Anda di halaman 1dari 31

Pengaruh Komposisi Electrolit Kimia AL SO4 dan Suhu Pelapisan Cu Zn terhadap

kekerasan lapisan dan ketebalan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Elektroplating adalah suatu teknologi yang relatif mudah dikerjakan dengan
menggunakan peralatan yang sederhana dan membutuhkan pekerja yang relatif
sedikit(R. Sudigdo S, H. Enang Suma A, no date)
Elektroplating dibuat dengan jalan mengalirkan arus listrik melalui larutan antara
logam atau material lain yang konduktif. Dua buah plat logam merupakan anoda dan
katoda dihubungkan pada kutub positif dan negatif terminal sumber arus searah (DC).
Logam yang terhubung dengan kutub positif disebut anoda dan yang terhubung dengan
kutub negatif disebut katoda. Ketika sumber tegangan digunakan pada elektrolit, maka
kutub positif mengeluarkan ion bergerak dalam larutan menuju katoda dan disebut
sebagai kation. Kutub negatif juga mengeluarkan ion, bergerak menuju anoda dan
disebut sebagai anion. Larutannya disebut elektrolit(Topayung, 2011).
Elektroplating pada baja pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk melindungi
permukaan baja dari serangan korosi karena logam pelapis tersebut akan memutus
interaksi dengan lingkungan sehingga terhindar dari peroses oksida.(Charles Manurung,
ST., 2014).
Untuk menanggulangi terjadinya bahaya korosi berarti memperkecil pula
kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Agar logam tidak mudah rusak yang
disebabkan oleh pengaruh lingkungan maupun korosi, maka perlu dicari cara untuk
melindunginya. Salah satu cara yang digunakan untuk melakukan perlindungan
terhadap korosi adalah dengan memberikan lapisan pelindung dari logam.(Tebal et al.,
2012).
Laju korosi ditentukan oleh faktor lingkungan seperti adanya oksigen, pH, dan adanya
ion-ion klorida(Riszki, 2015)
Salah satu pencegahan dan perlindungan terhadap korosi adalah dengan cara coating.
Coating atau pelapisan adalah cara yang paling sering digunakan untuk mengatasi
korosi. Ada 2 jenis pelapisan, yaitu liquid coating dan concrete coating. Liquid coating
adalah melakukan pengecatan pada permukaan baja, agar baja tersebut bisa terlindungi
oleh korosi. Sedangkan concrete coating adalah pelapisan baja dengan cara melapisi
baja dengan beton, biasanya hal ini dilakukan pada konstruksi – konstruksi
bangunan(Afandi et al., 2015)
Zat pelapis organik (Organiccoating) sering digunakan untuk mencegah korosi pada
logam. Kinerja optimum dari lapisan penghalang akan didapat bila permukaan logam
telah dipreparasi dengan baik. Pemilihan metode preparasi permukaan bergantung pada
logam yang akan dilapisi, bentuk dan ukuran komponen logam, sistem pelapisan, dan
kondisi lingkungan di mana komponen logam ditempatkan(Erna et al., 2017)
Kuningan merupakan salah satu logam yang banyak digunakan pada berbagai bidang
teknik seperti bidang industri, kerajinan dan berbagai komponen mesin yang harus
memenuhi persyaratan seperti kekuatan, tahan aus, dan tahan beban kejut dan
sebagainya. Kelemahan kuningan adalah kurang keras sehingga material ini cepat aus.
Sifat kurang baik dalam kuningandapat diperbaiki dengan berbagai cara, dan salah satu
cara yang dapat ditempuh adalah dengan teknik perlakuan permukaan (surface
treatment) berupa pemberian lapisan pada permukaan logam tersebut(Komposisi et al.,
2016).
kuningan merupakan logam paduan antara seng (Zn) dengan tembaga (Cu)
sebagai pemadu utama serta beberapa elemen lainnya dalam jumlah kecil. Logam ini
banyak digunakan sebagai pelapis karena mempunyai ketahanan panas dan ketahanan
korosinya, tidak rusak oleh air kali atau air laut dan alkali, akan tetapi kuningan bisa
rusak oleh asam nitrat dan sedikit terkorosi oleh asam khlorida dan asam sulfat(Yetri,
2021)
Plating nikel dan krom memiliki kegunaan yang besar dibidang teknik karena
memiliki sifat fisik yang menguntungkan, seperti tahan aus ,tahan korosi dan biasa
dipakai dalam elektroforming.(Rasyad and Budiarto, 2018)
Tujuan penelitian adalah untuk melihat pengaruh komposisi kimia larutan
terhadap ketebalan dan kekerasan pelapis, pengaruh lama waktu pelapisan dan
kekerasan pelapisan permukaan terhadap plat kuningan. Manfaat penelitian yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk dari segi fisik, meningkatkan ketahanan
korosi, dan meningkatkan kekerasan.(Komposisi et al., 2016)
Berdasarkan penelitian di atas yang telah dilakukan sebelumnya, melihat
komposisi pengaruh campuran larutan electrolit alumunium sulfat (AL SO4) terhadap
ketebalan dan kekerasan lapisan kuningan (Cu Zn) berdasarkan waktu dan suhu larutan
electrolit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di uraikan di atas penelitian merumuskan masalah
pada penelitiian kali ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pegaruh suhu electrolit alumunium sulfat (AL SO4) terhadap hasil
proses pelapisan kuningan (Cu Zn)?
b. Bagaimana pengaruh komposisi electrolit alumunium sulfat (AL SO4) terhadap
hasil proses pelapisan kuningan (Cu Zn)?
c. Mencari suhu ideal larutan electrolit alumunium sulfat (AL SO4) terhadap hasil
proses plapisan kuningan (CU Zn).
d. Mencari hasil kekerasan lapisan alumunium sulfat (AL SO4) terhadap kuningan
(Cu Zn) pada suhu yang berbeda.
e. Mecari hasil lapisan permukaan yang terlapisi alumunium sulfat (AL SO4)
dengan suhu yang berbeda.

