Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

PERCOBAAN 8
REAKSI REDOKS
Disusun Oleh:
Nama : Ali Musa
NIM : 24030120130077
Kelompok :2
Hari, Tanggal : Senin, 26 April 2021
Asisten : Arisa Dwi Oktafia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan praktikum kimia dasar, percobaan ke 8 yang berjudul
“Reaksi Redoks” yang memiliki tujuan untuk mempelajari beberapa reaksi redoks.
Percobaan ini menggunakan prisnsip transfer elektron, perubahan biloks, dan
pelarutan. Sedangkan metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah reaksi
redoks, pendesakan logam, dan reaksi disporporsionasi. Reaksi redoks adalah suatu
reaksi yang didalamnya terjadi oksidasi dan reduksi serta berkaitan erat dengan
pelepasan dan penerimaan elektron. Reaksi oksidasi adalah reaksi yang didalamnya
terjadi pembebasan elektron dan terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reaksi
oksidasi adalah reaksi yang didalamnya terjadi penerimaan elektron dan terjadi
penurunan bilangan oksidasi. Diketahui juga reaksi disrpoporsionasi adalah reaksi
yang dimana reaktanmengalami reaksi reduksi dan oksidasi secara bersamaan.
Percobaan yang dilakukan adalah mereaksikan CuSO4 dengan logam Zn, ZnSO4
dengan logam Cu, Pb(NO3)2, Zn(NO3)2, dan NaNO3 dengan masing-masing logam Al,
Zn, dan Cu, H2O2 dengan penambahan katalis MnO2, H2O2 dengan KI dengan
penambahan katalis H2SO4 lalu dengan larutan kanji, serta FeCl3 dengan KI dengan
penambahan katalis H2SO4 lalu dengan larutan kanji. Dilakukan juga perhitungan
nilai E0 dan diketaui apabila nilai E0 positif, maka reaksi berjalan spontan, sedangkan
apabila nilai E0 negatif, maka reaksi berjalan tidak spontan.

Kata kunci : Reaksi Redoks, Biloks, Reaksi Disproporsionasi, Deret Volta,


Pendesakan Logam
I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mempelejari beberapa reaksi redoks

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reaksi Kimia

Reaksi kimia merupakan sebuah proses dimana terjadinya perubahan


dalam suatu reaksi yang berlangsung yang terjadi apabila terdapat suatu
materi awal (mula-mula). Pada reaksi kimia akan muncul sebuah materi baru
yang memiliki sifat berbeda dengan materi sebelumnya. Jumlah atom yang
dimiliki pada pereaksi dan produk harus sama, unsur dan senyawa adalah
materi yang berpartisipasi dengan reaksi kimia. (Chang, 2004)

2.1.1 Reaksi Redoks

Reaksi reduksi dan reaksi oksidasi atau biasa disebut dengan


reaksi redoks adalah reaksi kimia yang berkaitan erat dengan pelepasan
dan penerimaan electron. (Chang, 2004)

Reaksi reduksi adalah reaksi di mana bahan menjerat atau


memperoleh elektron dan mereduksi bilangan oksidasinya, sedangkan
reaksi oksidasi adalah peristiwa di mana bahan melepaskan elektron
tetapi bilangan oksidasinya meningkat.Kedua reaksi ini terjadi pada
reaksi reduksi. Katoda dan anoda dalam sel elektrokimia. ( Svehla,
1985)

2.1.2 Oksidasi dan Reduksi

Oksidasi dan reduksi adalah dongeng tentang pengurangan atau


peningkatan komponen. Oksidasi didefinisikan sebagai hilangnya
elektron yang disebabkan oleh elemen terkecil yang berpartisipasi dalam
reaksi, dan reduksi didefinisikan sebagai akseptor elektron. Jumlah
elektron yang bertambah dan berkurang harus sama. Dalam reaksinya,
Anda akan menemukan elektron dipindahkan dari satu unsur ke unsur
lainnya. (Miller, 1987)

2.1.3 Oksidator dan Reduktor

Oksidator dan reduktor adalah istilah yang digunakan untuk


bahan yang mengalami reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Dengan kata
lain, oksidator adalah bahan yang mengalami reduksi dan zat reduktori
berlawanan dengan oksidator. (Chang, 2004)

2.2 Bilangan Oksidasi

Berdasarkan distribusi elektron di sekitar atom, muatan virtual atom


dalam suatu senyawa dihitung berdasarkan keelektronegatifan, yang dapat
diartikan sebagai bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi atau biasa disebut
bilangan oksidasi juga dapat diartikan sebagai istilah dalam ilmu kimia, yang
dapat diartikan sebagai jumlah muatan negatif atau positif yang ada pada
atom. Oksidasi ini menunjukkan jumlah elektron yang ditangkap atau
dilepaskan ke atom lain. Beberapa atom hanya memiliki satu bilangan
oksidasi, tetapi beberapa atom memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi.
Misalnya bilangan oksidasi unsur bebas berupa monoatom, diatom, dan
tetraatom memiliki nilai oksidasi nol. Bilangan oksidasi atom logam selalu
memiliki nilai oksidasi positif, dan nilainya sesuai dengan golongannya, tetapi
ini tidak berlaku untuk gugus logam transisi dengan lebih dari satu bilangan
oksidasi. Pada ion monoatom dan poliatomik memiliki biloks yang sama
dengan muaan ionnya, seperti Ca2+ yang memiliki nilai biloks +2. Sehingga
didapat bahwwa atom dapat bernilai negatif ataupun positif yang diakibatkan
adanya keelektronegatifan yang ada pada atom atom suatu molekul. (Chang,
2004)

