Anda di halaman 1dari 19

BAB III KOROSI GALVANIC

Bab III ini berisi tentang tujuan, teori dasar, alat dan bahan, metodologi
praktikum, data pengamatan, perhitungan, persamaan reaksi, analisa dan
pembahasan dan kesimpulan.

3.1. Tujuan Praktikum


1. Mempelajari Mekanisme Terjadinya galvanic Corrosion.
2. Mengetahui Perubahan yang terjadi pada specimen.
3. Mengetahui dan memahami standarisasi yang terkait.
4. Mengetahui Alat dan Bahan yang digunakan di galvanic corrosion
5. Mengetahui Prosedur kerja di galvanic corrosion

3.2 Teori Dasar


Pada bagian teori dasar ini menjelaskan tentangan pengertian korosi, Jenis
Jenis korosi dan mekanisme korosi.
3.2.1 Pengertian Galvanic corrosion
Galvanic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua buah logam
mulia atau tidak mulia saling kontak dalam suatu larutan elektrolit (Standartd
ASTM G15). Larutan elektrolit dapat berupa larutan garam, asam atau basa
Proses korosi ini melibatkan reaksi reduksi oksidasi (redoks). Kedua logam yang
berada dalam larutan elektrolit akan membentuk sebuah sel galvanic. Logam yang
memiliki nilai potensial elektroda yang lebih rendah, yaitu logam dengan posisi
lebih tinggi dalam daftar seri eltrokimia akan mengalami akan mengalamki reaksi
redoks atau oksidasi, sedangkan logam yang memiliki nilai potensial elektroda
lebih tinggi atau lebihmulia akan mengalami reaksi katodik atau reduksi pada
permukaannya, perbedaan potensial elektroda antara kedua logam yang
membentuk sel galvanic tersebut merupakan penentu daya dorong untuk
terjadinya korosi. Standar pengujian galvanic corrosion yaitu standard ASTM
G71 mengenal proses dan evaluasi uji galvanic corrosion untuk
mengkarakterisasi perilaku dua logam berbeda dalam larutan elektrolit Korosi
galvanik terjadi ketika dua logam dengan potensi elektrokimia yang berbeda atau
dengan kecenderungan korosi yang berbeda berada dalam logam-ke-logam kontak

47
BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

dalam elektrolit korosif. Korosi galvanik (juga disebut "korosi logam yang
berbeda" atau "elektrolisis" yang salah) mengacu pada kerusakan korosi yang
disebabkan ketika dua bahan yang berbeda digabungkan dalam elektrolit korosif.

Pada pasangan bimetalik, material yang kurang mulia menjadi anoda dan
cenderung mengalami korosi dengan kecepatan yang dipercepat, dibandingkan
dengan kondisi tidak berpasangan dan material yang lebih mulia akan berperan
sebagai katoda pada sel korosi.Kekuatan pendorong bimetalik ditemukan pada
akhir abad kedelapan belas oleh Luigi Galvani dalam serangkaian percobaan
dengan otot dan saraf katak yang terbuka yang berkontraksi saat dihubungkan ke
konduktor bimetalik. Prinsip tersebut kemudian dimasukkan ke dalam aplikasi
praktis oleh Alessandro Volta.Kecenderungan logam untuk terkorosi dalam sel
galvanik ditentukan oleh posisinya dalam deret logam dan paduan galvanik. Seri
galvanik adalah daftar logam dan paduan yang disusun menurut potensi relatifnya
dalam lingkungan tertentu. Dalam seri galvanik, logam cenderung mengalami
korosi saat dihubungkan ke logam yang lebih bersifat katodik. Semakin jauh jarak
logam atau paduan dalam seri, semakin cepat korosi dari lebih logam yang anodik
(baser). Misalnya, kromium baja (12 – 14% kromium) dalam kondisi aktif tidak
dapat disambungkan dengan baja kromium dalam kondisi pasif, karena mereka
berjauhan