1.3 Batasan Masalah


Agar tidak mengalami perluasan dalam pembahasan, maka penelitian perlu
adanya batasan masalah yang dibuat, adapun batasan masalah sebagai berikut:
a. Dalam penelitian kali ini hanya membuktikan hasi dari pengaruh suhu electrolit
alumunium sulfat (AL SO4) terhadap hasil proses pelapisan kuningan (Cu Zn).
b. Hanya membuktikan hasil dari komposisi electrolit allumunium sulfat (AL
SO4) terhadapat hasil proses pelapisan kuningan (Cu Zn).
c. Mencari suhu ideal dari larutan electrolit alumunium sulfat (AL SO4) terhadap
kuningan (Cu Zn).
d. Mencari kekerasan lapisan alumunium sulfat (AL SO4) terhadap kuningan (Cu
Zn) dengan menggunakan alat uji kekerasan ROCKWEEL
e. Mencari hasil lapisan permukaan yang terlapisi alumunium sulfat (AL SO4)
dengan menggunakan alat uji mickroskop SEM EDS

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan peneltian kali ini adalah:
a. Mengetahui pengaruh suhu electrolit alumunium sulfat (AL SO4) terhadap
pengaruh pelapisan kuningan (Cu Zn) dengan waktu 60, 120, dan 180 menit dan
tegangan DC 3-12 Volt
b. Mengetahui campuran yang ideal (%) pada larutan electrolit alumunium sulfat
(AL SO4)
c. Mengetahui suhu ideal awal dan akhir dalam proses pelapisan alumunium sulfat
( AL SO4)
d. Menghitung nilai kekerasan lapisan permukaan alumunium sulfat (AL SO4)
e. Menghitung hasil lapisan permukaan yang terlapisi alumunium sulfat (AL SO4)
dengan SEM EDS

1.5 Manfaat Penelitian


a. Mengetahui nilai lapisan kuningan dengan alumunium berdasarkan suhu dan
voltase
b. Mengetahui campuran yang ideal pada larutan electorlit alumunium sulfat
c. Mengetahui suhu awal dan akhir dalam proses pelapisan alumunium sulfat
d. Dapat memperluas wawasan pada ilmu bidang material dan analisa
e. Dapat mengetahui cara menghitung lapisan permukaan yang terlapisi dengan
menggunakan UJI SEM EDS

1.6 Metode Penelitian


1. Metode Studi Kepustakaan
Metode ini digunakan untuk mendapatkanreferensi materi dari berbagai media
seperti buku penunjang, jurnal, laporan tugas akhir dengan pembahasan materi
yang sama dan interner.
2. Metode Bimbingan
Metode ini di gunakan untuk mendapatkan bimbingan dan pengarahan terhadap
materi dan pemecahan masalah oleh pembimbing tugas akhir
3. Metode Observasi
Metode dengan melakukan pencatatan peristiwa-peristiwa yang di teliti serta
dilakukan scara sistematis dengan melalui pengamatan untuk mendapatkan data-
data yang diperlukan.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, sistematika berfungsi agar pembaca
mudah memahami dan mengerti isi dari tiap bab secara kronologis tentang uraian
masalah yang di tampilkan, sehingga sripsi ini nantinya akan dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca. Sistematika penulisan sripsi ini ialah sebagai berikut:
Adapun sistematika penulisan sripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini di jelaskan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan

BAB II : Landasan Teori


Berisikan tentang teori-teori dasar yang berhubungan dengan electroplating,
perhitungan –perhitungan yang sangat erat dengan permasalahan yang sedang di
bahas

BAB III : Metodelogi Penelitian,


Data teknik, prosedru pengambilan data, flow chat, alat dan bahan untuk
meneylesaikan pengolahan data sesuai dengan materi yang di bahas.

BAB IV : Hasil Pengolahan Data


Berisiskan hasil pengolahan data untuk dapat ditampilkan dalam bentuk grafis
sebagai perbandingan.

BAB V : - Penutup, Kesimpulan, dan Saran


Berisikan kesimpula dan hasil pembahasan sebelumnya dan saran-saran yang dapat
diberikan salam perencanaan ini.

Daftar pustaka
Lampiran-lampiran
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


