Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apa yang terjadi jika ada dua gelombang berjalan dengan frekuensi dan amplitudo
sama tetapi arah berbeda bergabung menjadi satu? Hasil gabungan itulah yang dapat
membentuk gelombang baru. Gelombang baru ini akan memiliki amplitudo yang
berubah-ubah tergantung pada posisinya dan dinamakan gelombang stasioner.Pada
proses pantulan gelombang, terjadi gelombang pantul yang mempunyai amplitudo dan
frekuensi yang sama dengan gelombang datangnya, hanya saja arah rambatannya yang
berlawanan. Hasil interferensi (perpaduan) dari kedua gelombang tersebut disebut
Gelombang Stasioner Atau Gelombang Diam. Gelombang stasioner dapat dibentuk dari
pemantulan suatu gelombang. Contohnya pada gelombang tali. Tali dapat digetarkan di
salah satu ujungnya dan ujung lain diletakkan pada pemantul. Berdasarkan ujung
pemantulnya dapat dibagi dua yaitu ujung terikat dan ujung bebas. Gelombang stasioner
adalah gelombang hasil superposisi dua gelombang berjalan yang : amplitudo sama,
frekuensi sama dan arah berlawanan.
Anda telah mengetahui bahwa jika salah satu ujung tali digetarkan harmonik naik-
turun maka gelombang sinusoidal akan merambat sepanjang tali. Apa yang terjadi ketika
gelombang telah sampai pada ujung lainnya. Gelombang datang ini akan dipantulkan
sehingga terjadilah gelombang pantul. Dengan demikian pada setiap titik sepanjang tali,
bertemu dua gelombang yaitu gelombang datang dan gelombang pantul, yang keduanya
memiliki amplitudo dan frekuensi yang sama. Superposisi kedua gelombang yang
berlawanan arah inilah yang menghasilkan gelombang berdiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian gelombang berdiri (stasioner) ?
2. Bagaimana persamaan umum gelombang berdiri (stasioner) ?
3. Bagaimana superposisi gelombang berdiri dari dua gelombang berjalan ?
4. Bagaimana energi dalam suatu gelombang ?
5. Bagaimana gelombang berdiri sebagai mode normal dari getar dawai ?
6. Bagaimana energi dari getaran dawai?
7. Bagaimana nilai amplitude dari mode normalnya?

Standing Wave 1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gelombang Berdiri (Stasioner)

Gelombang berdiri adalah gelombang yang memiliki amplitudo yang


berubah-ubah antara nol sampai nilai maksimum tertentu. Gelombang stasioner
dibagi menjadi dua, yaitu gelombang stasioner akibat pemantulan pada ujung
terikat dan gelombang stasioner pada ujung bebas.

Dua gelombang yang berinterferensi dengan frekuesi tertentu secara


kontinu akan menghasilkan gelombang berdiri dengan amplitude besar.
Gelombang ini disebut gelombang berdiri karena tampak tidak merambat, tali
hanya berosilasi ke atas dan ke bawah dengan pola tetap. Titik interferensi
destruktif, dimana tali tetap diam disebut simpul sedangkan titik-titik
interferensi konstruktif dimana tali berosilasi dengan aplitudo maksimum
disebut perut. Simpul dan perut tetap di posisi tertentu untuk frekuensi tertentu.
Gelombang berdiri dapat terjadi pada lebih dari satu frekuensi. Frekuensi
getaran paling rendah yang menghasilkan gelombang berdiri menghasilkan pola
seperti pada gambar di atas. Gambar c dan d dihasilkan tepat pada dua atau tiga
kali frekuensi terendah dengan menganggap tegangan tali sama. Tali juga dapat
bergetar dengan empat loop pada empat kali frekuensi terendah dan seterusnya.
Frekuensi dimana gelombang berdiri dihasilkan adalah frekuensi alami
atau frekuensi resonan tali. Walaupun gelombang berdiri merupakan hasil dari
interferensi dua gelombang yang merambat kearah yang berlawanan, ia juga
merupakan contoh benda yang bergetar pada resonansi. Pada saat gelombang

Standing Wave 2
berdiri terjadi pada tali, maka tali itu akan bergetar pada tempatnya, dan pada
saat frekuensi sama dengan frekuensi resonansi maka hanya memerlukan sedikit
usaha untuk menghasilkan amplitudo besar.
2.1.2 Gelombang Berdiri pada Dawai
Kita akan menjelaskan karakteristik fisik gelombang berdiri oleh gelombang yang
berjalan pada sebuah lintasan senar dawai.Dawai diregangkan di antara dua titik tetap,
Yangmana kita mengambil pada x =0 dan x = L , berkelanjutan.pergerakan gelombang
yang berjalan oleh dawai searah pada arah sumbu y.
Salah satu contoh gelombang berdiri ini diilustrasikan pada gambar 6.1.gambar
dari dawai yang berurutan dari waktu dapat ditunjukan pada gambar 6.1(a)-(e), ketika
gambar6.1(f) menunjukkan gambar ini pada sekumpulan pada kampak.pergerakan
garisy selalu nol padax =0 dan x = L karenadawai digenggam tetap pada titik tersebut.
Bagaimanapun, disaat tengahperjalanan diantara ketetapanyang terakhir dapat dilihat
bahwa perpindahan pada dawai juga berkali kali 0. Titik ini dapat disebut simpul.Di
pertengahan antara node ini dan pada jangkauan pergeseran maksimum gelombang tiap
titik akhir antisimpul

