PERCOBAAN 8
REAKSI REDOKS
Disusun Oleh:
Nama : Ali Musa
NIM : 24030120130077
Kelompok :2
Hari, Tanggal : Senin, 26 April 2021
Asisten : Arisa Dwi Oktafia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan praktikum kimia dasar, percobaan ke 8 yang berjudul
“Reaksi Redoks” yang memiliki tujuan untuk mempelajari beberapa reaksi redoks.
Percobaan ini menggunakan prisnsip transfer elektron, perubahan biloks, dan
pelarutan. Sedangkan metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah reaksi
redoks, pendesakan logam, dan reaksi disporporsionasi. Reaksi redoks adalah suatu
reaksi yang didalamnya terjadi oksidasi dan reduksi serta berkaitan erat dengan
pelepasan dan penerimaan elektron. Reaksi oksidasi adalah reaksi yang didalamnya
terjadi pembebasan elektron dan terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reaksi
oksidasi adalah reaksi yang didalamnya terjadi penerimaan elektron dan terjadi
penurunan bilangan oksidasi. Diketahui juga reaksi disrpoporsionasi adalah reaksi
yang dimana reaktanmengalami reaksi reduksi dan oksidasi secara bersamaan.
Percobaan yang dilakukan adalah mereaksikan CuSO4 dengan logam Zn, ZnSO4
dengan logam Cu, Pb(NO3)2, Zn(NO3)2, dan NaNO3 dengan masing-masing logam Al,
Zn, dan Cu, H2O2 dengan penambahan katalis MnO2, H2O2 dengan KI dengan
penambahan katalis H2SO4 lalu dengan larutan kanji, serta FeCl3 dengan KI dengan
penambahan katalis H2SO4 lalu dengan larutan kanji. Dilakukan juga perhitungan
nilai E0 dan diketaui apabila nilai E0 positif, maka reaksi berjalan spontan, sedangkan
apabila nilai E0 negatif, maka reaksi berjalan tidak spontan.
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, H 2O2, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H +,
Sb, Bs, Cu, Hg, Ag, Pb, Au.
Deret volta tersebut, semakin ke kanan sifat reduktornya makin kuat dan
oksidasinya makin lemah. Oleh karena itu, anggota deret volta yang lebih ke
kanan melalui reduksi. Reaksi ini disebut reaksi pendesakan logam.
(Rivai, 1995)
Potensial standar,
Reaksi elektrode Eo (volt)
Li+(aq) + e- -----> Li(s) -3.05
K+(aq) + e- -----> K(s) -2.93
2+ -
Ba (aq) + 2 e -----> Ba(s) -2.9
2+ -
Sr (aq) + 2 e -----> Sr(s) -2.89
Ca2+(aq) + 2 e- -----> Ca(s) -2.87
+ -
Na (aq) + e -----> Na(s) -2.71
2+ -
Mg (aq) + 2 e -----> Mg(s) -2.37
Be2+(aq) + 2 e- -----> Be(s) -1.85
3+ -
Al (aq) + 3 e -----> Al(s) -1.66
2+ -
Mn (aq) + 2 e -----> Mn(s) -1.18
2 H2O + 2 e- -----> H2(g) + 2 OH-(aq) -0.83
Zn2+(aq) + 2 e- -----> Zn(s) -0.76
3+ -
Cr (aq) + 3 e -----> Cr(s) -0.74
Fe2+(aq) + 2 e- -----> Fe(s) -0.44
Cd2+(aq) + 2 e- -----> Cd(s) -0.4
- 2-
PbSO4(s) + 2 e -----> Pb(s) + SO 4 (aq) -0.31
Co2+(aq) + 2 e- -----> Co(s) -0.28
Ni2+(aq) + 2 e- -----> Ni(s) -0.25
2+ -
Sn (aq) + 2 e -----> Sn(s) -0.14
Pb2+(aq) + 2 e- -----> Pb(s) -0.13
+ -