2.3 Penyetaraan Reaksi Redoks


Sebagian besar reaksi redoks sukar disetarakan menggunakan dugaan.
Reaksi tersebut dapat disetarakan dengan dua metode yaitu metode ion
elektron dan metode bilangan oksidasi. Metode ion electron menggunakan
prinsip jumlah electron yang dilepaskan. Penyetaraan dengan metode ini
dibagi menjadi beberapa tahapan berikut :
K2Cr2O7 + HCl → KCl + CrCl3 + Cl2 + H2O
 Pertama, membuat kerangka ion elektron yaitu setengah reaksi
reduksi dan setengah reaksi oksidasi.
Oksidasi : Cl- → Cl2
Reduksi : Cr2O72- → 2Cr3+
 Kedua, menyetarakan tiap-tiap reaksi.
Oksidasi : 2Cl- → Cl2
Reduksi : Cr2O72+ + 14H+ → 2Cr3+ + 7H2O
 Ketiga, apabila terdapat spesi yang lain yang dapat mengubah
biloks dari O2 dan H2, dapat disetarakan dengan menuliskan
spesi yang berhubungan di ruas yang berbeda.
Pada reaksi di atas, tidak ada.
 Keempat, muatan yang ada pada reaksi disetarakan yaitu
dengan menambah elektron.
Oksidasi : 2Cl- → Cl2 +2e-
Reduksi : Cr2O72- + 14H+ + 6e → 2Cr3+ + 7H2O
 Kelima, jumlah elektron pada tiap-tiap reaksi disetarakan.
Oksidasi : 2Cl- → Cl2 + 2e x3
Reduksi : Cr2O72- + 14H+ +6e → 2Cr3+ + 7H2O x1
menjadi
Oksidasi : 6Cl- → 3Cl2 +6e
Reduksi : Cr2O72- + 14H+ + 6e → 2Cr3+ + 7H2O
Reaksi : Cr2O72- + 6Cl- + 14 H + → 2Cr3+ + 3Cl2 + 7H2O
 Terakhir, didapat persamaan sebagai berikut.
K2CrO7 + 14 HCl → 2 CrCl3 + 3Cl2 + 2KCl + 7H2O
(Petrucci, 1992)

2.4 Reaksi Disproporsionasi

Reaksi disproporsional atau yang dapat disebut sebagai reaksi


autoredoks adalah reaksi redoks ketika oksidator dan reduktornya merupakan
zat/unsur/senyawa yang sama (Shriver dan Atkins, 1999). Reaksi ini juga
dapat diartikan dengan reaksi redoks yang mengalami simultan pada suatu zat.
Dalam senyawa yang mengalami reaksi disproposional ini sebagian dari zat
itu akan mengalami oksidasi dan sebagian lagi mengalami reduksi. Sehingga
dapat dikatakan bahwa oksidator dan reduktornya adalah zat yang sama.
Dalam reaksi autoredoks terdapat reaksi disproposional dan konproporsional.
Reaksi konproporsional sendiri adalah reaksi yang berkebalikan dengan reaksi
disproposional, dimana reaksi konproporsional ini hasil reduksi dan
oksidasinya adalah zat yang sama. Zat pada reaksi disproposional
mengandung unsur yang memiliki biloks dengan nilainya ada diantara biloks
tertinggi dan biloks terendah.
(Lange, 1967)
Cl2 + 2NaOH → NaCl + NaClO + H2O
(Chang, 2004)
Dalam reaksi redoks diatas, Cl2 memiliki biloks 0, pada bagian produk,
NaCl unsur Cl memiliki biloks -1, sedangkan pada NaClO, Cl memiliki nilai
biloks +1. Sehingga Cl2 mengalami reduksi pada NaCl dan mengalami
oksidasi pada NaClO. Sehingga dalam reaksi redoks di atas, Cl 2 mengalami
reaksi disproporsional.
(Chang, 2004)

2.5 Pendesakan Logam

Unsur logam cenderung mengalami oksidasi (melepas electron),


sehingga semua logam bersifat reduktor. Ada sebagian logam yang bersifat
reduktor kuat dan reduktor lemah (mudah teroksidasi).
Reduktor kuat sampai lemah :

Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, H 2O2, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H +,
Sb, Bs, Cu, Hg, Ag, Pb, Au.
Deret volta tersebut, semakin ke kanan sifat reduktornya makin kuat dan
oksidasinya makin lemah. Oleh karena itu, anggota deret volta yang lebih ke
kanan melalui reduksi. Reaksi ini disebut reaksi pendesakan logam.
(Rivai, 1995)

2.6 Potensial Elektroda

Tabel Potensial Reduksi

Potensial standar,
Reaksi elektrode Eo (volt)
Li+(aq) + e- -----> Li(s) -3.05
K+(aq) + e- -----> K(s) -2.93
2+ -
Ba (aq) + 2 e -----> Ba(s) -2.9
2+ -
Sr (aq) + 2 e -----> Sr(s) -2.89
Ca2+(aq) + 2 e- -----> Ca(s) -2.87
+ -
Na (aq) + e -----> Na(s) -2.71
2+ -
Mg (aq) + 2 e -----> Mg(s) -2.37
Be2+(aq) + 2 e- -----> Be(s) -1.85
3+ -
Al (aq) + 3 e -----> Al(s) -1.66
2+ -
Mn (aq) + 2 e -----> Mn(s) -1.18
2 H2O + 2 e- -----> H2(g) + 2 OH-(aq) -0.83
Zn2+(aq) + 2 e- -----> Zn(s) -0.76
3+ -
Cr (aq) + 3 e -----> Cr(s) -0.74
Fe2+(aq) + 2 e- -----> Fe(s) -0.44
Cd2+(aq) + 2 e- -----> Cd(s) -0.4
- 2-
PbSO4(s) + 2 e -----> Pb(s) + SO 4 (aq) -0.31
Co2+(aq) + 2 e- -----> Co(s) -0.28
Ni2+(aq) + 2 e- -----> Ni(s) -0.25
2+ -
Sn (aq) + 2 e -----> Sn(s) -0.14
Pb2+(aq) + 2 e- -----> Pb(s) -0.13
+ -
2H (aq) + 2 e -----> H2(g) 0
4+ - 2+
Sn (aq) + 2 e -----> Sn (aq) 0.13
Cu2+(aq) + e- -----> Cu+(aq) 0.13
2- + -
SO4 (aq) + 4 H (aq) + 2 e -----> SO2(g) + 2
H2O 0.2
- -
AgCl(s) + e -----> Ag(s) + Cl (aq) 0.22
Cu2+(aq) + 2 e- -----> Cu(s) 0.34
O2(g) + 2 H2 + 4 e- -----> 4 OH-(aq) 0.4
I2(s) + 2 e- -----> 2 I-(aq) 0.53
MnO4-(aq) + 2 H2O + 3 e- -----> MnO2(s) + 4
OH-(aq) 0.59
+ -
O2(g) + 2 H (aq) + 2 e -----> H2O2(aq) 0.68
Fe3+(aq) + e- -----> Fe2+(aq) 0.77
+ -
Ag (aq) + e -----> Ag(s) 0.8
2+ -
Hg 2 (aq) + 2 e -----> 2 Hg(l) 0.85
2 Hg2+(aq) + 2 e- -----> Hg22+(aq) 0.92
- + -
NO3 (aq) + 4 H (aq) + 3 e -----> NO(g) + 2
H2O 0.96
- -
Br2(l) + 2 e -----> 2 Br (aq) 1.07
O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e- -----> 2 H2O 1.23
+ - 2+
MnO2(s) + 4 H (aq) + 2 e -----> Mn (aq) + 2
H2O 1.23
Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6 e- -----> 2 Cr3+(aq) +
7 H2O 1.33
- -
Cl2(g) + 2 e -----> 2 Cl (aq) 1.36
Au3+(aq) + 3 e- -----> Au(s) 1.5
- + - 2+
MnO4 (aq) + 8 H (aq) + 5 e -----> Mn (aq) + 4
H2O 1.51
4+ - 3+
Ce + e -----> Ce
(aq) 1.61
(aq)
+ 2- -
PbO2(s) + 4 H (aq) + SO4 (aq) + 2 e ----->
PbSO4(s) + 2 H2O 1.7
H2O2(aq) + 2 H+(aq) + 2 e- -----> 2 H2O 1.77
3+ - 2+
Co (aq) + e -----> Co (aq) 1.82
O3(g) + 2 H+(aq) + 2 e- -----> O2(g) + H2O 2.07
- -
F2(g) + 2 e -----> F (aq) 2.87

