Kadar H2O
I. DASAR TEORI
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi
oleh kalium permanganat(KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi
dan reaksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan
KMnO4 sudah dikenal lebih dari seribu tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan
dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe2+, asam atau
garam oksalat yang dapat larut. Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan warna
merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang dipergunakan dalam sebuah
titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengindifikasi kelebihan reagen tersebut.
Permanganat menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan dapat hadir dalam
kondisi-kondisi oksida +2, +3, +4, +6 dan +7. Permanganat bereaksi secara cepat
dengan banyak agen pereduksi. Namun, beberapa substansi membutuhkan
pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi.
Permanganat adalah agen unsur pengosidasi yang cukup kuat untuk mengaksidasi
Mn(II) menjadi MnO2. Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik
akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadi pengendapan sejumlah
MnO2(Underwood, 2002).
Permanganometri adalah titrasi redoks menggunakan larutan standar
kalium permanganat. Dalam suasana asam terjadi perubahan MnO4-→Mn2+ tidak
berwarna. Sedangkan dalam suasana basa MnO4 berupa endapan coklat. Suasana
asam terjadi karena penambahan asam sulfat encer. Hal ini dilakukan agar titik
akhir titrasi lebih mudah diamati, pada suasana asam zat ini akan mengalami
reduksi menjadi ion Mn2+ dengan bantuan pemanasan 60-70℃(Atmaja,
Darwanto, Subhaktiyasa, 2017). Titrasi permanganometri ini melibatkan dua
tahapan yaitu titrasi analit dengan larutan kalium permanganat dengan larutan
kalium permangat dan kemudian standarisasi kalium permanganat dengan larutan
natrium oksalat(Yaqin, & Firdausi, 2017).
Permanganat dengan asam oksalat, dengan adanya asam sulfat,
menghasilkan gas kanbondioksida :
2MnO4 + 5(CO)22- + 16H+→ 10CO2+2Mn2+8H2O
Reaksi ini lambat pada suhu kamar, tetapi menjadi cepat pada 60℃. Ion
mangan(II) mengkatalis reaksi ini. Jadi, reaksi ini adalah otokatalisis sekali ion
mangan(II) telah terbentuk, reaksi menjadi semakin cepat(Svehla, 1885).
Penentuan kadar asam oksalat dilakukan dengan metode titrasi
permanganometri yang berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat(KMnO4).
Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah muda pada
larutan(Handrianto, 2019). KMnO4 merupakan oksidator kuat yang dapat
mengoksidasi sebagian besar reduktor secara kuantitatif bila ditambahkan dalam
jumlah yang ekivalen. Warna ungu tua dari ion permanganatnya sendiri sebagai
indikator pada titrasinya. Satu tetes berlebih sudah dapat mengindikasikan warna
yang terang meskipun dalam larutan yang volumenya besar. Hidrogen peroksida
merupakan pereaksi oksidasi yang baik dengan potensial standar positifnya yang
besar.
H2O2 + H+ + 2e-→ 2H2O
A. Alat
1. Buret 6 buah
2. Statif & Klem 6 buah
3. Erlenmeyer 250 mL 18 buah
4. Gelas kimia 100 mL 6 buah
5. Gelas ukur 10 mL 12 buah
6. Pipet tetes 12 buah
7. Corong kaca 2 buah
8. Termometer 2 buah
9. Botol terang 2 buah
10. Botol gelap 2 buah
11. Gelas kimia 1000 mL 4 buah
12. Hot plate 2 buah
13. Penangas air 2 buah
B. Bahan
1. KMnO4 0,05 M
2. H2SO4 Pekat
3. H2SO4 4 N
4. H2O2
5. H2C2O4.xH2O
6. Aquades
ence
r
dari
boto
l
gela
p
dan
suas
ana
gela
p,
me
mas
ukk
an
ke
dala
m
Erle
nme
yer
250
mL
yan
g
beri
si 2
mL
H2S
O4
peka
t
dan
30
mL
aqua
des.
2 Men Larutan berubah warna pada penambahan KMnO4 0,05 M
. itras
i
den
gan
KM
nO4
0,05
M.
- - 26 mL
- - 25,6 mL
- - 25,2 mL
tera
ng
di
tem
pat
gela
p +
2
mL
H2S
O4
peka
t +
30
mL
aqua
des.
