SPEKTROMETER PRISMA
Oleh
Kelompok IV
Dessupri Niarti
Toni Supriadi
JURUSAN FISIKA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Spektrometer Prisma”.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas Eksperimen Fisika.
Kelompok IV sangat menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan dan kekurangan dalam
penulisannya. Oleh sebab itu, kelompok IV sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun baik bagi penulis sendiri atau pun guna kesempurnaan penulisan makalah ini.
Kelompok IV
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana jalannya sinar untuk pembiasan pada prisma
2. Bagaimana hubungan sudut pembias dengan sudut deviasi prima?
3. Bagaimana hubungan antara sudut deviasi dan deviasi minimum pada prisma?
4. Berapa besar sudut pembias prisma yang diperoleh berdasarkan hasil
percobaan?
5. Berapa besar deviasi minimum prisma yang diperoleh berdasarkan hasil
percobaan?
6. Berapakah besar indeks bias prisma yang diperoleh berdasarkan deviasi
minimum?
C. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari percobaan “Spektrometer Prisma” adalah :
1. Melukiskan jalannya sinar untuk pembiasan pada prisma.
2. Menyelidiki hubungan antara sudut pembias dan sudut deviasi prisma.
3. Menyelidiki hubungan antara sudut deviasi dan deviasi minimum pada prisma.
4. Menentukan sudut pembias prisma.
5. Menentukan deviasi minimum prisma.
6. Menentukan indeks bias prisma berdasarkan deviasi minimum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI DASAR
Cahaya
Ilmuwan Newton telah menjelaskan adanya sifat pemantulan dan pembiasan dari cahaya
yang percobaannya pernah dilakukan pada tahun 1620-an. Christian Huygens dengan
percobaannya, menjelaskan bahwa cahaya seperti halnya charakter, dimana cahaya yang
dilewatkan pada celah sempit , maka pada celah tersebut seolah olah akan bertindak sebagai
sumber yang baru. Keadaan ini yang dikenal sebagai prinsip Huygens.Tahun 1803, Thomas
Young memperlihatkan adanya peristiwa interferensi cahaya.Percobaan ini mendukung
adanya sifat bahwa cahaya adalah merupakan gelombang. Perkembangan teori ini mencapai
puncaknya setelah Maxwell menemukan teory Unified tentang penjalaran gelombang
elektromagnetik.
Cahaya memancarkan sinarnya berasal dari sumber titik.Dari sumber ini cahaya
memancar ke segala arah dengan muka gelombangnya berbentuk bola.Kulit bola berada pada
satu muka gelombang.Pada umunya cahaya terdiri dari beberapa komponen warna dengan
panjang gelombang masing-masing. Jika cahaya datang pada salah satu sisi prisma, maka
akan terjadi penguraian warna dalam bentuk spektrum-spektrum. Gejala ini disebut dispersi
cahaya.Jadi dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromatik (putih) menjadi cahya-
cahaya monikromatik (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu) pada prisma lewat
pembiasan atau pembelokan. Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks bias tiap
warna cahaya.
Umumnya bila cahaya tidak jatuh pada prisma, karena mengalami dispersi.Dengan
demikian, maka sebagian ukuran deviasi cahaya tersebut dipilih deviasi untuk cahaya kuning,
dengan pertimbanagan cahaya ini kira-kira terletak di tengah-tengah antara cahaya merah dan
ungu.Sedangkan untuk ukuran dispersi adalah besarnya sudut yang dibuat oleh sinar merah
dan sinar violet (ungu).
Prisma
Prisma adalah bahan optik yang dibatasi oleh dua bidang pembias yang membentuk
sudut tertentu yang disebut sudut puncak (sudut pembias prisma).