(Michael dan Eti, 2018)

2.7 Penentu Potensial Elektroda

Pada potensial elektroda, jika Eo elektroda lebih besar dari nol (> 0),
reaksi akan bergerak ke kanan dan elektroda bertindak sebagai oksidan.
Namun, jika Eo kurang dari nol (<0), reaksi pada elektroda akan bergerak
berlawanan arah dan elektroda akan bertindak sebagai reduktor.
Dari dua logam yang akan digunakan sebagai elektroda, potensial yang
lebih besar akan menjadi katoda, dan potensial yang lebih rendah akan
menjadi anoda. Potensial yang dihasilkan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
E°Sel = E°Red – E°Oks
Jika hasil perhitungan menunjukkan (> 0), reaksi bergerak secara
spontan. Jika jumlah sel kurang dari 0, reaksi akan bergerak ke arah yang
berlawanan.
(Chang, 2010)

2.8 Agen-agen Pengoksidasi


Agen pengoksidasi adalah zat yang dapat mengoksidasi zat lain karena
oksidator akan berperan sebagai akseptor elektron dari zat yang teroksidasi.
Agen pengoksidasi akan mengalami reduksi atau pelepasan oksigen selama
reaksi, sehingga mengurangi penurunan bilangan oksidasi.
Agen pengoksidasi yang umum termasuk oksigen, hidrogen
peroksida, dan halogen. Zat pengoksidasi terlemah adalah natrium, dan yang
terkuat adalah fluor. Ciri-ciri Zat pengoksidasi berkualitas baik adalah
elektronegativitas tinggi, jari-jari atom rendah, dan energi ionisasi tinggi.
Pada agen pengoksidasi dari oksidan adalah negatif, artinya ia menerima
elektron. Ambil reaksi spontan larutan logam Zn dan CuSO4 sebagai contoh
Z n(s) +CuS O 4 (aq) → ZnS O 4 (aq )+ C u(s)
Reaksi ini menunjukkan bahwa Cu merupakan pengoksidasi dalam
reaksi tersebut karena Cu memiliki potensi reduksi yang lebih besar. Hal ini
dapat dibuktikan dengan mereduksi Cu dari +2 menjadi 0.
C u2(aq)
+¿+2 e→ Cu ( s) ¿

(Petrucci, 1985)

2.9 Analisa Bahan


2.9.1 Kertas Amplas
Sifat fisika
 Kertas dengan bahan butiran pasir
 Memiliki warna dan tingkat kekasaran yang berbeda
 Memiliki bentuk lembaran bulat dan persegi panjang
Sifat kimia
 Material yang tersusun atas alumunium oksida yang sangat
kuat dan tahan aus
 Partikel abrasif terbuat dari silicon karbida
(Dresdner, 1992)

2.9.2 CuSO4
Sifat fisika
 Berwujud padatan putih atau putih pudar.
 Memiliki bau yang tidak menyengat.
 Titik didih 650°C dan titik leleh 590°C.

Sifat kimia

 Tidak mudah terbakar.


 Larut di air dingin, namun sangat larut di air panas.
 Larut dalam metanol, tapi tidak larut dalam etanol.
(NCBI, 2020)

2.9.3 ZnSO4
Sifat fisika
 Berbentuk kristal putih
 Tidak berbau
 Titik lebur 680 °C
Sifat kimia
 Stabil pada suhu ruangan
 Jika dipanaskan di atas titik lebur maka akan terdekomposisi menjadi
sulfur oksida dan seng oksida
 Bersifat iritasi
(Budavari, 1989)

2.9.4 Logam Al
Sifat fisika
 Berbentuk padatan berwarna abu metalik
 Titik didih mencapai 2519 °C
 Penghantar panas dan listrik yang baik
Sifat kimia
 Reduktor yang kuat
 Tahan korosi karena terbentuk lapisan tipis AlO3 ketika kena udara
 Reaksi dengan air dan asam menghasilkan larutan AlCl3, garam
logam lainnya, dan gas H2
 Bereaksi lambat dengan asam nitrat pekat panas.

(Beumer, 1994)

2.9.5 Logam Zn
Sifat fisika
 Berwujud jarum-jarum kecil
 Tidak berwarna dan tidak berbau
 Memiliki massa atom 65,37 g/mol
 Memiliki titik lebur pada 410°C dan titik didih pada 906°C
Sifat kimia
 Mudah larut dalam HCl encer dan asam sulfat encer dengan
mengeluarkan gas hidrogen
(Vogel, 1985)

2.9.6 Logam Cu
Sifat fisika
 Memiliki massa atom 63,546 g/mol
 Memiliki titik lebur 1083°C
 Berwarna kemerahan
 Mudah regang dan mudah ditempa
Sifat kimia
 Tidak dapat bereaksi dengan alkali, namun larut dalam amonia
(Kundari, dkk., 2008)

2,9,7 Pb(NO3)2
Sifat fisika
 Berwujud padat, tidak berwarna, dan tidak berbau
 Memiliki titik lebur 458°C
 Memiliki densitas 4,49 g/cm3
Sifat kimia
 Akan meledak jika melakukan kontak dengan senyawa organik yang
mudah menyala, amonium, asetat, alkohol, ester
(Merck, 2017)

2.9.8 Larutan Kanji


Sifat fisika
 Berwujud cair, tidak berwarna, berbau seperti amina
 Memiliki titik didih 153°C.
Sifat kimia
 Dapat bereaksi dengan halogen, halida, nitrat
 Akan meledak jika bereaksi dengan bromin, klorin, klorat
(Merck, 2020)

