Anda di halaman 1dari 20

BAB VI

IODOMETRI

6.1 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami cara dan tahapan dari iodometri.
2. Menetapkan konsentrasi larutan tiosulfat.
3. Mengetahui perubahan yang terjadi pada saat titrasi.
4. Mengetahui sifat dari larutan.
5. Mengetahui warna titik akhir pada saat titrasi.
6. Menentukan kadar tembaga dalam larutan CuSO 4 .5 H 2 O.

6.2 Teori Dasar


Kimia analitik secara garus besar dibagi menjadi dua, yaitu analisa kualitatif
dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif kimia adalah suatu metoda analisa yang
bertujuan untuk mengetahui unsur atau senyawa yang terkandung dalam suatu
sampel, sedangkan analisa kuantitatif adalah suatu metoda analisa yang bertujuan
untuk mengentahui konsentrasi atau kadar jumlah suatu unsur dalam suatu
sampel. Pada kesimpulannya analisa kualitatif bertujuan untuk memisahkan dan
mengidentifikasi sejumlah unsur analisis sedangkan analisa kuantitatif berurusan
dengan penetapan banyaknya suatu zat yang ada dalam suatu sampel.
Analisa kuantitatif dibagi menjadi tiga yaitu
1. Analisa Volumetri/titrimetri
2. Gravimetri
3. Instrument
Analisa volumetri adalah analisa jumlah yang berdasarkan pengukuran
volume larutan pereaksi tertentu yang direaksikan dengan larutan contoh yang
akan dihitung kadarnya. Analisa volumetri dilakukan dengan metode titrasi.
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak
dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi
larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah

116
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat
tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volume
larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan
dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif
rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Day Underwood,
1999). Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar
sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar
primer (John Kenkel, 2003). Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk
mentitrasi (biasanya sudah diketahui secarapasti konsentrasinya). Dalam proses
titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah
larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik
ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan
banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang
dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya.Titik akhir titrasi adalah
titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah
alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian
dilakukan proses pengenceran (W Haryadi, 1990). Pengenceran adalah proses
penambahan pelarut yg tidak diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga berlaku
hukum kekekalan mol. Metode titrasi dibagi menjadi tiga yaitu titrasi langsung,
titrasi tidak langsung dan titrasi pergantian
1. Titrasi langsung
Titrasi langsung adalah titrasi dimana contoh langsung dititar dengan larutan
standar
2. Titrasi tidak langsung
Titrasi tidak lansung adalah titrasi dimana contoh tidak dapat bereaksi
langsung dengan larutan standar atau bereaksisangat lambat sehingga perlu
direkasikan terlebih dahulu
3. Titrasi pergantian
Titrasi pergantian adalah titrasi yang dilaksanakan bila ion yang ditetapkan
a. Tidak bereaksi langsung dengan larutan baku
b. Tidak bereaksi secara stokiometri dengan larutan baku
c. Tidak saling mempengaruhi dengan larutan standar

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 117
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

Terdapat dua cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa


pereduksi iodium yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut
iodimetri (digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang
dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya). Namun, metode
iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator
yang lemah. Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri (oksidator yang
dianalisis kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang
sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan
larutan natrium thiosilfat standar atau asam arsenit) (Bassett,1994). Dengan
kontrol pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1 tetes titran. Perubahan warna yang
terjadi pada larutan akan semakin jelas dengan penambahan indikator
amilum/kanji. Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada
titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung
(iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi
kimia Iodium merupakan oksidator lemah. Sebaliknya ion iodida merupakan suatu
pereaksi reduksi yang cukup kuat. Dalam proses analitik iodium digunakan
sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi
reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup
kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan
iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk
bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses
iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi
yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan
larutan natrium thiosulfatSalah satu metoda dari titrasi dari titrasi volumetri
adalah iodometri. Iodometri (disebut pula analisis iodometrik) adalah titrasi
redoks yang melibatkan titrasi iodin yang diproduksi dalam reaksi dengan larutan
standar natrium tiosulfat. Iodometri adalah bahan pengoksidasi yang
mengoksidasi kalium iodide (KI) dalam suasana asam, sehingga iod yang
dibebaskan kemudian ditentukan dengan menggunakn larutan baku Natrium
Thiosulfat. Contohnya pada penetapan kadar tembaga (II) sulfat.