2H (aq) + 2 e -----> H2(g) 0
4+ - 2+
Sn (aq) + 2 e -----> Sn (aq) 0.13
Cu2+(aq) + e- -----> Cu+(aq) 0.13
2- + -
SO4 (aq) + 4 H (aq) + 2 e -----> SO2(g) + 2
H2O 0.2
- -
AgCl(s) + e -----> Ag(s) + Cl (aq) 0.22
Cu2+(aq) + 2 e- -----> Cu(s) 0.34
O2(g) + 2 H2 + 4 e- -----> 4 OH-(aq) 0.4
I2(s) + 2 e- -----> 2 I-(aq) 0.53
MnO4-(aq) + 2 H2O + 3 e- -----> MnO2(s) + 4
OH-(aq) 0.59
+ -
O2(g) + 2 H (aq) + 2 e -----> H2O2(aq) 0.68
Fe3+(aq) + e- -----> Fe2+(aq) 0.77
+ -
Ag (aq) + e -----> Ag(s) 0.8
2+ -
Hg 2 (aq) + 2 e -----> 2 Hg(l) 0.85
2 Hg2+(aq) + 2 e- -----> Hg22+(aq) 0.92
- + -
NO3 (aq) + 4 H (aq) + 3 e -----> NO(g) + 2
H2O 0.96
- -
Br2(l) + 2 e -----> 2 Br (aq) 1.07
O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e- -----> 2 H2O 1.23
+ - 2+
MnO2(s) + 4 H (aq) + 2 e -----> Mn (aq) + 2
H2O 1.23
Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6 e- -----> 2 Cr3+(aq) +
7 H2O 1.33
- -
Cl2(g) + 2 e -----> 2 Cl (aq) 1.36
Au3+(aq) + 3 e- -----> Au(s) 1.5
- + - 2+
MnO4 (aq) + 8 H (aq) + 5 e -----> Mn (aq) + 4
H2O 1.51
4+ - 3+
Ce + e -----> Ce
(aq) 1.61
(aq)
+ 2- -
PbO2(s) + 4 H (aq) + SO4 (aq) + 2 e ----->
PbSO4(s) + 2 H2O 1.7
H2O2(aq) + 2 H+(aq) + 2 e- -----> 2 H2O 1.77
3+ - 2+
Co (aq) + e -----> Co (aq) 1.82
O3(g) + 2 H+(aq) + 2 e- -----> O2(g) + H2O 2.07
- -
F2(g) + 2 e -----> F (aq) 2.87
Pada potensial elektroda, jika Eo elektroda lebih besar dari nol (> 0),
reaksi akan bergerak ke kanan dan elektroda bertindak sebagai oksidan.
Namun, jika Eo kurang dari nol (<0), reaksi pada elektroda akan bergerak
berlawanan arah dan elektroda akan bertindak sebagai reduktor.
Dari dua logam yang akan digunakan sebagai elektroda, potensial yang
lebih besar akan menjadi katoda, dan potensial yang lebih rendah akan
menjadi anoda. Potensial yang dihasilkan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
E°Sel = E°Red – E°Oks
Jika hasil perhitungan menunjukkan (> 0), reaksi bergerak secara
spontan. Jika jumlah sel kurang dari 0, reaksi akan bergerak ke arah yang
berlawanan.
(Chang, 2010)
(Petrucci, 1985)
2.9.2 CuSO4
Sifat fisika
Berwujud padatan putih atau putih pudar.
Memiliki bau yang tidak menyengat.
Titik didih 650°C dan titik leleh 590°C.
Sifat kimia
2.9.3 ZnSO4
Sifat fisika
Berbentuk kristal putih
Tidak berbau
Titik lebur 680 °C
Sifat kimia
Stabil pada suhu ruangan
Jika dipanaskan di atas titik lebur maka akan terdekomposisi menjadi
sulfur oksida dan seng oksida
Bersifat iritasi
(Budavari, 1989)
2.9.4 Logam Al
Sifat fisika
Berbentuk padatan berwarna abu metalik
Titik didih mencapai 2519 °C
Penghantar panas dan listrik yang baik
Sifat kimia
Reduktor yang kuat
Tahan korosi karena terbentuk lapisan tipis AlO3 ketika kena udara
Reaksi dengan air dan asam menghasilkan larutan AlCl3, garam
logam lainnya, dan gas H2
Bereaksi lambat dengan asam nitrat pekat panas.