Komposisi larutan dan lama waktu pelapisan sangat berpengaruh terhadap
ketebalan lapisan, dengan bertambah komposisi larutan dan lama waktu pelapisan
maka ketebalan yang didapat juga meningkat. Tingkat kekerasan lapisan meningkat
seiring dengan meningkatnya ketebalan lapisan, hal ini disebabkan pengaruh
penambahan komposisi larutan dan lama waktu pelapisan.(Komposisi et al., 2016)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh suhu
terhadap kualitas coating Stainless Steel tipe 304 dengan kitosan secara elektroforesis,
maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan suhu menghasilkan kualitas lapisan yang
semakin baik yang ditunjukkan oleh parameter ketebalan lapisan dan laju korosi,
tetapi tidak berpengaruh terhadap tekstur permukaan lapisan kitosan. Berdasarkan
penelitian ini hasil terbaik didapat pada suhu 50oC yang menghasilkan ketebalan
sebesar 49,73 ± 6,86 µm dan laju korosi sebesar 0,00065(Riszki, 2015)
Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa perbedaan suhu disaat
pencelupan dapat mempengaruhi hasil dari ketebalan lapisan nikel, dimana semakin
tinggi suhu pencelupan maka semakin tebal lapisan tersebut. Bentuk dan ukuran
benda kerja juga dapat mempengaruhi hasil ketebalan lapisan. Pada poin nomor 3
tersebut membuktikan bahwa lapisan nikel dengan suhu 800C untuk benda kerja
berukuran 50x20 mm memiliki nilai ketebalan yang lebih besar yaitu 0,04 gram
dibanding poin pertama dan kedua dengan suhu masing – masing 600C dan 700C dan
hanya mendapatkan ketebalan 0,02 gram.(andhi pamungkas, 2018)
Peningkatan waktu dan kuat arus dalam electroplating Ni-Cr dapat
meningkatkan nilai kekerasan. Kenaikan kekerasan terjadi karena adanya proses
pengendapan ion-ion elektrolit yang lebih cepat, sehingga akan lebih banyak atom
hidrogen yang masuk secara interstiti kedalam struktur endapan nikel dan khromium,
hal ini akan menyebabkan terjadinya distorsi kisi dan tegangan dalam lapisan menjadi
naik karena gerakan dislokasi terhambat.(Rasyad and Budiarto, 2018)
Penambahan kekerasan dan ketebalan lapisan berbanding lurus dengan waktu,
dan temperatur larutan elektrolit. Peningkatan temperatur dan waktu pelapisan yang
digunakan, berbanding lurus dengan pertambah ketebalan dan kekerasan lapisan yang
terbentuk. Kondisi optimum diperoleh pada waktu 25 menit, dan temperatur 55oC
yaitu ketebalan 29,333 μm, dan kekerasan 218,8 HV.(Yetri, 2021)
Tegangan listrik pada proses pelapisan electroplating nikel berpengaruh
terhadap nilai ketebalan lapisan. Semakin tinggi tegangan pada proses pelapisan maka
permukaan lapisan semakin tebal, pada penelitian ini hasil ketebalan yang optimal
terjadi pada pelapisan dengan tegangan 10 Volt yaitu 13,75 µm.(Saputro, 2019)
Pelapisan terbaik adalah pelapisan dengan tegangan 3,5 volt dengan lama
waktu 15 menit (C5), dikarenkan besar dimensi specimen dan rapat arus yang tersedia
sangat tepat. Dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa specimen dengan
dimensi 50 mm x 40 mm x 4 mm tepat untuk diberikan tegangan sebesar 3,5 volt.
Lama waktu proses electroplating juga berpengaruh terhadap ketebalan hasil
pelapisan, dari data diperoleh bahwa semakin lama waktu proses electroplating maka
semakin tebal lapisan yang terjadi. Oleh karena semakin lama waktu yang diberikan
maka akan memberi kesempatan kepada material pelapis mengendap pada katoda.
(Paridawati, 2013)
Untuk setiap varian data rapat arus yang berbeda, didapat nilai efisiensi katoda
optimum pada proses pelapisan bertemperatur 40 oC, yakni berkisar pada tingkat 90 –
97,78 %. Sedangkan secara keseluruhan, efisiensi katoda maksimum didapat pada
kondisi pelapisan dengan rapat arus 3 A/dm2 dengan temperatur elektrolit 40 oC,
yakni sebesar 97,78 %.(Supriadi and Fadlil, 2013)
Pada keseluruhan Aluminium 1100 yang di elektroplating,pada waktu
perendaman selama 72 jam mengalami perbedaan laju Korosi yang signifikan dengan
spesimen jarak 10 cm antara ± 0.04 gr - 0.16 gr dan specimen jarak 15 cm antara ±
0.02 gr - 0.12 gr dan specimen jarak 20 cm antara ± 0.03 gr - 0.087 gr,dimana pada
waktu perendaman 72 jam lapisan Nikel dan Chrome sudah terlepas dari spesimen
Aluminium.(Djunaidi, Zahara and Yakub, 2018).
Dari penelitian didapatkan berat spesimen sesudah dilapisi dangan penahan
celup 14 ampere dari berat awal 579 gram menjadi 579,57 mengalami pertambahan
berat 0.57 gram, Penahanan celup 15 ampere dari berat awal 580 menjadi 580,79
gram mengalami penambahan berat 0,79 gram, penahan celup 17 ampere dari berat
awal 585 gram menjadi 586,12 gram mengalami penambahan berat 1,12 gram.
(Publikasi, 2013)
Ketebalan spesimen hasil proses electroplating semakin meningkat seiring
bertambahnya arus dan waktu yang diberikan atau dapat dikatakan berbanding lurus
dengan naik nya arus dan waktu,baik secara teoritis maupun pengamatan mikroskop
dimana nilai ketebalan teringgi dengan kuat arus 27,3 ampere dan waktu 15 menit
adalah 0,00015 mm dengan perhitungan dan 0,483 mm hasil pengamatan mikikroskop
dengan pembesaran 400X.(Darmawan, Okariawan and Sari, 2015)
Dari pengukuran persentase massa deposit, kuat tarik, kuat tekan dan
pengujian kekerasan dengan variasi waktu hasil elektroplating nikel karbonat pada
tembaga diperoleh waktu optimum pada elektroplating ini waktu pelapisan 15 menit
yang memberikan persentase massa deposit 7,407%, kuat tarik 3,041 N/cm2, kuat
tekan 3,139 N/cm2serta nilai kekerasan spesimen 60,8 HRB.(Putri and Handani,
2015)
Hasil lapisan yang paling baik dan paling tebal didapat pada spesimen yang
dielektroplating dengan kuat arus 10 Ampere yaitu 4,920 µm, dibanding dengan
ketebalan spesimen yang dielektroplating 8 Ampere = 3,670 µm, 6 Ampere = 2,860
µm dan 4 Ampere = 2,050 µm(Charles Manurung, ST., 2014)
Berdasarkan data hasil electroplating.Didapatkan kesimpulan bahwa pH
memiliki pengaruh tinggi terhadap larutan yang akan di deposisikan sesuai dengan
rumusan teknis dari Lowenheim walaupun pada rumusan hukum faraday pengaruh pH
tidak dianggap sehingga pada dasarnya, semakin asam larutan elektrolit, maka
konsentrasi ion hidrogennya semakin tinggi dan hantaran arus dari anoda ke katoda
semakin besar. Sehingga semakin banyak pula ion-ion pelapis yang didistribusikan ke
katoda dan lapisan deposisi menjadi semakin tebal.(Tebal et al., 2012)
bahwa kondisi optimum proses pelapisan nikel dengan menggunakan
campuran bahan pengkilat alternatif NaCl dan NH4Cl adalah masingmasing dengan
konsetrasi 20 g/lt, nikel sulfat NiSO4 120 g/lt, dan asam boric H3BO3 15 gr/lt pada
waktu proses pelapisan 30 menit pada tempperatur kamar, pH 3 dan rapat arus 3
A/dm2.(R. Sudigdo S, H. Enang Suma A, no date)
2.2 Teori Dasar
2.2.1 ELECTROPLATING

Proses untuk melindungi logam tersebut merupakan salah satu bagian dari
tahap penyelesaian (finishing). Finishing itu bermacam-macam, ada yang sekedar
halus dan mengkilat, dicat atau dipernis serta dapat pula dilapisi logam lain agar
menghasilkan permukaan logam dengan sifat yang berbeda dari logam dasar yang
dilapisinya. Proses ini menggunakan metode elektrokimia dan disebut juga dengan
proses elektroplating

Proses elektroplating merupakan proses perpindahan ion logam dengan


bantuan arus listrik melalui elektrolit sehingga ion logam tersebut mengendap pada
benda padat konduktif dan membentuk lapisan logam(Supriadi and Fadlil, 2013)

Proses pelapisan dapat terjadi karena elektron yang lepas dari atom-atom
tembaga meninggalkan anoda yang kemudian masuk ke dalam larutan sebagai ion-
ion tembaga. (Publikasi, 2013)

Gambar 1.2 Proses reaksi ayng terjadi pada adnoda dan katoda(Publikasi, 2013)

Pada proses pelapisan secara listrik, peranan anoda sangat penting dalam
menghasilkan kualitas lapisan. Pengaruh kemurnian/keaslian anoda terhadap
elektrolit dan penentuan optimalisasi ukuran serta bentuk anida perlu difikirkan /
diperhatikan. Karena adanya arus listrik yang mengalir melalui larutan elektrolit di
antara kedua elektroda, maka pada anoda akan terjadi pelepasan ion logam oksigen
(reduksi), selanjutnya ion logam tersebut dan gas hidrogen diendapkan dengan
anoda terlarut (soluble anoda). Tetapi bila anoda tersebut hanya dipakai sebagai
penghantar arus saja (conductor of current), anoda ini disebut anoda tak larut
(unsoluble anoda).(Sutomo, Senen and Rahmat, no date)

Proses electroplating mengubah sifat fisik,mekanik, dan sifat teknologi suatu


material. Salah satu contoh perubahan fisik ketika material dilapis dengan nikel
adalah bertambahnya daya tahan material tersebut terhadap korosi, serta
bertambahnya kapasitas konduktifitasnya. Adapun dalam sifat mekanik terjadi
perubahan ketebalan maupun kekerasan lapisan dari suatu material sesudah
mengalami pelapisan dibandingkan sebelumnya. Karena itu, tujuan pelapisan logam
tidak luput dari tiga hal, yaitu untuk meningkatkan sifat teknis/mekanis dari suatu
logam, yang kedua melindungi logam dari korosi,(Komposisi et al., 2016).
2.2.2 COATING
1. Pengertian Coating

