Bab III ini berisi tentang tujuan, teori dasar, alat dan bahan, metodologi
praktikum, data pengamatan, perhitungan, persamaan reaksi, analisa dan
pembahasan dan kesimpulan.
47
BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4
dalam elektrolit korosif. Korosi galvanik (juga disebut "korosi logam yang
berbeda" atau "elektrolisis" yang salah) mengacu pada kerusakan korosi yang
disebabkan ketika dua bahan yang berbeda digabungkan dalam elektrolit korosif.
Pada pasangan bimetalik, material yang kurang mulia menjadi anoda dan
cenderung mengalami korosi dengan kecepatan yang dipercepat, dibandingkan
dengan kondisi tidak berpasangan dan material yang lebih mulia akan berperan
sebagai katoda pada sel korosi.Kekuatan pendorong bimetalik ditemukan pada
akhir abad kedelapan belas oleh Luigi Galvani dalam serangkaian percobaan
dengan otot dan saraf katak yang terbuka yang berkontraksi saat dihubungkan ke
konduktor bimetalik. Prinsip tersebut kemudian dimasukkan ke dalam aplikasi
praktis oleh Alessandro Volta.Kecenderungan logam untuk terkorosi dalam sel
galvanik ditentukan oleh posisinya dalam deret logam dan paduan galvanik. Seri
galvanik adalah daftar logam dan paduan yang disusun menurut potensi relatifnya
dalam lingkungan tertentu. Dalam seri galvanik, logam cenderung mengalami
korosi saat dihubungkan ke logam yang lebih bersifat katodik. Semakin jauh jarak
logam atau paduan dalam seri, semakin cepat korosi dari lebih logam yang anodik
(baser). Misalnya, kromium baja (12 – 14% kromium) dalam kondisi aktif tidak
dapat disambungkan dengan baja kromium dalam kondisi pasif, karena mereka
berjauhan
antara electron dengan ion hydrogen yang terlarutpun menjadi lebih lambat.
Melambatnya reaksi katodik menyebabkan melambatnya reaksi
Pada larutan elektrolit yang memiliki konsentrasi ion hidrogen tinggi seperti
larutan asam, maka ion hidrogen akan teradsorpsi pada permukaan katoda dan
membentuk gas hidrogen yang meninggalkan permukaan katoda.
Reaksi ini mampu menyebabkan terjadinya korosi yang berkelanjutan. Reaksi
pembentukan gas hydrogen, H2 di katodik berjalan terus akan diikuti dengan
reaksi pelepasan ion logam di daerah anoda. Sehingga jika reaksi pembentukan
gas hidrogen terjadi, maka korosi terjadi.
Pada umumnya Larutan air adalah teraerasi atau mengandung oksigen terlarut,
oleh karenanya, ion hidrogen yang terbentuk pada permukaan katoda bereaksi
dengan oksigen
3.3.3 Mekanisme Korosi galvanic
Dalam kondisi terendam dalam elektrolit dengan konduksi tinggi, seperti
air laut, area efektif akan lebih besar dan korosi parah dapat ditemui di area
anodik kecil dari banyak logam.
Untuk pembentukan sel galvanik, komponen berikut diperlukan:
1. Katoda.
2. Anoda.
3. Elektrolit.
4. Jalur logam untuk arus elektron.
Dalam kasus tembaga dan baja, tembaga memiliki potensial yang lebih
positif menurut seri emf, oleh karena itu, ia bertindak sebagai katoda. Di sisi
lain, besi memiliki potensial negatif pada seri emf (− 0,440 V), oleh karena itu,
ia adalah anoda. Pada prinsipnya, dalam sel galvanik, semakin mulia logam
selalu menjadi katoda dan yang kurang mulia selalu menjadi anoda.
Kelembaban bertindak sebagai elektrolit dan permukaan logam menyediakan
logam jalur agar arus elektron dapat bergerak. Jadi, ketika sepotong tembaga
disambungkan dengan besi, semua kualifikasi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel galvanik terpenuhi dan korosi galvanik berlanjut.