(Beumer, 1994)
2.9.5 Logam Zn
Sifat fisika
Berwujud jarum-jarum kecil
Tidak berwarna dan tidak berbau
Memiliki massa atom 65,37 g/mol
Memiliki titik lebur pada 410°C dan titik didih pada 906°C
Sifat kimia
Mudah larut dalam HCl encer dan asam sulfat encer dengan
mengeluarkan gas hidrogen
(Vogel, 1985)
2.9.6 Logam Cu
Sifat fisika
Memiliki massa atom 63,546 g/mol
Memiliki titik lebur 1083°C
Berwarna kemerahan
Mudah regang dan mudah ditempa
Sifat kimia
Tidak dapat bereaksi dengan alkali, namun larut dalam amonia
(Kundari, dkk., 2008)
2,9,7 Pb(NO3)2
Sifat fisika
Berwujud padat, tidak berwarna, dan tidak berbau
Memiliki titik lebur 458°C
Memiliki densitas 4,49 g/cm3
Sifat kimia
Akan meledak jika melakukan kontak dengan senyawa organik yang
mudah menyala, amonium, asetat, alkohol, ester
(Merck, 2017)
2.9.9 Zn(NO3)2
Sifat fisika
Merupakan larutan tidak berwarna
Memiliki massa molekul 189,35 g/mol
Memiliki titik leleh 360C dan densitas 2,065 g/cm3
Sifat kimia
Larut dalam air dan alcohol, tidak berbau, bersifat asam
(Basri, 1996)
2.9.10 Logam Fe
Sifat fisika
Bersifat magnet dan lunak.
Sifat kimia
Terdapat di alam dalam bentuk karbonat sulfide
(The Merck Index,1976)
2.9.11 NaNO3
Sifat fisis
Mempunyai titik didih 380oC dan titik beku 308oC
Berbentuk kristal trigonal padat
Berwarna putih.
(Perry dan Green, 1997)
Sifat kimia
Tidak berbau
Mudah larut dalam air, gliserol, amoniak, dan alkohol.
(Kirk dan Othmer, 1997)
2.9.12 H2O2
Sifat fisika
Tidak berwarna
Memiliki berat molekul 34,02 g/mol
Memiliki tititk lebur -0,430C dan titik didih 1520C
Sifat kimia
Kurang stabil
Dapat membakar kulit
Dapat larut dalam eter
Mampu diuraikan oleh beberapa pelarut organic.
(The Merck Index,1976)
2.9.13 MnO2
Sifat fisika
Berwarna hitam dan berbentuk kristal
Tidak larut dalam air
Sifat kimia
Berperan sebagai katalis
(Parker, 1986)
2.9.14 H2SO4
Sifat fisika
Berbentuk cair berwarna coklat gelap
Bersifat korosif dan beracun
Dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit, dapat melarutkan semua
logam
(Sarjoni, 2003)
Sifat kimia
Asam sulfat menghasilkan panas bila bereaksi dengan air
Dapat bereaksi dengan logam, kayu, pakaian dan zat organic
Terurai bila dipanaskan
(LIPI, 2004)
2.9.15 KI
Sifat fisika
Memiliki berat molekul 116,02 g/mol
Berwarna putih
Kristalnya berbentuk kubus, butiran atau bubuknya berwarna putih
Dapat larut dalam air dan alcohol
(The Merck Index, 1976)