Coating adalah sebuah pelapisan yang diterapkan pada permukaan suatu


benda. Tujuan penerapan lapisan mungkin dekoratif, fungsional, atau kedunya..
(Afandi et al., 2015). Umum nya proses coating dapat dibagi menjadi tiga lankah
utama yaitu:

a. Persiapan Permukaan
Dalam langkah ini baerbagai metode digunakan untuk meghilangkan tanah atau
ketidak sempurnaan lain dari substrat, menciptakan permukaan agar bisa
mengikat lapisan dengan baik
b. Aplikasi Coating
Setalah persiapan permukaan, bahan pelapis diterapkan pada substrat
menggunakan berbagai metode
c. Curing (pengawetan)
Setelah bahan di aplikasikan, proses pengawetan dilakukan agara lapisannya
menjad keras, tangguh dan melekat dengan sempurna. Mekanisme untuk
memulai proses curing mencakup oksidasi suhu lingkungan, reaksi kimia
dengan komponen lain atau pemangganga dalam oven.
d. Pembersian Peralatan
Tahap terakhir dari setiap opersi pelapisan adalah pembersihan peralatan. Ini
biasana melibatkan perendaman, penyekaan atau pembilasan dengan pelarut

Bagaimanapun metode teknik coating yang digunakan, selalu dibutuhkan


tahap awal dari suatu proses pelapisan biasa disebut pretreatment dan pembersihan
permukaan suatu benda material yang sesuai, agar memaksimalkan kinerja dari hasil
coating.(Pustaka, 2005)
Tabel 2.2 Proses Coatingan yang di gunakan untuk perlindungan permukaan

2. Kekurangan dan Kelebihan Coating


a. Kelebiihan Coating
 Resistensi tingi
 Anti debu
 Daya tahan tinggi
 Hasil akhir mengkilap
 Antii gores
b. Kekurangan Coating
 Di perlukan pekerja terampil dan peralatan khusus
 Aplikasinya membutuhkan waktu lama
 Biaya material
2.2.3 Material Alumunium Sulfat ( AL SO4) dan Kuniungan ( Cu Zn)

1. Allumuium

Aluminium memiliki simbol (Al) pada tabel periodik dan mempunyai nomor
atom 13, berat atom 26,981, kepadatan 2,70 gram per cm3, titik leleh 660,32 °C,
1220,58 °F, titik didih 2519 °C, 4566 ° F. Aluminium adalah logam yang
memiliki kekuatan yang relatif rendah dan lunak. Aluminium merupakan logam
yang ringan dan memiliki hantaran listrik yang baik dan sifat - sifat lainnya.
Umumnya aluminium dicampur dengan logam lainnya sehingga membentuk
aluminium paduan. Material ini dimanfaatkan bukan saja untuk peralatan rumah
tangga, tetapi juga dipakai untuk keperluan industri, kontsruksi, dan lain
sebagainya.(Saputro, 2019)

Aluminium ditemukan pada tahun 1825 oleh Hans Christian Oersted. Baru
diakui secara pasti oleh F. Wohler pada tahun 1827. Sumber unsur ini tidak
terdapat bebas, bijih utamanya adalah Bauksit. Penggunaan aluminium antara
lain untuk pembuatan kabel, kerangka kapal terbang, mobil dan berbagai produk
peralatan rumah tangga. Senyawanya dapat digunakan sebagai obat, penjernih
air, fotografi serta sebagai ramuan cat, bahan pewarna, ampelas dan permata
sintesis(Saputro, 2019)

Terdapat beberapa sifat penting yang dimiliki aluminium sehingga banyak


digunakan sebagai material teknik, diantaranya:

1) Ringan : memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja, atau tembaga
dan karenanya banyak digunakan dalam industri transportasi seperti angkutan
udara.
2) Kuat : terutama bila dipadu dengan logam lain. Digunakan untuk pembuatan
produk yang memerlukan kekuatan tinggi seperti : pesawat terbang, kapal
laut, bejana tekan, kendaraan dan lain-lain.
3) Mudah dibentuk dengan semua proses pengerjaan logam. Mudah dirakit
karena dapat disambung dengan logam atau material lainnya melalui
pengelasan, brazing, solder, adhesi mekanis, atau dengan teknik
penyambungan lainnya
4) Konduktor listrik : setiap satu kilogram aluminium dapat menghantarkan arus
listrik dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan tembaga. Karena
aluminium relatif tidak mahal dan ringan, maka aluminium sangat baik untuk
kabel-kabel listrik overhead maupun bawah tanah
5) Konduktor panas : sifat ini sangat baik untuk penggunaan pada mesin-mesin
atau alat-alat pemindah panas sehingga dapat memberikan penghematan
energi.
6) Memantulkan sinar dan panas : Dapat dibuat sedemikian rupa sehingga
memiliki kemampuan memantul yang tinggi yaitu sekitar 95% dibandingkan
dengan kekuatan memantul sebuah cermin. Sifat memantul ini menjadikan
aluminium sangat baik untuk peralatan penahan radiasi panas.
7) Non magnetik : dan karenanya sangat baik untuk penggunaan pada peralatan
listrik dan alat elektronik, pemancar radio dan TV, dimana diperlukan faktor
magnetisasi negatif
8) Tak beracun : dan karenanya sangat baik untuk penggunaan pada industri
makanan, minuman, dan obat-obatan, yaitu untuk peti kemas dan
pembungkus
9) Memiliki ketangguhan yang baik : dalam keadaan dingin dan tidak seperti
logam lainnya yang menjadi getas bila didinginkan. Sifat ini sangat baik
untuk penggunaan transportasi truk yang mengangkut LNG (Liquefied
Natural Gas) atau gas bumi (gas alam) yang dicairkan dimana suhu gas cair
LNG ini dapat mencapai dibawah -150 oC.
10) Menarik : dan karena itu aluminium sering digunakan tanpa diberi proses
pengerjaan akhir. Tampak permukaan aluminium sangat menarik dan karena
itu cocok untuk perabot rumah (hiasan), bahan bangunan dan mobil.
Disamping itu aluminium dapat diberi surface treatment atau perlakuan
permukaan, dapat dikilapkan, disikat atau dicat dengan berbagai warna,
danjuga diberi proses anodisasi. Proses ini menghasilkan lapisan yang juga
dapat melindungi logam dari goresan dan jenis abrasi lainnya.
11) Mampu diproses ulang guna yaitu dengan mengolahnya kembali melalui
proses peleburan dan selanjutnya dibentuk menjadi produk seperti yang
diinginkan proses ulang-guna ini dapat menghemat energi, modal dan bahan
baku yang berharga(Saputro, 2019)
Aluminium banyak digunakan sebagai peralatan dapur, bahan konstruksi
bangunan dan ribuan aplikasi lainnya dimana logam yang mudah dibuat dan
kuat. Walau konduktivitas listriknya hanya 60% dari tembaga, tetapi Aluminium
bisa digunakan sebagai bahan transmisi karena ringan. Aluminium murni sangat
lunak dan tidak kuat, tetapi dapat dicampur dengan Tembaga, Magnesium,
Silikon, Mangan, dan unsur-unsur lainnya untuk membentuk sifat-sifat yang
menguntungkan. Campuran logam ini penting kegunaannya dalam konstruksi
mesin, komponen pesawat moderen dan roket. Logam ini jika diuapkan di
vakum membentuk lapisan yang memiliki reflektivitas tinggi untuk cahaya yang
tampak dan radiasi panas. Lapisan ini menjaga logam dibawahnya dari proses
oksidasi sehingga tidak menurunkan nilai logam yang dilapisi. Lapisan ini
digunakan untuk melindungi kaca teleskop dan masih banyak kegunaan lainnya.
Secara umum aluminium diklasifikasikan berdasarkan:

a. Alumunium Murni

Aluminium 99% tanpa tambahan logam paduan apapun dan dicetak dalam
keadaan biasa, hanya memiliki kekuatan tensil sebesar 90 MPa, terlalu lunak
untuk penggunaan yang luas sehingga seringkali aluminium dipadukan dengan
logam lain.

b. Alumunium Paduan

Elemen paduan yang umum digunakan pada aluminium adalah silikon,

magnesium, tembaga, seng, mangan, dan juga lithium sebelum tahun 1970.
Secara umum, penambahan logam paduan hingga konsentrasi tertentu akan
meningkatkan kekuatan tensil dan kekerasan, serta menurunkan titik lebur. Jika
melebihi konsentrasi tersebut, umumnya titik lebur akan naik disertai
meningkatnya kerapuhan akibat terbentuknya senyawa, kristal, atau granula
dalam logam. Namun, kekuatan bahan paduan aluminium tidak hanya bergantung
pada konsentrasi logam paduannya saja, tetapi juga bagaimana proses
perlakuannya hingga aluminium siap digunakan, apakah dengan penempaan,
perlakuan panas, penyimpanan, dan sebagainya.
c. Alumunium Alloy

Aluminium alloy adalah bahan campuran yang mempunyai sifat-sifat

logam, terdiri dari dua atau lebih unsur-unsur, dan sebagai unsur utama campuran
adalah logam, sebagai tambahan terhadap kekuatan mekaniknya yang sangat
meningkat dengan penambahan Tembaga (Cu), Magnesium (Mg), Silikon (Si),
Mangan (Mn), Seng (Zn), Nikel (Ni) dan sebagainya, secara satu persatu atau
bersama-sama. Paduan aluminium dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
aluminium wronglt alloy (lembaran) dan aluminium costing alloy (batang cor).
Aluminium memiliki strength to weight ratio yang lebih tinggi dari baja.
Aluminium yang kuat diperoleh dari terbentuknya lapisan oksida aluminium dari
permukaan aluminium. Lapisan oksida ini melekat kuat dan rapat pada
permukaan, serta stabil (tidak bereaksi dengan lingkungan sekitarnya) sehingga
melindungi bagian dalam.

Unsur-unsur paduan dalam alumunium antara lain :

1) Tembaga (Cu), menaikkan kekuatan dan kekerasan, namun menurunkan


elongasi (pertambahan panjang saat ditarik). Kandungan Cu dalam
aluminium yang paling optimal adalah antara 4-6%.
2) Zink atau Seng (Zn), menaikkan nilai tensile.
3) Mangan (Mn), menaikkan kekuatan dalam temperature tinggi.
4) Magnesium (Mg), menaikkan kekuatan aluminium dan menurunkan nilai
ductility-nya. Ketahanan korosi dan kemampuan las yang baik
5) Silikon (Si), menyebabkan paduan aluminium tersebut bisa diperlakukan
panas untuk menaikkan kekerasannya
6) Lithium (Li), ditambahkan untuk memperbaiki sifat tahan oksidasinya.

d. Alumunium Alloy Ser 1100

Pada aluminium alloy terdapat beberapa jenis seri dari 1000 hingga seri
7000. Aluminium alloy 1100 mempunyai kandungan 0,09 Tembaga (Cu); 0,10
Silikon (Si); 0,55 Besi (Fe); 0,01 Mangan (Mn); 0,01 Seng (Zn); 0,01 Titanium
(Ti). Aluminium alloy 1100 memiliki tingkat kekerasan 44,7 VHN. AL 1100
alloy ditemukan berbagai aplikasi untuk industri rail, industri pesawat terbang,
material bantalan, material piston, jalur transmisi (Mohanakumara, et al.,
2014:934). Aluminium alloy 1100 yang diaplikasikan pada piston merupakan
komponen kendaraan yang membutuhkan kekerasan yang tinggi terutama pada
permukaan material piston, jika diaplikasikan pada piston mobil paduan ini harus
dilindungi setidaknya pada permukaanya (Miftakh, 2018). Peningkatan nilai
kekerasan dapat terjadi jika zat warna menggunakan atau dikombinasikan dengan
unsur lain seperti, Nikel (Ni), Krom (Cr) dan unsur lainya yang mempunyai nilai
kekerasan yang lebih baik (Ikbal, et al., 2018:71). Sehingga perlu dilakukan
proses electroplating nikel untuk memperkuat dan memperkeras aluminium alloy
1100 yang diaplikasikan pada piston. Lapisan nikel bertujuan untuk
meningkatkan kekerasan, sehingga permukaan tersebut menjadi lebih tahan
terhadap keausan dan deformasi (Sugianto, 2010:1). Dengan menggunakan
metode electroplating memberikan lapisan permukaan yang sangat merata dengan
kualitas yang tinggi, karena kontrol yang teliti dapat dilakukan pada semua
tingkat. Dan tidak ada perlakuan panas pada material yang akan dilapisi sehingga
tidak ada resiko kerusakan sifat mekanik material tersebut(Saputro, 2019)

2.2.4 Larutan Electrolit

1. Electrolit

Elektrolit adalah zat-zat yang dapat menghantarkan arus listrik. Pada dasarnya
elektrolit yang dipergunakan dalam bentuk larutan asam/basa dicampur dengan air
murni. Air murni yang dimaksudkan adalah air yang tidak mengandung zat yang
dapat merubah sifat elektrolit.dengan tujuan antara lain:

a. Unsur logam yang dideposisikan (dilarutkan)


b. Membentuk kompleks dengan ion logam deposisinya
c. Menyediakan sarana hantaran listrik
d. Stabilisasi larutan
e. Stabilisasi keasaman (PH)
f. Mengubah/ mengatur bentukk fisik deposit
g. Mambentu larutan anoda
h. Mengatur sifat-sifat lain larutan/depositnya
Larutan elektrolit yaitu zat-zat yang dilarutkan. dalam air murni yang dapat
menjembatani partikel-partikel bermigrasi dari anoda ke katoda. Konsentrasi ini akan
berkaitan dengan nilai pH dari larutan.(Rasyad and Budiarto, 2018)