2 Men Larutan berwarna merah muda permanen pada saat penambahan
. itras KMnO4 sebanyak
i
den
gan
KM
nO4
sam
pai
mun
cul
war
na
mer
ah
mud
a
per
man
en.
- - 28 mL
- - 28 mL
- - 28,5 mL
ence
r
dari
boto
l
gela
p
dan
suas
ana
tera
ng
dan
me
mas
ukk
an
ke
dala
m
Erle
nme
yer
250
mL
yan
g
beri
si 2
mL
H2S
O4
peka
t
dan
30
mL
aqua
des.
2 Men Larutan berwarna merah muda pada penambahan KMnO4 0,05
. itras M
i
den
gan
KM
nO4
0,05
M.
- - 26,5 mL
- - 26,1 mL
- - 26,3 mL
sta
nd
ar
sa
mp
ai
mu
nc
ul
wa
rna
me
rah
mu
da
ya
ng
per
ma
ne
n.
4 Me V 1+ V 2+V 3
V rata−rata=
3
. ng
25,3 mL+ 28,3mL +26,5 mL
hit V=
3
un
V =26,7 mL
g
rat
a –
rat
a
pe
na
mb
ah
an
K
M
nO
4.
V. ANALISIS DATA
A. Penentuan Jumlah Air Kristal dalam H2C2O4.XH2O
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan jumlah air Kristal dalam
H2C2O4.XH2O. Pada percobaan ini menggunakan KMnO4 sebagai
pengoksidasi dan sebagai zat yang dibakukan dengan larutan baku utama
yaitu H2C2O4.XH2O. Wardani & Hardianto (2019), mengungkapkan bahwa
sebelum melakukan titrasi, larutan asam oksalat ditambah asam sulfat dan
dipanaskan dengan suhu 700C, lalu menitrasi sampai terbentuk warna
merah muda dalam larutan. Larutan KMnO4 merupakan zat peniter
sekaligus indikator dalam titrasi, hal ini ditandai dengan munculnya warna
ungu muda saat titik akhir titrasi. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan
oleh kurniawati & Alfanah (2018), bahwa penentuan kalium permanganat
(KMnO4) dengan menggunakan titrasi reduksi-oksidasi tidak
membutuhkan indikator sebagai penentu titik akhir titrasi. Hal ini
disebabkan karrena kalium permanganat selain bertindak sebagai titran
juga bertindak sebagai indikator. KMnO4 dapat bertindak sebagai zat
indikator karena ia berwarna ungu sehingga dapat menyebabkan larutan
dititer menjadi berwarna ungu muda jika sudah mencapai titik titrasi.
Langkah pertama dalam percobaan ini adalah memasukkan 12,5 mL
larutan H2SO4. XH2O ke dalam Erlenmeyer yang berisi 5 mL H 2SO4 2M
dan 12,5 mL aquades dan menghasilkan larutan bening. Penambahan
H2SO4 berfungsi sebagai katalis atau zat yang dapat mempercepat reaksi
dan memberikan suasana asam kuat dalam larutan, karena KMnO 4 dapat
menjadi oksidator kuat dalam suasana asam kuat, asam lemah, netral dan
basa lemah. Namun, jika titrasi dilakukan dalam suasana asam lemah
ataupun basa lemah, maka kemungkinan akan terjadinya pengendapan
MnO2 yang dapat mengganggu terjadinya titrasi. Kemudian memanaskan
larutan sampai 700C. Pemanasan ini dilakukan untuk mempeercepat
jalannya reaksi, karena reaksi antara ion permanganat dengan ion oksalat
berjalan sangat lambat pada suhu ruangan.
