam analisis bahan-bahan pada periodik
pereduksi seperti tiosana dan arsenit. Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan
menggunakan iodium terdiri dari dua yaitu :
a. Iodimetri metode langsung → bahan produksi langsung dioksidasi dengan larutan baku iodium
contohnya pada penetapan kadar penetapan contohnya pada penetapan kadar asam askorbat
b. Iodimetri metode Residval →bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku Iodium dalam jumlah
yang berlebihan dan kelebihan ion akan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat (Na2S2O3)
contohnya pada penetapan kadar natrium bisulfat /titrasi balik
Iodimetri adalah bahan pengoksidasi yang mengoksidasi kalium iodit atau (KI) dalam dalam suasana asam
sehingga Iodium yang dibebaskan kemudian ditentukan dengan menggunakan larutan baku natrium tiosulfat
hal-hal yang harus diperhatikan :
a. Pada umumnya oksidasi langsung dengan iod (lodimetri) dilakukan untuk bahan-bahan dengan potensial
oksidasi yang lebih rendah dari lod, dan sebaliknya.
b. Oksidasi oleh oksigen atmosfer pada reaksi oksidasi Kl dalam medium asam kuat, dapat menghasilkan nilai
titer yang salah sehingga menyebabkan kesalahan estimasi/perkiraan
c. lodometri tidak pemah dilakukan dalam medium basa karena reaksi antara lodium (1 2) dengan hidroksida
akan menghasilkan ion hipoiodit dan iodat akan akan menjadi 2I. Dimana 2 mol I akan mengoksidasi parsial
tiosulfat menjadi bentuk oksidasi yang lebih tinggi seperti SO42
C. Alat dan Bahan
Alat : 1. Erlenmeyer 250 mL Bahan: 1. Larutan Na2S2O3
2. Burret 50 mL 2. Larutan K2Cr2O7 0,1000 N
3. Pipet tetes 3. Larutan KI 5 %
4. Pipet volume 10 mL 4. Larutan kanji 0.5%
5. Pipet pump 6. Larutan H2SO4 4N
7. Aquades

D. Prosedur
Peralatan seperti buret dan peralatan lainnya telah disiapkan dengan cara dibilas menggunakan air suling,
kemudian diisi dengan larutan Na 2S2O3 0,1 N hingga garis meniskus menyentuh garis batas. Sebanyak 10 mL
larutan K2Cr2O7 telah dipipet dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyr. Selanjutnya, larutan H 2SO4 4,000 N
dan 10 mL larutan KI 5% ditambahkan ke dalam larutan tersebut. Titrasi dilakukan hingga terjadi perubahan
warna menjadi kuning muda. Setelah perubahan warna terjadi, larutan kemudian ditambahkan dengan
indikator kanji 0,5% dan titrasi diteruskan hingga terjadi perubahan warna menjadi hijau secara permanen.
Hasil data dari praktikum kemudian dicatat dan dihitung untuk menentukan kadar serta normalitas Na2S2O3.
E. Data dan Perhitungan

1. Data Titrasi :
Titrasi ke Volume awal (mL) Volume awal (mL) Volume yang terpakai (mL)
1 0,00 13,00 13,00
2 13,00 25,8 12,80
Tabel 1 hasil titrasi penetapan kadar H2O2

 Titrasi pertama memiliki rata-rata titrasi 13,00 ml


 Titrasi ke dua memiliki rata-rata titrasi 12,80 ml
13 ,00+ 12, 80
 Rata rata titrasi 1 dan 2 yaitu =12 , 90 mL
2

Mr = (2 x 23) + (2 x 32) + (3 x 16) + (10 x 1) + (5 x 16)


= 46 + 64 + 48 + 10 + 48
= 248
BE = Mr 248
= =¿ 248
é 1
= 17

2. Perhitungan

10 x 0,1 = 12,90 x NNa2S2O3


NNa2S2O3 = 10 x 0 , 1
12 ,90
= 0,0775 N
g = 0,0775 x 248
Kadar Na2S2O3 ( )
L
= g
19,2200
L

PENETAPAN KADAR FORMALDEHID (HCHO)