2.9.9 Zn(NO3)2
Sifat fisika
 Merupakan larutan tidak berwarna
 Memiliki massa molekul 189,35 g/mol
 Memiliki titik leleh 360C dan densitas 2,065 g/cm3
Sifat kimia
 Larut dalam air dan alcohol, tidak berbau, bersifat asam
(Basri, 1996)

2.9.10 Logam Fe
Sifat fisika
 Bersifat magnet dan lunak.
Sifat kimia
 Terdapat di alam dalam bentuk karbonat sulfide
(The Merck Index,1976)

2.9.11 NaNO3
Sifat fisis
 Mempunyai titik didih 380oC dan titik beku 308oC
 Berbentuk kristal trigonal padat
 Berwarna putih.
(Perry dan Green, 1997)
Sifat kimia
 Tidak berbau
 Mudah larut dalam air, gliserol, amoniak, dan alkohol.
(Kirk dan Othmer, 1997)

2.9.12 H2O2
Sifat fisika
 Tidak berwarna
 Memiliki berat molekul 34,02 g/mol
 Memiliki tititk lebur -0,430C dan titik didih 1520C
Sifat kimia
 Kurang stabil
 Dapat membakar kulit
 Dapat larut dalam eter
 Mampu diuraikan oleh beberapa pelarut organic.
(The Merck Index,1976)

2.9.13 MnO2
Sifat fisika
 Berwarna hitam dan berbentuk kristal
 Tidak larut dalam air
Sifat kimia
 Berperan sebagai katalis
(Parker, 1986)

2.9.14 H2SO4
Sifat fisika
 Berbentuk cair berwarna coklat gelap
 Bersifat korosif dan beracun
 Dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit, dapat melarutkan semua
logam
(Sarjoni, 2003)
Sifat kimia
 Asam sulfat menghasilkan panas bila bereaksi dengan air
 Dapat bereaksi dengan logam, kayu, pakaian dan zat organic
 Terurai bila dipanaskan
(LIPI, 2004)

2.9.15 KI
Sifat fisika
 Memiliki berat molekul 116,02 g/mol
 Berwarna putih
 Kristalnya berbentuk kubus, butiran atau bubuknya berwarna putih
 Dapat larut dalam air dan alcohol
(The Merck Index, 1976)
Sifat kimia
 Peka terhadap cahaya
 Dapat meledak bila bereaksi dengan logam basa, ammonia, halogen,
hydrogen peroksida, dan perikloril flourida
(Smart-Lab, 2019)

2.9.16 FeCl3
Sifat fisika
 Berupa kristal warna coklat
 Dapat larut dalam air, alkohol dan gliserol
( Basri, 1996 )
Sifat kimia
 Dapat menyublim dan peka terhadap lembap
 Bersifat oksidator
 Bersifat korosif terhadap logam
(Smart-lab, 2019)
III. METODE PERCOBAAN
3.1 Alat
a. Gelas ukur
b. Tabung reaksi
c. Rak tabung reaksi
d. Pipet tetes
e. Gelas beker
f. Lampu spirtus
g. Kasa asbes dan kaki tiga
h. Kertas ampelas
3.2 Bahan
a. CuSO4 0,5 M
b. ZnSO4 0,5 M
c. Logam Al
d. Logam Zn
e. Logam Cu
f. Pb(NO3)2 0,5 M
g. Larutan kanji
h. Zn(NO3)2 0,5 M
i. Logam Fe
j. NaNO3 0,5 M
k. H2O2 0,1 M
l. MnO2
m. H2SO4 1 M
n. KI 0,1 M
o. FeCl3 0,1 M
3.3 Gambar Alat

Gelas ukur Tabung reaksi Rak tabung reaksi

Pipet tetes Gelas beker Lampu spirtus Kasa asbes

Kaki tiga Kertas ampelas


3.4 Skema Kerja

2 mL CuSO4 0,5 M
Tabung reaksi

- Pengamplasan logam Zn
- Pemasukan logam Zn
- Pencatatan reaksi yang terjadi

Hasil

2 mL ZnSO4 0,5 M
Tabung reaksi
- Pengamplasan logam Cu
- Pemasukan logam Cu
- Pencatatan reaksi yang terjadi

Hasil

Larutan Pb(NO3)2 0,5 M


Tabung reaksi

- Pengamplasan logam alumunium


- Pemasukkan logam alumunium
- Pencatatan reaksi yang terjadi

Hasil
Larutan Zn(NO3)2 0,5 M
Tabung reaksi

- Pengamplasan logam alumunium


- Pemasukkan logam alumunium
- Pencatatan reaksi yang terjadi

Hasil

Larutan NaNO3 0,5 M


Tabung Reaksi

- Pengamplasan logam alumunium


- Pemasukkan logam alumunium
- Pencatatan reaksi yang terjadi

Hasil

Larutan Pb(NO3)2 0,5 M


Tabung reaksi

- Pengamplasan logam tembaga


- Pemasukkan logam tembaga
- Pencatatan reaksi yang terjadi

Hasil
Larutan Zn(NO3)2
Tabung Reaksi

- Pengamplasan logam tembaga


- Pemasukkan logam tembaga
- Pencatatan reaksi yang terjadi

Hasil

Larutan NaNO3 0,5 M


Tabung reaksi

- Pengamplasan logam tembaga


- Pemasukkan logam tembaga
- Pencatatan reaksi yang terjadi

Hasil
Larutan Pb(NO3)2 0,5 M
Tabung reaksi

- Pengamplasan logam besi


- Pemasukkan logam besi
- Pencatatan reaksi yang terjadi

Hasil

Larutan Zn(NO3)2 0,5 M

Tabung reaksi
- Pengamplasan logam besi
- Pemasukkan logam besi
- Pencatatan reaksi yang terjadi

Hasil

Larutan NaNO3 0,5 M


Tabung reaksi
- Pengamplasan logam besi
- Pemasukkan logam besi
- Pencatatan reaksi yang terjadi

Hasil
10 tetes H2O2 0,1 M
Tabung reaksi

- Penambahan sedikit MnO2


- Pencatatan reaksi yang terjadi

Hasil
5 tetes H2O2 0,5 M
Tabung reaksi

- Penambahan 5 tetes H2SO4 1 M


- Penambahan 10 tetes KI 0,1 M
- Penambahan 1 tetes larutan kanji
- Pencatatan reaksi yang terjadi

Hasil

5 tetes FeCl3 0,1 M


Tabung reaksi
- Penambahan 10 tetes H2SO4 1 M
- Pen Penambahan 10 tetes KI 0,1 M
- Pemanasan
- Penambahan 1 tetes larutan kanji
- catatan reaksi yang terjadi

