Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal.

X-XX

JURNAL SAINS FISIKA


Prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

FOTOMETRI
A. Ainur Fadilla1,a*, Astriyani Nur2,b, Fadel3,c, Nurfalah Miseldi4,d, Selvi Sewang5,e dan
Serli Yuniar6,f,

Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Makassar
123456

andiainurfadilla17@gmail.com
a*

ABSTRACT: Photometric experiments were carried out aimed at determining the relationship
between light intensity and emission distance as an inverse square law. In the first activity, namely
the inverse square law, the illuminance values obtained were 0.0128 cd, 0.0252 cd, 0.0384 cd, 0.05
cd and 0.0576 cd, respectively. To obtain an average luminous intensity of 0.0368 cd. While for the
second experiment, the thickness of the object was used and thicknesses of 0.02mm, 0.04mm,
0.003m, 0.004m and 0.006m were obtained. The distance used in this experiment is 0.12 m. The
illuminance values obtained were 8 lux, 7 lux, 6 lux, 5 lux and 4 lux, respectively. The variables
calculated are absorbance and transmittance (T). Absorbance value -4182.7. While the average
permeability value obtained 0.55. Based on the chart, the results are consistent with the theory that
the intensity of light is inversely proportional to the distance of the beam and directly proportional
to the intensity of illumination.

ABSTRAK: Telah dilakukan percobaan Fotometri yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara intensitas cahaya dengan jarak pancaran sebagai hukum kebalikan kuadrat. Pada kegiatan
pertama yaitu hukum kebalikan kuadrat, nilai iluminance yang diperoleh secara berturut-turut ialah
0,0128 cd, 0,0252 cd, 0,0384 cd, 0,05 cd, dan 0,0576 cd. Sehingga diperoleh intensitas cahaya
rerata sebesar 0,0368 cd. Sedangkan untuk percobaan kedua menggunakan ketebalan benda dan
diperoleh ketebalan 0,02 mm, 0,04 mm, 0,003 m, 0,004 m, dan 0,006 m. Adapun jarak yang
digunakan pada percobaan ini adalah 0,12 m. Nilai iluminance yang diperoleh secara berturut-turut
ialah 8 lux, 7 lux, 6 lux, 5 lux, dan 4 lux. Variabel yang dihitung adalah absorpbansi dan
Transmitansi (T). Adapun nilai absopbansi rerata yang diperoleh sebesar -4182,7. Sedangkan nilai
transmitansi rerata yang diperoleh sebesar 0,55. Berdasarkan grafik diperoleh hasil sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa intensitas cahaya berbanding terbalik dengan jarak pancar dan
berbanding lurus dengan intensitas penerangan.

Kata Kunci: Absorpbansi, Fotometri, Illuminance, Transmitansi.

*corresponding author
email: andiainurfadilla17@gmail.com
DOI:

1
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX

JURNAL SAINS FISIKA


Prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

PENDAHULUAN
Fotometri adalah suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran besaran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna dengan menggunakan
detektor fotosel, dimana besaran ini merupakan fungsi dari kandungan komponen tertentu
yang melakukan penyerapan. Pada kolorimeter visual kita melihat intensitas warna dengan
mata telanjang.
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan berbagai macam sumber
cahaya, mmisalnya cahaya lampu, lilin, sinar matahari dan sebagainya. Setiap sumber
cahay memiliki nilai kuat cahaya (intensitas cahaya) yang berbeda-beda. Untuk mengukur
nilai kuat cahaya dari sumbar cahaya kita dapt menggunakan alat yang dinamakan
photometer leunumer brodhun. Untuk memahami cara mengukur lebih lanjut kita
melakukan percobaan photometer dengan menggunakan alat-alat dan metode-metode yang
telah ditentukan.
Penelitian ini dilakuakan untuk Memahami hubungan antara intensitas cahaya
dengan jarak pancaran sebagai hukum kebalikan kuadrat, memahami pengaruh ketebalan
bahan penghalang terhadap intensitas radiasi relative, serta memahami pengaruh koefesien
transmitansi dan absorpbansi bahan penghalang yang digunakan.
Setiap hari manusia memerlukan cahaya. Dengan adanya cahaya, dunia ini menjadi
terang sehingga semua orang dapat melihat benda-benda di sekitarnya dan menikmati
indahnya pemandangan alam. Jika tidak ada cahaya, semua tampak gelap gulita. Orang-
orang tidak dapat melihat apa-apa. Dengan demikian, cahaya merupakan sesuatu yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Para ahli telah lama mempelajari cahaya untuk
mengetahui hakekatnya. Pada mulanya, cahaya didefinisikan sebagai aliran partikel yang
dipancarkan oleh benda penghasil cahaya (sumber cahaya). Tetapi, penyelidikan lain
menyatakan bahwa cahaya adalah gelombang karena cahaya memiliki sifat-sifat seperti
yang dimiliki oleh gelombang (Nirsal, 2012).
Cahaya merupakan gelombang sehingga memilki sifat yang dimiliki oleh
gelombang pada umumnya, misalnya dapat terjadi peristiwa interferensi dan difraksi.
Cahaya sebagai salah satu komponen gelombang elektromagnetik tersusun oleh medan
listrik dan medan magnet. Antar gelombang cahaya dapat berpadu dan dari hasil
interferensi itu dapat diperoleh dua yaitu interferensi konstruktif dan interferensi
dekstruktif (Priyambodo, 2014).

*corresponding author
email: andiainurfadilla17@gmail.com
DOI:

2
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX

JURNAL SAINS FISIKA


Prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

Cahaya bersifat gelombang dan partikel karena cahaya dapat dibangkitkan oleh
gejala kelistrikan dan kemagnetan sehingga tergolong gelombang elektromagnetik. Cahaya
sendiri pada hakikatnya tidak dapat dilihat, adanya cahaya dapat dilihat apabila cahaya
tersebut mengenai suatu benda. Melalui pendekatan cahaya sebagai gelombang dan
partikel maka peristiwa refleksi, defraksi, dispersi dan reflaksi dijelaskan pada teori
gelombang. Cahaya terdiri atas medan listrik dan medan magnetik yang berisolasi dengan
sangat cepat. Gelombang elektromagnetik cahaya terdiri atas dua medan yang merambat
dengan kecepatan yang sangat tinggi (Hernawati, 2014).
Intensitas cahaya adalah besar pokok fisika untuk mengatur daya yang dipancarkan
oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per satuan sudut. Satuan SI dari intensitas
cahaya adalah candela (Cd). Dalam bidang optika dan fotometri kemampuan mata manusia
hanya sensitive dan dapat melihat cahaya dengan panjang gelombang tertentu (spectrum
cahaya nampak) yang diukur dalam besaran pokok ini. Pencahayaan (iluminasi) adalah
kepadatan dari suatu berkas cahaya yang mengenai suatu permukaan (Sri Zelviani, 2018).
Fotometri merupakan cabang sains yang berkenaan dengan pengukuran energi
foton. Dari sini, yang dimaksud dengan fotometri astronomi adalah peneraan secara akurat
radiasi electromagnet objek langit pada panjang gelombang tertentu. Pada pekerjaan
fotometri astronomi secara profesional, umumnya digunakan kamera berbasis CCD
(Charge Coupled Device) sebagai sensor yang dipasangkan pada teleskop optik. Kamera
CCD biasa dilengkapi dengan filter pita sempit yang telah terbakukan, misalnya sistem
filter Johnson-Cousins UBVRI (UV, Blue, Visual, Red, Infrared) (Firmansyah, dkk. 2015).
Fotometri ialah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran kwantita cahaya. Ada beberapa
kwantitas cahaya dari besaran - besaran cahaya, yaitu kuat cahaya (I), fluks cahaya (F),
kuat penerangan (E) dan terang cahaya (e) (Linggih, 1985). Luminansi L merupakan
besaran yang berkaitan erat dengan kuat penerangan (E). Luminansi adalah pernyataan
kuantitatif jumlah cahaya yang dipantulkan oleh permukaan pada suatu arah. Luminansi
suatu permukaan ditentukan oleh kuat penerangan dan kemempuan memantulkan cahaya
oleh permukaan (Hendrawan, 2018).
Arus cahaya atau Luminouslux (D) didefinisikan scbagai jumlah total cahaya yan
dipancarkan oleh sumber cahaya setiap detik. Sedangkan aliran rata – rata energi cahaya
adalah arus cahaya atau uks cahaya. Luminousflux dapat juga didifinisikan sebagai radiasi
energi cahaya yang keluar per detik dari bodi dalam bentuk luminouslightwav Satuan

