Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRKATIKUM

TEKNOLOGI PELAPISAN LOGAM


PROSES ELECTROPLATING

Disusun oleh:

Moch Vicky cahya


17050524048

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak sekali barang-barang yang menggunakanan logam sebagai

bahan utama. Namun penggunaan logam menjadi kurang maksimal jika

logam tersebut mengalami korosi dan cepat aus baik dilihat dari segi kekuatan

fisik/mekanik dan dari segi keindahan. Dengan adanya hal tersebut maka

perlunya dilakukan pelapisan pada logam yaitu untuk meningkatkan sifat

teknis/mekanis dari suatu logam, yang kedua melindungi logam dari korosi,

dan ketiga memperindah tampilan (decorative). Ada beberapa macam cara

pelapisan logam, salah satunya adalah elektroplating. Elektroplating adalah

proses pelapisan logam dengan menggunakan bantuan arus listrik dan

senyawa tertentu guna memindahkan partikel logam pelapis ke logam yang

dilapis. Pelapisan logam dapat berupa lapis tembaga, nikel dan krom.

Penggunaan lapisan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kegunaan

masing-masing material.

Perkembangan teknologi rekayasa pelapisan listrik telah banyak

memberikan konstribusi yang cukup signifikan terhadap laju pertumbuhan

industri kecil menengah

dan pada saat ini proses electroplating yang dilakukan oleh Industri

electroplating dalam menghasilkan produknya adalah dengan melapiskan

logam krom pada bahan dasar/ baja carbon dengan system satu lapis atau

2
krom keras yaitu bahan dasar dibentuk kemudian dihaluskan kemudian

langsung diplating dengan krom (Raharjo. 2010). Penggunaan baja pada masa

sekarang ini mengalami kemajuan sangat pesat dan umumnya baja banyak

digunakan untuk alat-alat permesinan, konstruksi, pipa oli /gas, cetakan kue

(obat), peralatan kesehatan, tempat obat, poros-poros mesin industri pangan,

sifat mekanis pada permukaan baja tersebut dapat dinaikan. Peningkatan

sifat-sifat fisis dapat dilakukan dengan proses pelapisan menggunakan

metode electroplating.

Sekarang banyak orang mengira bahwa proses elektroplating hanya

berfungsi membuat benda-benda tampak lebih menarik. Pada kenyataannya,

peranan utama elektroplating adalah melindungi logam dari korosi. Di

samping itu, dapat menambah daya tahan gesekan dan menambah kekerasan.

Perkembangan teknologi rekayasa pelapisan listrik (electroplating) telah

banyak memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap laju

pertumbuhan industri kecil dan menengah termasuk bengkel fabrikasi, jasa

alat berat, dan modifikasi berbagai kendaraan. Elektroplating merupakan

suatu teknologi yang relatif mudah dikerjakan dengan menggunakan

peralatan yang sederhana dan membutuhkan pekerja yang relatif sedikit.

Kemudahan-kemudahan ini menarik parawirausahawan untuk bergerak

dibidang ini. Pada dasarnya elektroplating dilakukan dengan maksud

memberian perlindungan terhadap bahaya korosi, membentuk sifat keras

permukaan, dan sifat teknis atau mekanis tertentu, terhadap logam dasar.

3
Di dunia industri, bukan hanya kekuatan produk yang diinginkan

pasar, tetapi penampilan logam yang menarik akan sangat membantu

terhadap keberhasilan produk di pasaran. Dengan kata lain, suatu produk

pelapisan logam membutuhkan hasil dengan penampilan yang baik, misalnya

dikaitkan dengan penampilan produk yang bagus, mengkilat dan cemerlang.

Proses elektroplating adalah suatu proses pelapisan dimana terjadi

pengendapan suatu lapisan logam tipis pada permukaan yang dilapisi dengan

menggunakan arus listrik. Biasanya proses electroplating dilakukan dalam

suatu bejana atau cawan yang terdiri dari elektroda yang dihubungkan dengan

arus listrik searah (DC) dimana rangkaian ini disebut sel elektrolisa. Adapun

logam yang digunakan sebagai pelapis adalah nikel, kromium, mangan, arsen,

platinum, aurum, plumbun dan lain-lain.