Praktikum ke-10 Tanggal 27 November 2023

A. Maksud & Tujuan


Mahasiswa diharapkan mampu untuk dapat menentukan kadar dari senyawa
formaldehid/formalin (HCHO) yang banyak digunakan sebagai zat penyempurnaan dalam proses
basah tekstil. Penetapan kadar formaldehid/formalin (HCHO) untuk praktikum ini dilakukan dengan
menggunakan metoda iodometri.
B. Prinsip dasar
Dalam penetapan formaldehid digunakan metoda iodometri. Formaldehida/formalin (HCHO) adalah
larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin mengandung sekitar 37 persen
formaldehid/formalin dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet.
Formaldehida/Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam
industri. Berat molekul formalin adalah 30,03 dengan rumus molekul HCOH. Karena kecilnya molekul ini
memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif,
dapat bereaksi dengan gugus -NH₂ dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap
Dalam penetapan formaldehid digunakan metoda iodometri. Formaldehida/formalin (HCHO) adalah
larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin mengandung sekitar 37 persen
formaldehid/formalin dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet.
Formaldehida/Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam
industri. Berat molekul formalin adalah 30,03 dengan rumus molekul HCOH. Karena kecilnya molekul ini
memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif,
dapat bereaksi dengan gugus -NH₂ dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap
Pada industri tekstil, senyawa formalin berguna untuk antiseptik dan antihama untuk kain sutera dan wool
serta berguna dalam proses penyempurnaan anti hama dan penyempurnaan anti kusut (formalin bebas).
Formalin bersifat reduktor, larutannya tidak berwarna, mempunyai bau yang menyengat, dan pedih ke mata.
Untuk pakaian dewasa, tetapan kadar formalin bebas dibatasi agar tidak perih ke mata dan mencegah irltasi
kulit.
Pada penetapan ini digunakan alat Erlenmeyer tutup asah yang berfungsi untuk menahan uap iodium.
Pada saat penetapan cara iodimetri digunakan pH alkali yaitu NaOH yang berfungsi untuk mengatur pH
alkali, sedangkan pada penetapan cara iodometri digunakan pH asam yaitu HCI yang mengatur pH asam. Jika
wama larutan setelah disimpan di ruang tertutup merah coklat itu berarti larutan sempurna bereaksi dalam
gelap, sedangkan jika larutan tidak berwarna maka arutan belum bereaksi di tempat gelap. Reaksi penetapan
formaldehid/formalin yang berlangsung adalah :

NaOH + I2 → Na2O + 2Nal + H₂O

Na₂O + HCHO → HCOOH + Nal

Na2O + Nal + 2HCl → 2NaCl+ H2O + I2

I2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2 Nal


C. Alat dan Bahan
Alat : 1. Erlenmeyer tutup asah 250 mL Bahan: 1. Formaldehid (HCHO)
2. Burret 50 mL 2. NaOH 4 N
3. Labu ukur 100 mL 3. Na2S2O3 0,1000 N
4. Pipet volume 10 mL 4. Iodium 0,1000 N
5. Pipet ukur 10 mL 5. HCl 4 N
6. Gelas ukur 100 mL 6. Aquades
7. Pipet pump

D. Prosedur
E. Data dan Perhitungan

1. Data titrasi
Titrasi Volume awal (mL) Volume awal (mL) Volume yang terpakai (mL)
Sempel 5,1 9,50 4,40
Blanko 14,45 19,5 4,90
Tabel 1 hasil titrasi penetapan kadar HCHO

 Titrasi sempel memiliki rata-rata titrasi 4,40 mL


 Titrasi blanko memiliki rata-rata titrasi 4,90 mL
Misal = Titrasi sempel = a 4,40 mL Tiosulfat
= Titrasi blanko = b 4,90 mL Tiosulfat

Mr = (1 x 12) + (1 x 2) + (1 x 16)
= 12 + 2 + 16
= 30

1
BE (HCHO)=
2
30
BE (HCOOH) = = 15
2
1 ml → 100 ml P = 100 1
x = 10
10 1

10 ml
P = 10
2. Perhitungan

g = ( b – a ) x NNa2S2O3 x BEHCHO x P
Kadar HCHO ( )
L
= ( 4,90 – 4,40 ) x 0,0775 x 15 x 10
= 0,5 x 0,775 x 15 x 10
= g
5,813
L
PENETAPAN KADAR NATRIUM HIDROSULFIT ( Na2S2O4 )