*corresponding author
email: andiainurfadilla17@gmail.com
DOI:

3
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX

JURNAL SAINS FISIKA


Prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

uminousux adalah lumen. Dan didefinisikan Sebagai flux yang terbawa pada solid
angledarn sumber satu candela atau standart Candela (Hendrawan, 2018).
Dapat disimpulkan dari kejadian ini bahwa gerakan bumi relatif terhadap ether
yang sudah dipostulatkan tidak bisa dibuktikan. Einstein lah yang pertama kali mengajukan
postulat relativitas khususnya yang kontra dengan hasil-hasil negatif ini. Sehingga, kini
cahaya dipahami sebagai gelombang elektromagnetik yang tidak membutuhkan medium
untuk merambat, dan anggapan bahwa gelombang merambat di dalam ether menjadi tidak
lagi penting. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa fisika penting untuk melakukan
praktikum Interferometer Michelson ini, dengan peralalatan miniatur yang didesain
sedemikian rupa menyerupai aslinya untuk lebih mengetahui tentang cara kerja dan
kegunaannya (Firmansyah, dkk. 2015).
Menurut Krisatanta (2013: 1), cahaya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Dapat dilihat oleh mata
b. Memiliki arah rambat yang tegak lurus arah getar (transversal)
c. Merambat menurut garis lurus
d. Memiliki energy
e. Dipancarkan dalam bentuk radiasi
f. Dapat mengalami pemantulan, interferensi, difraksi dan polarisasi (terserap sebagian
arah getarnya).

Gambar 1: Spektrum gelombang cahaya


(Sumber: Kristanta, 2013: 1)

*corresponding author
email: andiainurfadilla17@gmail.com
DOI:

4
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX

JURNAL SAINS FISIKA


Prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

Iluminasi cahaya adalah sinar yang jatuh (datang) pada sebuah permukaan atau
fluks cahaya yang menerangi bidang tiap satu satuan luas, sehingga dapat di tulis
persamaan:

φ
E= … (1)
A

Karena filuks cahaya yang memancarkan dari titik seluruh ruang adalah dan luas
permukaan bola adalah suatu sumber intensitas cahaya I menghasilkan iluminasi total
adalah:

I
E= 2 … (2)
R

Ini menunjukan bahwa iluminasi pada jarak R berbanding lurus terhadap intensitas
cahaya sumber dan berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak (Wianoto,2008).
Berdasarkan uraian diatas maka hal yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan
adalah untuk mengetahui hubungan antara intensitas cahaya dengan jarak pancaran sebagai
hukum kebalikan kuadrat, untuk menyelidiki dan mengetahui pengaruh ketebalan bahan
penghalang terhadap intensitas radiasi relatif dan untuk menentukan koefisien transmitasi
dan absorpbansi bahan penghalang yang digunakan.
METODE PENELITIAN
Praktikum eksperimen Fotometri dilaksanakan pada hari Selasa, 08 November
2022, pada pukul 11.30 – 12.30 WITA, bertempat di Laboratorium Fisika Optik, Jurusan
Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Alat dan bahan yang digunakan yaitu sumber cahaya, light meter + sensor (lux
meter), mistar, mikrometer sekrup, bahan penghalang (plastik transparan) dan ruangan
gelap yang dikontrol ukurannya dan intensitas cahaya mula-mulanya.
Adapun prosedur kerja pada percobaan ini ada dua yaitu sebagai berikut:
a. Percobaan Hukum Kebalikan Kuadrat

*corresponding author
email: andiainurfadilla17@gmail.com
DOI:

5
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX

JURNAL SAINS FISIKA


Prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan lalu merangkai
percobaan sesuai dengan arahan pembimbing. Selanjutnya menyalakan sumber cahaya dan
mengatur sensitivitas light meternya, lalu mengukur intensitas cahaya mula-mulanya dan
ukuran ruangan yang digunakan. Kemudian mengatur posisi sumber cahaya dengan
menarik atau mendorong mistar hingga ujung kanan tepat berimpit dengan skala 6 cm.
Selanjutnya mencatat hasil penunjukkan yang terbaca pada light meter atau lux meter pada
posisi tersebut dan mengulangi kembali untuk setiap selang jarak 2 cm sebanyak 5 data.
b. Percobaan Absorpbansi dan Transmitansi
Pertama-tama menyiapkan bahan penghalang (plastik transparan) dengan berbagai
ketebalan lalu ukur masing-masing tebalnya dengan mikrometer sekrup. Selanjutnya,
mengatur jarak antara sensor light meter dengan sumber cahaya sejauh 6 cm. Lalu,
tempatkan bahan penghalang atau plastik transparan pertama antara sensor light meter
dengan sumber cahaya. Kemudian mencatat hasil penunjukkan yang terbaca pada lux meter
dan lanjutkan pengukuran untuk bahan penghalang yang lain dengan tebal yang berbeda-
beda.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Pengamatan
1. Percobaan Hukum Kebalikan Kuadrat
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran
No Jarak r (cm) E (lux)

1. 4 56

2. 6 30

3. 8 15

4. 10 12

5. 12 8

Tabel 2. Data Hasil Perhitungan Hukum Kebalikan Kuadrat E0 = 1 lux

*corresponding author
email: andiainurfadilla17@gmail.com
DOI:

6
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX

JURNAL SAINS FISIKA


Prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

No Jarak r (m) r2 (m) E (lux) I (cd)

1. 0,04 0,0016 8 0,0128

2. 0,06 0,0036 7 0,0252

3. 0,08 0,0064 6 0,0384

4. 0,1 0,01 5 0,05

5. 0,12 0,0144 4 0,0576

I rerata 0,0368

2. Percobaan Absorpbansi dan Transmitansi


Tabel 3. Data Hasil Pengukuran

No Jumlah Ketebalan t (mm) E (lux)

1. 1 lembar 0,02 8

2 2 lembar 0,04 7

3. 3 lembar 0,06 6

4. 4 lembar 0,08 5

5. 5 lembar 0,1 4

Tabel 3. Data Hasil Perhitungan Percobaan Absorpbansi dan Transmitansi


R = 12 cm E0 = 8 lux

No t (m) E (lux) α αrerata T Trerata

1. 0,00002 8 0 0

2. 0,00004 7 -3325 0,875

*corresponding author
email: andiainurfadilla17@gmail.com
DOI:

7
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX

JURNAL SAINS FISIKA


Prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

3. 0,00006 6 -4783,3 0,75

4. 0,00008 5 -5875 0,625


-4182,7 0,55
5. 0,0001 4 -6930 0,5

Grafik

Grafik Hubungan antara illuminance (lux)


terhadap 1/r2
0.07

0.06
f(x) = 3.45565749235474 x + 0.0119192660550459
R² = 0.946640719117784
0.05
Illuminance (lux)

0.04

0.03

0.02

0.01

0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014 0.016
1/r2

Gambar 1. Grafik Hubungan antara Illuminance (lux) terhadap 1/r 2

*corresponding author
email: andiainurfadilla17@gmail.com
DOI:

8
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX

JURNAL SAINS FISIKA


Prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

Grafik Hubungan antara Absorpbansi (α)


dengan ketebalan benda (t)
0
-1000
f(x) = − 82050000 x + 740.340000000001
-2000 R² = 0.928487270304817
absorpbansi (α)

-3000
-4000
-5000
-6000
-7000
-8000
0.00001 0.00002 0.00003 0.00004 0.00005 0.00006 0.00007 0.00008 0.00009 0.0001 0.00011
Ketebalan benda (t)

Gambar 2. Grafik hubungan antara Absorpbansi (α) dengan ketebalan benda (t)

Grafik hubungan antara Transmitansi (T)


dengan ketebalan benda (t)
1
Transmitansi (T)