Larutan yang telah dipanaskan hingga suhu 700C harus segera
dititrasi dengan KMnO4. Melakukan percobaan sebanyak 3 kali dengan
menggunakan KMnO4 0,05 M pada labu Erlenmeyer I, II dan III berturut-
turut sebanyak 5,5 mL, 4,7 mL dan 5 mL yang emunculkan warna ungu
muda pada larutan. Munculnya warna ungu muda ini sebagai penanda
telah tercapainya titik akhir titrasi. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh
Handianto (2019) bahwa titik akhir titrasi ditunjukkan dengan
terbentuknya warna merah muda. Volume rata-rata KMnO 4 0,05 M yang
digunakan sebanyak 5,067 mL. Pada percobaan digunakan H2SO4 2M,
yakni asam encer, karena H2SO4 encer tidak bereaksi dengan ion
permanganat. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut :
2MnO4- (aq) + 5C2O42- (aq) + 16 H+ (aq) → 2Mn2+ (aq) + 10CO2 (g) + 8H2O (l)
+7 +6 +2 +8
oksidasi
reduksi
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa Mangan (Mn) mengalami
reduksi, hal ini menandakan bahwa KMnO4 berperan sebagai zat pereduksi
(reduktor). Titik akhir dan titik ekivalen dari titrasi ditandai dengan
munculnya warna ungu muda, dimana warna ini dimana berasal dari
KMnO4 yang berperan sebagai oksidator sekaligus indikator pada titrasi
ini. Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) diperoleh konsentrasi
H2C2O4. XH2O sebesar 0,050 M dan jumlah air Kristal dalam H2C2O4.
XH2O adalah 2, sehingga rumus strukturnya menjadi H2C2O4. 2H2O.
B. Pengaruh Warna Botol Penyimpanan Terhadap Kadar H2O2
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh warna botol
penyimpanan terhadap kadar H2O2. Dalam percobaan ini, sejumlah H2O2
diambil dari botol dengan warna dari penyimpanan yang berbeda-beda,
yaitu disimpan pada botol gelap ditempat terang, botol gelap ditempat
gelap, botol terang ditempat terang dan botol gelap ditempat gelap.
Pada percobaan ini, langkah percobaan yang dilakukan yaitu
menambahkan 10 mL H2O2 kedalam labu erlenmeyer 250 mL yang berisi
2 mL H2SO4 pekat dan 30 mL aquades. 10 mL H 2O2 yang digunakan dari
keempat botol yang disimpan berbeda akan dimasukkan kedalam
erlenmeyer yang berbeda. Percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali untuk
setiap botol. H2O2 merupakan senyawa yang tidak bersifat stabil namun
dapat distabilkan dengan zat penstabil dalam suasana asam lemah.
Sehingga pada percobaan ini digunakan asam sulfat pekat yang diencerkan
dengan air menjadi asam lemah sebagai penstabil H2O2. Dalam hal ini juga
dilakukan tiga kali pengulangan untuk meminimalisir kesalahan dalam
perhitungan. Selanjutnya menitrasi larutan dengan KMnO4. Pada saat
titrasi tidak ditambahkan indikator lain lagi, karena ion permanganat
bertindak sebagai indikator. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai
berikut :
2 MnO42- (aq) + 5 H2O (aq) + 6 H+ (aq) → 2 Mn2+ (aq) + 5 O2 (aq) + 2 H2O (l)
+7 -2 +2 0
oksidasi
reduksi
Dapat dilihat dari persamaan reaksi diatas penambahan H 2SO4 pekat dapat
memperlambat dekomposisi peroksida menjadi O2 dalam suasana asam
dengan reaksi :
Ion permanganat
sangat mudah mengalami reduksi menjadi ion Mn2+. Titrasi dilakukan
sampai larutan berubah warna menjadi merah muda yang permanen.
a. Botol gelap pada penyimpanan gelap
Botol pertama yang digunakan yaitu botol berwarna gelap yang
disimpan di tempat gelap. Mengambil dan memasukkan 10 mL larutan
H2O2 encer dalam botol tersebut ke dalam erlenmeyer 250 mL yang berisi
2 mL H2SO4 pekat dan 30 mL aquades, yang mana keduanya membentuk
asam lemah sebagai zat penstabil H2O2. Kemudian menitrasi larutan
dengan KMnO4 0,05 M sampai berwarna merah muda permanen. Pada tiga
kali percobaan tersebut diperoleh larutan KMnO4 sacara berturut-turut
adalah 26 mL, 25,6 mL dan 25,2 mL. Sehingga diperoleh volume rata-rata
KMnO4 yang ditambahkan adalah 25,6 mL.