Sifat kimia
Peka terhadap cahaya
Dapat meledak bila bereaksi dengan logam basa, ammonia, halogen,
hydrogen peroksida, dan perikloril flourida
(Smart-Lab, 2019)
2.9.16 FeCl3
Sifat fisika
Berupa kristal warna coklat
Dapat larut dalam air, alkohol dan gliserol
( Basri, 1996 )
Sifat kimia
Dapat menyublim dan peka terhadap lembap
Bersifat oksidator
Bersifat korosif terhadap logam
(Smart-lab, 2019)
III. METODE PERCOBAAN
3.1 Alat
a. Gelas ukur
b. Tabung reaksi
c. Rak tabung reaksi
d. Pipet tetes
e. Gelas beker
f. Lampu spirtus
g. Kasa asbes dan kaki tiga
h. Kertas ampelas
3.2 Bahan
a. CuSO4 0,5 M
b. ZnSO4 0,5 M
c. Logam Al
d. Logam Zn
e. Logam Cu
f. Pb(NO3)2 0,5 M
g. Larutan kanji
h. Zn(NO3)2 0,5 M
i. Logam Fe
j. NaNO3 0,5 M
k. H2O2 0,1 M
l. MnO2
m. H2SO4 1 M
n. KI 0,1 M
o. FeCl3 0,1 M
3.3 Gambar Alat
2 mL CuSO4 0,5 M
Tabung reaksi
- Pengamplasan logam Zn
- Pemasukan logam Zn
- Pencatatan reaksi yang terjadi
Hasil
2 mL ZnSO4 0,5 M
Tabung reaksi
- Pengamplasan logam Cu
- Pemasukan logam Cu
- Pencatatan reaksi yang terjadi
Hasil
Hasil
Larutan Zn(NO3)2 0,5 M
Tabung reaksi
Hasil
Hasil
Hasil
Larutan Zn(NO3)2
Tabung Reaksi
Hasil
Hasil
Larutan Pb(NO3)2 0,5 M
Tabung reaksi
Hasil
Tabung reaksi
- Pengamplasan logam besi
- Pemasukkan logam besi
- Pencatatan reaksi yang terjadi
Hasil
Hasil
10 tetes H2O2 0,1 M
Tabung reaksi
Hasil
5 tetes H2O2 0,5 M
Tabung reaksi
Hasil
Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
0 +2 +2 0
Zn + CuSO4 ZnSO4 + Cu
Reaksi Oksidasi
Reaksi Reduksi
(Svehla, 1985)
Pada reaksi tersebut, logam Zn akan mengalami reaksi oksidasi atau
bertindak sebagai reduktor, sedangkan Cu akan bertidak sebagai oksidator
atau yang mengalami reaksi reduksi. Selain itu, akan muncul gelembung-
gelembung gas di sekitar logam yang disebabkan oleh oksidasi H yang disertai
pelapisan Cu pada Zn dan terjadi perubahan warna larutan dari biru menjadi
bening yang menandakan bahwa reaksi tersebut telah berjalan. Gelembung gas
dapat terbentuk karena letak deret volta logam yang berada di sebelah kanan air
akan teroksidasi setelahnya. Perhitungan nilai E0 sebagai berikut
E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi
E0 = E0 Cu – E0 Zn
E0 = (+0, 34 V) – (-0, 76 V)
E0 = +1, 10 V
Cu + ZnSO4
(Pramono, 2018)
Dapat dilihat tidak akan terjadi reaksi, karena logam Cu tidak dapat
mendesak Zn yang mengalami oksidasi atau bertindak sebagai reduktor.