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 118
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk


menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar
dari sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti
CuSO 4 .5 H2 O. Pada iodometri, sampel bersifat oksidator direduksi dengan kalium
iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan
larutan baku tiosulfat. Banyaknya volume tiosulfat yang digunakan sebagai titran
setara dengan iod yang dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel. Melalui
titrasi tak langsung ini, semua oksidator yang akan ditetapkan kadarnya
direaksikan terlebih dahulu dengan ion iodide berlebih (I −¿¿) sehingga I2 dapat
dibebaskan. Selanjutnya I2 yang dibebaskan ini dititrasi dengan larutan baku
sekunder Na 2 S2 O3 dengan indikator amilum.
Iodometri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif volumetri secara
oksidimetri dan reduksimetri melalui proses titrasi (W Haryadi, 1990). Titrasi
oksidimetri adalah titrasiterhadap larutan zat pereduksi (reduktor) dengan larutan
standar zat pengoksidasi (oksidator). Titrasi reduktometri adalah titrasi terhadap
larutan zat pengoksidasi (oksidator) dengan larutan standar zat pereduksi
(reduktor). Oksidasi adalah suatu proses pelepasan satu elektron atau lebih atau
bertambahnya bilangan oksidasi suatu unsur. Reduksi adalah suatu proses
penangkapan sau elektron atau lebih atau berkurangnya bilangan oksidasi dari
suatu unsur. Reaksi oksidasi dan reduksi berlangsung serentak, dalam reaksi ini
oksidator akan direduksi dan reduktor akan dioksidasi sehingga terjadilah suatu
reaksi sempurna.Pada titrasi iodometri secara tidak langsung, natrium tiosulfat
digunakan sebagai titran dengan indikator larutan amilum. Natrium tiosulfat akan
bereaksi dengan larutan iodin yang dihasilkan oleh reaksi antara analit dengan
larutan KI berlebih. Sebaiknya indikator amilum ditambahkan pada saat titrasi
mendekati titik ekivalen karena amilum dapat memebentuk kompleks yang stabil
dengan iodin
Hal hal penting yang harus diperhatikan dalam iodometri adalah
1. Pada umumnya oksidasi langsung dengan Iod (iodometri) dilakukan untuk
bahan bahan dengan potensial yang lebih rendah dari iod dan sebaliknya

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 119
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

2. Oksidasi oleh oksigen atmosfer pada reaksi oksidasi KI dalam suasana asam
kuat dapat menghasilkan nilai titer yang salah sehingga menyebabkan
kesalahan estimasi atau perkiraan.
3. Iodometri tidak pernah dilakukan dalam Iod (I) dengan hidroksida karena
akan menghasilkan ion Hipoidit dan iodat akan menjadi 2I 2-. Dimana 2 mol
I akan mengoksidasi parsial Tiosulfat menjadi bentuk oksidasi yang lebih
tinggi seperti SO.
Hal hal penting yang harus diperhatikan dalam iodometri adalah
1. Indikator kanji
2. Instrument
3. Warna iod
Iodometri adalah analisis titrimetric yang secara tidak langsung untuk zat
yang bersifat oksidatir seperti besi (III) dan tembaga (II), dimana zat ini akan
mengoksidasi iodide yang ditambahkan iodin. Iodin akan ditentukan dengan
larutan baku Tiosulfat.