0.8
0.6 f(x) = 3750 x + 0.325
0.4 R² = 0.123287671232877
0.2
0
0.00001 0.00002 0.00003 0.00004 0.00005 0.00006 0.00007 0.00008 0.00009 0.0001 0.00011
Ketebalan benda (t)

Gambar 3. Grafik hubungan antara transmitansi (T) dengan ketebalan benda (t)

Pembahasan
Intensitas cahaya adalah besar pokok fisika untuk mengatur daya yang dipancarkan
oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per satuan sudut. Satuan SI dari intensitas
cahaya adalah candela (Cd). Dalam bidang optika dan fotometri kemampuan mata manusia

*corresponding author
email: andiainurfadilla17@gmail.com
DOI:

9
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX

JURNAL SAINS FISIKA


Prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

hanya sensitive dan dapat melihat cahaya dengan panjang gelombang tertentu (spectrum
cahaya nampak) yang diukur dalam besaran pokok ini. Pencahayaan (iluminasi) adalah
kepadatan dari suatu berkas cahaya yang mengenai suatu permukaan (Sri Zelviani, 2018).
Pada percobaan ini dilakukan dua kali kegiatan yaitu yang pertama percobaan
hukum kebalikan kuadrat diperoleh nilai intensitas cahaya (I) sebesar 0,0128 cd; 0,0252 cd;
0,0384 cd; 0,05 cd; dan 0,0576 cd; dengan I rerata yaitu 0,0368 cd. Grafik hubungan antara
illuminance (lux) terhadap 1/r^2 yaitu berbanding lurus, sedangkan hubungan intensitas
cahaya sumber terhadap kuadrat jarak yaitu berbanding terbalik sesuai dengan hukum
kebalikan kuadrat dimana semakin jauh jarak pancaran yang digunakan maka intensitas
cahaya yang diperoleh akan semakin kecil.
Pada percobaan absorpbansi dan transmitansi diperoleh hasil data untuk nilai
absorpbansi (𝛼) sebesar 0; -3325; -4783,3; -5875; dan -6930 dengan absorpbansi (𝛼) rata-
rata yaitu -4182,7 dan untuk nilai transmitansi (T) sebesar 0; 0,875; 0,75; 0,625; dan 0,5
dengan transmitansi (T) rata-rata yaitu 0,55. Grafik hubungan antara transmitansi dengan
ketebalan benda penghalang yaitu sama-sama berbanding terbalik, sesuai dengan hukum
kebalikan kuadrat dimana semakin besar nilai ketebalan benda maka nilai absorpbansi yang
dihasilkan semakin kecil begitupun, semakin besar nilai ketebalan benda maka semakin
kecil nilai transmitansi yang dihasilkan.

SIMPULAN
Kesimpulan pada percobaan ini yaitu hubungan antara intensitas cahaya dengan
dengan jarak pancaran sebagai hukum kebalikan kuadrat adalah berbanding terbalik dimana
semakin jauh jarak pancaran yang digunakan maka intensitas cahaya yang diperoleh akan
semakin kecil, begitu juga sebaliknya jika semakin pendek jarak pancaran yang digunakan
maka semakin besar intensitas cahaya yang dihasilkan.
Pengaruh ketebalan bahan penghalang terhadap intensitas radiasi relatif yaitu semakin
besar nilai ketebalan benda maka nilai absorpbansi yang dihasilkan semakin kecil.
Begitupun pada nilai transmitansi, semakin besar nilai ketebalan benda maka semakin kecil
nilai transmitansi yang dihasilkan. Nilai absorpbansi (𝛼) yang diperoleh sebesar 0; -3325; -
4783,3; -5875; dan -6930 dengan absorpbansi (𝛼) rata-rata yaitu -4182,7 dan untuk nilai
transmitansi (T) sebesar 0; 0,875; 0,75; 0,625; dan 0,5 dengan transmitansi (T) rata-rata
yaitu 0,55.