Selain itu, tidak muncul gelembung gas dan tidak terjadi perubahan warna
larutan serta nilai E0 dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi
E0 = E0 Zn – E0 Cu
E0 = (-0, 76 V) – (+0, 34 V)
E0 = -1, 10 V
0 +2 +3 0
Al + Pb(NO3)2 Al(NO3)3 + Pb
Reaksi Oksidasi
Reaksi Reduksi
(Svehla, 1985)
E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi
E0 = E0 Pb – E0 Al
E0 = (-0, 13 V) – (-1, 66 V)
E0 = +1, 53 V
Persamaan reaksi :
Cu + Pb(NO3)2
(Pramono, 2018)
Pada reaksi tersebut, tidak terjadi reaksi karena logam Cu tidak dapat
mendesak Pb yang mengalami oksidasi atau bertindak sebagai reduktor karena
letak logam Cu dalam deret volta adalah di sebelah kanan Pb. Selain itu, tidak
muncul gelembung gas dan nilai E0 dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi
E0 = E0 Pb – E0 Cu
E0 = (-0, 13 V) – (+0, 34 V)
E0 = -0, 47 V
0 +2 +3 0
Fe + Pb(NO3)2 Fe(NO3)3 + Pb
Reaksi Oksidasi
(Petrucci, 1992)
Reaksi Reduksi
Mekanisme reaksi yang terjadi adalah logam Fe mengalami reaksi
oksidasi yang artinya logam Fe bertindak sebagai reduktor, sedangkan Pb
akan mengalami reaksi reduksi atau yang dikenal sebagai oksidator. Hal ini terjadi
dikarenakan letak logam Fe dalam deret volta adalah disebelah kiri logam Pb
sehingga dapat mendesak logam Pb karena semakin reaktif atau semakin
mudah melepas elektron. Muncul juga gelembung gas disekitar logam yang
disebabkan oleh oksidasi air menjadi gas oksigen. Penghitungan nilai E0
sebagai berikut :
E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi
E0 = E0 Pb – E0 Fe
E0 = (-0, 13 V) – (-0, 44 V)
E0 = +0, 31 V
Al + Zn(NO3)2 Al(NO3)3 + Zn
Reaksi Oksidasi
Reaksi Reduksi
(Svehla, 1985)
E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi
E0 = E0 Zn – E0 Al
E0 = (-0, 76 V) – (-1, 66 V)
E0 = +0, 90 V
Cu + Zn(NO3)2
(Pramono, 2018)
Pada reaksi tersebut, tidak akan terjadi reaksi karena logam Cu tidak
dapat mendesak Zn yang mengalami oksidasi atau bertindak sebagai reduktor
karena letak logam Cu dalam deret volta adalah di sebelah kanan Zn. Selain
itu, tidak muncul gelembung gas dan nilai E0 dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi
E0 = E0 Zn – E0 Cu
E0 = (-0, 76 V) – (+0, 34 V)
E0 = -1, 10 V
Fe + Zn(NO3)2
(Pramono, 2018)
Pada reaksi tersebut, tidak akan terjadi reaksi karena logam Fe tidak
dapat mendesak Zn yang mengalami oksidasi atau bertindak sebagai reduktor
karena letak logam Fe dalam deret volta adalah di sebelah kanan Zn. Selain
itu, tidak muncul gelembung gas dan nilai E0 dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi
E0 = E0 Zn – E0 Fe
E0 = (-0, 76 V) – (-0, 44 V)
E0 = -0, 32 V
Al + NaNO3
(Pramono, 2018)
Pada reaksi tersebut, tidak akan terjadi reaksi karena logam Al tidak
dapat mendesak Na yang mengalami oksidasi atau bertindak sebagai reduktor
karena letak logam Al dalam deret volta adalah di sebelah kanan Na. Dan
juga, tidak muncul gelembung gas dan nilai E0 dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi
E0 = E0 Na – E0 Al
E0 = (-2, 71 V) – (-1, 16 V)
E0 = -1, 05 V
Cu + NaNO3
(Pramono, 2018)
Pada reaksi tersebut, tidak akan terjadi reaksi karena logam Cu tidak
dapat mendesak Na yang mengalami oksidasi atau bertindak sebagai reduktor
karena letak logam Cu dalam deret volta adalah di sebelah kanan Na. Dan
juga, tidak muncul gelembung gas dan nilai E0 dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi
E0 = E0 Na – E0 Cu
E0 = (-2, 71 V) – (+0, 34 V)
E0 = -3, 05 V
Fe + NaNO3
(Pramono, 2018)
Pada reaksi tersebut, tidak akan terjadi reaksi karena logam Fe tidak
dapat mendesak Na yang mengalami oksidasi atau bertindak sebagai reduktor
karena letak logam Fe dalam deret volta adalah di sebelah kanan Na. Dan
juga, tidak muncul gelembung gas dan nilai E0 dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
E0 = E0 Reduksi – E0 Oksidasi
E0 = E0 Na – E0 Fe
E0 = (-2, 71 V) – (-0, 44 V)
E0 = -2, 27 V
-1 -2 0
H2O2 H2O + O2
Reaksi Reduksi
Reaksi Oksidasi
(Chang, 2004)
Mekanisme reaksi yang terjadi adalah penguraian H2O2 menghasilkan
gelembung gas O2. Biloks O dalam H2O2 akan mengalami reduksi dan
oksidasi secara bersama-sama. Oksidasi H2O2 dengan biloks -1 menjadi O2
dengan biloks 0 dan reduksi H2O2 dengan biloks -1 menjadi H2O dengan
biloks -2. Dengan begitu, dapat diketahui bahwa reaksi diatas adalah reaksi
disporporsionasi karena mengalami reduksi dan oksidasi secara bersama-
sama.