Gambar 6.1 titrasi Iodometri


Sumber : www.google.com

Ada banyak aplikasi proses iodometri dalam kimia analisis. Penentuan


iodometri tembaga dapat dilakukan baik untuk biji maupun paduannya. Metode
ini memberikan hasil yang lebih sempurna dan lebih cepat daripada penentuan
elektrolitik tembaga. Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut dinyatakan dengan

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 120
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai
berat setiap satuan volume atau satuan larutan.
Dalam menentukan kadar unsur dan konsentrasi dapat menggunakan
persamaan dengan rumus Normalitas dan untuk menetukan kadar jumlah maka
dapat menggunakan persamaan persen kadar
6.3 Metodologi praktikum
6.3.1 Skema Proses
a. Standarisasi Larutan Na 2 S2 O3

Siapkan Alat dan Bahan

Masukan Na 2 S2 O 3 Kedalam Buret Sampai Titik Nol

Masukan 10 mL K 2 Cr 2 O7 1 N Kedalam Erlenmeyer

Tambahkan 10 mL HCl 4 N

Tambahkan 10 mL KI 10%

Kocok Hingga Homogen

Simpan Ditempat Gelap

Titrasi Larutan Dalam Erlenmeyer Dengan Na 2 S2 O 3

Tambahkan 7 Tetes Amilum 1%

Kocok Larutan

Lanjutkan Titrasi Dengan Na 2 S2 O 3

Catat Volume Titrasi

Hitung Konsentrasi Thiosulfat


Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 121

A
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 6.2 skema proses Standarisasi Larutan Na 2 S2 O 3

b. penentuan kadar Cu dari CuSO 4 .5 H2 O

Siapkan Alat dan Bahan

Masukan Na 2 S2 O 3 Kedalam Buret Sampai Titik Nol

Masukan 10 Ml Cuso4 .5 H 2 O Kedalam Erlenmeyer

Tambahkan 10 mL HCl 4 N

Tambahkan 10 mL KI 10%

Kocok Hingga Homogen

Simpan Ditempat Gelap

Titrasi Larutan Dalam Erlenmeyer Dengan Na 2 S2 O3

Tambahkan 7 Tetes Amilum 1%

Kocok Larutan
Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 122

Lanjutkan Titrasi Dengan Na 2 S2 O3


BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

Catat Volume Titrasi

Hitung Kadar Cu

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 6.3 Skema Proses Penentuan Kadar Cu Dari CuSO 4 .5 H 2 O

6.3.2 Penjelasan skema proses

a. Standarisasi Larutan Na 2 S2 O3

1. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.


2. Larutan Na 2 S2 O 3 dimasukkan kedalam buret sampai batas nol.
3. 10 mL larutan K 2 Cr 2 O7 1N dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer
asah/iod.
4. Larutan 10 mL K 2 Cr 2 O 7 1N ditambahkan dengan 10 mL larutan HCl
4N.
5. Larutan K 2 Cr 2 O7 yang sudah ditambah larutan HCl ditambah dengan
larutan KI 10% sebanyak 10 mL.
6. Larutan dikocok hingga homogen.
7. Larutan disimpan ditempat gelap dan ditutup rapat selama 2 menit.

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 123
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

8. Larutan yang sudah disimpan ditempat gelap di titrasi dengan Na 2 S2 O3


yang ada dalam buret sampai berubah warna.
9. Larutan ditambah dengan 7 tetes amilum 1% hingga berubah warna.
10. Larutan dikocok hingga homogen.
11. Larutan dititrasi kembali dengan Na 2 S2 O 3 hingga berubah warna.
12. Volume titrasi dihitung berdasarkan nilai yang ada di buret dengan titik
akhir dikurangi titik awal.
13. Konsentrasi thisulfat dihitung.
14. Perubahan di analisa.
15. Perubahan disimpulkan.

b. Perhitungan kadar Cu dari CuSO 4 .5 H2 O

1. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.