Standing Wave 3
Gambar 6.1 Satu contoh dari satu gelombang berdiri pada satu dawai penuh. (a ) (e ) gambar dari dawai
pada gelombang tiba tiba berurutan dari waktu, sementara (f ) menunjukkan gambar individu ini pada
setelan tunggal dari axes. Perpindahan y selalu nol pada x = 0 dan x = L , karena dawai digenggam tetap
pada titik tersebut. Dipertengahan antara simpul dan tiap tiik akhir pergeseran gelombang yang
maksimum dapat disenut anti simpul

Posisi pada titik maksimum dan minimum tidak ada pergerakkan sepanjang x -
poros denan waktu dan maka dari itu dinamakan gelomnang berdiri atau gelomabng
stasioner Ketika dawai bergetar, semua partikel dari dawai bergetar pada frekuensi yang
sama. Lebih dari itu dapat lakukan pada SHM(Simple Harmonic Modulation) tentang
keseimbanganposisi,, yang mana garis sepanjang dawai terlewati ketika pada posisi
diam. Bagaimanapun, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6.1, getaran dari
amplitudo dari partikel yang membedakan sepanjang panjang dari dawai. karakteristik
perpindahan y dapat direpresentasikan oleh
y(x, t) = f (x) cos(t + ).
Fungsi f (x) menjelaskan variasi dari amplitude getaran sepanjang poros x. Pada fungsi
cos(t + ). Menjelaskan SHM pada setiap partikel yang menjalani dawai. Jika kita pilih
pergeseran maksimum dari partikel yang terjadi pada saat t=0, maka fase sudut adalah
nol dan
y(x, t) = f (x) cos t.
(pada kondisi fase sudut=0 adalah persamaan pada awal saat t=0, kecepatan dawai adalah
0, i.e dari persamaan (6.1)

Dengan fase sudut=0) penting untuk diketahui bahwa, kita akan menulis pergeseran y
seperti pada hasil dua fungsi pada persamaan(6.2) hal itu anya bergantung pada x dan t.
Kita sekarang mensubstitusikan penyelesaian ini ke dalam persamaan gelombang satu
dimensi

Dideferensialkan persamaan (6.2) dua kali terhadap t dan x, maka didapatkan

Standing Wave 4
Dan substitusikan pernyataan ini kedalam persamaan gelombang satu dimensi , maka

Kita dapat bandingkan dengan persamaan pada SHM:

Yang mana penyelesaian umumnya

Persamaan (6.4) dan (1.6) mempunyai bentuk yang sama kecuali variable t pada
persamaan(1.6) adalah menggantikan variable x pada persamaan (6.4) dan x
menggantikan f(x).Ini adalah kelanjutan dari penyelesain umum pada persamaan (6.4)
adalah

Dimana A dan B adalah konstanta untuk menentukan batas kondisi. Pada kasus nin,
batas kondisi f(x)=0 pada x=0 dan x=L.kondisi pertama diberikan B= 0.Pada konsisi
kedua diberikan

Dimana n= 1,2,3,.. (karena kita tidak menarik penyelesaian yang gampang f(x)=0, kita
keluarkan nilai n=0),maka , nilai dari omega harus mengambil 1 pada nilai pada
persamaan (6.7) maka kita akan menulis seperti

Dimana untuk setiap nilai pada n mempunyai hubungan omega n . Substitusikan


omega=omega n pada persamaan (6.5) dan ingat kembali B=0, maka

Persamaan ini menjelaskan gelombang berdiri pada dawai, dimana setiap nilai dari n
dapat disamakan pada sebuah perbedaan pola gelombang berdiri. Pola gelombang berdiri

Standing Wave 5
sering disebut modes dari getaran dawai. Seperti yang kitalihat pada bagian 6.4 itu
adalah modes normal dari getaran dawai
Fungsi untuk n=1 ke 4 diplot pada gambar 6.2(a)-(d) berturut
turut.Untuk tujuan gambar amplitude dari 4 gelomnang yang berdiri diambil sama.
Untuk n=1 kita punya

Yang mana variasi amplitude yang ditunjukakan pada gambar 6.2(a). ini adalah
mode dasar atau 1 harmonik pada dawai; n=2 dapat disamakan pada harmonic ke2 ,,
dsb.. Kita lihat bahwa angka antinodes pada n harmonic adalah persamaan pada n.
persamaan frekuensi sudut pada gelombang berdiri diberikan oleh persamaan (6.8)
danphi frekuensi sudut /L dan berturut turut.
Waktu periode T untuk pola gelombang berdiri kecuali untuk membuat bentuk, diberi
oleh

Standing Wave 6
Gambar 6.2 4 harmonik pertama untuk gelombang berdiri pada tegangan
dawai.harmonik pertama dapat juga disebut dasar.gelombang berdiri ni menjelaskan oleh
fungsi fn (x) =An sin (nx / L) dengan n = 1 - 4. Jumlah titik perut di setiap gelombang
berdiri sama dengannilai masing-masing n.