3.2.1 Jenis Jenis korosi galvanic


a) Korosi Galvanik Sistem Besi-Seng.
System galvanik ini menyebabkan seng terkorosi dengan melepaskan elektron.
Elektron mengalir dari daerah anoda seng ke katoda besi. Kemudian dipermukaan
katoda besi, elektron ini habis digunakan dalam reaksi katodik
b) Korosi Galvanik Sistem Besi-Tembaga.
diketahui bahwa Potensial besi Fe lebih rendah dari pada potensial tembaga, oleh
karena itu pada permukaan logam besi terjadi reaksi anodic. Katoda akan
terpolarisasi oleh kehadiran ion-ion hydrogen yang menghasilkan lapisan film dan
menutupi permukaan katoda. Lapisan film yang terbentuk ini mempengaruhi
kinetika atau kecepatan korosi berikutnya. Reaksi katodik menjadi lambat. Reaksi

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

antara electron dengan ion hydrogen yang terlarutpun menjadi lebih lambat.
Melambatnya reaksi katodik menyebabkan melambatnya reaksi
Pada larutan elektrolit yang memiliki konsentrasi ion hidrogen tinggi seperti
larutan asam, maka ion hidrogen akan teradsorpsi pada permukaan katoda dan
membentuk gas hidrogen yang meninggalkan permukaan katoda.
Reaksi ini mampu menyebabkan terjadinya korosi yang berkelanjutan. Reaksi
pembentukan gas hydrogen, H2 di katodik berjalan terus akan diikuti dengan
reaksi pelepasan ion logam di daerah anoda. Sehingga jika reaksi pembentukan
gas hidrogen terjadi, maka korosi terjadi.
Pada umumnya Larutan air adalah teraerasi atau mengandung oksigen terlarut,
oleh karenanya, ion hidrogen yang terbentuk pada permukaan katoda bereaksi
dengan oksigen
3.3.3 Mekanisme Korosi galvanic
Dalam kondisi terendam dalam elektrolit dengan konduksi tinggi, seperti
air laut, area efektif akan lebih besar dan korosi parah dapat ditemui di area
anodik kecil dari banyak logam.
Untuk pembentukan sel galvanik, komponen berikut diperlukan:
1. Katoda.
2. Anoda.
3. Elektrolit.
4. Jalur logam untuk arus elektron.
Dalam kasus tembaga dan baja, tembaga memiliki potensial yang lebih
positif menurut seri emf, oleh karena itu, ia bertindak sebagai katoda. Di sisi
lain, besi memiliki potensial negatif pada seri emf (− 0,440 V), oleh karena itu,
ia adalah anoda. Pada prinsipnya, dalam sel galvanik, semakin mulia logam
selalu menjadi katoda dan yang kurang mulia selalu menjadi anoda.
Kelembaban bertindak sebagai elektrolit dan permukaan logam menyediakan
logam jalur agar arus elektron dapat bergerak. Jadi, ketika sepotong tembaga
disambungkan dengan besi, semua kualifikasi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel galvanik terpenuhi dan korosi galvanik berlanjut.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

Gambar 3.1 Pembentukan sel galvanic


(sumber: e-book principles of corrosion control)
Penerapan prinsip – prinsip korosi galvanik
1. Konduktor Non-logam
Banyak material non-logam bersifat katodik pada logam dan
paduan. Misalnya, grafit kedap air yang digunakan dalam aplikasi
penukar panas berguna untuk logam yang lebih aktif. Sifat non-
logam konduktor harus diketahui sebelum
2. Lapisan Logam
Dua jenis lapisan logam yang umum digunakan, jenis mulia dan
jenis tidak mulia. Lapisan seng adalah contoh tipe logam tidak
mulia. Seng akhirnya terkorosi dan melindungi substrat baja baik
dengan efek batangnya maupun dengan menyediakan elektron (Zn
→ Zn2+ + 2e) ke dalam baja yang mencegah Fe 2+ ion lepas dari baja.
Lapisan mulia hanya berfungsi sebagai pembatas antara substrat
logam dan lingkungan. Nikel, perak, tembaga, timbal dan kromium
disebut pelapis logam mulia. Pembentukan pori-pori dan kerusakan
lapisan mulia dapat menyebabkan korosi galvanik pada substrat,
karena tidak ada perlindungan katodik korban pada substrat
3. Perlindungan Katodik