2. Larutan Na 2 S2 O 3 dimasukkan kedalam buret sampai batas nol.
3. 10 mL larutan CuSO 4 .5 H2 O 1N dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer
asah/iod.
4. Larutan 10 mL CuSO 4 .5 H 2 O 1N ditambahkan dengan 10 mL larutan
HCl 4N.
5. Larutan CuSO 4 .5 H2 O yang sudah ditambah larutan HCl ditambah
dengan larutan KI 10% sebanyak 10 mL.
6. Larutan dikocok hingga homogen.
7. Larutan disimpan ditempat gelap dan ditutup rapat selama 2 menit.
8. Larutan yang sudah disimpan ditempat gelap di titrasi dengan Na 2 S2 O 3
yang ada dalam buret sampai berubah warna.
9. Larutan ditambah dengan 7 tetes amilum 1% hingga berubah warna.
10. Larutan dikocok hingga homogen.
11. Larutan dititrasi kembali dengan Na 2 S2 O3 hingga berubah warna.
12. Volume titrasi dihitung berdasarkan nilai yang ada di buret dengan titik
akhir dikurangi titik awal.
13. Kadar Cu dihitung.
14. Perubahan di analisa.

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 124
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

15. Perubahan disimpulkan.

6.3.3 Gambar proses


a. Standarisasi Larutan Na 2 S2 O3

Gambar Keterangan

Masukan larutan Na 2 S2 O3
kedalam buret

Larutan K 2 Cr 2 O7 kedalam
Erlenmeyer asah dengan pipet
volume dan ball pipet

Tambahkan HCl 10 mL yang


sudah diukur dalam gelas ukur

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 125
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

Tambahkan KI 10 mL yang
sudah diukur dengan gelas ukur

Kocok larutan

Simpan larutan ditempat gelap

Larutan ditirasi dengan Na 2 S2 O3


sampai berubah warna

Larutan ditambahkan dengan


amilum
amilum sebanyak 7 tetes

Larutan ditirasi kembali dengan


Na 2 S2 O 3 sampai berubah warna

Gambar 6.4 Gambar Proses Standarisasi Larutan Na 2 S2 O 3

b. Penentuan kadar Cu pada CuSO 4 .5 H2 O

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 126
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

Gambar Keterangan

Masukan larutan Na 2 S2 O 3
kedalam buret

Larutan CuSO 4 .5 H 2 O kedalam


Erlenmeyer asah dengan pipet
volume dan ball pipet

Tambahkan HCl 10 mL yang


sudah diukur dalam gelas ukur

Tambahkan KI 10 mL yang
sudah diukur dengan gelas ukur

Kocok larutan

Simpan larutan ditempat gelap

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 127
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

Larutan ditirasi dengan Na 2 S2 O3


sampai berubah warna

Larutan ditambahkan dengan


amilum
amilum sebanyak 7 tetes

Larutan ditirasi kembali dengan


Na 2 S2 O3sampai berubah warna

Gambar 6.5 Gambar Proses Penentuan Kadar Cu Pada CuSO 4 .5 H 2 O

6.4 Alat dan Bahan


6.4.1 Alat
1. Gelas kimia 400 mL : 7 Buah
2. Gelas ukur 10 mL : 2 Buah
3. Erlenmeyer asah/iod 300 mL : 2 Buah
4. Corong kaca : 1 Buah
5. Pipet Volume 10 mL : 1 Buah
6. Ball pipet : 1 Buah
7. Pipet tetes : 3 Buah
8. Statif : 1 Buah
9. Klem : 1 Buah
10. Buret : 1 Buah
6.4.2 Bahan
1. Aqua dm : Secukupnya
2. Na 2 S2 O3 : Secukupnya

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 128
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

3. K 2 Cr 2 O7 1 N : 40 mL
4. Amilum 1% : 28 tetes
5. CuSO 4 .5 H 2 O : 20 mL
6. HCl 4N : 40 mL
7. KI 10% : 40 mL
6.5 Pengamatan Data
a. Zat pada Iodometri
Tabel 6.1 Zat Pada Iodometri