Kami lagi menentukan panjang gelombang dari gelombang berdiri sebagai jarak
mengulangpola gelombang. Karena v = dan = 2, kita dapat menggantikan v dan
dalam Persamaan (6.11) untuk mendapatkan

(6.12)
mana n adalah panjang gelombang dari gelombang berdiri n. Jika kita menulis
persamaan ini sebagai

(6.13)
kita melihat bahwa kita akan mendapatkan gelombang berdiri hanya jika jumlah integral
setengah panjang gelombang cocok antara kedua ujung tetap string, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 6.2. Setiap gelombang berdiri dengan panjang gelombang n
memiliki kn wavenumber, yangdari Persamaan ( 5.13 ) diberikan oleh

Karena n = 2L / n , persamaan ( 6.13 ) , kami juga memiliki

. ( 6.14 )
Menggunakan hubungan terakhir ini kita dapat menulis persamaan ( 6.10 ) sebagai

( 6.15 )
yang merupakan ekspresi alternatif untuk gelombang berdiri . Frekuensi sudut
fundamental , dengan n = 1 , adalah

( 6.16 )
dan frekuensi , 1 = 1/2 , adalah

Standing Wave 7
. ( 6.17 )
Karena kecepatan gelombang pada tali tegang diberikan oleh

( 5.32 )
Persamaan ( 6.17 ) memberikan

. ( 6.18 )
Persamaan ini menunjukkan bagaimana frekuensi fundamental string tegang tergantung
pada perusahaanpanjang L , T ketegangan dalam string dan massa per satuan panjang .
Kita bisa dengan mudah berhubungan hasil ini untuk instrumen senar . Misalnya, gitar
memiliki enam senar panjang yang sama dan ini diselenggarakan di bawah sekitar
ketegangan yang sama .Namun , string memiliki nilai yang berbeda dari massa per
satuan panjang dan sangat mendasar mereka frekuensi yang berbeda: semakin besar
massa per satuan panjang yang lebih rendah catatan. Setiap string disetel dengan sedikit
memvariasikan ketegangan dalam dawai .itu musisi kemudian memainkan catatan yang
berbeda dengan menekan senar terhadap frets pada fingerboard untuk bervariasi panjang
dari string bergetar . Jelas ukuran alat musik mempengaruhi frekuensi atau pitch suara
yang dihasilkannya .ini sangat jelas dari keluarga biola : biola , viola , cello dan double
bass . ini instrumen terus bertambah besar dan menghasilkan catatan lapangan semakin
rendah . Dalam cara analog pipa dari organ terus bertambah besar untuk menghasilkan
catatan frekuensi yang lebih rendah .
Seperti yang kita lihat dari Persamaan ( 6.8 ) , frekuensi semua harmonik dari dawai
yang keras merupakan kelipatan tepat dari frekuensi dasar dan membentuk deret
harmonik . Untuk kebanyakan sistem bergetar ini tidak terjadi . Ini juga akan bergetar
pada serangkaian frekuensi yang lebih tinggi di samping frekuensi dasar .Ini frekuensi
yang lebih tinggi disebut nada . Namun, secaraumum , frekuensi nada tersebut tidak akan
tepat beberapa fundamental : mereka tidak harmonis. Lonceng ,misalnya , akan memiliki
nada yang frekuensi tidak kelipatan tepat dari
fundamental . Ketika bel dipukul , frekuensi nada akan terdengar di samping
fundamental. Keterampilan pembuat lonceng adalah untuk memastikan bahwa kombinasi
fundamental dan nuansa menghasilkan suara yang tidak sumbang di telinga .( Tentu saja,

Standing Wave 8
nada panjang juga dapat diterapkan pada kencang string tetapi dalam kasus ini nuansa
yang harmonis. )
Kami telah menggunakan contoh dawai yang kencang untuk mengeksplorasi
karakteristik fisikberdiri gelombang . Namun, gelombang berdiri terjadi dalam berbagai
fisik yang berbeda
situasi dan ide-ide kita telah membahas yang penting bagi berbagai fenomena fisik .
Dalam oven microwave , gelombang elektromagnetik mencerminkan dari dinding oven
untuk membentuk pola gelombang berdiri di kompartemen oven . iniberarti bahwa pasti
akan ada tempat di kompartemen di mana intensitas dari radiasi gelombang mikro
berkurang dan makanan tidak akan dimasak dengan benar . untukmengurangi dampak
dari ' titik-titik dingin ' makanan ditempatkan pada meja putar berputar . dilaser , cahaya
membentuk gelombang berdiri di antara dua cermin ditempatkan di ujungdari tabung
laser. Dengan cara ini panjang gelombang sinar laser didefinisikan dengan baik , yaitu
monokromatik . Dalam contoh yang sangat berbeda , di ranah mekanika kuantum
,tingkat energi diskrit atom dapat dianggap sebagai solusi gelombang berdiri dari
persamaan schrodinger.