B. Tujuan

1. Mengetahui proses pelapisan logam dengan metode electroplating.

2. Mengetahui hal-hal perlu diperhatikan dalam proses electroplating.

3. Mengetahui hasil proses electroplating menggunakan pelapis tembaga,

crome, nikel, pada praktikum mata kuliah pelapisan logam.

C. Manfaat

1. Dapat mengetahui proses pelapisan logam dengan metode

electroplating.

2. Dapat mengetahui hal-hal perlu diperhatikan dalam proses

electroplating.

4
3. Dapat mengetahui hasil proses electroplating menggunakan pelapis

tembaga, crome, nikel, pada praktikum mata kuliah pelapisan logam.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Elektroplating

Elektroplating merupakan proses pelapisan bahan padat dengan logam

lainnya menggunakan bantuan arus listrik melalui suatu elektrolit dengan

tujuan memindahkan partikel logam pelapis ke material yang akan dilapisi.

Gambar 2.1. Skema proses pelapisan logam (Pria Gautama, 2009: 1)

Prinsip kerja dasar pelapisan logam adalah penempatan ion-ion logam

pelapis diatas substrat yang akan dilapisi melalui metode elektrolisis yakni

dengan adanya arus searah maka senyawa kimia akan terurai dalam larutan

5
elektrolit. Ion-ion positif akan bergerak ke katoda dan ion-ion negatif akan

bergerak menuju anoda sehingga terjadi pelapisan pada substrat atau benda

yang akan dilapisi. Anoda merupakan elektroda yang menghasilkan elektron

sedangkan katoda adalah elektroda yang menerima elektron yang merupakan

tempat pengendapan pada saat elektroplating. Sebagai anoda digunakan

platina karena bersifat inert sedangkan katodanya merupakan substrat yang

dipakai untuk membuat lapisan tipis, misalnya jika ingin melapisi bahan

dengan Cr maka larutan elektrolitnya asam kromat dan sebagai anodanya

adalah Cr (Helmy Alian, 2010).

Reaksi yang terjadi pada katoda adalah sebagai berikut :

Mn+ + ne  M0

Reaksi yang terjadi pada anoda adalah sebagai berikut :

M0  Mn++ ne

Dalam operasi pelapisan, kondisi operasi penting untuk diperhatikan,

karena kondisi tersebut akan menentukan berhasil atau tidaknya proses

pelapisan serta mutu lapisan yang dihasilkan.

Kondisi pelapisan yang perlu diperhatikan antara lain :

a. Rapat Arus ( Current Density)

Makin tinggi rapat arus, makin tinggi kecepatan pelapisan dan

memperkecil ukuran benda kerja. Bila rapat arus terlalu tinggi maka

lapisannya akan kasar dan nampak hitam.

b. Tegangan Arus (Voltage)

6
Digunakan umumnya 3 - 9 Volt. Untuk pelapisan nikel digunakan 6 - 9

Volt. Sebaiknya arus yang digunakan adalah setabil karena dapat

mempengaruhi mutu dari hasil pelapisan.

c. Suhu Larutan

Kenaikan suhu larutan menyebabkan bertambahnya ukuran kristal.

Keuntungannya : - pengurangan garam logam

- mengurangi terserapnya H2

Kerugiannya : - viskositas larutan menurun

- lapisan menjadi kasar

d. PH larutan

Tujuan menentukkan derajat keasaman adalah untuk mengecek

kemampuan larutan dalam menghasilkan larutan yang baik. Larutan

bersifat basa bila PHnya = 11 - 14 dan bersifat asam bila PHnya = 4,5 -

5,6.