Hasil
IV. DATA PENGAMATAN

Reaksi Pengamatan Keterangan


CuSO4 0,5M dengan Terdapat gelembung disekitar
logam Zn logam. Terjadi perubahan warna
dari yang berwarna biru menjadi +
tidak berwarna
ZnSO4 0,5M dengan Tidak terdapat gelembung dan
logam Cu tidak terjadi perubahan warna. -
Sepotong Al dengan Terdapat gelembung gas disekitar
Pb(NO3)2 0,5M logam +
Sepotong Al dengan Terdapat gelembung gas disekitar
Zn(NO3)2 0,5M logam +
Sepotong Al dengan Tidak terdapat gelembung dan
NaNO3 0,5M tidak terjadi perubahan warna -
Sepotong Cu dengan Tidak terdapat gelembung gas
Pb(NO3)2 0,5M disekitar logam -
Sepotong Cu dengan Tidak terdapat gelembung gas
Zn(NO3)2 0,5M dan tidak terjadi perubahan warna -
Sepotong Cu dengan Tidak terdapat gelembung gas
NaNO3 0,5M disekitar logam -
Sepotong Fe dengan Terdapat gelembung gas disekitar
Pb(NO3)2 0,5M logam +
Sepotong Fe dengan Tidak terdapat gelembung dan
Zn(NO3)2 0,5M tidak terjadi perubahan warna -
Sepotong Fe dengan Tidak terdapat gelembung gas
NaNO3 0,5M disekitar logam -
H2O2 0,1M dengan Terdapat gelembung gas di
MnO2 dinding tabung +
H2O2 0,1M dengan Terjadi perubahan warna larutan
H2SO4 1M + KI 0,1M +
+ larutan kanji
FeCl3 0,1M dengan Terjadi perubahan warna larutan
H2SO4 1M + KI 0,1M +
+ larutan kanji
V. PEMBAHASAN

Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Reaksi Redoks” yang memiliki


tujuan untuk mempelajari beberapa reaksi redoks. Percobaan ini menggunakan
prisnsip transfer elektron, perubahan biloks, dan pelarutan. Sedangkan metode yang
digunakan dalam percobaan ini adalah reaksi redoks, pendesakan logam, dan reaksi
disporporsionasi. Bahan yang digunakan adalah kertas ampelas, CuSO4, ZnSO4,
logam Al, logam Zn, logam Cu, Pb(NO3)2, ZnNO3, logam Fe, NaNO3, H2O2,
MnO2, H2SO4, KI, FeCl3, dan larutan kanji. Alat yang digunakan adalah gelas ukur,
tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, beker gelas, lampu spirtus, dan kasa
asbes.

5.1 CuSO4 + Logam Zn

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah suatu


reaksi dapat berlangsung spontan atau tidak. Metode percobaan ini adalah reaksi
redoks dan pendesakan logam. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan
memasukan larutan kupri sulfat ke dalam tabung reaksi dan kemudian
ditambah logam Zn dan dibiarkan beberapa saat agar bereaksi. Kemudian
dijelaskan hasilnya menggunakan tabel potensial elektroda. Diamati dan
mencatat perubahan-perubahan yang terjadi.

Reaksi yang terjadi :

0 +2 +2 0

Zn + CuSO4                                       ZnSO4 + Cu 

Reaksi Oksidasi

Reaksi Reduksi

(Svehla, 1985)
Pada reaksi tersebut, logam Zn akan mengalami reaksi oksidasi atau
bertindak sebagai reduktor, sedangkan Cu akan bertidak sebagai oksidator
atau yang mengalami reaksi reduksi. Selain itu, akan muncul gelembung-
gelembung gas di sekitar logam yang disebabkan oleh oksidasi H yang disertai
pelapisan Cu pada Zn dan terjadi perubahan warna larutan dari biru menjadi
bening yang menandakan bahwa reaksi tersebut telah berjalan. Gelembung gas
dapat terbentuk karena letak deret volta logam yang berada di sebelah kanan air
akan teroksidasi setelahnya. Perhitungan nilai E0 sebagai berikut

E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi

E0 = E0 Cu – E0 Zn

E0 = (+0, 34 V) – (-0, 76 V)

E0 = +1, 10 V

Nilai E0 yang dihasilkan bernilai positif, artinya reaksi berjalan dengan


spontan.

5.2 ZnSO4 + Logam Cu

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah suatu


reaksi dapat berlangsung spontan atau tidak. Metode percobaan ini adalah reaksi
redoks dan pendesakan logam. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan
memasukan larutan kupri sulfat ke dalam tabung reaksi dan kemudian
ditambah logam Cu dan kemudian tunggu sampai reaksi terjadi. Kemudian
dijelaskan hasilnya menggunakan tabel potensial elektroda. Diamati dan
mencatat perubahan-perubahan yang terjadi.

Reaksi yang terjadi:

Cu + ZnSO4                                       

(Pramono, 2018)
Dapat dilihat tidak akan terjadi reaksi, karena logam Cu tidak dapat
mendesak Zn yang mengalami oksidasi atau bertindak sebagai reduktor.
Selain itu, tidak muncul gelembung gas dan tidak terjadi perubahan warna
larutan serta nilai E0 dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi

E0 = E0 Zn – E0 Cu

E0 = (-0, 76 V) – (+0, 34 V)

E0 = -1, 10 V

Nilai E0 yang dihasilkan bernilai negatif artinya reaksi berjalan


tidak spontan.

5.3 Pb(NO3)2 + Logam Al

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah suatu


reaksi dapat berlangsung spontan atau tidak. Metode percobaan ini adalah reaksi
redoks dan pendesakan logam. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan
memasukan larutan Pb(NO3)2 ke dalam tabung reaksi dan kemudian ditambah
logam Al. Jangan lupa untuk mengamplas logam Al agar terbebas dari
kotoran ataupun sisa oksidasi.setelah itu tunggu sampai reaksi terjadi.
Kemudian dijelaskan hasilnya menggunakan tabel potensial elektroda. Diamati
dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi.

Reaksi yang terjadi :

0 +2 +3 0

Al + Pb(NO3)2 Al(NO3)3 + Pb

Reaksi Oksidasi

Reaksi Reduksi
(Svehla, 1985)

Mekanisme reaksi yang terjadi adalah logam Al mengalami reaksi


oksidasi yang artinya logam Al bertindak sebagai reduktor, sedangkan Pb
akan mengalami reaksi reduksi atau yang dikenal sebagai oksidator. Hal ini terjadi
dikarenakan letak logam Al dalam deret volta adalah disebelah kiri logam Pb
sehingga dapat mendesak logam Pb karena semakin reaktif atau semakin
mudah melepas elektron. Muncul juga gelembung gas disekitar logam yang
disebabkan oleh oksidasi air menjadi gas oksigen. Penghitungan nilai E0
sebagai berikut :

E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi

E0 = E0 Pb – E0 Al

E0 = (-0, 13 V) – (-1, 66 V)

E0 = +1, 53 V

Nilai E0 yang dihasilkan bernilai positif yang menunjukkan bahwa


reaksi berjalan dengan spontan.