Seperti disebutkan diatas, manfaat positif dari prinsip korosi


galvanik adalah perlindungan katodik. Dalam sistem pengorbanan
perlindungan katodik, anoda logam aktif, seperti Zn, Mg dan Al,
digunakan untuk perlindungan struktur baja anoda galvanik
memberikan perlindungan pada logam yang kurang aktif, seperti
baja karena dapat menimbulkan korosi dan melepaskan elektron.
Elektron yang dilepaskan oleh logam yang berkarat memasuki
struktur baja, yang menjadi katodik dan, oleh karena itu, tidak
menimbulkan korosi. Sistem proteksi katodik ini didasarkan pada
korosi galvanik, namun dalam hal ini penggunaan yang
menguntungkan adalah hasil dari korosi galvanik

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

3.3. Metodologi Penelitian


Pada bagian Metodologi penelitiian menjelaskan tentang skema proses,
penjelasan skema proses dan gambar proses.
3.3.1. Skema Proses
A. Pembuatan Larutan NaCl 150 ml 3%

Siapkan alat dan bahan

Hitung massa NaCl

Timbang NaCl

Masukkan NaCl kedalam gelas kimia

Tambahkan Aqua dm

Aduk larutan hingga homogen

Berikan label nama

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan
Gambar 3.2 Skema proses pembuatan larutan NaCl 150 ml 3%

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

B. Pengujian korosi galvnic

Siapkan alat dan bahan

Bersihkan spesimen uji secara mekanik

Timbang dan ukur dimensi spesimen uji

Siapkan larutan dan spesimen uji

Lakukan Rinsing, Degreasing, Pickling

Celupkan kedalam alkohol

Masukkan spesimen uji didalam larutan yang ditentukan

Ukur potensial dan pH larutan selama 7 hari

Bersihkan dan keringkan spesimen uji

Timbang dan ukur dimensi spesimen uji

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.3 Skema proses pengujian korosi galvamic

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

3.3.2. Penjelasan Skema Proses


A. Pembuatan Larutan NaCl
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Massa NaCl dhitung.
3. Massa NaCl ditimbang.
4. NaCl dimasukkan kedalam gelas kimia.
5. Aqua dm ditambahkan kedalam gelas kimia yang berisi
NaCl.
6. Larutan diaduk hingga homogen.
7. Label nama diberikan pada gelas kimia.
8. Kemudian larutan dianalisa.
9. Terakhir ditarik kesimpulan.

B. Pengujian Korosi Galvanik

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Permukaan spesimen uji dibersihkan secara mekanik
menggunakan amplas kasar dan amplas halus.
3. Dimensi spesimen uji diukur dan ditimbang.
4. Larutan dan spesimen uji disiapkan.
5. Lakukan proses rinsing, degreasing dan pickling pada
spesimen uji.
6. Spesimen uji dicelupkan kedalam alkohol.
7. Spesimen uji dimasukkan kedalam larutan uji yang telah
ditentukan konsentrasinya.
8. Spesimen uji diukur potensialnya dan larutan diukur pH
nya, pengamatan tersebut dilakukan setiap 1×24 jam
selama 7 hari.
9. Spesimen uji dibersihkan dan dikeringkan.
10. Setelah percobaan selesai, dimensi spesimen uji diukur dan
ditimbang.
11. Kemudian dilakukan analisa.
12. Terakhir ditarik kesimpulan.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

3.3.3. Gambar Proses


A. Pembuatan Larutan NaCl 3 %

Alat dan bahan disiapkan.

Massa NaCl ditimbang

Aqua dm ditambahkan kedalam gelas kimia yang berisi NaCl.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

Larutan diaduk hingga homogen.

Label nama diberikan pada gelas kimia.