B. Larutan Elektrolit

Umumnya berupa larutan garam yang logamnya akan dilapiskan dan

mudah larut. Aktivitas ion logam ditentukan oleh konsentrasi garam

logamnya, derajat disosiasi dan konsentrasi unsur lain. Pengaturan PH dengan

penambahan bahan penggabungan (buffer) dimaksudkan untuk mendapatkan

sifat lapisan yang :

a. Kenampakan (Appearance)

7
b. Keuletan (Ductility)

c. Kekerasan (Hardness)

Larutan elektrolit harus bersifat ;

a. Covering Power

Adalah kemampuan elektrolit untuk mengendapkan logam pada katoda.

b. Throwing Power

Adalah kemampuan elektrolit untuk menghasilkan lapisan dengan tebal

yang sama.

c. Levelling

Adalah kemampuan elektrolit untuk menghasilkan lapisan yang lebih

tebal pada lekukan.

C. Asam Hidroklorida

Asam hidroklorida adalah asam kuat dan merupakan larutan akuatik

dari gas hidrogen klorida (HCl). Asam ini sangat larut dalam air, asam HCl

pekat mempunyai konsentrasi 12 M mengandung sekitar 38% massa HCl,

memiliki titik didih -85 bau yang tajam pada suhu 25 dan sangat korosif

sehingga harus ada penanganan yang tepat. HCl dapat berdisosiasi

melepaskan satu H+ hanya sekali sehingga disebut asam monoprotik. H+ akan

bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, H3O+:

HCL (aq) + H2O (l)  H3O+ (aq) + Cl- (aq)

8
Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosiasi asam, Ka,

mengindikasikan tingkat disosiasi zat tersebut dalam air. Untuk asam kuat

seperti HCl, nilai Ka cukup besar yaitu ̴ 107. Asam hidroklorida juga sulit

mengalami reaksi redoks dan merupakan reagen pengasam yang sangat baik

karena pada konsentrasi menengah cukup stabil untuk disimpan dan

konsentrasinya tetap stabil. Pada konsentrasi pekat asam klorida dapat

melarutkan banyak jenis logam dan menghasilkan logam klorida dan gas

hidrogen.

Cr larut dalam (HCl) encer atau pekat. Jika tak terkena udara, akan terbentuk

ion-ion kromium(II) (Vogel, 1990: 270):

Asam klorida (encer maupun pekat) dan asam sulfat encer, melarutkan nikel

dengan membentuk hidrogen (Vogel, 1990: 281):

D. Asam Sulfat

Asam sulfat merupakan asam mineral anorganik dan memiliki sifat

larut dalam air dengan semua perbandingan. Asam sulfat ini mempercepat

sampel untuk mengalami oksidasi. Asam sulfat diproduksi dari belerang,

oksigen, dan air melalui proses kontak. Asam sulfat panas melarutkan nikel

dengan membentuk belerang

dioksida (Vogel, 1990: 281):

9
Ni (s) + H2SO4 (aq) + 2H + (aq) → Ni2+ (aq) + SO2 (s) + 2H2O (l)

Asam sulfat pekat panas akan melarutkan kromium dengan cepat, sedangkan

asam sulfat encer reaksinya berlangsung pelan :

2Cr (s) + 6H2SO4 (aq) → 2Cr3+(aq) + 3SO42- (aq) + 6SO2(g) + 12 H2 O

(L)

E. Klasifikasi Pelapisan Logam

Klasifikasi pelapisan logam antara lain:

1. Secara pelelehan (celup panas/hot dip), Logam pelapis dipanaskan

sampai meleleh, kemudian logam yang akan dilapisi dicelupkan ke

dalam logam tersebut atau dengan cara mengalirkan lelehan logam

pelapisan pada logam, yang akan dilapis, pada proses ini dibutuhkan

temperatur tinggi.

2. Secara semprot (metal spraying), adalah dengan menyemprotkan gas

bertekanan tinggi dan panas terhadap logam pelapis, sehingga logam

akan meleleh dan membentuk partikel-partikel halus, kemudian melekat

pada benda yang dilapis.

3. Secara spheradizing, merupakan proses sementasi, yaitu dengan cara

membedaki bahan yang akan dilapisi dengan serbuk pelapis, kemudian

dipanaskan sampai dibawah titik leleh.