5.4 Pb(NO3)2 + Logam Cu

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah suatu


reaksi dapat berlangsung spontan atau tidak. Metode percobaan ini adalah reaksi
redoks dan pendesakan logam. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan
memasukan larutan Pb(NO3)2 ke dalam tabung reaksi dan kemudian ditambah
logam Cu. Jangan lupa untuk mengamplas logam Cu agar terbebas dari
kotoran ataupun sisa oksidasi. Setelah itu tunggu sampai reaksi terjadi.
Kemudian dijelaskan hasilnya menggunakan tabel potensial elektroda. Diamati
dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi.

Persamaan reaksi :

Cu + Pb(NO3)2                                       
(Pramono, 2018)

Pada reaksi tersebut, tidak terjadi reaksi karena logam Cu tidak dapat
mendesak Pb yang mengalami oksidasi atau bertindak sebagai reduktor karena
letak logam Cu dalam deret volta adalah di sebelah kanan Pb. Selain itu, tidak
muncul gelembung gas dan nilai E0 dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :

E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi

E0 = E0 Pb – E0 Cu

E0 = (-0, 13 V) – (+0, 34 V)

E0 = -0, 47 V

Nilai E0 yang dihasilkan bernilai negatif yang menunjukkan bahwa


reaksi berjalan tidak spontan.

5.5 Pb(NO3)2 + Logam Fe

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah suatu


reaksi dapat berlangsung spontan atau tidak. Metode percobaan ini adalah reaksi
redoks dan pendesakan logam. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan
memasukan larutan Pb(NO3)2 ke dalam tabung reaksi dan kemudian ditambah
logam Fe. Jangan lupa untuk mengamplas logam Fe agar terbebas dari
kotoran ataupun sisa oksidasi. setelah itu tunggu sampai reaksi terjadi.
Kemudian dijelaskan hasilnya menggunakan tabel potensial elektroda. Diamati
dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi.

Persamaan reaksi yang terjadi :

0 +2 +3 0

Fe + Pb(NO3)2 Fe(NO3)3 + Pb
Reaksi Oksidasi
(Petrucci, 1992)
Reaksi Reduksi
Mekanisme reaksi yang terjadi adalah logam Fe mengalami reaksi
oksidasi yang artinya logam Fe bertindak sebagai reduktor, sedangkan Pb
akan mengalami reaksi reduksi atau yang dikenal sebagai oksidator. Hal ini terjadi
dikarenakan letak logam Fe dalam deret volta adalah disebelah kiri logam Pb
sehingga dapat mendesak logam Pb karena semakin reaktif atau semakin
mudah melepas elektron. Muncul juga gelembung gas disekitar logam yang
disebabkan oleh oksidasi air menjadi gas oksigen. Penghitungan nilai E0
sebagai berikut :

E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi

E0 = E0 Pb – E0 Fe

E0 = (-0, 13 V) – (-0, 44 V)

E0 = +0, 31 V

Nilai E0 yang dihasilkan bernilai positif yang menunjukkan bahwa


reaksi berjalan dengan spontan.

5.6 Zn(NO3)2 + Logam Al

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah suatu


reaksi dapat berlangsung spontan atau tidak. Metode percobaan ini adalah reaksi
redoks dan pendesakan logam. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan
memasukan larutan Zn(NO3)2 ke dalam tabung reaksi dan kemudian ditambah
logam Al. Jangan lupa untuk mengamplas logam Al agar terbebas dari
kotoran ataupun sisa oksidasi. setelah itu tunggu sampai reaksi terjadi.
Kemudian dijelaskan hasilnya menggunakan tabel potensial elektroda. Diamati
dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi.

Reaksi yang terjadi :


0 +2 +3 0

Al + Zn(NO3)2 Al(NO3)3 + Zn

Reaksi Oksidasi

Reaksi Reduksi

(Svehla, 1985)

Mekanisme reaksi yang terjadi adalah logam Al mengalami reaksi


oksidasi yang artinya logam Al bertindak sebagai reduktor, sedangkan Zn
akan mengalami reaksi reduksi atau yang dikenal sebagai oksidator. Hal ini terjadi
dikarenakan letak logam Al dalam deret volta adalah disebelah kiri logam Zn
sehingga dapat mendesak logam Zn karena semakin reaktif atau semakin
mudah melepas elektron. Muncul juga gelembung gas disekitar logam yang
disebabkan oleh oksidasi air menjadi gas oksigen. Penghitungan nilai E0
sebagai berikut :

E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi

E0 = E0 Zn – E0 Al

E0 = (-0, 76 V) – (-1, 66 V)

E0 = +0, 90 V

Nilai E0 yang dihasilkan bernilai positif yang menunjukkan bahwa


reaksi berjalan dengan spontan.

5.7 Zn(NO3)2 + Logam Cu

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah suatu


reaksi dapat berlangsung spontan atau tidak. Metode percobaan ini adalah reaksi
redoks dan pendesakan logam. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan
memasukan larutan Zn(NO3)2 ke dalam tabung reaksi dan kemudian ditambah
logam Cu. Jangan lupa untuk mengamplas logam Cu agar terbebas dari
kotoran ataupun sisa oksidasi. setelah itu tunggu sampai reaksi terjadi.
Kemudian dijelaskan hasilnya menggunakan tabel potensial elektroda. Diamati
dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi.

Reaksi yang terjadi :

Cu + Zn(NO3)2                                       

(Pramono, 2018)

Pada reaksi tersebut, tidak akan terjadi reaksi karena logam Cu tidak
dapat mendesak Zn yang mengalami oksidasi atau bertindak sebagai reduktor
karena letak logam Cu dalam deret volta adalah di sebelah kanan Zn. Selain
itu, tidak muncul gelembung gas dan nilai E0 dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :

E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi

E0 = E0 Zn – E0 Cu

E0 = (-0, 76 V) – (+0, 34 V)

E0 = -1, 10 V

Nilai E0 yang dihasilkan bernilai negatif yang menunjukkan bahwa


reaksi berjalan tidak spontan.