Larutan elektrolit selalu mengandung garam dari logam yang akan di lapis.
Oleh Karena itu, garam-garam tersebut sebaiknya dipilih yang mudah larut, tetapi
anionya tidak mudah tereduksi. Walaupun anion tidak ikut langsung dalam proses
terbentuknya lapisan, tapi jika menempel pada permukaan katoda (benda kerja) akan
menimbulkan gangguan berupa terbentuknya mikro struktur lapisan. Kemampuan
atau aktivitas dari ion-ion logam di tentukan oleh konsentrasi dari dalam logamnya,
derajat desosiasi, dan konsentrasi unsur-unsur lain yang ada di dalam larutan.(Pustaka,
2005)

2. PH Larutan

PH ( Power of Hydrogen) adalah derajat keasaman yang di gunakan untuk


menyatakan tingkat keasaman yagn digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang di miliki suatu
larutan.(https://id.wikipedia.org/wiki/PH

Pada proses pelapisan alumunium ini kami menggunakan larutan alumunium


(AL SO4) yang mempunyai tingkat keasaman 1-4

3. Komposisi Larutan Electrolit

Pada proses pengcoatingan menggunakan larutan Electrolit Alumunium Sulfat


( AL SO4) yang mempunyai tingkat keasaman 1-4, dengan komposisi bahan
larutan antara lain:

1) Asam Asetat

Asam Asetat adalah salah satu senyawa organik yang berada dalam golongan
asam alkanoat
2) Natruim Klorida ( NaCl)
Natrium Klorida adalah unsusr electrolit yanf memiliki dungsi
mengontrol kadar air
3) Aquadest

Aquadest adalah air mineral yang telah di proses dengan cara destilisasi
(disuling) sehingga di peroleh air murni (H2O) yang bebes mieral

2.2.5 Suhu

Pelapisan Stainless Steel tipe 304 dengan kitosan dilakukan dengan


menggunakan tegangan 2,5 V dan rentang waktu 10 menit. Variasi suhu yang
digunakan adalah: suhu ruang, 35oC, 40 oC, 45 oC, dan 50 oC, spesimen yang telah
dicoating kemudian diuji ketebalannya. Pengujian ketebalan lapisan dilakukan
sebanyak 5 titik pada bagian atas, tengah, bawah, kiri dan kanan. Hasil pengujian
masing-masing sampel tercantum dalam lampiran C, dan hasil ketebalan rata-rata
ditunjukkan pada tabel 1.(Riszki, 2015)

Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa ketebalan lapisan semakin meningkat


dengan meningkatnya suhu, dengan ketebalan lapisan tertinggi 49,73 ± 6,86 µm pada
suhu 50 oC. Hasil tersebut menunjukkan bahwa besarnya suhu pada proses coating
mempengaruhi ketebalan lapisan yang terbentuk pada Stainless Steel tipe 304.(Riszki,
2015)

Semakin tinggi suhu yang digunakan semakin tebal lapisan yang terbentuk.
Menurut Lazic semakin tinggi suhu larutan yang digunakan maka viskositas larutan
akan menurun menyebabkan laju pergerakan partikel meningkat. Peningkatan laju
pergerakan partikel ini mengakibatkan laju pembentukan lapisan lebih cepat,
sehingga lapisan yang terbentuk lebih tebal dimana laju pembentukan endapan YSZ
(Yttria Stabilized Zirconia Ceramics) pada stainless steel meningkat dengan
meningkatnya suhu larutan YSZ yang digunakan saat proses elektroforesis
berlangsung.(Riszki, 2015)
Tabel 1.1 ketebalan lapisan pada spesimen(Riszki, 2015)

Secara teorits, pelapisan electroplating tembaga asam dapat dilakukan pada


range rapat arus 2 – 5 A/dm2 dan temperatur elektrolit 30 – 50 oC. Sehingga dalam
penelitian ini rapat arus yang digunakan bervariasi pada empat nilai, yakni 2, 3, 4, dan
5 A/dm2. Sedangkan temperatur dibedakan menjadi tiga variasi, yakni 30, 40, dan
50oC.

2.2.6 Arus DC

2.2.7 Uji kekerasan (rockweel) dan brinell

1. Uji Kekerasan

Uji kekerasan merupakan suatu istilah yang sebenaranya sulit didefinikan


secara tepat, karena bidang ilmu tersebut mendefinisikan sendiri-sendiri yang sesuai
dengan keperluan dan persepsinya.untuk cara pengujian kekerasan terdapat banyak
macam- macam konsepnya tergantung yang dianut. Dalam engineering, yang
menyangkut ilmu logam, sifat mekanis atau kekerasan sering disebut sebagaai
kemampuan untuk menahan indentasi/abrasi atau penetrasi. Ada beberapa metode
pengujian mekanis/kekerasan yang berstandart dalam dalam pengujian kekerasan
logam antara lain ialah:

1) RockWell
2) Brinell
3) Vikers

Pengujian kekerasan adalah untuk mengetahui kekerasan dari suatu


material,adapun pengujian kekerasan dari material poros baja karbon rendah
dilakukan setelah dilakukan proses pelapisan. Kekerasan suatu logam perlu
diketahui untuk mengetahui sifat mekanis dari logam tersebut.(Pustaka, 2005)

2. Kekerasan Micro RockWell


Pengujian kekerasan dengan metode RockWell bertujuan untuk menentukan
kekerasan suautu material dalam bentuk daya tahan material terhadap benda uji
( spesimen) yang berupa bola baja (HRB) yang di letakan pada permukaan
material uji tersebut

Gambar 1.1 Alat uji kekerasan Micro Rockwell

3. Kekerasan Micro Brinell

Pengujian Brinell merupakan jenis test kekerasan dengan cara menususk atau
menekan benda uji menggunakan indenter berbentuk bola yang terbuat dari baja
yang sudah di keraskanatau karbida tungsten

Gambar 1.2 alat uji kekerasan Micro Brinell


2.2.8 Uji pelapisan SEM EDS (Poto Micro)

Uji ketebalan lapisan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh


dari variabel waktu dan tegangan terhadap ketebalan lapisan dari proses
elektroplating. Pengukuran ketebalan lapisan dilakukan dengan cara teoritis dengan
menggunakan Hukum Faraday. Hukum Faraday adalah salah satu hukum yang ada
dan sangat berhubungan dengan proses elektroplating, Hukum Faraday menyatakan
bahwa dengan adanya arus yang mengalir dalam larutan elektrolit, maka akan terjadi
gerakan ion dan penetralan. Hubungan antara arus listrik yang mengalir dengan
jumlah logam yang dibebaskan kedalam larutan tersebut dinyatakan oleh faraday :

- Jumlah logam yang akan terbentuk pada elektron suatu sel sebanding dengan
arus yang mengalir.
- Jumlah logam yang diuraikan oleh arus listrik yang sama dalam sel yang
berbeda sebanding dengan berat dari okivalen logam tersebut.
- Bila efisiensi arus 100% maka berat logam yang diendapkan adalah sebanding
lurus dengan arus yang mengalir melalui larutan dan sebanding dengan berat
ekivalen logam waktu elektroplating.