2.2 Gelombang Berdiri sebagai Superposisi dari Dua Gelombang Berjalan


Jika ada dua gelombang yang merambat pada medium yang sama, gelombang-
gelombang tersebut akan datang di suatu titik pada saat yang sama sehingga terjadilah
superposisi gelombang . Artinya, simpangan gelombang gelombang tersebut disetiap
titik dapat dijumlahkan sehingga menghasilkan sebuah gelombang baru.
Pada persamaan 5.3 kita dapat melihat persamaan umum gelombang berjalan
sebagai berikut :
y = f (x vt) + g(x + vt). (5.4)
untuk contoh spesifiknya, dengan k = 2/ dan besar sudutnya = kv, maka :
y = A/2sin2/(x vt) + Al2 sin2/(x + vt)
y = A/2 sin (kx-wt) + Al2 sin (kx-wt)

pada persamaan di atas persamaan gelombangnya dapat di gambarkan dengan


gelombang sinusoida dengan besar Amplitude A/2 yang kekanan mempunyai
arah positif, dan yang ke kiri akan mempunyai arah negatif. Dan keduanya
mempunyai frekuensi sudut yang sama. Dan kita gunakan rumus identitas untuk
gelombang tersebut :
Standing Wave 9
sin( + ) + sin( ) = 2 sin cos
maka kita dapatkan :
y =A/2sin(kx t) +A/2sin(kx + t) = Asin kx cos t
pada persamaan (6.22) mempunyai kesamaan dengan persamaan (6.15), yang
mana kita telah mendapatkan nilai gelombang berdiri pada sebuah dawai. Dan
kita juga mendapatkan hasil yang sangat penting bahwa gelombang berdiri
merupakan superposisi dari dua gelombang berjalan yang mempunyai frekuensi
serta amplitudo yang sama saat arahnya berlawanan. Hal ini di ilustrasikan pada
gambar (6.3) yaitu dua gelombang berjalan yang berurutan dengan waktu yang
berbeda yaitu T/8, T adalah nilai periodenya. Gelombang berjalan yang arahnya
kekanan di gambarkan dengan kurva yang tipis, dan untuk gelombang yang
aranya ke kiri di gambarkan dengan kurva yang terputus. Sedangkan kurva yang
tebal merupakan jumlah dari keduannya atau superposisi dari dua gelombang
berjalan. Bentuk keseluruhan dari gelombang tersebut seperti

Gambar 6.3

Pada gelombang berdiri pada harmonik ke-4 pada gambar (6.2). ketika waktu di tingkatkan maka hasil
gelombang berdirinya juga akan meningkat seperti pada gambar (6.3).

Standing Wave 10
Dua gelombang sinosoida dapat dibagi untuk menentukan jarak pada
kedua arahnya (dengan menggunakan prinsip x = +-). Sebuah dawai yang
direntangkan diantara dua dinding mempunyai panjang yang tidak terhingga,
itulah yang mendukung terbentuknya gelombang berdiri. Dan menyebabkan
refleksi pada dua dinding dan menghasilkan dua gelombang berjalan yang
berlawanan arah. Hali ini di tunjukkan pada gambar (6.4)

Gambar 6.4

2.3 Energi dari Getran Dawai

Di Bagian 6.3 kita mempertimbangkan satu dawai bergetar di mode normal


tunggal, diberikan Oleh
yn(x, t) = An sin( n/ L x) cos n t (6.10)

dan kita memperoleh daya En dari dawai bergetar di mode ini:

En = 1/4 LA 2/n 2/n(sin2nt +cos2nt) = LA 2/n 2/n (6.27)

Kita sekarang memperoleh daya e dawai bergetar ketika di situ adalah beberapa hadiah
mode. Impit-gabung umum dari mode normal diberikan oleh
y(x, t) = n yn (x, t) = n An sin (n/Lx) cos nt (6.29)

dan kita harus mempergunakan ekspresi ini, dari pada Penyamaan (6. 10), untuk
menghitung energi E dari gelombang dari Penyamaan (5. 37):

E = 1/2 ab dx [(y/t)2+v2(y/x)2] (5.37)

Standing Wave 11
Ekspresi untuk turunan y/t dan y/x diperlukan di Penyamaan (5. 37) sekarang tidak
terdiri dari kondisi lajang seperti di Penyamaan (6. 23) untuk mode tunggal, tapi dari
penjumlahan dari kondisi n modes:

y/t = n Annsin(n/Lx) sinnt

dengan satu penjumlahan serupa berlalu mode untuk y/t Ini adalah kuadrat dari
persamaan ini yang terjadi di Penyamaan (5. 37), dan mengudratkan, seperti di