4. Rich Coating, pelapisan dengan menggunakan debu bahan pelapis

yang dicampur dengan bahan pengikat organic atau bahan anorganik.

5. Secara listrik (electroplating) merupakan proses pelapisan logam atau

non logam dengan menggunakan arus searah (DC) melalui methode

10
elektrolisa. Lapis listrik memberikan perlindungan logam dengan

menggunakan logam tertentu sebagai pelindung/pelapis misalnya

Cupper, nickel, chromium, zinc, kuningan, perungu.

F. Tujuan Pelapisan Logam

1. Meningkatkan ketahanan logam dasar terhadap gesekan (abrasi).

2. Memperbaiki tampak rupa (decorative) misalnya lapis emas, kuningan,

perak, perunggu.

3. Memperbaiki kehalusan permukaan dan toleransi logam dasar

misalnya nikel, chromium.

4. Melindungi logam dasar dari korosi.

5. Melindungi logam dasar dengan logam yang lebih mulia misalnya

lapis emas, perak, platina, pada baja.

6. Melindungi logam dasar dengan logam yang kurang mulia misal lapis

zinc, cadnium, perak pada baja.

G. Kelebihan dan Kekurangan Proses Elektroplating

Kelebihan dari proses elektroplating antara lain:

1. Temperatur proses rendah.

2. Kondisi proses pada lingkungan atmosfir biasa.

3. Peralatan relatif murah.

4. Komposisi larutan yang digunakan banyak terjual dipasaran.

5. Laju pengendapan cepat.

6. Porositas pada lapisan relatif rendah.

7. Dapat menghasilkan beberapa lapisan.

11
Kekurangan dari proses elektroplating antara lain:

1. Terbatas pada logam dan paduannya.

2. Perlu perlakuan awal terhadap benda kerja.

3. Terbatas pada benda kerja yang bersifat konduktor.

BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Tempat dan waktu praktikum

Waktu dan tempat penelitian di laksanakan di :

Hari/Tanggal : Jumat, 06 Desember 2019

Waktu : 08.00 - selesai

Tempat : Laboratorium Pelapisan A8

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Power

Sebagai sumber arus searah (DC) dan penurun tegangan.

b. Bak pelapisan

Sebagai penampung larutan elektrolit pada proses elektroplating.

c. Bak larutan HCL

Sebagai penampung larutan HCL pada proses elektroplating.

d. Sarung Tagan.

12
Sebagai alat K3 dalam proses Pencucian logam Pada larutan HCL

e. Penjepit Klip

Sebagai alat untuk menjepit logam yang akan di lapisi pada bak

pelapisan.

f. Kertas

Sebagai alas hasil dari pelapisan agar tidak terkontaminasi dengan

unsur lain.

2. Bahan

a. Batu Nikel

b. Batu Crome

c. Kawat Tembaga

d. HCL

e. Uang Koin

f. Air.

C. Rencana pelaksanaan praktikum.

1. Diagram alir praktikum

Mulai

Persiapan Alat dan Bahan

Pengerjaan pembersihan mekanik

13
Degreasing: Pencucian
dengan larutan alkaline

Pembersihan: (Pencucian dengan air bersih)

Pelapisan
tembaga,nikel,krom

Pengeringan

Selesai

Gambar 3.1. Diagram Alir Pelaksanaan

D. Langkah-langkah pengerjaan

1. Menyiapkan alat dan bahan yang di butuhkan untuk praktikum.

2. Pre – Treatment atau Pembersihan Awal.

a. Degreasing

Membersihkan kotoran (lemak, debu, dan lain-lain)

 Mencelupkan benda kerja kedalam HCL

 Mencelupkan benda kerja kedalam air

b. Pickling

Membersihkan korosi yang ada pada benda kerja.