(Petrucci, 1992)
+1 -1 0 0
Fe2(SO4)3 + 6HCl + 6KI Fe2(SO4)3 + 3H2 + 3I2 + 6KCl
ReaksiOksidasi
Reaksi Reduksi
(Petrucci, 1992)
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Reaksi redoks adalah suatu reaksi yang didalamnya terjadi oksidasi dan
reduksi serta berkaitan erat dengan pelepasan dan penerimaan elektron.
Reaksi oksidasi adalah reaksi yang didalamnya terjadi pembebasan elektron dan
terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi yang
didalamnya terjadi penerimaan elektron dan terjadi penurunan bilangan
oksidasi. Diketahui juga reaksi disrpoporsionasi adalah reaksi yang dimana
reaktan mengalami reaksi reduksi dan oksidasi secara bersamaan. Dari
keseluruhan sampel, dapat diketahui mana yang mengalami reaksi redoks dan
mana yang tidak mengalami reaksi redoks.
a. CuSO4 + Logam Zn
b. Pb(NO3)2 + Logam Al
c. Pb(NO3)2 + Logam Fe
d. Zn(NO3)2 + Logam Al
e. H2O2 + Katalis MnO2
f. H2O2 + H2SO4 + KI + Larutan kanji
g. FeCl3 +H2SO4 + KI + Larutan Kanji
6.2 Saran
Dilakukan variasi konsentrasi agar dapat mengetahui pengaruh konsentrasi
terhadap reaksi redoks
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti. Edisi Ketiga.Jilid 2. Alih
Bahasa: Dapartemen Kimia Institut Teknologi Bandung. Jakarta: Erlangga.
Kirk, R. E., dan Othmer, D. F. 1997. Encyclopedia of Chemical Technology (4th ed.).
New York: The Interscience Encyclopedia Inc.
Kundari, N.A., dan Wiyuniati, S. 2008. Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi
Tembaga dalam Limbah Pencuci PCB dengan Zeolit. Seminar Nasional IV
SDM Teknologi Nuklir. 25-26 Agustus 2008 : Yogyakarta.
Lange, A. J. dan Jakubowski, P. 1976. Responsible Assertive Behavior
Cognitive/Behavioural Procedures for Trainers. Champaign : Research
Press.
LIPI. 2004. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Merck Index. 1976. An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals. USA :
Merck Co.Inc.
Miller. 1987. Chemistry A Basic Introduction 4th edition. California : Wasorth
Publishing Company.
Perry, R. H., dan Green, D. W. 1997. Perry's Chemical Engineers (7th ed.). USA:
McGraw Hill Companies Inc.
Petrucci, Ralph H. 1985. General Chemistry. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1992. General Chemistry. Jakarta : Erlangga.
Pramono, A. A. 2018. Bahan Ajar Kimia Kelas XII. Semarang: SMA N 4 Semarang
Purba, Michael dan Eti Sarwiyati. 2018. Kimia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta :
Erlangga.
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Shevla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta :
Kalman Media Pustaka.
Smart-lab. 2019. Lembar Data Keselamatan-Iron (III) Chloride. Tangerang : Smart-
lab
Smart-lab. 2019. Lembar Data Keselamatan-Kalium Iodida. Tangerang : Smart-lab
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Asisten Praktikan