b. Botol terang pada penyimpanan gelap
Botol kedua yang digunakan yaitu botol berwarna terang yang
disimpan di tempat gelap. Mengambil dan memasukkan 10 mL larutan
H2O2 encer dalam botol tersebut ke dalam erlenmeyer 250 mL yang berisi
2 mL H2SO4 pekat dan 30 mL aquades, yang mana keduanya membentuk
asam lemah sebagai zat penstabil H2O2. Selanjutnya, menitrasi larutan
dengan KMnO4 0,05 M sampai berwarna merah muda permanen. Pada tiga
kali percobaan tersebut diperoleh larutan KMnO4 secara berturut-turut
adalah 28 mL, 28 mL dan 28,5 mL. Sehingga diperoleh volume rata-rata
KMnO4 yang ditambahkan yaitu 28,16 mL.
c. Botol gelap pada penyimpanan terang
Botol ketiga yang digunakan yaitu botol berwarna gelap yang
disimpan di tempat terang. Mengambil dan memasukkan 10 mL larutan
H2O2 encer dalam botol tersebut ke dalam erlenmeyer 250 mL yang berisi
2 mL H2SO4 pekat dan 30 mL aquades, yang mana keduanya membentuk
asam lemah sebagai zat penstabil H2O2. Selanjutnya, menitrasi larutan
dengan KMnO4 0,05 M sampai berwarna merah muda permanen. Pada tiga
kali percobaan tersebut diperoleh larutan KMnO4 secara berturut-turut
adalah 26,5 mL, 26,1 mL dan 26,3 mL. Sehingga diperoleh volume rata-
rata KMnO4 yang ditambahkan yaitu 26,3 mL.
d. Botol terang pada penyimpanan terang
Botol keempat yang digunakan yaitu botol berwarna terang yang
disimpan di tempat terang. Mengambil dan memasukkan 10 mL larutan
H2O2 encer dalam botol tersebut ke dalam erlenmeyer 250 mL yang berisi
2 mL H2SO4 pekat dan 30 mL aquades, yang mana keduanya membentuk
asam lemah sebagai zat penstabil H2O2. Selanjutnya, menitrasi larutan
dengan KMnO4 0,05 M sampai berwarna merah muda permanen. Pada tiga
kali percobaan tersebut diperoleh larutan KMnO4 secara berturut-turut
adalah 25,3 mL, 28,3 mL dan 26,5 mL. Sehingga diperoleh volume rata-
rata KMnO4 yang ditambahkan yaitu 26,7 mL.
Volume KMnO4 yang digunakan untuk menitrasi larutan H2O2, yang
berbeda warna botol dan penyimpanan, sampai muncul warna merah muda
permanen. Hal ini akan mempengaruhi kadar H2O2. Berdasarkan hasil
perhitungan (terlampir) diperoleh volume rata-rata KMnO4 dan kadar H2O2
seperti pada tabel berikut :
[
K H
e 2
a O
V́ KMnO4
d 2
a ]
a
n %M
G 26,3 mL 20
e ,
l 3
a 2
p 8
- 7
T 5
e
r M
a
n
g
G 25,6 mL 20
e ,
l 3
a 2
p
- M
G
e
l
a
p
T 28,16 mL 20
e ,
r 3
a 5
n 2
g
- M
G
e
l
a
p
T 26,7 mL 20
e ,
r 3
a 3
n 3
g 7
- 5
T
e M
r
a
n
g
yaitu :
Terang ditempat gelap > terang ditempat terang > gelap ditempat
terang > gelap ditempat gelap
Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh berbagai faktor, khususnya faktor-
faktor yang berkenaan dengan pengaruhnya terhadap dekomposisi H 2O2.
Banyaknya intensitas cahaya yang didaptkan H2O2 sangat berpengaruh.
Kondisi botol penyimpanan H2O2 yang sering dibuka tutup menyebabkan
kadar H2O2 berubah. Bisa juga ketidaksesuaian ini dikarenakan
penambahan KMnO4 yang kurang tepat, sehingga titik akhir titrasi tidak
tepat sama dengan titik ekivalen. Pada percobaan ini, titrasi hanya
dilakukan secara manual tidak menggunakan stirer untuk mengaduk
sehingga larutan tidak terdekomposisi secara sempurna.
VI. KESIMPULAN
1. Jumlah air Kristal dalam H2C2O4. XH2O adalah 2 dengan rumus struktur
senyawa H2C2O4. 2H2O.