No Nama Zat Bentuk Warna Bau Sifat


1 K 2 Cr 2 O 7 Larutan Oranye/Jingga Tidak Berbau Oksidator
2 HCl Larutan Tidak Berwarna Berbau Asam
3 KI Larutan Tidak Berwarna Tidak Berbau Reduktor
4 Na 2 S2 O 3 Larutan Tidak Berwarna Tidak Berbau Reduktor
5 Cuso4 .5 H 2 O Larutan Biru Tidak Berbau Oksidator
6 Amilum Larutan Putih Tidak Berbau Indikator

b. Pengamatan Standarisasi larutan Na 2 S2 O3


Tabel 6.2 Pengamatan Standarisasi Larutan Na 2 S2 O 3

Ditambahkan Indikator
Titrasi Volume Volume Warna Titik
Amilum
Ke- Awal Akhir Akhir
Sebelum Sesudah
Biru Tua Biru Tua
1 0.00 Ml 5.68 Ml Coklat Tua
Kecoklatan
Biru Tua
2 10.40 Ml 15.5 Ml Coklat Tua Biru Tua
Kecoklatan

c. Pengamatan penentuan kadar Cu dari CuSO 4 .5 H2 O


Tabel 6.3 Pengamatan Penentuan Kadar Cu Dari Cuso4 .5 H 2 O

Ditambahkan Indikator
Titrasi Volume Volume Warna Titik
Amilum
Ke- Awal Akhir Akhir
Sebelum Sesudah
Coklat
1 0.00 Ml 5.00 Ml Coklat Tua Putih Susu
Kekuningan
Coklat
2 5.00 Ml 9.78 Ml Coklat Tua Putih Susu
Kekuningan

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 129
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

6.6 Pengolahan Data


6.6.1 Perhitungan
Standarisasi larutan Na 2 S2 O3

Diketahui : Mg K 2 Cr 2 O 7 : 2451 Mg

Mr tiosulfat : 248
Ditanyakan : N?
Jawab :

Mr tiosulfat
bstTio=
ekuivalen
248
bstTio=
1
bstTio=248

Vtiosulfat
=Vakhir – Vawal (percobaan pertama) + Vakhir-Vawal (percobaan kedua)
:2

= 5,68 – 0,00 + 15,5 – 10,40

= 10,78 : 2

= 5,39 mL

Mg K 2 Cr 2 O 7
N =
VTio × NTio ×bstTio

2451
N =
5,39 × 1 ×248

2451
N =
1336,72

N = 1,83 N

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 130
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

a. Penentuan kadar Cu dari CuSO 4 .5 H2 O


Diketahui : N Na 2 S2 O 3 : 1,83 N
M sampel : 63,75 gram
Ditanyakan : % Cu
Jawab :

VCu
=Vakhir – Vawal (percobaan pertama) + Vakhir-Vawal (percobaan kedua)
:2

= 5,00 – 0,00 + 9,78 – 5,00

= 9,78 : 2

= 4,89 mL

= 0,00489 L

1. Mol Cu (a) = Mol Na 2 S2 O3


Mol Cu (a) = N Na 2 S2 O 3 × Vtitrasi
Mol Cu (a) = 1,83 × 0,00489
Mol Cu (a) = 0,00894

2. Mol Cu dalam 50 mL (b)


Vlabu
Mol Cu = Mol Cu ( a ) ×
Vpipet
0,5
Mol Cu = 0,00894 ×
0,01
Mol Cu = 0,445 mol

3. Massa Cu = Mol Cu (b) × Ar Cu


Massa Cu = 0,445 × 63,5
Massa Cu = 28,25 gr

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 131
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

massa Cu
4. % Cu = ×100%
massa Sampel
28,25
% Cu = ×100%
63,375
% Cu = 0,44 × 100 %
% Cu = 44 %

6.6.2 Persamaan Reaksi

a. Standarisasi larutan thiosulfat


K₂Cr₂O₇ + 14HCl +6KI → 2CrCl + 8KCl + 3I₂ + 7H₂O
10Na₂S₂O₃ + 10I₂ + 4C₆H₁₀O₅  → 20HCl + 24CO₂ + 20H₂ +
O₂
b. Penentuan kadar Cu dalam sampel
CuSO₄ + 8HCl + 8KI           → 4I₂ + CuS + 4H₂O + 8KCl
CuSO₄ + 4Na₂S₂O₃       → CuS + 4S + 4Na₂SO₄