Gambar 3.4 Gambar proses pembuatan larutan NaCl


(sumber: laboratorium kimia dan korosi teknik metalurgi)

B. Pengujian Korosi Galvanik

Alat dan bahan disiapkan.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

Bersihkan spesimen uji secara mekanik

Timbang dan ukur dimensi spesimen uji

Siapkan larutan dan spesimen uji

Lakukan Rinsing, Degreasing, Pickling

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

Celupkan kedalam alkohol

Ukur potensial dan pH larutan selama 7 hari

Bersihkan dan keringkan spesimen uji

Gambar 3.5 Gambar proses pengujian korosi galvanik


(sumber: laboratorium kimia dan korosi teknik metalurgi)

3.4 Alat dan Bahan


3.4.1. Alat
1. Neraca Analitik 1 buah
2. pH meter 1 buah
3. vernier calliper 1 buah
4. reference electrode 1 buah
5. gelas kimia 1 buah

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

6. spatula 1 buah
7. botol semprot 1 buah
8. tang krus 1 buah
9. batang pengaduk 1 buah
10. kaca arloji 1 buah
3.4.2. Bahan
1. NaCl 3% 150 ml
2. Spesimen uji 1 buah
3. Kawat tembaga 1 buah
4. Kawat timah 1 buah
5. Alkohol 150 ml
6. Aqua 150 ml
7. Amplas 100 mesh, 320 mesh Secukupnya
800 mesh, 1200 mesh

3.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


3.5.1 Pengumpulan data
a. Pembuatan larutan NaCl 3% 150 mL
Tabel 3. 1 Pembuatan larutan NaCl 3% 150 mL
Massa Larutan yang dibuat Massa
Nama
Molekul yang
Larutan Konsentrasi Volume
Relatif (Mr) ditimbang
NaCl 58,5 g/mol 1,1077 M 150 mL 9,72 gr

b. Data pengamatan dimensi dan massa spesimen


Tabel 3. 2 Data pengamatan dimensi spesimen
No Panjang (mm) Lebar (mm) Tebal (mm)
Larutan/Kawat
. p0 p1 l0 l1 t0 t1
1 NaCl/Timah 52 50,8 37,63 36,6 2,73 2,7

Tabel 3. 3 Data pengamatan massa spesimen


Luas (mm2) Berat (mg)
No. Larutan/Kawat
A0 A1 W0 W1 W

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

1 NaCl/Timah 6,8245 6,4953 39586 38528 1058

c. Data pH dan potensial


Tabel 3. 4 Data pH dan potensial
No Potensial
Tanggal Larutan /Kawat pH
. (V)
1 31/10/2021 NaCl/Timah 0,545 9,42
2 01/11/2021 NaCl/Timah 0,655 6,63
3 02/11/2021 NaCl/Timah 0,552 5,61
4 03/11/2021 NaCl/Timah 0,651 6,58
5 04/11/2021 NaCl/Timah 0,660 6,88
6 05/11/2021 NaCl/Timah 0,642 6,61
7 06/11/2021 NaCl/Timah 0,652 5,97

d. Data pengamatan visual


Tabel 3. 5 Data pengamatan visual
No
Tanggal Larutan/Kawat G E K WLa WLo
.
1 31/10/2021 NaCl/Timah ✓ ✓ X Kuning pudar Perak
2 01/11/2021 NaCl/Timah X ✓ ✓ Kuning sedikit jingga Perak
NaCl/Timah Hitam
3 02/11/2021 X ✓ ✓ Kuning jingga
jingga
NaCl/Timah X ✓ ✓ Hitam
4 03/11/2021 Jingga
jingga
5 04/11/2021 NaCl/Timah X ✓ ✓ Jingga Hitam
NaCl/Timah X ✓ ✓ Hitam
6 05/11/2021 Jingga
jingga
NaCl/Timah X ✓ ✓ Hitam
7 06/11/2021 Jingga
jingga
Keterangan:
G = Gelembung
E = Endapan
K = Korosi

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

WLa = Warna Larutan


WLo = Warna logam

e. Data spesimen sebelum pencelupan dan setelah pencelupan


Tabel 3. 6 Data spesimen sebelum dan setelah pencelupan
Gambar spesimen Gambar spesimen setelah
No Larutan/
sebelum pencelupan pencelupan
. Kawat
Depan Belakang Depan Belakang