Rumus untuk mendapatkan luas permukaan

;L = 2 { (p.l) + (l.t) + (p.t) }

Dimana :

l: lebar

p: panjang

t:: tebal

Rumus untuk mendapatkan berat logam yang di endapkan

Ixtx A
W=
ZxF

Dimana :

W : berat logam yang diendapkan (gram) I


I : kuat arus (ampere) :

T : waktu pelapisan (detik)

A : berat atom logam emas 196,96 gram/mol

Z : valensi emas 1

F : bilangan faraday terapan 96500 Coulomb

Rumus Perhitungan Tebal Pelapisan

W
t=
Lx p

Dimana :

T : tebal lapisan logam (µm)

W : berat logam yang diendapkan (gram)

L : luas permukaan (????2)

P : density emas ( 19,30 gram/cm= 0,193 ????????/????3)

2.2.9 Rumus keseluruhan

2.2.10 Standarisasi specimen


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

3.1.1 Tempat
Peneltian electroplating ini di lakukan di laboratorium teknk mesin universitas
muhammadiyah pontianak yang berada di jalan trans kalimantan desa sungai
ambawang kecamatan sungai ambawang kabupaeen kuburaya provnsi kalimatan
barat.

3.1.2 Waktu
Waktu penelitian di rencanakan mulai dari persetujuan yag di berikan oleh
pengelola program dan komisi pembing, perencanaan dan pembuatan alat,
pengambilan data dan pegelolaan data sampai dinyatakan selesai.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
Pelaksaan penelitian electroplatng ini melibatka proses-proses sepert pembuatan
larutan,, pemotonggan, dll

a. Larutan electrolit
Larutan electrolit adalah larutan yang mengandung senyawa kimia yang larut
dalam air dan meenganduug ion logam yang diinginkan unrtuk proses
pelapisan. Larutan electrolit akan terurai mejadi ion-ion bermuata positif atau
negatif.
Electrolit yang di gunakan merupakan larutan yang mengandung in-ion logam
yang sama dengan logam yang gigunakan sebaga pelapis atau anoda. Sebagi
contohh, jika nikel di jadikan anoda maka larutan electrit harus mengandug
nkel juga.

b. Power suply DC
Pada proses electroplating menggunakan sumber arus listrk searah dari DC
Power Suply. Sumber arus listrk di hubungkan pada dua buah electroda
menggunakan kawat penghubung.
Kutub negativ(-) duhubungkan dengan katoda, sedangkan kutub(+)
dihubungkan dengan anoda. Arus yang dibutuhkan untuk proses electroplating
mengalir dari anoda menuju katoda melalui electrolit.
Sumber arus listrk negative yang dihubungkan dengan katoda menyebabkan
electron mengalir bergerak ke katoda. Electrom electro di katoda akann
mengkonversi ion logam positiv( M +¿¿) electrolit menjadi lapisan logam di
permukaan katoda.

c. Kertas lakmus
Kertas lakmus di gunakan untuk mengukur ph electrolit

d. Pemanas
Pemanas di gunakan untuk membuat suhu dari cairqan electrolit selalu stabil

e. Ultrasonic Cleaner
Ultraasonic cleaner adalah alat yang di rancang untuk kebutuhan membersih
kan alat medis peralatan laboratorium dan peralatan optic

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk proses elctroplating adalah

a. kuningan
kuningan termasuk salah satau bahan penghantar listrik yang baik kuningan
disini berfungsi sebagai bahan spesimen dengan spefikasi bahan

b. alumunium
alumunium termasuk salah satau bahan penghantar listrik yang baik
alumunium disini berfungsi sebagai bahan spesimen dengan spefikasi
bahan

c. aquadest
aquadest adalah air yang dihasilkan dari satu proses
destilasi/penyulingan,sering di sebut air murni

d. garam
garam disini berfungsi untuk menghasilkan ion-ion saat dilarutkan kedalam
air

e. cuka
berfungsi untuk membuat larutan electrolit, karena cuka mengandung asam
asetat 25%,

f. alkohol 90%
alkohol berfungsi untuk mencuci spesimen atau benda kerja

g. amplas
amplas disini berfungsin untuk menghaluskan permukaan bahan spesimen
dengan spesifikasi amplas kasar 80 s/d 150. amplas kasar digunakan untuk
meratakan permukaan benda kerja tahap awal. Amplasa sedang 150 s/d
180. Amplasa sedang dipergunakan untuk meratakan benda kerja setelah
diamplas kasar. Amplas halus 180 s/d 240. Amplas halus dipergunakan
untuk menghaluskan benda kerja yang akan difinising

3.3 Metodelogi

3.3.1 Metode pengujian


Metode ini di pakai dalam pengujian hasil electroplating, dalam metode
ini hasil coatingan akan di uji kekerasan dan ketebalan nya menggunakan
alat sperti di bawah ini :
 Alat uji SEM EDS
 Alat uji ROCKWEEL
 Alat uji poto Macro

3.3.2 Proses pembuatan larutan


Pada proses penelitian kali ini, pembuatan larutan di bagi menjadi dua
cara:
1) Pembuata larutan menggunakan aqudest dan bubuk logam
Pada pembuatan larutan ini, bubuk logam yang digunakan harus
bubuk logam yang sama dengan spesimen anoda, dan larutan ini
bsa langsung digunakan untuk melakukan pengcoatingan

2) Larutan menggunakan campuran Aquadest, cuka, dan garam


Pada laruta ini terlebih dahulu kita meleburkan loga yang akan
menjadi anoda kedallam larutan, setela itu baru kita bisa
menggunakan larta tersebut untuk melakukan pengcoatingan.

3.3.3 Prosedur penelitian


Adapun langkah-langkah penelitian tentang electroplating sebagai
berikut:
1) Siapkan semua alat yang di gunakan untuk melakukan
pengcoatingan
2) Buatlah larutan terlebih dahulu(ph larutan harus lah 3 atay 4 )
3) Atur arus power suply (dalam penelitaian ini arus di variasikan dari
3, 5, 6, 9, 12)
4) Panaskan larutan hingga 50/60°c
5) Pasangkan anoda (+) dan katoda(-) serta masukan ke dalam larutan
6) Catat dan perhatian perubahan spesimen
3.3.4 Proses pengujian
Proses pengujian pada peneliitian electroplating kali ini mengggunakan
alat uji SEM EDS dan alat uji ROCKWELL.