Jika seberkas sinar monokromatik dalam arah n didatangkan pada salah satu bidang
pembias dengan sudut datang pertama i1 terhadap n1. Didalam prisma, sinar akan dibiaskan
dengan sudut dengan sudut bias pertama r1 dalam arah AC, sampai C pada bidang pembias
kedua denhan sudut datang kedua i2 dan keluar prisma dengan sudut bias kedua r2.Menurut
aturan trigonometri diperoleh :
𝛽 = 𝑟1 + 𝑖2 (1)
Bila D = sudut deviasi prisma, yaitu sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar masuk dan
sinar keluar prisma, besarnya D memenuhi persamaan :
D = 𝑖1 + 𝑟2 − 𝛽 (2)
Dimana :
D = sudut deviasi
𝑖1 = sudut datang pada prisma
𝑟2 = sudut bias sinar meninggalkan prisma
𝛽 = sudut puncak atau sudut bias prisma
Jika sinar datang terhadap prisma diubah-ubah, pada saat 𝑟1 = 𝑖2 besarnya harga
deviasi D mencapai minimum = Deviasi minimum (Dm), sehingga diperoleh :
𝐷𝑚 = 2𝑖1 − 𝛽 (3)
Menurut hukum Snellius, indeks bias prisma dapat dihitung dengan :
𝑠𝑖𝑛12(𝐷𝑚+𝐴)
𝑁= (4)
𝑠𝑖𝑛12𝐴
Dimana :
N= indeks bias prisma
A= sudut pembias prisma
Dm= sudut deviasi minimum prisma
Bila sudut puncak prisma kecil, rumus dapat diganti dengan :
Dm = (N-1)A
Spektrometer
Spektrosmeter merupakan alat analisis cahaya yang dihasilkan suatu objek yang
sangat berguna dalam bidang fisika.Spektroskopi menggunakan prinsip difraksi dan
interferensi untuk memisahkan cahaya yang dihasilkan suatu objek menjadi garis-garis warna
berbeda yang dikenal dengan Spektrum.Alat ukur yang digunakan disebut
Spektrometer.Spektrometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengamati
spektrum cahaya yang terurai setelah melewati suatu medium sehingga membentuk suatu
spektrum.Spektrometer adalah alat untuk mengukur spektrum.Dalam astronomi dan beberapa
cabang kimia, spektrometer adalah alat optik untuk menghasilkan garis spektral dan
mengukur panjang gelombang mereka dan intensitasnya.Metoda penyelidikan dengan
bantuan spektrometer disebut spektrometri.Variabel yang diukur adalah yang paling sering
adalah lampu.Dalam spektrometer modern, sinar yang datang pada sampel diubah panjang
gelombangnya secara kontinyu.Hasil percobaan diungkapkan dalam spektrum dengan
absisnya menyatakan panjang gelombang (atau bilangan gelombang atau frekuensi) sinar
datang dan ordinatnya menyatakan energi yang diserap sampel.
Bagian-bagian Spektrometer
Spektroskop prisma merupakan alat yang digunakan untuk melihat spektrum dari
suatu sumber cahaya. Spektrometer prisma merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
spektrum cahaya yang terurai setelah melewati suatu medium atau untuk mengukur panjang
gelombang dan indeks bias dari suatu prisma. Susunan spektrometer prisma terdiri dari
komponen-komponen kolimator, teleskop, meja spectrometer, dan skala.
a. Kolimotorolimator
Merupakan sebuah tabung yang dilengkapi dengan lensa akromatik di mana satu
ujungnya (yang menghadap prisma) dan sebuah celah.Fungsi lensa kolimator adalah untuk
mensejajarkan berkas sinar yang keluar dari celah. Lebar celah dapat diatur dengan
menggunakan skrup pengatur yang terdapat pada ujung kolimator didekat celah. Skrup
pengatur PC digunakan untuk mengatur lebar berkas cahaya yang jatuh pada prisma
sedangkan posisi lensa terhadap celah dapat diatur dengan skrup, PL. Dalam penggunaan
spectrometer prisma ini, celah dihubungkan dengan sumber cahaya yang akan diamati
spektrumnya. Sumber cahaya dibungkus dalam sebuah tabung (agar cahaya tidak terpencar)
dan diberi celah sejajar dengan celah yang terdapat pada kolimator.
b. Teleskop
Teleskop yang digunakan terdri dari lensa obyektif dan lensa okuler. Posisi lensa
okuler terhadap lensa obyektif dapat diatur dengan skrup,yang terdapat pada ujung teleskop.