(y/t)2 = [ -m Ammsin(m/Lx) cosmt] [-n Annsin(n/Lx )cosnt

dengan

sin(m/Lx) sin(n/Lx) , cos(m/Lx) cos(n/Lx) (6.40)

dengan m n. [Istilah silang mengandung produk cosinus berasal dari (y/x)2]


Sebagai satu konsekwensi, ekspresi untuk energyEwill mengandung integral
berlalu ini kondisi produk, Penyamaan (6. 40), sebagai tambahan terhadap kondisi
kwadrat yang mana terjadi di Penyamaan (6. 24) untuk mode tunggal kasus.
Bagaimanapun, integral melibatkan menyeberangi kondisi yang punya nilai memasuki,
karena bagi m n

0L dx sin (m/Lx) sin(n/Lx) = 0L dx cos (m/Lx) cos (n/Lx) = 0. (6.41)

Yang pertama hasil ini diperoleh di Penyamaan (6. 34), dan detik diperoleh
persis cara yang sama mempergunakan identitas trigonometric

coscos=1/2[cos()+cos(+)] (6.42)

dari pada Penyamaan (6. 35). Karenanya kondisi seberang dengan m = n lenyap
pada inte gration dan penjumlahan energi E adalah memberikan oleh satu penjumlahan
kondisi seperti Penyamaan (6. 27):

E = 1/4Ln A2n 2n(sin2nt +cos2nt) = 1/4Ln A2n2n (6.34)

Standing Wave 12
Fitur yang paling penarik perhatian dari hasil ini adalah itu masing-masing mode
normal menyokong satu Daya

En=1/4LA2n2n (6.44)

sangat dengan mandiri dari mode normal yang lain. Ini adalah sangat khas dengan
normal mode saat kita mendiskusikan di Bab 4. Mereka adalah bebas tak terikat dari satu
sama lain dan di situ adalah tidak ada memasangkan di antara mereka. Alhasil daya
mereka adalah zat tambahan. [Secara matematis, ini hasil dari Persamaan (6.41) yang
menjamin bahwa tidak ada 'istilah lintas' yang melibatkan produk dari amplitudo Am An,
dengan m n.] Satu hasil analogis diperoleh di Bagian 4.3 untuk daya dari dua ayunan
ratah dipasangkan oleh satu bersemi. Dalam kaitan dengan posisi koordinat xa dan xb,
gerak mereka dipasangkan, tapi dalam kaitan dengan normal mereka koordinat q1 dan q2
melaksanakan SHM dengan mandiri dari satu sama lain.

2.3 Gelombang Berdiri sebagai Mode Normal dari Getaran Dawai


2.3.1 Prinsip Superposisi

Untuk membahas apa yang terjadi jika ada dua atau lebih gelombang yang sejenis
menjalar dalam medium yang sama dapat dimisalkan dengan dua gelombang bunyi yang
sama sama berada di udara. Untuk mudahnya di pandang lebih dahulu dua gelombang
pada tali. Satu gelombang datang dari sebelah kiri, dan satu gelombang lain datang dari
sebelah kanan, seperti

Gambar 2.4. Dua gelombang pada tali A dan B bertemu dan melanjutkan
perjalanan
masing-masing tanpa ada perubahan bentuk.
Pada gambar 2.4 digambarkan apa yang terjadi setelah kedua gelombang ini
bertemu. Kedua gelombang meneruskan penjalaran mereka tanpa ada perubahan bentuk.

Standing Wave 13
Jadi kedua gelombang itu tidak saling mempengaruhi. Juga ditunjukkan pada waktu
kedua gelombang bertemu, simpangan total setiap titik pada tali merupakan jumlah
simpangan yang disebabkan oleh kedua gelombang tersebut. Gambar tersebut juga
menujukkan posisi gelombang dan simpangan tali pada beberapa saat. Jadi, jika ada dua
gelombang menjalar dalam suatu medium, maka gangguan total pada medium adalah
jumlah gangguan oleh masing masing gelombang. Sifat ini dikenal sebagai prinsip
superposisi. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis gelombang, selama gangguan yang
disebabkan oleh gelombang tidak terlalu besar.
Dua atau lebih gelombang yang saling tumpang tindih dalam ruang selama
perjalanannya mempunyai perpindahan total yang merupakan jumlah vektor dari
perpindahan individual masing-masing gelombang pada titik itu.

Yr(x,t) = y1(x,t)+y2(x,t)++yn(x,t)
Gelombang yang memenuhi prinsip ini disebut linear waves. Sedangkan yang tidak
memenuhi disebut nonlinear waves.