14
 Mencelupkan benda kerja kedalam larutan asam HCL

 Mencelupkan benda kerja kedalam kedalam air (sambil digosok-

gosok) dan dicuci menggunakan detergent.

c. Mengeringkan benda kerja dengan udara bebas

3. Melakukan aktivasi pada logam, proses ini bertujuan agar spesimen yang

akan di plating bebas dari lemak dan permukaanya aktif, tidak tertutup

oleh oksidan. Pengaktifan ini sering disebut proses Leaching, yaitu

memasukan logam kedalam larutan alkali dan asam secara bergantian.

Larutan yang digunakan biasanya larutan sod cyanide dan asam sulfat

yang kemudian dibilas dengan air mengalir.

4. Treatment atau Pelapisan

a. Tembaga (Cu)

 Menghubungkan benda kerja dengan kutub negatif / katoda

rectifier.

 Menghubungkan logam anoda (Cu) dengan kutub positif /

anoda pada rectifier.

 Mencelupkan kedua elektroda kedalam larutan

 Jarak antara anoda dan katoda tidak boleh terlalu dekat

gunakan jarak 10 – 15 cm

 Menghidupkan rectifier dengan memperhatikan Current

density atau arusnya serkitaar 1 – 4 ampere

 Setelah sekitar 10 dan 15 menit benda kerja diangkat dari bak

electroplating dan dicelupkan kedalam air.

15
b. Nikel.

 Menghubungkan benda kerja dengan kutub negatif / katoda

rectifier.

 Menghubungkan logam anoda (Cu) dengan kutub positif /

anoda pada rectifier.

 Mencelupkan kedua elektroda kedalam larutan

 Jarak antara anoda dan katoda tidak boleh terlalu dekat

gunakan jarak 10 dan 15 cm

 Menghidupkan rectifier dengan memperhatikan Current

density atau arusnya serkitaar 1 – 4 ampere

 Setelah sekitar 10 – 15 menit benda kerja diangkat dari bak

electroplating dan dicelupkan kedalam air.

c. Krom

 Menghubungkan benda kerja dengan kutub negatif / katoda

rectifier.

 Menghubungkan logam anoda (Cu) dengan kutub positif /

anoda pada rectifier.

 Mencelupkan kedua elektroda kedalam larutan

 Jarak antara anoda dan katoda tidak boleh terlalu dekat

gunakan jarak 10 – 15 cm

 Menghidupkan rectifier dengan memperhatikan Current

density atau arusnya serkitaar 1 – 4 ampere

16
 Setelah sekitar 3 detik-5 detik benda kerja diangkat dari bak

electroplating dan dicelupkan kedalam air.

5. Melakukan proses pengerjaan akhir, spesimen dikeringkan kemudian di

poles kembali dengan auto sol agar permukaan bersih dan mengkilap.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

1. Tembaga.

2. Nikel.

3. Krom.

17
B. Pembahasan.

1. tembaga

Dari hasil proses elektroplating yang telah dilaksanakan, benda

kerja mengalami kegosongan dan sebagian terlapisi oleh tembaga. Hal ini

diperkirakan oleh beberapa fsktor diantaranya besar kuat arus, waktu

elektroplating, elektrolit yang digunakan, dan benda kerja yang kurang

bersih. Pada gambar diatas terlihat benda kerja setelah proses

elektroplating justru terlihat jelek karena pelapisan tidak merata. Dengan

meningkatnya kuat arus listrik yang mengalir maka jumlah ion-ion akan

semakin banyak, sehingga ion-ion akan semakin banyak terlepas dari

larutan dan mengendap pada katoda/benda kerja. Kemudian waktu tinggal

proses elektroplatingg hanya sekitar 10-15 menit.. Pengaruh waktu

terhadap tebal lapisan berakibat pada ketebalan lapisan, apabila waktu

proses semakin lama maka akan semakin meningkat pula ketebalan

lapisan. Pada benda kerja hasil elektroplating juga terdapat kegosongan,

hal ini kemungkinan karena jarak anoda yang terlalu dekat maupun terlalu

jauh. Tidak hanya itu, larutan yang digunakan pada proses elektroplating

sudah usang, jadi pada benda kerja terjadi pelapisan yang tidak sempurna.