5.8 Zn(NO3)2 + Logam Fe

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah suatu


reaksi dapat berlangsung spontan atau tidak. Metode percobaan ini adalah reaksi
redoks dan pendesakan logam. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan
memasukan larutan Zn(NO3)2 ke dalam tabung reaksi dan kemudian ditambah
logam Fe. Jangan lupa untuk mengamplas logam Fe agar terbebas dari
kotoran ataupun sisa oksidasi. setelah itu tunggu sampai reaksi terjadi.
Kemudian dijelaskan hasilnya menggunakan tabel potensial elektroda. Diamati
dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi.

Reaksi yang terjadi :

Fe + Zn(NO3)2                                       

(Pramono, 2018)

Pada reaksi tersebut, tidak akan terjadi reaksi karena logam Fe tidak
dapat mendesak Zn yang mengalami oksidasi atau bertindak sebagai reduktor
karena letak logam Fe dalam deret volta adalah di sebelah kanan Zn. Selain
itu, tidak muncul gelembung gas dan nilai E0 dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :

E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi

E0 = E0 Zn – E0 Fe

E0 = (-0, 76 V) – (-0, 44 V)

E0 = -0, 32 V

Nilai E0 yang dihasilkan bernilai negatif yang menunjukkan bahwa


reaksi berjalan tidak spontan.

5.9 NaNO3 + Logam Al

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah suatu


reaksi dapat berlangsung spontan atau tidak. Metode percobaan ini adalah reaksi
redoks dan pendesakan logam. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan
memasukan larutan NaNO3 ke dalam tabung reaksi dan kemudian ditambah
logam Al. Jangan lupa untuk mengamplas logam Al agar terbebas dari
kotoran ataupun sisa oksidasi. setelah itu tunggu sampai reaksi terjadi.
Kemudian dijelaskan hasilnya menggunakan tabel potensial elektroda. Diamati
dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi.
Reaksi yang terjadi :

Al + NaNO3                                       

(Pramono, 2018)

Pada reaksi tersebut, tidak akan terjadi reaksi karena logam Al tidak
dapat mendesak Na yang mengalami oksidasi atau bertindak sebagai reduktor
karena letak logam Al dalam deret volta adalah di sebelah kanan Na. Dan
juga, tidak muncul gelembung gas dan nilai E0 dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :

E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi

E0 = E0 Na – E0 Al

E0 = (-2, 71 V) – (-1, 16 V)

E0 = -1, 05 V

Nilai E0 yang dihasilkan bernilai negatif yang menunjukkan bahwa


reaksi berjalan tidak spontan.

5.10 NaNO3 + Logam Cu

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah suatu


reaksi dapat berlangsung spontan atau tidak. Metode percobaan ini adalah reaksi
redoks dan pendesakan logam. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan
memasukan larutan NaNO3 ke dalam tabung reaksi dan kemudian ditambah
logam Cu. Jangan lupa untuk mengamplas logam Cu agar terbebas dari
kotoran ataupun sisa oksidasi. setelah itu tunggu sampai reaksi terjadi.
Kemudian dijelaskan hasilnya menggunakan tabel potensial elektroda. Diamati
dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi.

Reaksi yang terjadi :

Cu + NaNO3                                       
(Pramono, 2018)

Pada reaksi tersebut, tidak akan terjadi reaksi karena logam Cu tidak
dapat mendesak Na yang mengalami oksidasi atau bertindak sebagai reduktor
karena letak logam Cu dalam deret volta adalah di sebelah kanan Na. Dan
juga, tidak muncul gelembung gas dan nilai E0 dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :

E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi

E0 = E0 Na – E0 Cu

E0 = (-2, 71 V) – (+0, 34 V)

E0 = -3, 05 V

Nilai E0 yang dihasilkan bernilai negatif yang menunjukkan bahwa


reaksi berjalan tidak spontan.

5.11 NaNO3 + Logam Fe

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah suatu


reaksi dapat berlangsung spontan atau tidak. Metode percobaan ini adalah reaksi
redoks dan pendesakan logam. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan
memasukan larutan NaNO3 ke dalam tabung reaksi dan kemudian ditambah
logam Fe. Jangan lupa untuk mengamplas logam Fe agar terbebas dari
kotoran ataupun sisa oksidasi. setelah itu tunggu sampai reaksi terjadi.
Kemudian dijelaskan hasilnya menggunakan tabel potensial elektroda. Diamati
dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi.

Reaksi yang terjadi :

Fe + NaNO3                                       

(Pramono, 2018)
Pada reaksi tersebut, tidak akan terjadi reaksi karena logam Fe tidak
dapat mendesak Na yang mengalami oksidasi atau bertindak sebagai reduktor
karena letak logam Fe dalam deret volta adalah di sebelah kanan Na. Dan
juga, tidak muncul gelembung gas dan nilai E0 dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :

E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi

E0 = E0 Na – E0 Fe

E0 = (-2, 71 V) – (-0, 44 V)

E0 = -2, 27 V

Nilai E0 yang dihasilkan bernilai negatif yang menunjukkan bahwa


reaksi berjalan tidak spontan.

5.12 H2O2 + MnO2

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah reaksi


yang terjadi merupakan reaksi disporporsionasi atau tidak. Metode yang digunakan
dalam percobaan ini adalah reaksi redoks dan reaksi disporporsionasi. Hal
yang dilakukan pertama kali adalah dengan memasukan hydrogen peroksida 0,1 M
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan MnO 2 yang berfungsi sebagai
katalis untuk mengurangi energi aktivasi dan mempercepat reaksi. Setelah itu
mengamati perubahan-perubahan yang terjadi.

Reaksi yang terjadi :

-1 -2 0

H2O2 H2O + O2

Reaksi Reduksi
Reaksi Oksidasi
(Chang, 2004)
Mekanisme reaksi yang terjadi adalah penguraian H2O2 menghasilkan
gelembung gas O2. Biloks O dalam H2O2 akan mengalami reduksi dan
oksidasi secara bersama-sama. Oksidasi H2O2 dengan biloks -1 menjadi O2
dengan biloks 0 dan reduksi H2O2 dengan biloks -1 menjadi H2O dengan
biloks -2. Dengan begitu, dapat diketahui bahwa reaksi diatas adalah reaksi
disporporsionasi karena mengalami reduksi dan oksidasi secara bersama-
sama.