DAFTAR PUSTAKA

*corresponding author
email: andiainurfadilla17@gmail.com
DOI:

10
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX

JURNAL SAINS FISIKA


Prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

Firmansyah, dkk. 2015. Fotometi Pleiades Menggunakan Kameri DSLR. Bandung:


FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Hendrawan, Andi. 2018. “Daya Listrik dan Intensitas Penerangan Lampu Pijar Merk “X”.
Akademi Maritim Nusantara: Jawa Barat. Vol 3. (1).
Hernawati. 2014. “Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Produksi Umbi Tanaman Lobak
(Raphanus Sativus L)”. Vol. XVIII. (2).
Linggih, dkk . 1985. Ringkasan Fisika. Bandung: Ganeca Exact.
Nirsal. 2012. “Perangkat Lunak Pembentukan Bayangan Pada Cermin dan Lensa”. Volume
2 Januari. Palopo: Universitas Cokrominoto.
Priyambod, S. 2015. “Pengaruh Variabel Warna Lampu Led terhadap Pertumbuhan
Tanaman Krisan”. Proseding Seminar Nasional Teknik Industri. Yogyakarta.
Sunarti dan Astutiningrum. 2011. Fisika Dasar II (Seri Optika). Surabaya: UNIPRESS.
Tipler, A. Paul. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Zelviani, Sri. 2018. Pengaruh Ketebalan Bahan Penghalang Terhadap Intensitas Radiasi
Relatif. Jurnal Teknosains. Vol 12(2), 203-209.
Wianoto,Ardi. 2008. Mikrokontroler AVR ATmega8/32/16/8535 dan Pemograman dengan
Bahasa C pada WinAVR. Bandung : ITB.

Lampiran Analisis Data

1. Percobaan Hukum Kebalikan Kuadrat


a. Menghitung intensitas cahaya (cd)
I1 = E1. r2
= 8 (0,0016)
= 0,0128 cd
I2 = E2. r2
= 7 (0,0036)
= 0,0252 cd
I3 = E3. r2
= 6 (0,0064)

*corresponding author
email: andiainurfadilla17@gmail.com
DOI:

11
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX

JURNAL SAINS FISIKA


Prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

= 0,0384 cd
I4 = E4. r2
= 5 (0,01)
= 0,05 cd
I5 = E5. r2
= 4 (0,0144)
= 0,0576 cd
b. Menghitung intensitas rerata
∑I 0,184
Irerata = i=n
= =0,0368 cd
n 5
2. Percobaan Absorpbansi dan Transmitansi
a. Menghitung absorpbansi (α)

α 1=
ln
( )E1
E0
t

¿
ln ( 88 )
0,00002
0
¿
0,00002
¿0

α 2=
ln ( )E2
E0
t

*corresponding author
email: andiainurfadilla17@gmail.com
DOI:

12
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX

JURNAL SAINS FISIKA


Prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

¿
ln ( 78 )
0,00004
−0,133
¿
0,00004
¿−¿3.325

α 3=
ln
( )
E3
E0
t

¿
ln ( 68 )
0,00006
−0,287
¿
0,00006
¿−¿4.783,3

α 4=
ln
( )
E4
E0
t

¿
ln ( 58 )
0,0008
−0,470
¿
0,0008
¿−¿5.875

α 5=
ln
( )
E5
E0
t

*corresponding author
email: andiainurfadilla17@gmail.com
DOI:

13
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX

JURNAL SAINS FISIKA


Prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

¿
ln ( 48 )
0,0001
−0,693
¿
0,0001
¿−¿6.930
b. Menghitung absorpbansi (α) rerata
∑α −20.913,3
αrerata = i=n
= =−4.182,7
n 5
c. Menghitung transmitansi (T)
E1
T 1=
E0
8
¿
8
¿0
E2
T 2=
E0
7
¿
8
¿ 0,875
E3
T 3=
E0
6
¿
8
¿ 0,75

*corresponding author
email: andiainurfadilla17@gmail.com
DOI:

14
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX

JURNAL SAINS FISIKA


Prodi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

E4
T 4=
E0
5
¿
8
¿ 0,625
E5
T 5=
E0
4
¿
8
¿ 0,5
d. Menghitung transmitansi (T) rerata
∑T 2,75
Trerata = i=n
= =0,55
n 5

*corresponding author
email: andiainurfadilla17@gmail.com
DOI:

15

Anda mungkin juga menyukai