Praktikum ke-11 Tanggal 04 Desember 2023

A. Maksud & Tujuan


Mahasiswa di harapkan diharapkan mampu untuk dapat menentukan kadar dari senyawa natrium hidrosulfit
(Na2S2O4) yang banyak digunakan sebagai zat pembantu dalam proses pencelupan dengan memanfaatkan sifat
kereduktorannya. Penetapan kadar natrium hidrofulsit (Na 2S2O4) dilakukan dengan menggunakan metoda
iodimetri.
B. Prinsip dasar
Dalam percobaan ini digunakan penetapan iodimetri. Penetapan cara iodimetri adalah penitaran dengan
larutan I2 (iodium) atau disebut juga titrasi secara langsung dengan iodium. Natrium hidrosulfit (Na ₂SO ₄)
merupakan senyawa reduktor dengan BM 174,3, berbau sulfur atau belerang karena mengandung dua mol
sulfur, mudah menguap sehingga keberadaannya harus selalu dalam keadaan tertutup. Bentuk fisik dari
hidrosulfit adalah serbuk putih. Dalam proses tekstil senyawa hidrosulfit (Na2S2O4) banyak digunakan sebagai
zat pembantu dalam proses pencelupan. Dalam pencelupan dengan zat warna bejana senyawa hidrosulfit
berfungsi sebagai reduktor (zat pereduksi) zat warna dari bentuk pigmen yang tidak larut menjadi asam leuco
yang bersifat larut. Dalam proses pencelupan poliester dengan zat warna dispersi, senyawa hidrosulfit banyak
dipakai dalam proses reduction clearing, yaitu proses setelah pencelupan yang bertujuan untuk mereduksi sisa
zat warna yang tidak terfiksasi ke dalam serat.
Pada percobaan ini digunakan larutan formalin yang fungsinya untuk stabilisator yaitu membantu
melarutkan hidrosulfit dalam air. Pada saat diberikan larutan kanji setelah titrasi, larutan akan berwarna biru
yang menunjukkan adanya lodium sisa dalam larutan atau titik akhir sudah tercapai atau sudah setara dengan
natrium hidrosulfit.
Prinsip dari praktikum penetapan hidrosulfit ini adalah larutan natrium hidrosulfit direaksikan dengan
formaldehid pekat, dan selanjutnya dititar dengan larutan standar iodium 0,1000 N pada pH sedikit asam dan
dengan penambahan indikator larutan kanji 0,5% sampai berwarna biru permanen.
Reaksi yang berlangsung :
Na2S2O4 + HCHO + H₂O → HOCH2 + Na2SO3 + HCOH2+SO₂Na
HCOH2 + SO3Na + 2l2 + H2O → NaHSO3 + CH₂O + 4 HI

C. Alat dan Bahan


Alat : 1. Erlenmeyer 250 mL Bahan: 1. Natrium hidrosulfit ( Na2S2O4)
2. Burret 50 mL 2. Larutan formalin HCHO pekat
3. Labu ukur 100 mL 3. Larutan Iodium (I2) 0,1000 N
4. Pipet volume 10 dan 25 mL 4. Larutan kanji 0.5 %
5. Corong gelas 5. Larutan CH3COOH 20 %
6. Gelas ukur 100 mL 6. Aquades
7. Pipet tetes
8. Pipet pump
D. Prosedur
E. Data dan Perhitungan

1. Data titrasi
Titrasi ke- Volume awal (mL) Volume awal (mL) Volume yang terpakai (mL)
1 0,00 0,60 0.60
2 0.60 1,.30 0,70
Tabel 2 hasil titrasi penetapan kadar Na2S2O4

 Titrasi pertama memiliki rata-rata titrasi 0,60 mL


 Titrasi ke dua memiliki rata-rata titrasi 0,70 mL
0 , 60+0 , 70
 Rata rata titrasi 1 dan 2 yaitu =0 , 65 mL
2
2. Perhitungan

Mr = (2 x 23 ) + (2 x 32) + (4 x 16) mg = 0, 5128 gram → 512,8 mg


= 46 + 64 + 64
= 174

BE = Mr 174
= = 43,5
é 4

P = 100
= 10
10

ml titrasi x N Iodium x BE Na2 S 2O 4 x P x 100 %


Kadar Na2S2O4 ( % ) =
mg

0 , 65 x 0 , 1 x 43 , 5 x 10 x 100
=
512 , 8

28 ,275
=
512 ,8

5,51 %
=
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR

TITRASI ARGENTOMETRI

Oleh
RIZKY RAMADHAN ABDULLAH
23410072/1T3
Dosen :

1. Anisa Intanika S. K., S.T


2. Aisyah Nurrahmajanti, M.Si

3. Hilmi Amanah Aditya Cahyaningtyas, M.Sc

PROGRAM STUDI TEKNIK TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
TAHUN 2023
Rizky Ramadhan Abdullah , 23410072, Teknik Tekstil, Politeknik STTT Bandung
rizkyyyra@gmail.com
0895384049833

PENETAPAN KADAR KLORIDA (Cl ) DALAM


NATRIUM KLORIDA (NACl) MENURUT CARA MOHR

Praktikum ke-12 Tanggal 11 Desember 2023

A. Maksud & Tujuan


Mahasiswa diharapkan mampu untuk dapat menentukan kadar klorida dari senyawa natrium klorida yang
banyak digunakan sebagai zat pembantu dalam proses pewarnaan bahan tekstil (pencelupan). Penetapan kadar
klorida ini dilakukan dengan menggunakan metode argentometri menurut cara Mohr.