2. Kadar H2O2 dipengaruhi oleh intensitas cahaya, semakin besar intensitas
cahaya maka kadar air semakin berkurang dan volume KMnO4 yang
digunakan kurang tepat penambahannya.
3. Urutan penggunaan volume KMnO4 dari yang terbesar berdasarkan hasil
pada percobaan ini : botol terang ditempat gelap > botol terang ditempat
terang > botol gelap ditempat terang > botol gelap ditempat gelap.
4. Dari percobaan dan perhitungan (terlampir) diperoleh konsentrasi dan
kadar H2O2 yaitu :
a. Konsentrasi awal = 13,79 M
b. Konsentrasi H2O2 gelap ditempat terang 0,32875 M dan kadarnya =
2,383%
c. Konsentrasi H2O2 terang ditempat terang 0,33375 M dan kadarnya =
2,42%
d. Konsentrasi H2O2 gelap ditempat gelap 0,32 M dan kadarnya 2,32%
e. Konsentrasi H2O2 terang ditempat terang 0,352 M dan kadarnya
2,55%.
DAFTAR PUSTAKA
Kanama, E. F., Amalia, F., Ghoudensa, R., & Bisma, S. (2018). Disinfection Of
Escherichia Coli Bacteria Using Combination Of Ozonation And
Hydrodynamic Cavitation Method With Ventury Injector. International
Journal On Advanced Science Engineering Information Technology, 8
(3), 88-817.
Keenan, C. W., Kleinfelter, C. D., & Wood, J. H. (1986). Ilmu Kimia Untuk
Universitas Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
Lestari, F., & Dewi, K. (2020). Effects Of Humic Acid On Vegetative Growth,
Yield, Oxalic Acid And Betacyonion Of Red Amaranth ( Amanionthus
Tricolor L.). AIP Conference Proceedings. 2260 (030011), 1-9.
Sholahuddin, A., Suharto, B., & Hamid, A. (2021). Panduan Praktikum Kimia
Analisis, Banjarmasin : FKIP ULM.
Wardani, R. K., & Handrianto, P. (2019). Analisis Kadar Kalsium Oksalat Pada
Tepung Porang Setelah Perlakuan Perendaman Dalam Larutan Asam
(Analisis Dengan Metode Tetrasi Permanganometri) . Journal Of
Research And Technology, 5 (2), 144-153.
Yaqin, N., & Firdausi, R.N. (2017). Analisis Zat Organic Pada Air Sumur Pantai
di TPA Ngipik Kabupaten Gresik Dengan Metode Permanganometri.
Journal Of Ners Community, 8 (2), 172-178.
LAMPIRAN
A. Perhitungan
1) Menentukan jumlah air kristal dalam H2C2O4.x H2O
Diketahui :
V H2C2O4 = 5mL
V H2C2O4.x H2O = 12,5mL
v̅ KMnO4 = 5,267mL
M KMnO4 = 0,05M
V total = V H2SO4 + V aquades + V H2C2O4.x H2O
= 5mL + 12,5mL + 12,5mL
= 30mL
Ditanya :
Jumlah air Kristal H2C2O4.x H2O ?
Jawab:
Persamaan reaksi:
Reduksi
Oksidasi
M x V x 5 ekivalen = M x V x 2 ekivalen
1,26675
M C2O42- =
60
= 0,0211125 M
M1 x V1 = M2 x V2
M x 12,5 mL = 0,0211125 M x 30 mL
0,633375 M
M (H2C2O4 ) =
12,5
= 0,05067 M
0,63 g 1000
Mr H2C2O4.x H2O = x
0,05067 M 100 mL
= 124,3339254 g/mol
X = 1,90
X =2
Jadi jumlah air kristal dalam H2C2O4.x H2O adalah 1,90 dengan rumus struktur
senyawanya adalah H2C2O4.H2O
Diketahui :
V KMnO4 = 26,3 mL
M KMnO4 = 0,05 M
V H2O2 = 10 mL
ρ H2O2 = 1,34 g/mol
Mr H2O2 = 34 g/mol
Ditanya: a) M H2O2 = ?
b) % H2O2 = ?