5.13 H2O2 + H2SO4 + KI + Larutan Kanji

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memmbuktikan


apakah terjadi reaksi redoks dalam percobaan ini. Percobaan kali ini
menggunakan metode reaksi redoks. Hal yang dilakukan pertama kali adalah
dengan memasukan H2O2 0,1 M ke dalam tabung reaksi, setelah itu dilakukan
penambahan H2SO4 0,1 M sebagai katalis untuk menurunkan energi aktivasi
dan mempercepat reaksi dan untuk memberikan suasana asam untuk reaksi
H2O2 dengan KI karena H2O2 berperan sebagai oksidator yang berfungsi
mendonorkan ion H+. Ketika asam sulfat ditambahkan, larutan seketika
berubah menjadi agak bening, kemudian ketika KI ditambahkan, berubah
menjadi kuning muda. Penambahan KI berfungsi sebagai indikator karena KI
akan tereduksi menjadi I2 yang akan memberikan warna ungu pada larutan. Setelah
itu dilakukan penambahan larutan kanji yang mengandung amilum sebagai
indikator redoks untuk pembuktian adanya I2. Larutan berubah warna menjadi
ungu setelah ditambahkan larutan kanji yang menandakan telah terbentuknya
I2. Kemudian larutan dipanaskan dan terbentuklah larutan berwarna kuning
dan terdapat gas O2 di dalamnya. Hal ini terjadi karena amilum rusak akibat
pemanasan. H2O2 bertindak sebagai oksidator sedangkan I2 bertindak sebagai
reduktor.

Reaksi yang terjadi :


-1 -1 -2 0 0

3H2O2 + H2SO4 + 2KI 4H2O + K2SO4 + I2 + O2

Oksidator Reaksi Reduksi

Reaksi Oksidasi = Reduktor

(Petrucci, 1992)

5. 14 FeCl3 + H2SO4 +KI + Larutan Kanji

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memmbuktikan


apakah terjadi reaksi redoks dalam percobaan ini. Percobaan kali ini
menggunakan metode reaksi redoks. Hal yang dilakukan pertama kali adalah
dengan memasukan FeCl3 0,1 M ke dalam tabung reaksi, setelah itu dilakukan
penambahan H2SO4 0,1 M sebagai katalis untuk menurunkan energi aktivasi
dan mempercepat reaksi dan untuk memberikan suasana asam untuk reaksi
FeCl3 dengan KI karena FeCl3 berperan sebagai oksidator. Setelah itu
ditambahkan larutan KI kemudian dipanaskan untuk mempercepat reaksi.
Larutan berubah warna menjadi orange kemerahan yang sebelumnya
berwarna orange dan bening. KI berfungsi sebagai indikator karena apabila KI
terrduksi menjadi I2 akan memberi warna ungu pada larrutan. Setelah itu
ditambahkan larutan kanji yang mengandung amilum sebagai indikator reaksi
redoks sebagai pembuktian adanya I2 dalam produk. Warna larutan berubah
warna menjadi ungu kehitaman yang menandakan adanya I2.

Reaksi yang terjadi :


2FeCl3 + 3H2SO4 + 2KI Fe2(SO4)3 + 6HCl

+1 -1 0 0
Fe2(SO4)3 + 6HCl + 6KI Fe2(SO4)3 + 3H2 + 3I2 + 6KCl

ReaksiOksidasi

Reaksi Reduksi

(Petrucci, 1992)
VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Reaksi redoks adalah suatu reaksi yang didalamnya terjadi oksidasi dan
reduksi serta berkaitan erat dengan pelepasan dan penerimaan elektron.
Reaksi oksidasi adalah reaksi yang didalamnya terjadi pembebasan elektron dan
terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi yang
didalamnya terjadi penerimaan elektron dan terjadi penurunan bilangan
oksidasi. Diketahui juga reaksi disrpoporsionasi adalah reaksi yang dimana
reaktan mengalami reaksi reduksi dan oksidasi secara bersamaan. Dari
keseluruhan sampel, dapat diketahui mana yang mengalami reaksi redoks dan
mana yang tidak mengalami reaksi redoks.

1. Sampel yang mengalami reaksi redoks :

a. CuSO4 + Logam Zn
b. Pb(NO3)2 + Logam Al
c. Pb(NO3)2 + Logam Fe
d. Zn(NO3)2 + Logam Al
e. H2O2 + Katalis MnO2
f. H2O2 + H2SO4 + KI + Larutan kanji
g. FeCl3 +H2SO4 + KI + Larutan Kanji

2. Sampel yang tidak mengalami reaksi redoks :


a. ZnSO4 + Logam Cu
b. Pb(NO3)2 + Logam Cu
c. Zn(NO3)2 + Logam cu
d. Zn(NO3)2 + Logam Fe
e. NaNO3 + Logam Al
f. NaNO3 + Logam Cu
g. NaNO3 + Logam Fe

6.2 Saran
 Dilakukan variasi konsentrasi agar dapat mengetahui pengaruh konsentrasi
terhadap reaksi redoks
DAFTAR PUSTAKA

Basri, S. 1996. Kamus Kimia. Jakarta : Rineka Cipta.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti. Edisi Ketiga.Jilid 2. Alih
Bahasa: Dapartemen Kimia Institut Teknologi Bandung. Jakarta: Erlangga.

Chang, R. 2005. Chemistry 10th Edition. New York : McGraw-Hill.

Chang, R. 2010. Chemistry 10th Edition. New York : McGraw-Hill.

Kirk, R. E., dan Othmer, D. F. 1997. Encyclopedia of Chemical Technology (4th ed.).
New York: The Interscience Encyclopedia Inc.
Kundari, N.A., dan Wiyuniati, S. 2008. Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi
Tembaga dalam Limbah Pencuci PCB dengan Zeolit. Seminar Nasional IV
SDM Teknologi Nuklir. 25-26 Agustus 2008 : Yogyakarta.
Lange, A. J. dan Jakubowski, P. 1976. Responsible Assertive Behavior
Cognitive/Behavioural Procedures for Trainers. Champaign : Research
Press.
LIPI. 2004. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Merck Index. 1976. An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals. USA :
Merck Co.Inc.
Miller. 1987. Chemistry A Basic Introduction 4th edition. California : Wasorth
Publishing Company.
Perry, R. H., dan Green, D. W. 1997. Perry's Chemical Engineers (7th ed.). USA:
McGraw Hill Companies Inc.
Petrucci, Ralph H. 1985. General Chemistry. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1992. General Chemistry. Jakarta : Erlangga.
Pramono, A. A. 2018. Bahan Ajar Kimia Kelas XII. Semarang: SMA N 4 Semarang
Purba, Michael dan Eti Sarwiyati. 2018. Kimia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta :
Erlangga.
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Shevla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta :
Kalman Media Pustaka.
Smart-lab. 2019. Lembar Data Keselamatan-Iron (III) Chloride. Tangerang : Smart-
lab
Smart-lab. 2019. Lembar Data Keselamatan-Kalium Iodida. Tangerang : Smart-lab
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 02 April 2021

Mengetahui,

Asisten Praktikan

(Arisa Dwi Oktafia) (AliMusa)


24030118130061 24030120130077

Anda mungkin juga menyukai