Gelombang yang merambat ke kanan dengan laju v dapat dinyatakan denga


fungsi gelombang berikut:
y y ( x, t ) f ( x vt)

Gelombang yang merambat ke kiri dengan laju v dapat dinyatakan denga


fungsi gelombang berikut:
y y ( x, t ) f ( x vt)

Pada persamaan menggambarkan perambatan


gelombang dengan kecepatan dalam ruang satu dimensi.
Prinsip superposisi menyatakan bahwa, jika y1 (x, t) dan y2 (x, t) adalah dua
solusi dari persamaan gelombang, kemudian kombinasi linear

dimana A1 dan A2 adalah konstanta sembarang. Hasil ini linearitas persamaan

gelombang , yaitu setiap istilah dalam persamaan gelombang proporsional

Standing Wave 14
dengan y atau salah satu dari turunannya: tidak mengandung istilah kuadrat atau lebih
tinggi daya atau istilah produk seperti y ( y / x). (Persamaan jenis ini dikenal sebagai
persamaan linear.) Kita bisa melihat ini sebagai berikut. Mengalikan dari persamaan
berikut

oleh A1 dan kedua oleh A2, dan menambahkan yang dihasilkan persamaan
memberikan

Setelah itu menjadi

maka bahwa linier superposisi y (x, t), persamaan (6.28), juga merupakan solusi dari
persamaan gelombang (5.23). Hasil ini jelas generalises ke superposisi beberapa solusi
dari persamaan gelombang. Ini dapat berupa solusi: mereka tidak harus mode normal.
Namun, untuk alasan yang akan menjadi jelas dalam proses diskusi berikut kita sekarang
memilih superposisi umum mode normal.

2.3.2 Superposisi dari mode yang normal


Syarat batas untuk menentukan panjang gelombang y = 0, pada x = 0 dan x = L untuk
semua t.
sin(kL) = 0
kn = np/L untuk n = 1, 2, 3,
Karena k = 2p/l, maka
ln = 2p/ kn
= 2L/n untuk n = 1, 2, 3,

Persamaan ini menggambarkan gelombang berdiri pada string, di mana setiap nilai
n sesuai dengan pola gelombang berdiri yang berbeda. Pola gelombang berdiri

Standing Wave 15
adalah alternatif disebut mode getaran dari string. Secara umum, gerakan string akan
menjadi superposisi mode biasa diberikan oleh

Di mana n = nv / L. Contoh ini disajikan pada Gambar 6.5, yang menunjukkan


superposisi dari mode normal ketiga dengan amplitudo relatif 1,0 dan modus normal
ketiga belas dengan amplitudo relatif 0,5. (Kita memilih seperti mode normal tinggi
untuk menunjukkan superposisi gelombang lebih jelas.) Modus normal ketiga adalah

Gambar 6.5 (a) Snapshot dari y3 harmonik ketiga (x, 0) dari string kencang pada t = 0. (b)
Snapshot dari Y13 harmonik ketiga belas (x, 0) dari string kencang pada t = 0 dimana amplitudo gelombang
sama dengan satu setengah dari (a). (c) superposisi dari dua harmonik untuk memberikan bentuk yang
dihasilkan dari string pada t = 0 dan mode normal ketiga belas adalah

Snapshots dari kedua mode normal pada t = 0, yaitu y3 (x, 0) dan Y13 (x, 0),
ditunjukkan dalam Gambar 6.5 (a) dan (b), masing-masing. Superposisi dari dua mode
normal diberikan oleh

dan menggambarkan gerakan dari string bergetar. Ini diilustrasikan pada Gambar
6.5 (c) yang lagi merupakan sebuah snapshot dari string pada t = 0. Seperti waktu
meningkatkan bentuk string berkembang sesuai dengan Persamaan (6.30). Secara khusus
itu akan mengambil 13 periode lengkap dari tinggi 13 frekuensi sebelum bentuk yang
tepat ditunjukkan pada Gambar 6.5 (c) diulang.
Untuk merangsang dua mode normal dalam cara ini, kita akan entah bagaimana
harus membatasi bentuk string seperti pada Gambar 6.5 (c) dan kemudian

Standing Wave 16
melepaskannya pada waktu t = 0. Tentu saja, itu tidak praktis untuk melakukan ini dan
dalam prakteknya kita memetik string untuk menyebabkannya bergetar. Tindakan
memetik string diilustrasikan pada Gambar 6.6 (a). Dalam contoh ini string pengungsi
jarak d pada seperempat dari panjangnya. Awalnya, string memiliki bentuk segitiga dan
bentuk ini jelas tidak cocok dengan salah satu bentuk dari mode yang normal
ditunjukkan pada Gambar 6.2. Untuk satu hal segitiga memiliki sudut yang tajam
sedangkan bentuk sinusoidal dari mode yang normal bervariasi lancar.