1 NaCl/Timah

3.5.1 Pengolahan data


1. Pembuatan larutan NaCl 3% 150 mL
Diketahui:
V = 150 mL
Mr = 58,5 g/cm3
% massa = 3 %
 = 2,16 g/cm3
Ditanya: berat (gram)?
Jawab:
1000 x ρ x % massa
M=
Mr
3
1000 x 2,16 g/ cm x 3%
M=
58,5 g/mol
M = 1,1077 M
gr 1000
1,1077 M= x
58,5 g/mol 150 mL
gr = 9,72 gram

2. Perhitungan luas penampang awal


A0 = 2 (p0 x l0) + 2 (p0 x t0) + 2 (l0 x t0)

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

A0 = 2 (52 x 37,63) + 2 (52 x 2,73) + 2 (2,73 x 37,63)


A0 = 3913,52 + 283,92+ 205,4598
A0 = 4402,8998 mm2 = 6,8245 inch2

3. Perhitungan luas penampang akhir


A1 = 2 (p1 x l1) + 2 (p1 x t1) + 2 (l1 x t1)
A1 = 2 (50,8 x 36,6) + 2 (50,8 x 2.7) + 2 (36,6 x 2.7)
A1 = 3,718.56+ 274.32 + 197.64
A1 = 4,190.52 mm2 = 6,4953 inch2

4. Kehilangan berat pasa spesimen


W = W0 – W1
W = 197,93 – 192,64
W = 5,29 karat = 1058 mg

5. Laju korosi (mpy) NaCl 3% 150 mL


Diketahui: A0 = 6,8245 inch2
W = 1058 mg
Fe = 7,874 g/cm3
t = 168 jam
Ditanya: Laju korosi?
Jawab:
534 x W
Laju korosi =
ρxAxt
534 x 1058 mg
Laju korosi= = 62,5823 mpy
7,874 g/ cm 3 x 6,8245 inch 2 x 168 jam

6. Konversi Ag/AgCl ke Hidrogen


Tabel 3. 7 Konversi Ag/AgCl ke Hidrogen NaCl 3% 150 mL
Hari ke- Potensial (V) Hasil Konversi (V)
1 0,545 0,348
2 0,655 0,458
3 0,552 0,355
4 0,651 0,454

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

5 0,660 0,463
6 0,642 0,445
7 0,652 0,455
VH = Vpengukuran - Vstandar
VH = Vpengukuran – 0,197 V
Hari ke-1 VH = 0,545– 0,197 = 0,348 V
Hari ke-2  VH = 0,655– 0,197 = 0,458 V
Hari ke-3  VH = 0,552– 0,197 = 0,355 V
Hari ke-4  VH = 0,651– 0,197 = 0,454 V
Hari ke-5  VH = 0,660– 0,197 = 0,463 V
Hari ke-6 VH = 0,642– 0,197 = 0,445 V
Hari ke-7 VH = 0,652– 0,197 = 0,455 V
7. Diagram pourbaix

Gambar 3. 1 Diagram pourbaix NaCl 3% 150 mL


Keterangan:
Tabel 3. 8 Keterangan diagram pourbaix NaCl 3% 150 mL
Warna Hari ke- Potensial (V) pH
1 0,348 9,42
2 0,458 6,63
3 0,355 5,61

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

4 0,454 6,58
5 0,463 6,88
6 0,445 6,61
7 0,455 5,97
3.5.2 Persamaan Reaksi
1. Pembuatan Larutan NaCl 3,5%
−¿ ¿
+¿+Cl(aq) ¿
NaCl(s) → Na(aq)
NaCl( s) + H 2 O ( l) → NaCl( aq) + H 2 O ( l)
−¿ ¿
2 +¿+2e ¿
2. Reaksi anoda : Fe(s) → Fe(aq)
−¿ ¿
−¿→ 4 OH (aq) ¿
Reaksi katoda : O2( g) +2 H 2 O(l) + 4 e
3. Rinsing
Fe(s) + H 2 O(l) → Fe(s) + H 2 O(aq)
4. Degreassing
Fe(s) +lemak + NaOH (aq) → Fe(s) + RCOONa+ gliserol
5. Pickling
Fe( s) + Fe2 O3 (s )+ HCl ( aq) → Fe( s ) + FeCl2 ( aq) + H 2 O(aq)
6. Spesimen dengan larutan
Fe(s) + NaCl(aq)+ H 2 O(aq) → FeCl(s) + NaOH (aq)+ H 2(g )
7. Reaksi antara Fe dengan Cu
Anoda : Fe Fe2+ + 2e-
Katoda : Cu2+ + 2e- Cu
Reaksi korosi : Fe + Cu2+ Fe2+ + Cu