Teleskop ini dapat digerak-gerakan, selain berfungsi sebagai tempat melihat spectrum cahaya
yang dihasilkan prisma,, teleskop ini dapat menunjukan besar sudut yang dihasilkan dari
pembiasan prisma. Untuk menentukan posisi celah dengan tepat, digunakan benang silang
sebagai rujukan.
c. Meja Spektrometer
Meja spectrometer merupakan tempat untuk meletkkan prisma.Kedudukannya dapat
dinaikkan / diturunkan atau diputar dengan melonggarkan skrup dan mengeratkannya.Prisma
merupakan suatu objek yang membiaskan spectrum dari suatu sumber cahaya.
d. Skala Utama dan Skala Nonius
Dibawah meja spectrometer, terdapat piringan yang merupakan tempat dari skala
utama dan skala nonius.Skala-skala ini menunjukan besar sudut yang dihasilkan dari
pembiasan lensa.Pada sekala utama terdapat 360 skala yang menunjukan besar sudut pada
lingkaran penuh.Sedangkan pada skala nonius terdapat skala-skala yang lebih kecil.Jumlah
skala pada skala nonius todak tetap, hal ini tergantung pada pada ketelitian spectrometer,
semakin banyak skala nonius dan semakin kecil jarak dari skala satu dan yang lain, maka
ketelitian spectrometer semakin kecil pula.Dan kesalahan dalam pengukuran juga sangat
kecil.
Prinsip Kerja Spektrometer
Sebuah spectrometer menggunakan kisi difraksi atau prisma untuk memisahkan
panjang gelombang cahaya yang berbeda. Prinsip kerja dari Spektrometer adalah, cahaya di
datangkan lewat celah sempit yang disebut kolimator. Kolimator ini merupakan focus lensa,
sehingga cahaya yang diteruskan akan bersifat sejajar. Cahaya yang sejajar, kemudian
diteruskan ke kisi untuk kemudian ditangkap oleh teleskope yang posisinya dapat digerakkan.
Pengukuran panjang gelombang dapat dilakukan dengan menggunakan kisi difraksi yang
diletakkan pada meja spektrometer. Saat cahaya melewati kisi, terjadi peristiwa difraksi. Pada
posisi teleskope tertentu yaitu pada sudut θ, merupakan posisi yang sesuai dengan terjadinya
pola terang (pola maksimum), maka hubungan panjang gelombang cahaya memenuhi
persamaan :
𝑑 𝑠𝑖𝑛 𝜃 = 𝑛𝜆
Dimana:
n adalah bilangan bulat yang merepresentasikan orde
d=jarak antara garis-gartis pada kisi
Dengan mengukur nilai θ, maka nilai panjang gelombang (λ) dari cahaya dapat
diukur.
Untuk spectrometer prisma, cahaya yang sejajar kemudian masuk kesebuah
prisma.Disini, cahaya mengalami dispersi atau peristiwa penguraian cahaya polikromarik
(putih) menjadi cahaya-cahaya monokromatik karena perbedaan indeks bias.
Sebuah lensa menfokuskan cahaya dicelah keluar.Hanya satu warna cahaya yang
dapat melewati celah ini dalam satu waktu.Oleh karena itu, prisma harus diputar untuk
membawa warna-warna lain masuk kedalam celah keluar dan membaca seluruh
spektrum.Skala yang berbentuk lingkaran mencatat sudut prisma sehingga panjang
gelombang cahaya dapat ditentukan.
Lampu uap natrium
Lampu uap natrium merupakan lampu lucutan gas yang menggunakan natrium
dalam keadaan terusik untuk menghasilkan cahaya.Lampu ini menghasilkan cahaya hampir
monokromatik pada panjang gelombang 589.3 nm (sebenarnya dua panjang gelombang pada
589.0 dan 589.6 nm).Sebagai hasilnya, warna dari benda yang disinari tidak dapat dibedakan
dengan mudah.