3.3.5 Parameter acuan pada penelitian


Adapun parameter yang menjadi acuan dalam penelitia electroplating
kali ini adalah sebagai berikut:
1) Memvariaskan arus listrik selama untuk mengetahui percepatan
proses pengcotingan
2) Memvariasikan waktu pngerjaan untuk mengetahui hasil
ketebalan proses pengcoatingn

3.4 Metode Penggunaan Electroplating


3.5 Suhu pada Elektrolit
3.6 Flow Chart
Daftar pustaka

Afandi, Y. K. et al. (2015) ‘Jurnal Korosi (Abdi)’, 4(1), pp. 1–5.

andhi pamungkas, M. (2018) ‘Pengaruh Variasi Temperatur Elektroplating Terhadap


Ketebalan Lapisan Nikel Baja ST37 Grafik Hubungan Temperatur dan Tebal Nikel’, Mer-C,
1(2), pp. 3–5. Available at: http://jom.untidar.ac.id/index.php/merc/article/viewFile/121/pdf.

Charles Manurung, ST., M. (2014) ‘Pengaruh Kuat Arus Terhadap Ketebalan Lapisan Dan
Laju Korosi (Mpy) Hasil Elektroplating Baja Karbon Rendah Dengan Pelapis Nikel’, Visi,
21(2), pp. 1857–1869. Available at: Pengaruh Kuat Arus Terhadap Ketebalan Lapisan Dan
Laju Korosi (Mpy)%0AHasil Elektroplating Baja Karbon Rendah Dengan Pelapis Nikel
%0ACharles Manurung, ST.,MT.

Darmawan, A. S. D., Okariawan, I. D. K. and Sari, N. H. (2015) ‘PENGARUH VARIASI


KUAT ARUS LISTRIK DAN WAKTU PROSES ELECTROPLATING TERHADAP
KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN KETEBALAN LAPISAN PADA BAJA
KARBON RENDAH DENGAN KROM The Influence Variation of Strong Electric Current
Time and Process Electroplating Power of Att’, Dinamika Teknik Mesin, 5(2), pp. 66–71.

Djunaidi, R., Zahara, S. and Yakub, H. (2018) ‘Analisa Pengaruh Jarak Katoda Dan Anoda
Dalam Proses Elektroplating Aluminium Terhadap Laju Korosi’, TEKNIKA: Jurnal Teknik,
4(2), p. 145. doi: 10.35449/teknika.v4i2.70.

Erna, M. et al. (2017) ‘Efektifitas Kitosan Sebagai Pelapis (Coating) Korosi pada Logam Zn,
Fe, Al dalam Media HCl Dan H2SO4’, EduChemia (Jurnal Kimia dan Pendidikan), 2(2), p.
119. doi: 10.30870/educhemia.v2i2.950.

Komposisi, P. et al. (2016) ‘Influence of Chemical Composition and Chrome Plating


Duration on Thickness and Hardness of the Surface Coating on the Brass Plate’, 6(1), pp.
2089–4880. Available at: http://ejournal.itp.ac.id/index.php/tmesin/http://dx.doi.10.21063/
JTM.2016.V6.38-42AcademicEditor:AsmaraYanto.

Paridawati (2013) ‘Analisa Besar pengaruh Tegangan Listrik terhadap Ketebalan Pelapisan
Chrome pada Pelat Baja dengan Proses Electroplating’, Jurnal Imiah Teknik Mesin, 1(1), pp.
36–44. Available at: http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=418419&val=8945&title=Analisa pengaruh Besar Tegangan Listrik Terhadap
Ketebalan Pelapisan Chrome pada Pelat Baja dengan Proses Electroplating.

Publikasi, N. (2013) ‘Ketebalan Lapisan Tembaga Pada Proses’.

Pustaka, T. (2005) ‘Bagaimanapun metode teknik coating yang digunakan , selalu dibutuhkan
tahap awal dari suatu proses pelapisan biasa disebut pretreatment dan pembersihan
permukaan suatu benda material yang sesuai , agar memaksimalkan kinerja dari hasil
coating . ( Kanani ’,.

Putri, A. and Handani, S. (2015) ‘Karakterisasi Sifat Mekanik Hasil Elektroplating Nikel
Karbonat (NiCO 3) Pada Tembaga (Cu)’, Jurnal Fisika, 4(1), pp. 83–90.

R. Sudigdo S, H. Enang Suma A, A. S. (Dosen J. pendidikan T. M. F. U. P. I. (no date)


‘OPTIMASI KONDISI PROSES PADA PELAPISAN LOGAM NIKEL DEKORATIF
(ELEKTROPLATING) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK INDUSTRI
KECIL PELAPISAN LOGAM R. Sudigdo S, H. Enang Suma A, Agus Solehudin.’

Rasyad, A. and Budiarto, B. (2018) ‘Analisis Pengaruh Temperatur, Waktu, dan Kuat Arus
Proses Elektroplating terhadap Kekuatan Tarik, Kekuatan Tekuk dan Kekerasan pada Baja
Karbon Rendah’, Jurnal Rekayasa Mesin, 9(3), pp. 173–182. doi:
10.21776/ub.jrm.2018.009.03.4.

Riszki, T. I. (2015) ‘Pengaruh Suhu Terhadap Kualitas Coating ( Pelapisan ) Stainless Steel
Tipe 304 Dengan Kitosan Secara Effect of Temperature on the Coating Quality of Stainless
Steel 304 With Chitosan By’, 4(1), pp. 25–28.

Saputro, 5Aziz212415028 (2019) ‘Pengaruh Tegangan Listrik Proses Electroplating Nikel


Pada Aluminium Alloy 1100 Terhadap Ketebalan Dan Kekerasan Lapisan’.

Supriadi, H. and Fadlil, K. (2013) ‘Pengaruh Rapat Arus Dan Temperatur Elektrolit Terhadap
Ketebalan Lapisan Dan Efisiensi Katoda Pada Elektroplating Tembaga Untuk Baja Karbon
Sedang’, Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Lampung, Indonesia, 4, pp. 30–37.

Sutomo, Senen and Rahmat (no date) ‘Pengaruh arus dan waktu pada pelapisan nikel dengan
elektroplating untuk bentuk plat’, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia.

Tebal, T. et al. (2012) ‘Febryan Andinata, dkk 48’, 2(2), pp. 48–52.

Topayung, D. (2011) ‘Effect of Electric Current and Process Time in The Thickness and
Mass Layer Formed on Electroplating Steel Plates’, Jurnal Ilmiah Sains, 11(1), pp. 97–101.

Yetri, Y. (2021) ‘Analisa Kekerasan dan Ketebalan Permukaan Lapisan Hasil Elektroplating
Kuningan Pada Baja’, JST (Jurnal Sains Terapan), 7(1). doi: 10.32487/jst.v7i1.1114.

Anda mungkin juga menyukai