3.6 Analisa dan pembahasan


Proses pengujian korosi dengan berbagai larutan ini menggunakan spesimen
JIS S45C yaitu dengan kepanjangan dari JIS itu sendiri adalah Japanese industrial
standard , saat melakukan proses pengujian korosi dengan larutan Spesimen yang
dibutuhkan yaitu 4 buah baja yaitu baja JIS S45C lalu di lakukan pengamplasan
dari amplas yang kasar hingga menggunakan amplas yang berukuran halus yaitu
dari 100 mesh, 320 mesh, 800 mesh, dan 1200 mesh.
Kegunaan dari amplas kasar itu sendiri adalah untuk membersih kan

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

kotoran yang menempel pada spesimen baja dan kegunaan dari amblas yang halus
adalah untuk menghilangkan bekas goresan goresan yang dilakukan pada saat
pengamplasan dengan aplas yang kasar.
Faktor Faktor yang mempengaruhi korosi pada saat pengujian adalah
lingkungan, Waktu pengujian, dan larutan uji.pada saat spesimen telah dimasukan
dalam gelas kimia hari pertama yaitu spesimen yang di masukan kedalam NaCl
mengalami endapan tetapi tidak ada gembung dan korosi belum terjadi Pada hari
ke 7 spesimen yang di masukan kedalm larutan NaCl mengalami endapan dan
spensimen ter korosi dan perubahan warna menjadi hitam sedangkan warna dari
larutan nya adalah jingga pudar, pada NaCl ini seluruh permukaan pada spesimen
mengalami korosi yang artinya jenis korosi ini adalah korosi merata. Spesimen uji
mengalami perubahan warna menjadi warna hitam dengan sedikit kekuning –
kuningan, dan jenis korosi yang terjadi yaitu korosi galvanik, dikarenakan adanya
dua logam berbeda jenis didalam satu larutan elektrolit. Spesimen uji pun
mengalami perubahan dimensi dan berat. Untuk luas penampang awal spesimen
2 2
sebesar 6,8245 in menjadi 6,4953 in , dan untuk penurunan berat yaitu sebesar
1058 mg. Laju korosi nya pun termasuk laju korosi yang umum, karena laju
korosi yang dihasilkan sebesar 62,5823 mpy. Dari diagram pourbaix yang
dihasilkan, semakin lama pengujian dilakukan maka potensial yang dihasilkan
akan semakin besar sedangkan pH akan mengalami penurunan.

3.7 kesimpulan

3.7.1. Kesimpulan
1. Standarisai yang digunakan pada pengujian ini yaitu
ASTM G1, ASTM G15, ASTM 31, ASTM 71.
2. Larutan uji yang di pakai yaitu NaCl 3%
3. Pengukuran yang digunakan yaitu menggunakan pH meter dan
Multitester.

3.7.2. Saran
1. Pada saat pengamatan spesimen uji setiap 1 × 24 jam selama 7 hari
lebih tepat waktu agar hasil pengamatannya lebih maksimal.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022


BAB III KOROSI GALVANIC KELOMPOK 4

2. Pada saat pengukuran potensial dan pH lebih teliti lagi agar tidak
terjadi kesalahan.
3. Pada saat pengukuran berat dan dimensi spesimen uji lebih teliti
dalam membaca ukuran pada alat ukurnya.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A. 2021/2022

Anda mungkin juga menyukai