Tabel 1. Menghitung Sudut Pembias Prisma Tabel 2. Menentukan Indeks Bias Prisma
𝜶2 ( o) No 𝜷2 ( o)
No 𝜶1 ( o) 𝜷1 ( o)
𝜶1 𝜶2 𝜶2 − 𝜶1
No 𝜷=
𝟐
|204° − 127,08° |
1. 127,08° 204° 𝛽= = 38,46
2
|204° − 127,08° |
2. 127,08° 204° 𝛽= = 38,46
2
| 204° − 127,08°|
3. 127,08° 204°° 𝛽= = 38,46
2
| 204° − 127,38° |
4. 127,38° 204° 𝛽= = 38.31
2
|204° − 127,42° |
5. 127,42° 204° 𝛽= = 38,29
2
| 204° − 127,42°|
6. 127,42° 204°° 𝛽= = 38,29
2
| 204° − 127,42°|
7. 127,42° 204° 𝛽= = 38,29
2
|204° − 127,42° |
8. 127,42° 204° 𝛽= = 38,29
2
| 204° − 127,42° |
9. 127,42° 204° 𝛽= = 38,29
2
| 204° − 127,42° |
10. 127,42° 204° 𝛽= = 38,29
2
Kesalahan Pengukuran :
ΔN𝐴
𝐾𝑀 = 𝑥 100%
≪ 𝑁𝐴 ≫
Karena percobaan dilakukan sebanyak 10 kali perulangan, maka besar Δ𝑁𝑎 dapat diperoleh
dengan persamaan standar deviasi, sebagai berikut :
2 2
1 𝑁Σ(𝑥𝑖) −(Σ𝑥𝑖)
ΔN𝐴 = 𝑁 √ 𝑁−1
1 10(14709,5875)−(147095,2609)
ΔN𝐴 = 10 √ 10−1
1 10(147095,875)−(147095,2609)
= √
10 9
1 0.6141 1
= √ = (0.2612) = 0.02612
10 9 10
Kemudian cari ≪ 𝑁𝐴 ≫
∑ 𝑥𝑖
≪ 𝑁𝐴 ≫=
𝑁
383,53
=
10
≪ 𝑁𝐴 ≫= 38,353
Kemudian didapat nilai KR :
ΔN𝐴
KM = ≪𝑁𝐴≫ 𝑥 100%
0.02612
= 𝑥 100%
38,353
𝐾𝑀 = 0,068 %
Karena percobaan dilakukan sebanyak 10 kali perulangan, maka besar Δ𝑁𝑎 dapat diperoleh
dengan persamaan standar deviasi, sebagai berikut :
2 2
1 𝑁Σ(𝑥𝑖) −(Σ𝑥𝑖)
Δ𝐷𝑚 = 𝑁 √ 𝑁−1
2
1 10(29253,15363)−(540,755)
Δ𝐷𝑚 = 10 √ 10−1
1 292531,5363−292415,97
= √
10 9
1 115,5663
= √
10 9
1
= √12,8407
10
1
= (3,583)
10
= 0,3583
No 𝜷 𝑫𝒎
𝑵𝒂
1
sin (53,66 + 38,46)
53,66 o
NA = 2 = 2,18
1. 38,46o 1
sin 2 38,46
1
o o
sin 2 (53,41 + 38,46)
2. 38,46 53,41 NA = = 2,18
1
sin 38,46
2
1
o o
sin 2 (53,95 + 38,36)
3. 38,46 53,95 NA = = 2,19
1
sin 2 38,46
1
sin 2 (54,295 + 38,31)
o o
4. 38,31 54,295 NA = = 2,20
1
sin 2 38,31
1
sin (53,05 + 38,29)
38,29 o
53,05 o
NA = 2 = 2,18
5. 1
sin 38,29
2
1
sin (53,63 + 38,29)
38,29 o
53,63 o
NA = 2 = 2,19
6. 1
sin 2 38,29
1
o o
sin 2 (52,43 + 38,29)
7. 38,29 52,43 NA = = 2,17
1
sin 2 38,29
1
sin (54,68 + 38,29)
38,29 o
54,68 o
NA = 2 = 2,21
8. 1
sin 2 38,29
1
o o
sin 2 (55,36 + 38,29)
9. 38,29 55,36 NA = = 2,22
1
sin 2 38,29
1
sin (56,29 + 38,29)
38,29 o
56,29 o
NA = 2 = 2,24
10. 1
sin 2 38,29
Kesalahan Pengukuran :
Persamaan untuk mencari kesalahan relatif :
Δ𝑁𝑎
𝐾𝑀 = 𝑥 100%
𝑁𝑎
Karena percobaan dilakukan sebanyak 10 kali perulangan, maka besar Δ𝑁𝑎 dapat diperoleh
dengan persamaan standar deviasi, sebagai berikut :
2 2
1 𝑁Σ(𝑥𝑖) −(Σ𝑥𝑖)
Δ𝑁𝑎 = 𝑁 √ 𝑁−1
2
1 10(48,2284)−(21,96)
Δ𝑁𝑎 = 10 √ 10−1
1 482,284−482,2416
= √
10 9
1 0,0424
= √
10 9
1 1
= √0,00471 = (0,0686) = 0,00686
10 10
2,18+2,18+2,19+2,20+2,18+2,19+2,17+2,21+2,22+2,24 21,96
< 𝑁𝐴 >= 10
= 10
= 2,196
NA = 2,196± 0,31%
2. Pada pengambilan data,sumber cahaya yang digunakan pada percobaan hanya satu
sehingga indeks bias yang didapat juga hanya satu saja, yaitu indeks bias pada cahaya
Na.