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 132
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

6.7 Analisa dan pembahasan


Titrasi iodometri merupakan titrasi tidak langsung karena larutan standar
tidak bisa bereaksi langsung dengan larutan contoh. Pada iodometri, larutan
K 2 Cr 2 O7 berperan sebagai larutan standar dan CuSO 4 .5 H2 O sebagai larutan

contoh. Larutan K 2 Cr 2 O7 digunakan untuk standarisasi Na 2 S2 O3 (tiosulfat).


K 2 Cr 2 O 7 termasuk kedalam jenis garam dan tidak stabil dalam bentuk bebas.

Tujuan dari standarisasi adalah menentukan kadar unsur atau


konsentrasinya. Pada standarisasi dibutuhkan larutan baku atau larutan standar,
larutan baku atau larutan standar dibagi menjadi dua yaitu larutan standar primer
dan larutan standar sekunder. Larutan baku primer merupakan larutan yang
mengandung zatmurni yang konsentrasinya sudah diketahui sedangakan larutan
baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya tidak pernah diketahui karena
biasanya mengandung zat yang tidak murni. Titrasi Iodometri termasuk kedalam
titrasi dengan larutan baku primer yang menggunakan Na 2 S2 O3
Pada titrasi iodometri, diawali dengan memindahkan larutan Na 2 S2 O 3
kedalam buret dan ditambahkan sampai batas titik nol. Setelah itu larutan
K 2 Cr 2 O7 dipindahkan kedalam erlenmeyer asah/iod karena Erlenmeyer asah/iod
memiliki tutup yang mencegah oksigen masuk kedalam Erlenmeyer. Setelah itu
tambahkan larutan HCl sebanyak 10 mL kedalam larutan K 2 Cr 2 O 7 dalam
Erlenmeyer asah/iod. Peranan HCl dalam iodometri adalah karena HCl bersifat
asam kuat dan penambahan HCl bertujuan untuk mempercepat reaksi dan HCl
juga berperan sebagai katalis. Setelah itu larutan tersebut ditambahkan dengan KI
10% sebanyak 10 mL. setelah ditambahkan larutan KI maka warna larutan akan
berubah yang semula berwara oranye menjadi berwarna kecoklatan karena larutan
KI berperan sebagai reduktor dan larutan KI menghasilkan iodin lalu
membebaskan iod dari iodide sehingga terbentuk I 2 lalu larutan dikocok sampai
homogen sampai warna kecoklatan. Dalam hal ini, labu Erlenmeyer asah/iod
berperaan penting karena dengan menggunakan Erlenmeyer asah/iod mencegah
oksigen masuk kedalam Erlenmeyer dan bereaksi dengan larutan karena jika
−¿¿
oksigen masuk maka akan bereaksi dengan I 2 yang ada pada larutan dan
menyebabkan terbentuknya I 2.

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 133
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