Timbang NaCl
Tambahkan Aqua dm
Kesimpulan
Gambar 3.2 Skema proses pembuatan larutan NaCl 150 ml 3%
Kesimpulan
6. spatula 1 buah
7. botol semprot 1 buah
8. tang krus 1 buah
9. batang pengaduk 1 buah
10. kaca arloji 1 buah
3.4.2. Bahan
1. NaCl 3% 150 ml
2. Spesimen uji 1 buah
3. Kawat tembaga 1 buah
4. Kawat timah 1 buah
5. Alkohol 150 ml
6. Aqua 150 ml
7. Amplas 100 mesh, 320 mesh Secukupnya
800 mesh, 1200 mesh
1 NaCl/Timah
5 0,660 0,463
6 0,642 0,445
7 0,652 0,455
VH = Vpengukuran - Vstandar
VH = Vpengukuran – 0,197 V
Hari ke-1 VH = 0,545– 0,197 = 0,348 V
Hari ke-2 VH = 0,655– 0,197 = 0,458 V
Hari ke-3 VH = 0,552– 0,197 = 0,355 V
Hari ke-4 VH = 0,651– 0,197 = 0,454 V
Hari ke-5 VH = 0,660– 0,197 = 0,463 V
Hari ke-6 VH = 0,642– 0,197 = 0,445 V
Hari ke-7 VH = 0,652– 0,197 = 0,455 V
7. Diagram pourbaix
4 0,454 6,58
5 0,463 6,88
6 0,445 6,61
7 0,455 5,97
3.5.2 Persamaan Reaksi
1. Pembuatan Larutan NaCl 3,5%
−¿ ¿
+¿+Cl(aq) ¿
NaCl(s) → Na(aq)
NaCl( s) + H 2 O ( l) → NaCl( aq) + H 2 O ( l)
−¿ ¿
2 +¿+2e ¿
2. Reaksi anoda : Fe(s) → Fe(aq)
−¿ ¿
−¿→ 4 OH (aq) ¿
Reaksi katoda : O2( g) +2 H 2 O(l) + 4 e
3. Rinsing
Fe(s) + H 2 O(l) → Fe(s) + H 2 O(aq)
4. Degreassing
Fe(s) +lemak + NaOH (aq) → Fe(s) + RCOONa+ gliserol
5. Pickling
Fe( s) + Fe2 O3 (s )+ HCl ( aq) → Fe( s ) + FeCl2 ( aq) + H 2 O(aq)
6. Spesimen dengan larutan
Fe(s) + NaCl(aq)+ H 2 O(aq) → FeCl(s) + NaOH (aq)+ H 2(g )
7. Reaksi antara Fe dengan Cu
Anoda : Fe Fe2+ + 2e-
Katoda : Cu2+ + 2e- Cu
Reaksi korosi : Fe + Cu2+ Fe2+ + Cu
kotoran yang menempel pada spesimen baja dan kegunaan dari amblas yang halus
adalah untuk menghilangkan bekas goresan goresan yang dilakukan pada saat
pengamplasan dengan aplas yang kasar.
Faktor Faktor yang mempengaruhi korosi pada saat pengujian adalah
lingkungan, Waktu pengujian, dan larutan uji.pada saat spesimen telah dimasukan
dalam gelas kimia hari pertama yaitu spesimen yang di masukan kedalam NaCl
mengalami endapan tetapi tidak ada gembung dan korosi belum terjadi Pada hari
ke 7 spesimen yang di masukan kedalm larutan NaCl mengalami endapan dan
spensimen ter korosi dan perubahan warna menjadi hitam sedangkan warna dari
larutan nya adalah jingga pudar, pada NaCl ini seluruh permukaan pada spesimen
mengalami korosi yang artinya jenis korosi ini adalah korosi merata. Spesimen uji
mengalami perubahan warna menjadi warna hitam dengan sedikit kekuning –
kuningan, dan jenis korosi yang terjadi yaitu korosi galvanik, dikarenakan adanya
dua logam berbeda jenis didalam satu larutan elektrolit. Spesimen uji pun
mengalami perubahan dimensi dan berat. Untuk luas penampang awal spesimen
2 2
sebesar 6,8245 in menjadi 6,4953 in , dan untuk penurunan berat yaitu sebesar
1058 mg. Laju korosi nya pun termasuk laju korosi yang umum, karena laju
korosi yang dihasilkan sebesar 62,5823 mpy. Dari diagram pourbaix yang
dihasilkan, semakin lama pengujian dilakukan maka potensial yang dihasilkan
akan semakin besar sedangkan pH akan mengalami penurunan.
3.7 kesimpulan
3.7.1. Kesimpulan
1. Standarisai yang digunakan pada pengujian ini yaitu
ASTM G1, ASTM G15, ASTM 31, ASTM 71.
2. Larutan uji yang di pakai yaitu NaCl 3%
3. Pengukuran yang digunakan yaitu menggunakan pH meter dan
Multitester.
3.7.2. Saran
1. Pada saat pengamatan spesimen uji setiap 1 × 24 jam selama 7 hari
lebih tepat waktu agar hasil pengamatannya lebih maksimal.
2. Pada saat pengukuran potensial dan pH lebih teliti lagi agar tidak
terjadi kesalahan.
3. Pada saat pengukuran berat dan dimensi spesimen uji lebih teliti
dalam membaca ukuran pada alat ukurnya.