penyelesaian :
M H2O2 = 0,32875 M
0,32875 M
% H2O2 = x 100 %
13,79 M
= 2,38 %
Jadi ,konsentrasi H2O2 sebesar 0,32875 M dan persen kadar nya 2,38 %
Diketahui :
v̅ KMnO4 = 25.6 mL
M KMnO4 = 0,05 M
V H2O2 = 10 mL
ρ H2O2 = 1,34
Mr H2O2 = 34 g/mol
Ditanya : a) M H2O2 = ?
b) % H2O2 = ?
penyelesaian :
Reduksi
Oksidasi
6,4
M H2O2 =
20
M H2O2 = 0,32M
0,32 M
% H2O2 = x 100 %
13,79 M
= 2,32 %
Jadi konsentrasi H2O2 sebesar 0,32 M dan persen kadar nya 2,32%
Diketahui :
v̅ KMnO4 = 25.6 mL
M KMnO4 = 0,05 M
V H2O2 = 10 mL
ρ H2O2 = 1,34
Mr H2O2 = 34 g/mol
Ditanya : a) M H2O2 = ?
b) % H2O2 = ?
penyelesaian :
6,675
M H2O2 =
20
M H2O2 = 0,33375 M
0,33375 M
% H2O2 = x 100 %
13,79 M
= 2,42 %
Jadi konsentrasi H2O2 sebesar 0,33375 M dan persen kadar nya 2,42%
v̅ KMnO4 = 25.6 mL
M KMnO4 = 0,05 M
V H2O2 = 10 mL
ρ H2O2 = 1,34
Mr H2O2 = 34 g/mol
Ditanya : a) M H2O2 = ?
b) % H2O2 = ?
penyelesaian :
2 MnO4- (aq) + 5H2O(aq) + 6H+(aq) → 2Mn2+(aq) + 5O2(g) + 8H2O
+7 -2 +2 0
Reduksi
Oksidasi
7,04
M H2O2 =
20
M H2O2 = 0,352 M
0,352 M
% H2O2 = x 100 %
13,79 M
= 2,55 %
Jadi konsentrasi H2O2 sebesar 0,352 M dan persen kadar nya 2,55%
B. Pertanyaan
1. Jika pada penentuan normalitas KMnO4 dengan larutan baku natrium oksalat
titrasinya dikerjakan pada temperatur lebih rendah dari 60 OC hasil
normalitasnya terlampaui tinggi atau terlampaui rendah?
Jawab :
Diketahui :
●V.H2O2 = 5 mL = 0,005 L
Penyelesaian :
MnO4 (aq) + 8H+ (aq) + 5e → Mn2+ (aq) + 4H2O(l) x2
H2O2 (aq) → O2(g) + 2H+ (aq) + 2e x5
2MnO4- (aq) + 16H+ (aq) + 5H2O2 (aq) → 2Mn2+ (aq) + 8H2O(l) + 5O2 (g)
2MnO4- (aq) + 16H+ (aq) + 5H2O2 (aq) → 2Mn2+ (aq) + 8H2O(l) + 5O2 (g)
Reduksi
Oksidasi
m
n=
Mr
m 3,05
n= = = 0.0897 mol
Mr 34 9/mol
n
m.H2O2 =
v
n 0,0897 MOL
m. H2O2 = = = 17,94 M
v 0,005 L
H2O2 ≈ KMnO4
M x V x Valensi = M x V x Valensi
17,09 M x 5 mL x 2 = 0,030 M x V x 5
V = 1196 mL
V = 1,196 L
Hasil titrasi pada erlenmeyer I, II, dan Hasil titrasi pada erlenmeyer I, II, dan
III III setelah didiamkan beberapa saat
FLOWCHART
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
PERCOBAAN III
“ TITRASI PERMANGANOMETRI”
- Memipet
- Mengukur
- Memasukkan kedalam
erlenmeyer 250 ml
- Menambahkan
- Memasukkan sampai suhu
70℃ -
Memasukkan
Larutan panas + KMnO4 0,05 M
- Memipet
- Mengukur
- Memasukkan kedalam labu
ukur 250 ml
- Mengencerkan sampai tanda
tera
- Memipet
- Mengukur
- Memasukkan kedalam
erlenmeyer 250 mL
Larutan KMnO4 0,05 M