B. Prinsip dasar
Penetapan kadar klorida (Cl-) dalam natrium klorida (NaCl) dengan metode titrasi, seperti metode Mohr,
melibatkan reaksi antara ion klorida dengan ion perak (Ag+) dari larutan perak nitrat (AgNO3).Proses ini
dimulai dengan menambahkan larutan perak nitrat ke dalam sampel yang mengandung klorida. Ion klorida
bereaksi dengan ion perak dari larutan perak nitrat membentuk endapan putih klorida perak
(AgCl).Kemudian, dengan menambahkan larutan indikator seperti larutan kromat kalium (K2CrO4), kita
dapat memantau titrasi. Indikator ini berubah warna saat ion perak telah sepenuhnya bereaksi dengan ion
klorida. Pada titik akhir titrasi, ketika jumlah ion perak sama dengan jumlah ion klorida dalam sampel, terjadi
perubahan warna indikator dari kuning menjadi merah kecoklatan.Dari volume larutan perak nitrat yang
digunakan untuk mencapai titik akhir, dapat dihitung jumlah klorida dalam sampel NaCl menggunakan
perhitungan stoikiometri yang sesuai berdasarkan reaksi antara ion perak dan ion klorida. Jadi, prinsip dasar
dalam menentukan kadar klorida dalam NaCl melalui titrasi adalah reaksi antara ion klorida dan ion perak
dari larutan perak nitrat yang membentuk endapan yang diamati untuk menentukan titik akhir titrasi dan
kemudian melakukan perhitungan jumlah klorida dalam sampel berdasarkan volume larutan perak nitrat
yang digunakan.

Metode Mohr adalah salah satu teknik titrasi yang digunakan untuk menentukan kadar klorida (Cl-)
dalam sampel garam NaCl. Prinsip dasar dari metode ini melibatkan penggunaan larutan perak nitrat
(AgNO3) sebagai larutan titran dan larutan kromat kalium (K2CrO4) sebagai indikator.

Prosesnya dimulai dengan menambahkan larutan kromat kalium sebagai indikator ke dalam sampel yang
mengandung klorida. Kemudian, larutan perak nitrat dititrasi ke dalam larutan sampel tersebut. Reaksi
terjadi antara klorida dalam sampel dan perak nitrat membentuk endapan putih (AgCl) yang terlihat dengan
perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi (titik end point) ditandai oleh perubahan warna indikator dari
kuning (larutan kromat kalium) menjadi merah kecoklatan saat ion perak (Ag+) telah bereaksi sepenuhnya
dengan ion klorida (Cl-) dalam sampel, sehingga tidak ada ion Ag+ yang tersisa dalam larutan.
Reaksi yang terjadi pada metode ini :

NaCl + AgNO3 → NaNO3

C. Alat dan Bahan


Alat : 1. Erlenmeyer 250 mL Bahan : 1. Larutan contoh NaCl 0,0250 N
2. Burret 50 mL 2. Larutan K2CrO4
3. Pipet ukur 100 mL 3. Larutan AgNO4
4. Pipet volume 10 mL 4. Aquades
5. Pipet pump
6. Labu ukur 100 mL
D. Prosedur
E. Data dan Perhitungan

1. Data titrasi
Titrasi ke- Volume awal (mL) Volume awal (mL) Volume yang terpakai (mL)
1 0,00 3,60 3.60
2 3.60 7,20 3,60
Tabel 1 hasil titrasi praktikum menetapkan kadar Cl dalam NaCl

 Titrasi pertama memiliki rata-rata titrasi 3,60 mL


 Titrasi ke dua memiliki rata-rata titrasi 3,60 mL
3 ,60+ 3 ,60
 Rata rata titrasi 1 dan 2 yaitu =3 ,60 mL
2

BE (Cl) = Mr 35 ,5
= = 35,5
é 1

P = 100 1
x = 0,4
10 25
2. Perhitungan

g = ml titrasi x NAgNO4 x BE Cl x P
Kadar Cl ( )
L
= 3,60 x 0,01 x 35,5 x 0,4

= 0,036 x 14,2

= g
0,5112
L

Anda mungkin juga menyukai