Setelah dikocok larutan dimasukkan ke tempat gelap selama sekitar 2 menit


karena ketika bereaksi KI melepas I 2 dan juga agar larutan tidak mengendap serta
pH larutan tetap stabil. Oleh karena itu harus disimpan didalam tempat yang
gelap. Lalu setelah larutan disimpan ditempat gelap dilanjut dengan dititrasi cepat
dengan Na 2 S2 O 3 yang ada dalam buret dengan tujuan larutan yang ada dalam
Erlenmeyer tidak menguap dan tidak terbentuk endapan dalam larutan. Namun
pada praktikum yang telah dilakukan oleh praktikan, terdapat endapan pada
larutan. Hal ini disebabkna karena larutan belum homogen dan larut secara
sempurna yang mengakibatkan larutan yang dibuat oleh praktikan masih
mengendap dan belum sempurna. Selain itu faktor penambahan larutan juga
berpengaruh, ketika larutan ditambahkan dengan HCl lalu ditambahkan dengan KI
maka larutan harus bereaksi secara sempurna terlebih dahulu agar tidak terjadi
endapan.
Setelah dititrasi larutan dalam Erlenmeyer ditambahkan dengan amilum
sebanyak 7 tetes sampai berubah warna dari coklat tua sampai berwarna biru
kecoklatan. larutan amilum berperan sebagai indikator dan Larutan amilum
digunakan karena memiliki sensitivitas terhadap warna sehingga mempermudah
pengamatan dan memiliki kelarutan kecil dalam suasana asam.
Setelah penambahan amilum, larutan kembali dititrasi dengan Na 2 S2 O3
sampai berubah warna menjadi biru tua. Percobaan dilakukan dua kali atau secara
duplo agar data lebih akurat. Pada percobaan yang telah dilakukan oleh praktikan,
titrasi melewati titik akhir sebelum ditambahkan amilum karena terlalu banyak
larutan yang dititrasi sehingga warna dari larutan sudah berubah sebelum
ditambahkan amilum. Titik akhir titrasi terjadi bersamaan dengan titik ekuivalen
tetapi ini jarang terjadi. Titik akhir dapat diamati dengan penambahan indikator
pada titrat saat titrasi sedangkan titik ekuivalen tidak dapat diamati karena tidak
ada indikator yang bisa menunjukkan kejadian ini makanya tidak dapat
ditentukan. Setelah titrasi selesai baca volume titrasi di buret dengan cara
mengamati miniskus atau lengkungan pada garis lalu setelah itu hitung
konsentrasi Na 2 S2 O 3.
Setelah standarisasi larutan dilanjutkan dengan penentuan kadar sanpel yaitu
penentuan kadar Cu dengan metoda yang sama seprti dalam metoda standarisasi

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 134
BAB VI IODOMETRI KELOMPOK 4

larutan. Dan juga peranan setiap larutan yang ditambahkan tetap sama dimana
HCl berperan sebagai katalis dan memberikan suasana asam juga mempercepat
reaksi, KI berperan sebagai reduktor dan amilum beerperan sebagai indikator atau
larutan yang memiliki sensitivitas terhadap warna yang tinggi. Hanya saja pada
penentuan kadar Cu larutan K 2 Cr 2 O7 diganti dengan CuSO 4 .5 H2 O.
Titrasi iodometri akan lebih optimal jika dilakukan dalam suasana asam oleh
karena itu perlu ditambahkan larutan asam seperti HCl sebagai katalis dan peranan
HCl sangat berperan penting untuk mempercepat reaksi. Titik akhir dalam
penentuan kadar Cu pada larutan CuSO 4 .5 H 2 O adalah warna putih.

6.8 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
1. Iodometri termasuk titrasi tidak langsung karena larutan standar tidak bia
bereaksi langsung dengan larutan contoh.
2. Konsentrasi dari larutan Na 2 S2 O3yang sudah dilakukan dengan metode
titrasi Iodometri adalah 1,83 N.
3. Kadar Cu dari larutan CuSO4.5H2O yang telah ditetapkan dengan metode
titrasi iodometri adalah 44%.
4. Warna titik akhir standarisasi Na2S2O3 adalah biru.
5. Warna titik akhir dari penentuan kadar Cu dari larutan CuSO 4 .5 H 2 O adalah
putih susu.
6. Pada iodometri, K 2 Cr 2 O7 bersifat oksidator, HCl bersifat asam, KI bersifat
reduktor, Na 2 S2 O 3 bersifat reduktor, CuSO 4 .5 H 2 O bersifat oksidator dan
amilum sebagai indikator yang memiliki sensitivitas warna yang tinggi.
7. Iodometri lebih optimal dilakukan dalam suasana basa.
8. Mengetahui reaksi yang terjadi pada iodometri yaitu reaksi reduksi oksidasi.

Laporan Akhir Pratikum Kimia Dasar dan Analitik T.A 2019/2020 135

Anda mungkin juga menyukai