Gambar 6.6 (a) Tindakan memetik string diilustrasikan mana string tersebut dipindahkan jarak d pada
seperempat dari panjangnya. (b) Yang pertama tiga modus yang normal bersemangat string. Amplitudo
dari mode normal diberikan dalam teks. (c) superposisi dari tiga mode yang normal memberikan
reproduksi baik dari bentuk segitiga awal string kecuali di sudut tajam. Untuk semua kasus di atas, t = 0.
Yang luar biasa adalah, bagaimanapun, bahwa adalah mungkin untuk
mereproduksi bentuk segitiga ini dengan menambahkan bersama mode normal string
dengan tepat ampli-tudes. Hal ini diilustrasikan oleh Gambar 6.6. Dalam Gambar 6.6 (b)
tiga pertama yang normal mode y1 (x, 0), y2 (x, 0) dan y3 (x, 0) yang akan ditampilkan.
Ini diberikan oleh Persamaan (6.10) dengan t = 0. Amplitudo mereka adalah A, A / 2 2
dan A / 9, masing-masing, di manaA = 32d/32. (Prosedur umum untuk menemukan
nilai-nilai dari amplitudo dikembangkan dalam Bagian 6.4.3.) Gambar 6.6 (c)
menunjukkan superposisi dari tiga mode normal, yaitu
y(x, 0) = y1 (x, 0) + y2 (x, 0) + y3 (x, 0)
dan memungkinkan perbandingan dengan bentuk awal string. Bahkan hanya
menggunakan tiga mode biasa kita mendapatkan mengejutkan baik cocok dengan bentuk
segitiga. Dengan menambahkan mode lebih normal, kami akan mencapai kesepakatan
yang lebih baik, terutama berkenaan dengan sudut tajam. Frekuensi yang sesuai dari
mode normal diberikan oleh ekspresi n biasa = (nv / L), Persamaan (6.8). Jadi ketika

Standing Wave 17
kita memetik string kita merangsang banyak mode normal dan gerakan berikutnya dari
string yang diberikan oleh superposisi dari mode normal sesuai Persamaan (6.29).
Sebuah cara hidup untuk mewakili komposisi mode normal adalah membuat plot
amplitudo mereka terhadap frekuensi mereka yang memberikan spektrum frekuensi.
Spektrum frekuensi untuk contoh Gambar 6.6 ditunjukkan pada Gambar 6.7.

Gambar 6.7 Spektrum frekuensi menunjukkan empat pertama harmonisa dari


memetik senar ditunjukkan pada Gambar 6.6, di mana amplitudo dari mode normal
diplot terhadap modus angka. Amplitudo n = 4 mode normal adalah nol.
Bahkan sebelum kita melihat bagaimana untuk mengevaluasi amplitudo dari
mode biasa bersemangat (Bagian 6.4.3 ) , kita dapat mengatakan sesuatu tentang eksitasi
dari mode normal keempat dalam contoh di atas . Mode ini normal memiliki simpul di
seperempat panjang string . Oleh karena itu , mencabut string pada saat itu tidak
menggairahkan bahwa modus karena yang hilang dari superposisi sebagai konsisten
dengan spektrum frekuensi pada Gambar 6.7 . Contoh superposisi dari mode normal dari
suara yang dihasilkan oleh alat musik . Catatan A dimainkan pada oboe terdengar jelas
berbeda dengan catatan yang sama dimainkan di seruling , meskipun keduanya adalah
instrumen angin . Dalam setiap kasus , frekuensi dasar atau pitch catatan adalah sama .
Namun, jumlah relatif dari mode normal yang berbeda ( harmonik ) yang diproduksi oleh
dua instrumen yang berbeda . Inilah komposisi harmonik yang mempengaruhi kualitas
musik atau timbre dari catatan . Klarinet kaya harmonik sementara suling memiliki
konten kurang harmonis. Bahkan instrumen yang berbeda dari jenis yang sama mungkin
menunjukkan isi harmonik yang berbeda dan jadi terdengar agak berbeda . Sebagai
contoh, isi harmonik yang dihasilkan oleh sebuah biola Stradivarius merupakan salah
satu faktor yang membuat instrumen yang sangat diinginkan . Kita dapat mengubah
situasi ini sekitar dan mensintesis alat musik . Untuk ini kita menggunakan satu set
osilator menghasilkan gelombang sinusoidal dengan frekuensi semua harmonik kita
ingin untuk memasukkan . Kami kemudian menambahkan ini bersama-sama dengan
amplitudo relatif tepat untuk mensintesis alat musik pilihan .

Standing Wave 18
2.4 Energi dalam Gelombang berdiri

Gelombang dalam perjalanan membawa energi, antara gelombang satu dengan


gelombang yang lain tingkat energinya berbeda, suatu bukti yang bisa kita jumpai
gelombang membawa energy adalah ketika ada suara yang sangat keras kemudian kita
melihat ke kaca candela maka pada kaca akan bergetar, kejadian ini merupakan contoh
kecil dari perambatan energi yang melewati kaca. Scara umum persamaan energy pada
gelombang dapat di tuliskan :

. ( 1 )

Kemudian persamaan gelombang umum dalah :

( 2 )

Persamaan diatas jika di turunkan terhadap X dan t akan menjadi :

( 3 )

..( 4 )

Persamaan ( 3 ) dan ( 4 ) di masukan ke persamaan gelombang umum menjadi :

Ingat!