3. Besar sudut pembias prisma yang diperoleh pada percobaan ini berkisar antara 8.435o
dan 8.50o. Namun hasil yang diperoleh tersebut tidak bisa dibandingkan dengan busur
derajat karena pada percobaan tersebut tidak dilakukan pengukuran dengan busur
derajat.
4. Pada perhitungan mencari besar deviasi minimum (Dm) dari percobaan yang
dilakukan secara berulang didapat Dm untuk yang bersumber dari cahaya Na masing-
masingnya adalah 52.70o, 43.90 o, 42.50 o, 45.40 o, 43.90 o, 43.30 o, 44.00 o, 43.10 o,
43.60 o, 43.50 o. Sementara untuk sumber cahaya lainnya tidak dicari perthitungannya
terhadap nilai deviasi minimum (Dm) karena pada sumber cahaya lain tidak dilakukan
percobaan seperti pada sumber cahaya Na.
5. Pembuktian NST pada skala nonius = 19.5 di spektrometer..
1 skala utama = 20o
39
40 skala nonius = 𝑥20𝑜 = 19.5o
40
Selisih pada 1 skala utama dengan skala nonius adalah 0.5’
F. PEMBAHASAN
1. Referensi Teori
Prisma adalah bahan optik yang dibatasi oleh dua bidang pembias yang membentuk
sudut tertentu yang disebut sudut puncak (sudut pembias prisma). Prisma memilik sifat
membiaskan cahaya. Cahaya yang merambat melalui prisma akan mengalami dua kali
pembiasan, yaitu saat memasuki prisma dan juga saat meninggalkan prisma. Umumnya bila
cahaya tidak jatuh pada prisma, karena mengalami dispersi.Dengan demikian, maka sebagian
ukuran deviasi cahaya tersebut dipilih deviasi untuk cahaya kuning, dengan pertimbanagan
cahaya ini kira-kira terletak di tengah-tengah antara cahaya merah dan ungu.
Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut
sebagai bidang pembias I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang
pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pada bidang pembias
I, sinar dibiaskan mendekati garis normal, sebab sinar datang dari zat optik kurang rapat ke
zat optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca.Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar
dibiaskan menjahui garis normal, sebab sinar datang dari zat optik rapat ke zat optik kurang
rapat yaitu dari kaca ke udara. Sehingga seberkas sinar yang melewati sebuah prisma akan
mengalami pembelokan arah dari arah semula.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dan analisa yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan
bahwa :
1. sudut datang pertama i1 terhadap n1. Didalam prisma, sinar akan dibiaskan dengan
sudut bias pertama r1 dalam arah AC, sampai C pada bidang pembias kedua denhan
sudut datang kedua i2 dan keluar prisma dengan sudut bias kedua r2.
2. Berdasarkan eksperimen sudut pembias prisma dapat ditentukan dari perbandingan
𝛼2 −𝛼1
| |secara pengamatan.
2
http://110.138.206.53/bahan-ajar/modul_online/fisika/MO_90/kb2_2.htm
http://blogfisikaku.wordpress.com/2011/06/15/praktikum-spektrometer-mengukur-panjang-
gelombang-dari-sumber-cahaya/