2. Nikel

18
Dari hasil proses elektroplating yang telah dilaksanakan, benda

kerja mengalami proses lapis nikel. Hal ini diperkirakan oleh beberapa

fsktor diantaranya besar kuat arus, waktu elektroplating, elektrolit yang

digunakan, dan benda kerja yang kurang bersih. Pada gambar diatas

terlihat benda kerja setelah proses elektroplating justru terlihat jelek karena

pelapisan tidak merata. Dengan meningkatnya kuat arus listrik yang

mengalir maka jumlah ion-ion akan semakin banyak, sehingga ion-ion

akan semakin banyak terlepas dari larutan dan mengendap pada

katoda/benda kerja. Kemudian waktu tinggal proses elektroplatingg hanya

sekitar 10-15 menit.. Pengaruh waktu terhadap tebal lapisan berakibat pada

ketebalan lapisan, apabila waktu proses semakin lama maka akan semakin

meningkat pula ketebalan lapisan. Pada benda kerja hasil elektroplating

juga terdapat kegosongan, hal ini kemungkinan karena jarak anoda yang

terlalu dekat maupun terlalu jauh. Tidak hanya itu, larutan yang digunakan

pada proses elektroplating sudah usang, jadi pada benda kerja terjadi

pelapisan yang tidak sempurna.

3. Crome

Dari hasil proses elektroplating yang telah dilaksanakan, benda

kerja mengalami kegosongan dan sebagian terlapisi oleh tembaga. Hal ini

diperkirakan oleh beberapa fsktor diantaranya besar kuat arus, waktu

elektroplating, elektrolit yang digunakan, dan benda kerja yang kurang

bersih. Pada gambar diatas terlihat benda kerja setelah proses

elektroplating justru terlihat jelek karena pelapisan tidak merata. Dengan

19
meningkatnya kuat arus listrik yang mengalir maka jumlah ion-ion akan

semakin banyak, sehingga ion-ion akan semakin banyak terlepas dari

larutan dan mengendap pada katoda/benda kerja. Kemudian waktu tinggal

proses elektroplating hanya 3-5 kali pencelupan.. Pengaruh waktu dan

banyaknya pencelupan terhadap tebal lapisan berakibat pada ketebalan

lapisan, apabila waktu proses pencelupan semakin lama dan banyak maka

akan semakin meningkat pula ketebalan lapisan. Pada benda kerja hasil

elektroplating juga terdapat kegosongan, hal ini kemungkinan karena jarak

anoda yang terlalu dekat maupun terlalu jauh. Tidak hanya itu, larutan

yang digunakan pada proses elektroplating sudah usang, jadi pada benda

kerja terjadi pelapisan yang tidak sempurna.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada praktikum proses elektroplating penulis dapat menyimpulkan bahwa

ketebalan spesimen hasil proses electroplating semakin meningkat seiring

20
bertambahnya arus dan waktu yang di berikan atau dapat dikatakan

berbanding lurus dengan naiknya arus dan waktu.

2. Kebersihan dan kehalusan spesimen sangat berpengaruh terhadap hasil

proses elektroplating.

B. Saran

1. Pada proses pelapisan logam dengan metode elektroplating harus

memperhatikan elektrolit yang digunakan, pH larutan, kuat arus, suhu

larutan, kebersihan dan kehalusan benda kerja, serta waktu tinggal

proses elektroplating.

21
DAFTAR PUSTAKA

Helmy Alian, 2010, Pengaruh Tegangan pada proses elektroplating baja

dengan pelapisnseng dan krom terhadap kekerasan dan laju korosinya, Jurusan

Teknik Mesin, FT, Palembang: Universitas Sriwijaya

Pria gautama, 2009, Mengenal Cara Pelapisan Logam, Jurusan Teknik

Mesin, FT, Bandung: Institut Teknologi Bandung

Samsudin Raharjo, 2010, Pengaruh Variasi Tegangan Listrik Dan Waktu

Proses Elektroplating Terhadap Ketebalan Serta Kekasaran Lapisan Pada Baja

Karbon .

22

Anda mungkin juga menyukai