Standing Wave 19
Maka persamaan energi dapat di tuliskan :

Dan dapat disederhanakan menjadi :

2.5 Amplitudo dari Mode Normal dan Analisis Fourier


Dalam Bagian 6.4.2 kita melihat bahwa gerak umum string bergetar adalah super-
posisi mode normal, persamaan (6.10). Secara khusus, bentuk awal dari String f (x), ieatt
= 0, adalah dari Persamaan (6.29) yang diberikan oleh

Kita sekarang menyatakan hasil yang luar biasa: setiap bentuk f (x) dari string
dengan ujung tetap poin [f (0) = f (L) = 0] dapat ditulis sebagai superposisi dari fungsi-
fungsi sinus dengan nilai-nilai yang sesuai untuk koefisien A1, A2, ..., Yaitu berupa:

Hasil ini disebabkan Fourier. Perluasan (6.32) dikenal sebagai deret Fourier dan
amplitudo A1 , A2, ... sebagai koefisien Fourier. Ide bahwa pada dasarnya fungsi
sembarang f (x) dapat diperluas dalam serangkaian Fourier dapat digeneralisasi dan
sangat penting dalam banyak teori fisika dan teknologi.
Fourier teorema ekspansi, Persamaan (6.32), melibatkan beberapa mathematika
sulit dan kami hanya akan menganggap validitasnya. Sebaliknya, penerapannya dalam
praktek cukup mudah. Mengingat f (x), yaitu bentuk string, amplitudo An (n = 1, 2, ...)
mudah ditemukan. Inilah yang membuat analisis Fourier seperti kuat alat. Penentuan
amplitudo tergantung pada dua integral yang melibatkan fungsi sinus:

Standing Wave 20
di mana m dan n adalah bilangan bulat seluruh. Yang pertama dari hasil ini kami
memperoleh sebelumnya, Persamaan (6.25). Untuk kedua, kita menggunakan identitas
trignometric

maka didapatkan

untuk m? = n, karena sinN = 0 untuk N = 1, 2, .... Mengalikan Persamaan


(6.32) dengan sin(mx / L) dan mengintegrasikan hasil persamaan terhadap x selama
rentang x = 0 sampai x = L memberikan

Ini mengikuti dari Persamaan (6.34) bahwa, dari istilah dalam seri di kanan sisi
Persamaan (6.36), hanya panjang dengan m = n berbeda dari nol, dan rekening
Persamaan (6.33) memiliki nilai L / 2. Dengan cara ini kita mendapatkan akhir ekspresi
untuk amplitudo Fourier

Persamaan (6.32) dan (6.37) adalah hasil akhir kita: sebuah pernyataan dari
teorema Fourier. Untuk setiap fungsi spesifik f (x), yaitu bentuk string pada t = 0,
Persamaan (6.37) memberikan kita Fourier amplitudo A1, A2, .... Menggantikan ini
amplitudo dalam Persamaan (6.32) memberikan kita bentuk awal string, dinyatakan
dalam Fourier komponen dan, dari Persamaan (6.29), bentuk dari string pada waktu
berikutnya.
Situasi ini telah dijelaskan di sini pada dasarnya adalah bahwa mekanika klasik.
Untuk memecahkan persamaan gerak Newton untuk sistem partikel, kita harus
menentukan posisi awal mereka dan kecepatan. Untuk string kita memiliki kontinum
partikel, dan kondisi awal menjadi posisi awal dan kecepatan awal masing-masing titik
pada string. Kami telah diperlakukan kasus tertentu string yang awalnya di Sisanya, [ y
(x, t) / t] t= 0, lih. Persamaan (6.3), dan dengan bentuk awal y (x, 0) = f (x). Kondisi
awal lain yang mungkin mengarah ke bentuk yang berbeda dari seri Fourier. Kami
menggambarkan analisis Fourier dengan cara berikut bekerja misalnya.

Standing Wave 21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gelombang berdiri adalah gelombang yang memiliki amplitudo yang berubah-
ubah antara nol sampai nilai maksimum tertentu. Gelombang ini dapat membentuk
superposisi dari dua gelombang berjalan. Dan energi dari tiap gelombang ini ditentukan
dari panjang dawai.

Gelombang stasioner dapat dibentuk dari pemantulan suatu gelombang. Contohnya


pada gelombang tali. Tali dapat digetarkan di salah satu ujungnya dan ujung lain
diletakkan pada pemantul. Berdasarkan ujung pemantulnya dapat dibagi dua yaitu ujung
terikat dan ujung bebas. Gelombang stasioner adalah gelombang hasil superposisi dua
gelombang berjalan yang : amplitudo sama, frekuensi sama dan arah berlawanan.

Gambar 1.11

3.2 Saran
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harap kan untuk lebih menyempurnakan
makalah ini .

Standing Wave 22
DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur. 1999. Konsep Fisika Modern (terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Budikase, E, dkk, 1987. Fisika Untuk SMU . Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Foster, Bob. 2004. Fisika SMA Jilid 3A untuk Kelas XII. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Lala,Brigitta.2008.Gelombangelektromagnetik.(http://brigittalala.wordpress.com, diakses 7
November 2009).

Supriyono. 2006. Fisika untuk SMA/MA Jilid Xb. Surabaya: Sagufindo Kinarya.

Standing Wave 23

Anda mungkin juga menyukai